Anda di halaman 1dari 6

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada setiap bulannya wanita dengan usia subur yang tidak sedang hamil dan tidak
menopause pada umumnya akan mengalami menstruasi. Menstruasi merupakan
tanda kematangan organ reproduksi pada wanita. Menstruasi terjadi secara periodik
setiap bulannya dengan rentang 28 hari dan masa menstruasi antara 3 sampai
dengan 7 hari (Rahayu et al., 2017). Masalah yang dapat dialami banyak wanita
pada saat menstruasi adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah sehingga dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam melakukan aktivitas sehari hari yang
disebut juga dengan dismenore. Dismenore dapat terjadi karena adanya kontraksi
pada rahim. Kemudian jika terdapat kontraksi yang kuat selama menstruasi pada
rahim tersebut maka dapat menyebabkan suplai oksigen ke rahim berkurang
sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri (Novitasari et al., 2020).

Dismenore merupakan kondisi ginekologi paling umum sebagaimana


terungkap dari tingginya angka nyeri haid diantara wanita usia subur. Prevalensi
secara global mempengaruhi sekitar 45-95% wanita yang sedang menstruasi
(Durand et al., 2021). Kondisi ini lebih banyak terjadi pada wanita usia 17-24 tahun
dan akan berkurang seiring bertambahnya usia. Prevalensi pada wanita usia yang
lebih tua adalah sebesar 25% sedangkan pada wanita yang lebih muda sebesar 90%
(Calis et al., 2021). Dismenore dikenal sebagai gangguan atau kelainan yang bukan
merupakan suatu penyakit, tetapi salah satu indikasi yang muncul yang dapat
menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas (Fitria, 2020). Dismenore juga merupakan keluhan yang berdampak pada
kesehatan, sosial dan ekonomi. Meskipun dismenore tidak mengancam jiwa, hal itu
dapat melemahkan dan membebani secara psikologis bagi banyak wanita. Beberapa
memilih untuk mengobati sendiri di rumah dan tidak pernah mencari perhatian
medis untuk rasa sakit mereka. Dismenore bertanggung jawab atas ketidakhadiran
yang signifikan dari pekerjaan pada wanita dewasa dan alasan paling umum untuk
ketidakhadiran sekolah di kalangan remaja.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Dismenore merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari nyeri perut
bagian bawah dan berdampak negatif pada kualitas hidup wanita karena dapat
menyebabkan keterbatasan aktivitas. Dismenore biasanya dimulai satu hari
sebelum menstruasi dan berlangsung selama 2-3 hari. Gejala yang timbul ditandai
dengan kram atau nyeri pada bagian bawah perut, pinggang, punggung dan kaki
yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini dapat menimbulkan
gejala lainnya seperti rasa mual, muntah, perut kembung, punggung terasa nyeri,
lemah lesu dan tidak bertenaga, sakit kepala dan lain sebagainya. Manajemen yang
optimal dari gejala ini tergantung pada pemahaman tentang penyebab yang
mendasarinya (Nagy et al., 2021).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) didapatkan kejadian sebesar


90% wanita yang mengalami dismenore sebanyak 10-15% diantaranya mengalami
dismenore berat dan menyebabkan terbatasnya aktivitas. Rata rata angka kejadian
dismenore dialami oleh wanita muda dengan prevalensi antara 16.8% sampai
dengan 81%. Prevalensi dismenore di Bangladesh dilaporkan sebesar 59.8%; di
Mesir sebesar 35% dan di Australia sebesar 60%. Studi di Italia menunjukkan
prevalensi dismenore sebesar 84.1% dengan sebanyak 55.2% nyeri yang dirasakan
membutuhkan pengobatan, 31.9% membutuhkan istirahat dari pekerjaan atau
sekolah dan 25.3% membutuhkan keduanya (Ju et al., 2014; Wulanda et al., 2020;
Sulistyorini et al., 2017).

