Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MENOPAUSE PADA LANSIA

Dosen Pengampu : Ns. Heri Setiawan,.S.Kep,.M.Kes

Anggota Kelompok

Kelas 7E ;

Bella Visia 181030100176

Citra Putri Wahyuni 181030100162

Yudanti 181030100151

Yussi Rahayu 181030100155

Kelas 7F :

Afifah 181030100190

Anisa Sobrina 181030100209

Siti Ayuni 181030100196

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021

22
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Gerontik dengan judul “Makalah Menopause Pada Lansia”.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dpahami bagi siapapun yang
membacnya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupu orang yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan ke depan nya.

Tangerang Selatan, Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menopause merupakan suatu kondisi yang akan dialami oleh setiap wanita
sebagai bagian dari proses menua. Menopause adalah fase peralihan dari masa
reproduktif menuju ke masa nonreproduktif yang ditandai dengan berhentinya
menstruasi. Wanita umumnya mengalami menopause pada rentang usia 45 – 55
tahun. Di Indonesia, usia rata – rata wanita mengalami menopause adalah 50
tahun.
Menopause disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium akibat usia yang semakin
bertambah yang menyebabkan produksi hormon estrogen juga menurun.
Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada fisik maupun psikologis yang
menimbulkan munculnya keluhan masa menopause (Suparni & Astutik, 2016).
Sebagian wanita (75%) menganggap keluhan menopause sebagai suatu masalah
atau gangguan, sedangkan sebagian lagi (25%) tidak mempermasalahkan hal
tersebut (Asbar, 2018).
Angka harapan hidup wanita di dunia meningkat setiap tahunnya hingga mencapai
74,2 tahun di tahun 2019 (WHO, 2019). Peningkatan angka harapan hidup berarti
peningkatan jumlah wanita yang berpeluang untuk mengalami menopause
(Suazini, 2018). World Health Organization (WHO), memperkirakan di tahun
2030 akan ada sekitar 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun.
Sebanyak 80% diantaranya tinggal di negara berkembang dan populasi wanita
menopause meningkat tiga persen setiap tahunnya (Nurlina, 2021).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2013) dalam Nurlina

(2021), memperkirakan jumlah wanita menopause dengan usia rata – rata 45 – 64


tahun di Indonesia pada tahun 2035 sebanyak 37 juta orang. Di Provinsi Bali pada
tahun 2020, jumlah wanita usia 45 - 64 tahun sebanyak 539.700 orang (BPS
Provinsi Bali, 2020). Di Kabupaten Karangasem pada tahun 2020, jumlah wanita
usia 45 - 64 tahun sebanyak 133.000 orang (BPS Kabupaten Karangasem, 2020).
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, Puskesmas Bebandem
berada di urutan ketiga sebagai puskesmas dengan jumlah sasaran wanita usia 45
– 60 tahun terbanyak di tahun 2021.
Keluhan masa menopause dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta
kekhawatiran yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari atau bahkan dapat
menurunkan kualitas hidup wanita (Maita et al., 2013). Penelitian oleh Widjayanti
(2016), mengatakan mayoritas wanita menopause (90,32%) mengeluhkan rasa
tidak nyaman pada tulang, persendian, dan otot. Keluhan lainnya berupa hot
flashes (83,87%), keringat berlebih di malam hari (57,69%), serta kelelahan
secara fisik dan mental (74,19%) padahal tidak sedang mengalami persoalan yang
memicu stress atau kecemasan. Sebanyak 37% wanita menopause
memilikikualitas tidur yang buruk akibat hot flashes yang sering membangunkan
mereka dari tidurnya (Widjayanti, 2017). Selain itu wanita yang telah menopause
lebih rentan terserang penyakit kadiovaskuler dan osteoporosis (Waluyo & Putra,
2010). Keluhan menopause setiap wanita bersifat individual dan tidaklah sama

