Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TUTORIAL

Di Susun Oleh :
INRAWATI UMATERNATE
NIM : 2310101227

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA 2023
SATUAN PEMBELAJARAN TUTORIAL

SKENARIO 2

KASUS

Seorang ibu usia 50 tahun datang memeriksakan ke Puskesmas diantar oleh suaminya. Ibu
mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Mengeluh menstruasi tidak teratur
sejak 5 bulan terakhir. Hasil anamnesa riwayat menstruasi: selama 3 bulan berturut-turut
tidak menstruasi, lalu bulan berikutnya mendapat menstruasi, darah sedikit, warna merah tua,
lama menstruasi 3 hari. Selanjutnya 2 bulan ini tidak mendapatkan menstruasi lagi. Ibu
mengatakan selama satu minggu ini merasakan kulit lebih kering, wajah terasa panas, mudah
tersinggung, dan ada keluhan nyeri saat berhubungan seksual. Ibu khawatir berdampak
kurang mampu memberikan pelayanan seksual kepada suami. Hasil pemeriksaan didapat TD:
120/80 mmHg, R: 24x/menit, S:36,60C, N: 84x/menit, PP Test (-) dan secara umum kondisi
ibu baik. Selanjutnya bidan melakukan tatalaksana dan memberikan edukasi terkait kondisi
yang dialami ibu.