Di Indonesia angka kejadian dismenore berkisar 50-90% dikalangan wanita


usia subur yang terdiri dari 73% dismenore primer dan 22% dismenore sekunder.
Sari dan Listiarini (2021) dalam penelitiannya melaporkan pada setiap bulannya
terdapat siswi di SMK PAB 5 Klambir Lima yang tidak masuk sekolah dengan
alasan mengalami nyeri menstruasi. Kemudian dilakukan wawancara dengan 10
siswi didapatkan 7 siswi tersebut mengalami dismenore dan tidak dapat mengikuti
proses pembelajaran disekolah dan menganggu aktivitas sehari hari selama
menstruasi.

Dismenore dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu dismenore primer dan


dismenore sekunder. Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak
berhubungan dengan patologi panggul makroskopik, yaitu terjadi tanpa adanya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

penyakit panggul. Ini biasanya terjadi dalam beberapa tahun pertama setelah
menarche dan mempengaruhi sebanyak 50% wanita pascapubertas (Calis et al.,
2021). Kontributor utama penyebab dismenore primer adalah peningkatan
prostaglandin di endometrium setelah penurunan progesteron di akhir fase luteal
diduga akan menyebabkan peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus
yang berlebihan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa dismenore primer muncul
segera setelah menarche dan mengapa dismenore berespon baik terhadap
penghambatan ovulasi (Nagy et al., 2021).

Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid akibat patologi anatomi


atau makroskopik panggul seperti yang terlihat pada wanita dengan endometriosis
atau penyakit radang panggul kronis. Paling sering diamati pada wanita berusia 30-
45 tahun (Calis et al., 2021). Ada banyak penyebab umum dismenore sekunder
yang meliputi endometriosis, fibroid (endometrioma), adenomiosis, polip
endometrium, penyakit radang panggul dan bahkan mungkin penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim (Ferries-Rowe et al., 2020; Nagy et al., 2021).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dismenore adalah wanita yang berusia


dibawah 30 tahun dan belum pernah melahirkan, memiliki riwayat nyeri haid dalam
keluarga, perokok, mengalami menarche lebih dini, mengalami perdarahan tidak
normal dan tidak teratur selama menstruasi, IMT abnormal, memiliki ambang nyeri
yang rendah, gaya hidup yang tidak sehat dan lain sebagainya. Meskipun dismenore
tidak mengancam jiwa, hal itu dapat melemahkan dan membebani secara psikologis
bagi banyak wanita. Beberapa memilih untuk mengobati sendiri di rumah dan tidak
pernah mencari pengobatan medis untuk rasa sakit mereka atau cenderung
menganggap sebagai hal yang wajar dimana penanganannya hanya dengan cara
istirahat. Dismenore dapat menyebabkan ketidakhadiran dari pekerjaan pada wanita
dan alasan paling umum untuk ketidakhadiran sekolah di kalangan remaja (Calis et
al., 2021).

Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis dismenore dan harus


mencakup penilaian dari durasi, jenis dan tingkat keparahan nyeri. Riwayat
menstruasi yang menyeluruh juga penting. Pemeriksaan fisik lengkap harus
dilakukan. Untuk wanita yang lebih muda yang belum pernah aktif secara seksual
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

dilakukan pemeriksaan perut dengan cermat. Pada wanita yang lebih tua atau
mereka yang diketahui aktif secara seksual dilakukan pemeriksaan panggul. Tidak
ada tes khusus untuk diagnosis dismenore primer. Sedangkan tes yang dapat
dilakukan untuk menjelaskan penyebab dismenore sekunder meliputi tes
laboratorium, ultrasonografi abdomen atau transvaginal, histerosalpingografi,
histeroskopi atau laparoskopi (Ferries-Rowe et al., 2020).