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi manopause?
2. Apa etiologi manopouse?
3. Bagaimana gejala manopouse?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya manopouse?
5. Apa saja komplikasi manopouse?
6. Bagaimana penatalaksanaan manopouse?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada manopouse?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menahami apa itu menopause
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi manopouse
3. Mahasiswa mampu memahami gejala dari manopouse
4. Mahassiswa memahami patifisiologi terjadinya manopouse
5. Mahasiswa memahami dan mengetahui komplikasi manopouse
6. Mahasiswa memahami dan mengetahui penatalaksanaan manopouse
7. Mahasiswa memahami dan mampu memuat asuhan keperawatan pada
pasien manopouse

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti bulan
dan peuseis yang berarti ‘penghentian sementara’. Sebenarnya, secara
linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti ‘masa
berhentinya menstruasi’. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan
sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Menopause merupakan saat
terjadinya haid atau menstruasi terakhir (Prawirohardjo, 2007). Menopause
juga bisa diartikan masa berhentinya menstruasi untuk selamanya biasanya
menopause terjadi pada wanita 45–55 tahun. Diagnosis menopause dibuat
setelah berhenti menstruasi kurang lebih satu tahun, berhentinya menstruasi
dapat didahului oleh siklus menstruasi yang panjang dengan pendarahan yang
berkurang. Umur waktu terjadinya menopause bisa dipengaruhi oleh
keturunan, kesehatan, dan polahidup (Andira, 2010).
Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi,
maka ditetapkan menopause sebenarnya. Sebelum menghadapi masa
menopause secara alamiah, seseorang akan dihadapkan pada masa
premenopause yang terjadi 3–5 tahun sebelum menopause sebenarnya. Pada
tahap ini keluhan klimakterium mulai berkembang. Selanjutnya diikuti pada
tahap menopause sampai akhirnya post menopause yaitu tahap awal setelah
12 bulan tidak haid.Tahap post menopause akan dihadapi semua wanita
menopause baik yangalamiah maupun menopause dini karena insidensi
tertentu. Gabunganpremenopause dan postmenopause disebut masa
perimenopause. Pada masainilah terjadi keluhan yang memuncak (Reid,
2014).
B. Etiologi manopouse
Manopouse di sebabkan karena hilangnya aktivitas ovarium yang
menyebabkan gangguan sekresi hormon estrogen dan progesteron dan
meningkatnya follicle stimulating hormone (FSH).
Menopause dapat terjadi secara natural seiring dengan proses penuaan,
namun dapat terjadi lebih awal. Premature menopause adalah keadaan
dimana seorang wanita mengalami menopause sebelum usia 40 tahun. Early
menopause adalah keadaan dimana menopause terjadi pada usia 40-45 tahun.
Premature dan early menopause dapat terjadi secara idiopatik dan spontan,
atau disebabkan oleh faktor tertentu seperti kemoterapi, radiasi dan operasi
ooforektomi.