STEP 6
1. Pengertian menopause
World Health Organization (WHO) mendefinisikan Menopause dengan
berhentinya siklus menstruasi secara permanen yang diakibatkan oleh hilangnya
aktivitas folikular pada ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode
menstruasi terakhir secara retrospektif dan hal tersebut ditetapkan sebagai saat
menopause (Kuncara, 2014). Menopause dapat diartikan sebagai berhentinya secara
fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan langsung dengan bertambahnya usia
seorang wanita. Seorang wanita yang mengalami menopause secara alamiah sama
sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar
merupakan menstruasi yang terakhir sampai satu tahun berlalu (Wijayanti, 2009).
Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan Wanita yang ditandai dengan
berakhirnya siklus haid dan berhentinya beberapa fungsi tubuh seperti fungsi untuk
reproduksi, namun seorang wanita dikatakan telah mengalami menopause apabila
wanita tersebut setelah tidak mengalami menstruasi setidaknya selama 12 bulan.
Dalam beberapa kasus semakin sedikit folikel yang mengalami perkembangan, maka
semakin berkurang pembentukan hormon pada ovarium, yaitu hormon progesteron
dan estrogen. Akan terjadi haid yg tidak teratur hingga endometrium akan kehilangan
6 rangsangan hormon estrogen. Hal ini mengakibatkan haid berhenti yang disebut
proses menopause (Guyton dan Hall, 2007). Menurut Saifuddin, menopause
merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena
penurunan hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (Saifuddin, 2012). Fase
menopause di mulai pada umur yang berbeda, umumnya dimulai sekitar umur 50
tahun. Menopause dapat diartikan sebagai haid terakhir. Seorang wanita dikatakan
menopause setelah terdapat amenorea sekurangnya dalam kurun waktu satu tahun.
Berhentinya haid biasanya ditandai oleh berkurangnya siklus haid menjadi lebih
panjang, dengan perdarahan yang berkurang (Sastrawinata, 2014). Dari beberapa
uraian mengenai menopause di atas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan
berhentinya menstruasi yang permanen, sekurang-kurangnya satu tahun.
2. Tahapan-tahapan dari menopause
a. Usia menopause
Usia menopause adalah usia di saat wanita mengalami menopause. Usia
menopause terdiri dari menopause dini, menopause normal, dan menopause
terlambat. Suparni & Astutik (2016), mengatakan menopause normal merupakan
menopause yang biasanya dialami oleh wanita pada rentang usia 45 – 55 tahun.
Usia menopause mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.
Wanita dengan usia menopause normal tentu lebih dewasa pemikirannya dan
lebih siap dalam menghadapi menopause. Penelitian oleh Juliana et al. (2021),
bahwa keluhan menopause lebih berat dialami oleh wanita dengan usia
menopause tidak normal (44,4%) dibandingkan wanita dengan usia menopause
normal (12,6%). Penelitian yang dilakukan Avis et al. (2001) menyatakan usia
menopause memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan psikomatik pada
masa menopause. Keluhan psikologis seperti kecemasan, bingung, cepat sedih,
dan depresi lebih sering dialami oleh wanita yang mengalami menopause dini
(Syalfina, 2017).
b. Lama menopause
Lama menopause dihitung sejak usia saat mengalami menopause sampai
ketika penelitian ini dilakukan. Lama menopause mempengaruhi adaptasi fisik
dan psikologis wanita terhadap perubahan pada masa menopause. Semakin lama
mengalami menopause maka tubuh telah beradaptasi dengan baik terhadap
penurunan kadar estrogen yang menimbulkan perubahan pada fisik serta
psikologis yang memunculkan berbagai keluhan masa menopause (Syalfina,
2017).
a. Pendidikan Kodrati (2004) mengatakan pendidikan merupakan proses belajar
yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang (Syalfina, 2017).
Menurut Notoadmojo (2010), tingkat pendidikan dibagi menjadi pendidikan
dasar (SD - SMP), pendidikan menengah (SMA), dan pendidikan tinggi
(Perguruan Tinggi). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik
pengetahuan seseorang. Dengan pengetahuan yang baik maka seorang wanita
akan lebih siap dalam menghadapi keluhan masa menopause (Tsuraya et al.,
2016).
b. Tingkat pendidikan
seseorang mempengaruhi kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka maka semakin mudah seseorang untuk menerima dan
semakin banyak pula pengetahuannya. Lusiana (2014), mengatakan sebagian
wanita dengan pengetahuan kurang tentang menopause (56,7%) mengalami
kecemasan dalam menghadapi menopause (37,5%) (Tsuraya et al., 2016).
Penelitian oleh Freedman (2001) menunjukkan wanita dengan pendidikan
tinggi memiliki prevalensi dan intensitas gejala menopause yang lebih rendah
(Chontessa et al., 2012). 18
c. Pekerjaan
Pekerjaan menggambarkan bagaimana seorang wanita menopause
berkecimpung dalam sosialnya dan untuk memprediksi adanya
kecenderungan stress yang dialami. Wanita menopause yang tidak bekerja
atau sebagai ibu rumah tangga tentunya kesibukan dirinya adalah pekerjaan
rumah tangga yang cenderung lebih berisiko mengalami kejenuhan.
Sedangkan wanita menopause yang selain menjadi ibu rumah tangga tetapi
juga bekerja, mereka lebih bisa mencari solusi untuk menghilangkan
kejenuhan dengan bercanda dengan teman kerjanya. Namun, secara waktu
lebih sempit dan cenderung berisiko mengalami stres akibat pekerjaan
(Indarwati & Maryatun, 2019). Hamamm et al. (2012), mengatakan wanita
dengan stress pekerjaan akan lebih cepat mengalami gejala atau keluhan
menopause (Indarwati & Maryatun, 2019).
Penelitian oleh Griffits (2013) menjelaskan wanita yang bekerja tidak sempat
memikirkan gangguan atau keluhan selama masa menopause, begitu pula wanita
yang tidak bekerja yang mana pekerjaan rumah tangga cukup membuatnya sibuk
sehingga juga tidak sempat memikirkan keluhan masa menopause (Hekhmawati,
2016). Mubarak (2007) dalam Indarwati & Maryatun (2019), mengatakan lingkungan
pekerjaan juga dapat menjadi tempat seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seseorang yang bekerja
memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Azwar (2011), mengatakan pesan – pesan sugestif yang dibawa informasi apabila
cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu sehingga terbentuklah
sikap tertentu (Indarwati & Maryatun, 2019). 19
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan gabungan dari pendapatan suami dan istri
perbulan. Pendapatan menggambarkan status ekonomi wanita menopause.
Apakah mereka mampu untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang
layak, dan mengakses pelayanan kesehatan. Menopause yang sangat rentan
adalah wanita yang tidak memiliki aset, sedikit atau tidak memiliki tabungan,
tidak ada pensiunan, dan bagian dari keluarga dengan pendapatan sedikit atau
rendah (Syalfina, 2017). Pendapatan dengan finansial yang memadai dari
seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan aspek psikologis, meningkatkan
semangat, dan motivasi diri untuk selalu bersikap dan berperilaku sehat.
Kemampuan finansial menyebabkan seseorang lebih mudah untuk mencari
informasi tentang menopause sehingga akan memperkecil kemungkinan
untuk menggunakan mekanisme koping yang maladaptif dalam menghadapi
keluhan masa menopause (Tsuraya et al, 2016).
3. Ciri-ciri dan gejala menopause
Gejala yang dialami selama dan setelah transisi menopause sangat bervariasi

dari orang ke orang. Beberapa memiliki sedikit jika ada gejala. Bagi yang lain,

gejalanya bisa parah dan mempengaruhi aktivitas sehari – hari dan kualitas hidup.

