id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada setiap bulannya wanita dengan usia subur yang tidak sedang hamil dan tidak
menopause pada umumnya akan mengalami menstruasi. Menstruasi merupakan
tanda kematangan organ reproduksi pada wanita. Menstruasi terjadi secara periodik
setiap bulannya dengan rentang 28 hari dan masa menstruasi antara 3 sampai
dengan 7 hari (Rahayu et al., 2017). Masalah yang dapat dialami banyak wanita
pada saat menstruasi adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah sehingga dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam melakukan aktivitas sehari hari yang
disebut juga dengan dismenore. Dismenore dapat terjadi karena adanya kontraksi
pada rahim. Kemudian jika terdapat kontraksi yang kuat selama menstruasi pada
rahim tersebut maka dapat menyebabkan suplai oksigen ke rahim berkurang
sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri (Novitasari et al., 2020).
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Dismenore merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari nyeri perut
bagian bawah dan berdampak negatif pada kualitas hidup wanita karena dapat
menyebabkan keterbatasan aktivitas. Dismenore biasanya dimulai satu hari
sebelum menstruasi dan berlangsung selama 2-3 hari. Gejala yang timbul ditandai
dengan kram atau nyeri pada bagian bawah perut, pinggang, punggung dan kaki
yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini dapat menimbulkan
gejala lainnya seperti rasa mual, muntah, perut kembung, punggung terasa nyeri,
lemah lesu dan tidak bertenaga, sakit kepala dan lain sebagainya. Manajemen yang
optimal dari gejala ini tergantung pada pemahaman tentang penyebab yang
mendasarinya (Nagy et al., 2021).
penyakit panggul. Ini biasanya terjadi dalam beberapa tahun pertama setelah
menarche dan mempengaruhi sebanyak 50% wanita pascapubertas (Calis et al.,
2021). Kontributor utama penyebab dismenore primer adalah peningkatan
prostaglandin di endometrium setelah penurunan progesteron di akhir fase luteal
diduga akan menyebabkan peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus
yang berlebihan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa dismenore primer muncul
segera setelah menarche dan mengapa dismenore berespon baik terhadap
penghambatan ovulasi (Nagy et al., 2021).
dilakukan pemeriksaan perut dengan cermat. Pada wanita yang lebih tua atau
mereka yang diketahui aktif secara seksual dilakukan pemeriksaan panggul. Tidak
ada tes khusus untuk diagnosis dismenore primer. Sedangkan tes yang dapat
dilakukan untuk menjelaskan penyebab dismenore sekunder meliputi tes
laboratorium, ultrasonografi abdomen atau transvaginal, histerosalpingografi,
histeroskopi atau laparoskopi (Ferries-Rowe et al., 2020).
pada titik Hequ (LI4) sebesar 88.1% dan pada penelitian yang dilakukan oleh
(Wijayanti dan Selviana, 2019) pada titik Sanyinjiao (SP6) sebesar 61.1%.
Pengaruh penekanan pada titik akupresur dapat meningkatkan kadar endorfin yang
berguna sebagai pereda nyeri yang diproduksi oleh tubuh di dalam darah dan opioid
peptida endogenous di dalam susunan saraf pusat. Jaringan saraf akan memberikan
stimulus pada sistem endokrin untuk melepaskan endorfin sesuai dengan kebutuhan
tubuh dan diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri saat menstruasi dan gejala
lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dalam melakukan aktivitas
sehari hari (Zulia et al., 2018).
B. Rumusan Masalah
Berapa besar pengaruh akupresur terhadap penurunan nyeri pada wanita dengan
keluhan dismenore primer berdasarkan hasil penelitian serupa sebelumnya ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian meta-analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
membuat penelitian terkait dengan akupresur terhadap nyeri dismenore pada wanita
dengan keluhan dismenore primer menggunakan desain studi Randomized
Controlled Trial (RCT) dan sebagai bahan referensi bagi penelitian meta-analisis
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber rujukan dalam
memberikan intervensi akupresur terhadap nyeri dismenore.