C. Gejala Manopouse
Menopause ternyatamemberi pengaruh ketidaknyamanan.Gejala menopause
dapat dikelompokkan menjadi gejala vasomotor,gejala psikis,dangejala
urogenital. Berikut dikemukakan beberapa gejala yang seringmuncul pada
kondisi menopause, antara lain: (Aqila, 2010).
1. Gejala Vasomotor
a. Hot flashes
Hotflashes yaitu perasaan panas, gerah bahkan rasa seperti terbakar
pada area wajah, lengan,leher,dan tubuh bagian atas serta
munculnyabkeringat berlebih khususnya pada malam hari.Kondisi ini
adalah kondisi yang paling sering dikeluhkan dan menjadi pemberat
utama dalam menghadapi masa klimakterium. Keadaan ini umumnya
berlangsung selama 3 sampai 5 menit, walaupun intesitas dan
durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada beberapa orang
keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa berdenyut pada
kepala dan leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas. Perubahan
fisiologis yang dapat terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh,
denyut, nadi dan nafas (Reid, 2014). Hot flashes terjadi akibat
peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada
dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang
berlebihan. Sekitar 75 % wanita mengalaminya selama 1 tahun, dan
25-50% mengalaminya selama lebih dari 5 tahun. Hot flashes dapat
berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.Keluhan hot flush
mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang
rendah.Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam
meredakan keluhan hot flush pada 90% kasus (Suparni, 2016).
b. Kesulitan Tidur
Secara normal kebutuhan tidur orang dewasa pertengahan adalah tidur
sekitar 7 jam sehari, 20% tidur Rapist Eye Movement (REM),
mungkin mengalami Insomnia dan sulit untuk dapat tidur. Sedangkan
kebutuhan tidur dewasa tua adalah sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur
REM, mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu
tidur di malam hari. Gangguan tidur atau dapat diistilahkan insomnia
sering menjadi keluhan pada wanita menopause (Sihombing, 2010).
Menurut Lumbantobing (2007), insomnia merupakan suatu keadaan
dimana seseorang yang ingin tidur, tetapi mengalami kesulitan untuk
memulai tidur (jatuh tidur), sulit mempertahankan keadaan tidur dan
bangun terlalu pagi. Keluhan lain yang sering terjadi adalah sering
terbangun dari tidur dan sulit untuk tidur lagi setelah bangun malam.
Kurang nyenyak dalam tidur dapat menurunkan kualitas hidup
sesorang. estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur dan reseptor
estrogen ditemukan dalam otak yang mengatur tidur (Baziad, 2003).
Gilly A, (2003) mengatakan insomnia yang menimpa rasa menopause
dapat diakibatkan juga karena adanya keringat yang berlebih pada
malam hari sehingga menimbulkan rasa panas dan ketidaknyamanan,
selain itu juga bisa diakibatkan oleh intensitas buang air kecil yang
sering.
c. Keringat Berlebih
keringat berlebih atau disebut juga hiperhidrosis nocturnal sering
terjadi pada malam hari meskipun kondisi tubuh sedang rileks dan
cuaca tidak panas. Penurunan hormon noradrenalin menimbulkan
vasodilitasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit sedikit meningkat
dan menimbulan perasaan panas selain itu pada malam hari akan
keluar keringat yang berlebih. Vasodilatasi dan pengeluaran keringat
tersebut menyebakan pengelauarn panas tubuh sehingga kadang-
kadang beberapa wanita menopause mengalami kedinginan (Reid,
2014).
d. Palpitasi
Palpitasi adalah suatu kondisi ketika jantung berdetak cepat berulang
kali tanpa ada tanda-tanda berhenti. Kontraksi prematur menyebabkan
jantung berdenyut dua kali dengan sangat cepat sehingga
mengakibatkan lebih banyak darah yang memasuki jantung pada
denyutan ketiga. peningkatan jumlah darah ini mengakibatkan jantung
lebih banyak berkontraksi dan memiliki denyutan yang kuat. Palpitasi
pada masa menopause dapat disebabkan karean adanya penrunan
hormon estrogen yang memengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis
(Reid, 2014).
e. Gangguan punggung dan tulang
Rendahnya kadar estrogen menjadi salah satu penyebab proses
osteoporosis pada wanita menopause. Kadar estrogen yang berkurang
pada saat menopause, akan diikuti dengan penurunan penyerapan
kalsium yang terdapat pada makanan. Tubuh mengatasi masalah ini
dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang.
Akibatnya, tulang menjadi keropos dan rapuh. Linu dan nyeri yang
dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya
penyerapan kalsium. Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa
kita kehilangan sekitar 1% tulang dalam setahun akibat proses
penuaan. Tetapi setelah menopause, terkadang wanita akan
kehilangan 2% tulang dalam setahun (Reid, 2014).