Beberapa dapat mengalami gejala selama beberapa tahun (WHO, 2022).


1. Perubahan siklus menstruasi

Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau lebih awal

(Oligomenorrhea). Kehamilan masih mungkin terjadi selama perimenopause.

Kontrasepsi dianjurkan untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan

sampai setelah 12 bulan berturut-turut tidak haid. Kehamilan setelah

menopause tidak mungkin terjadi tanpa perawatan. kesuburan yang melibatkan

penggunaan sel telur donor atau embrio yang sebelumnya dibekukan.

2. Perubahan penampilan fisik

a. Hot flushes/rasa panas

Gejala ini hampir selalu dirasakan oleh tiap perempuan, rasa panas

menyebar diseluruh tubuh, yang tersering pada wajah, leher, dan dada

yang berlangsung beberapa menit; sensai panas ini disertai dengan warna

kulit kemerahan dan keringat berlebih. Sekitar 75% wanita menopause

mengalami hot flushes. Sebagian besar mengalaminya lebih dari setahun

dan 25- 30% lebih dari 5 tahun. Perasaan ketidaknyamanan fisik akut yang

dapat berlangsung beberapa menit

b. Berkeringat di malam hari/ Night sweat

Terkadang rasa panas disertai dengan keringat malam hari. Akibatnya,

wanita sering terbangun dan sulit untuk tidur kembali.

Gejala vasomotor: hot flushes dan night sweats normal selama transisi

menopause dan mempengaruhi sekitar 80% perempuan. Mekanisme gejala

vasomotor kurang dipahami, tetapi dianggap gangguan termoregulasi

hipotalamus setelah paparan estrogen. Durasi rata-rata VMS adalah 7,4

tahun. (Roberts dan Hickey, 2016).

c. Berdebar-debar (detak jantung meningkat)


Risiko penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis meningkat, akibat

penurunan kadar estrogen. Penurunan kadar estrogen meningkatkan kadar

kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL.

Komposisi tubuh dan risiko kardiovaskular juga dapat terpengaruh.

Keunggulan wanita dibandingkan pria dalam hal penyakit kardiovaskular

secara bertahap menghilang dengan penurunan kadar estrogen yang

signifikan setelah menopause.

d. Kesulitan tidur (insomnia)

e. Sakit kepala, merasa pusing, kesemutan dan jantung berdebar (palpitasi)

f. Lebih sering buang air kecil

g. Ketidaknyaman saat buang air kecil. Saluran kemih (uretra) menjadi

kering dan kurang elastis, sehingga mudah terjadi infeksi pada saluran

kemih dan perasaan tidak puas saat buang air kecil.

h. Ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil (inkontinensia)

i. Gejala seksual: Vagina menjadi kering dan gatal karena penipisan jaringan

pada dinding vagina sehingga timbul rasa tidak nyaman, nyeri atau iritasi

pada saat berhubungan seksual (dyspareunia).