Pada penelitian ini penulis akan memfokuskan penatalaksanaan pada


dismenore primer. Secara farmakologis dismenore primer dapat ditangani dengan
terapi analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan
obat-obatan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, ketoprofen, asam
mefenamat dan lain sebagainya (Nagy et al., 2021). Walaupun analgesik dapat
menghilangkan rasa nyeri secara efektif, namun akan berdampak kepada efek
samping yang berbahaya seperti gangguan pada saluran pencernaan dan kerusakan
ginjal yang berat jika digunakan dalam dosis yang tinggi oleh karena itu dibutuhkan
penatalaksanaan secara non farmakologis atau terapi komplementer yang memiliki
efek samping yang minimal.

Penatalaksanaan secara non farmakologi dapat dipertimbangkan sebagai salah


satu cara yang aman dilakukan dalam menangani dismenore primer karena tingkat
keamanan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih terjangkau. Salah satu cara
alternatif tersebut yaitu dengan pemberian terapi akupresur. Akupresur merupakan
terapi yang diberikan dengan cara melakukan pemijatan atau penekanan di titik
tertentu pada tubuh dengan menggunakan bagian tubuh seperti jari, telapak tangan
maupun siku serta benda yang tumpul. Akupresur adalah metode yang sederhana,
efektif, aman dan ekonomis untuk mengurangi rasa sakit pada dismenore (Yati,
2019). Akupresur dapat membantu wanita mengatasi dismenore, selain penggunaan
obat pereda nyeri, aplikasi panas, istirahat, olahraga, pijat dan distraksi.

Terapi akupresur dapat memengaruhi pencegahan dan pengobatan yang


dianggap efektif dalam mengurangi dismenore. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sari dan Usman (2021) menjelaskan bahwa secara klinis terapi
akupresur dapat memberikan efek yang signifikan pada kasus dismenore primer
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

pada titik Hequ (LI4) sebesar 88.1% dan pada penelitian yang dilakukan oleh
(Wijayanti dan Selviana, 2019) pada titik Sanyinjiao (SP6) sebesar 61.1%.
Pengaruh penekanan pada titik akupresur dapat meningkatkan kadar endorfin yang
berguna sebagai pereda nyeri yang diproduksi oleh tubuh di dalam darah dan opioid
peptida endogenous di dalam susunan saraf pusat. Jaringan saraf akan memberikan
stimulus pada sistem endokrin untuk melepaskan endorfin sesuai dengan kebutuhan
tubuh dan diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri saat menstruasi dan gejala
lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dalam melakukan aktivitas
sehari hari (Zulia et al., 2018).

Meta-analisis merupakan salah satu desain penelitian epidemiologi yang


bertujuan untuk mengkaji secara sistematis dan menggabungkan hasil hasil estimasi
secara kuantitatif dari sejumlah penelitian sebelumnya yang menjawab masalah
penelitian yang sama. Telah banyak penelitian primer yang dilakukan tentang
pengaruh terapi akupresur terhadap nyeri dismenore primer pada wanita, namun
analisis lebih jauh diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan.
Berdasarkan latar belakang diatas diketahui bahwa terapi akupresur dapat
mempengaruhi pencegahan dan pengobatan pada nyeri dismenore pada wanita,
sehingga penelitian “Meta-Analisis Pengaruh Akupresur terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore” perlu dilakukan untuk mengidentifikasikan secara jelas besarnya
pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada wanita.

B. Rumusan Masalah

Berapa besar pengaruh akupresur terhadap penurunan nyeri pada wanita dengan
keluhan dismenore primer berdasarkan hasil penelitian serupa sebelumnya ?

C. Tujuan Penelitian

Mengestimasi besarnya pengaruh akupresur terhadap penurunan nyeri dismenore


pada wanita dengan keluhan dismenore primer dengan meta-analisis studi primer
yang telah dilakukan oleh penulis sebelumnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian meta-analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
membuat penelitian terkait dengan akupresur terhadap nyeri dismenore pada wanita
dengan keluhan dismenore primer menggunakan desain studi Randomized
Controlled Trial (RCT) dan sebagai bahan referensi bagi penelitian meta-analisis
selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber rujukan dalam
memberikan intervensi akupresur terhadap nyeri dismenore.

Anda mungkin juga menyukai