4. Cara mengatasi/penanganan gejala menopause


Berikut adalah beberapa penanganan keluhan masa menopause yang bertujuan untuk
mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan menurut Mulyani (2013) dalam
Nurlina (2021).
a. Terapi sulih hormon/Hormone Replacement Therapy (HRT) Terapi ini bertujuan
untuk mengurangi keluhan menopause dari masa pramenopause hingga
pascamenopause. HRT memiliki beberapa manfaat yakni mengurangi hot flashes,
mengurangi gejala pada vagina dan uretra, melindungi dari osteoporosis, dan
menurunkan risiko penyakit jantung. 20
b. Terapi sulih hormon alami Terapi ini dapat dilakukan dengan menyeimbangkan
hormon dengan fitoestrogren yang berasal dari tumbuhan. Terapi ini bisa
didapatkan dari tumbuhan yang mengandung vitamin C, D, E, Isoflavon, dan
Zink. Pada wanita pramenopause hingga pascamenopause penggunaan terapi ini
bisa didapatkan dari produk kedelai. Kedelai mengandung isoflavon yang
merupakan senyawa fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan kumpulan senyawa
alami dari tumbuhan jenis polong – polongan yang memiliki aktivitas biologis
seperti estrogen. Kandungan isoflavon pada biji kedelai bervariasi antara 128 –
380 mg/100gr bergantung pada genotipe kedelai, lingkungan, budidaya, dan
penanganan pascapanennya (Handayani et al., 2020). Isovlafon terbukti dapat
berikatan dengan reseptor estrogen. Saat kadar hormon estrogen menurun akan
ada banyak reseptor estrogen yang tidak terikat. Jika tubuh mengonsumsi kedelai
dan olahannya maka akan terjadi pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen
sehingga mengurangi gelaja menopause seperti hot flashes, gangguan mood,
meningkatkan turgor kulit, dan mengurangi gejala atrofi pada vagina (Handayani
et al., 2020).
c. Terapi komplementer Terapi ini digunakan untuk meningkatkan kesehatan selama
menopause dengan teknik sederhana dan pengobatan untuk gejala tertentu dapat
dilakukan secara mandiri ataupun bimbingan. Terapi komplementer yang dapat
dilakukan adalah akupresur, aromaterapi, pijat refleksi, dan teknik relaksasi.
d. Olahraga teratur 21 Olahraga memiliki banyak manfaat dan mengurangi berbagai
keluhan masa menopause. Olahraga yang teratur akan meningkatkan harapan
hidup dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Widjayanti, 2016).
Kegiatan fisik yang teratur akan mengurangi risiko terhadap kanker, penyakit
jantung, dan osteoporosis. Rasa percaya diri serta energi dapat ditingkatkan
dengan berolahraga. Latihan aerobik secara rutin dapat mengurangi keluhan hot
flashes yang mengganggu. Olahraga juga dapat mengurangi hilangnya jaringan
tulang pada wanita. Olahraga yang tidak rutin akan mempengaruhi adaptasi fisik
maupun psikis wanita sehingga akan mengalami keluhan masa menopause yang
timbul akibat penurunan kadar estrogen (Widjayanti, 2016). Penelitian oleh
Simangunsong & Wahyuni (2020), menunjukkan terdapat penurunan keluhan
menopause pada kelompok yang diberikan intervensi berupa senam sebanyak
delapan kali selama delapan minggu yakni dari rata – rata keluhan menopause
sebanyak 32,4% menurun menjadi 5,54%.
5. Proses fisiologi terjadinya menopause
Pada kehidupan seorang wanita, berkisar kurang lebih 400 folikel primordial yang
tumbuh dan menjadi folikel matang yang selanjutnya akan berovulasi, dan lebih dari
ratusan dari ribuan ovum yang berdegenerasi. Pada umur 45 tahun, hanya terdapat
beberapa folikel-folikel primordial yang dapat dirangsang oleh FSH dan LH yang
hasilnya akan produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel
primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun, estrogen tidak lagi
menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya beberapa hormon
seperti gonadotropin, FSH, dan LH diproduksi sesudah menopause dalam jumlah
besar dan berkelanjutan, namun ketika folikel primordial yang tersisa berubah
menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun menjadi nol.
6. Faktor-faktor penyebab menopause
1. Faktor psikis Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja akan
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian,
mereka akan mengalami waktu menopause yang lebih muda atau lebih cepat
dibandingkan yang menikah dan tidak bekerja atau bekerja dan tidak menikah.
2. Usia pertama haid (menarche) Semakin muda seorang wanita mengalami
menstruasi pertama kalinya, maka akan semakin tua atau lama untuk mengalami
masa menopause. Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 15 atau 17 tahun
akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini sering
kali akan mengalami menopause sampai pada usia mencapai 50 tahun.
3. Usia Melahirkan Penelitian yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medical
Center di Boston mengungkapkan bahwa wanitayang masih melahirkandiatas usia 40
tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua tualama. Hal ini disebabkan
karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi,
bahkan akan memperlambat sistem penuaan tubuh.
4. Merokok Seorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami masa
menopause. Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau membuang
hormon estrogen. Di samping itu juga, beberapa peneliti meyakini bahwa komponen
tertentu dari rokok juga berpotensi membunuh sel telur.
5. Pemakaian kontrasepsi Kontrasepsi Dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal
inidikarenakan cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung telur.
Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua
memasuki masa menopause.
6. Diabetes Penyakit autoimun seperti diabetes melitus menyebabkan terjadinya
menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang terbentuk akan menyerang
FSH.
7. Peran bidan dalam kasus tersebut
Peran Bidan pada ibu Perimenopause yaitu memberikan edukasi informasi dan

konseling pada ibu dan mengetahui permasalahan yang terjadi pada masa
perimenopause. Pada masa ini juga perlu diberikan dukungan dan motivasi agar

dapat meningkatkan kualitas hidup ibu perimenopause (Agustina &

Nurunniyah, 2015).

Anda mungkin juga menyukai