2. Gejala Psikologis
Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan diatas, terdapat pula gejala
psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti mudah tersinggung,
susah tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, stress, depresi, tertekan,
gugup dan kesepian. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena
menurunnya daya tarik fisik dan seksual, merasa tidak dibutuhkan. Semua
tanda dan gejala diatas mulai datang pada waktu yang lebih awal yaitu
sekitar 3–5 tahun sebelum menopause atau sebanding dengan usia 40–45
tahun (Reid, 2014). Gejala ini merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada aspek psikologis maupun kognitif wanita (Dita Andira, 2010, p.66)
diantaranya:
a. Perubahan Emosi
Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental, menjadi lekas
marah, dan perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya
perubahan yang terjadi tidak disadari oleh wanita tersebut. Maka
diperlukan pendekatan khusus seperti obrolan ringan dengan sahabat atau
siapa saja yang pernah mengalami hal yang sama sering kali dapat
menjadi dukungan emosi terbaik.
b. Mudah Lelah
Fatigue atau bisa diebut juga mudah lelah sering kali muncul ketika
menjelang masa premenopause karena terjadi perubahan hormonal pada
wanita, yaitu terutama hormon estrogen (Proverawati, 2010).
c. Penurunan Daya Ingat dan Mudah Tersinggung
Penurunan kadar estrogen berpengaruh terhadap neurotransmiter yang
ada di otak. neurotransmiter yang terdapat di otak antara lain: dopamin,
serotonin, dan endorfin. dopamin mempunyai fungsi untuk
mempengaruhi emosi, sistem kekebalan tubuh, dan seksual. kadar
dopamin dipengaruhi oleh estrogen, selain itu endorfin dapat merangsang
terbentunya dopamin. serotonin berfungsi untuk mempengaruhi suasana
hati dan aktivitas istirahat. sedangkan endorfin menjalankan fungsi yang
berhub ungan dengan ingatan dan persaan seperti rasa nyeri, sakit.
Penurunan kadar endorfin, dopamin, dan serotonin tersebut dapat
mengakibatkan gangguan yang berupa menurunnya daya ingat dan
suasana hati yang sering berubah atau mudah tersinggung (Proverawati,
2010).
d. Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan. Wanita menopause yang mengalami depresi
akan lebih sering merasa sedih karena kehilangan kemampuan
reproduksinya. Pada masa menopause, anak-anak yang sudah tumbuh
dewasa cenderung sibuk dengan urusan masing-masing, saat itulah wanita
menopause benar- benar merasa kehilangan perannya. Wanita menopause
terjadi perubahan suasana hatiatauemosional yangberlangsung drastis,
merasatertekan, terpuruk. Gejala depresi diantaranya murung atau letih,
sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus menerus, sulit
membuat keputusan, rasa bersalah, rasa sedih dan dorongan untuk
menangis, terkadang penderita depresi cenderung suka makan,
minum,merokok, dan terkadang bisa pula kehilangan nafsu makan
(DitaAndira,2010).

3. Gejala Urogenital
a. Vagina Kering
Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan seks. Keringnya
vagina dapat terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang
secara berangsur–angsur meminimalkan pengeluaran cairan vagina.
Selain itu otot– otot vagina juga semakin kendur dan daya kontraksinya
lebih rendah. Hal ini secara tidak langsung nantinya berdampak pada
menurunnya libido (Reid, 2014).
Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi kering
dankurang elastis. Oleh karena itu sebagian wanita menopause akan
merasakan sakit saat berhubungan seksual. Biasanya wanita menopause
juga akan merasakan gatal pada daerah vagina. Kondisi tersebut
menyebabkan wanita menopause rentan terhadap infeksi vagina (Reid,
2014).
b. Masalah pada Kandung dan Saluran Kemih
Kadar estrogen yang rendah akan menimbulkan penipisan pada jaringan
kandung kemih dan saluran kemih. Menurunnya kadar estrogen juga akan
menyebabkan terjadinya penurunan kontrol dari kandung kemih sehingga
sulit untuk menahan untuk buang air kecil. Adanya gejala lemahnya otot
disekitar kandung kemih, akan meningkatkan resiko terkena infeksi
saluran kemih (Reid, 2014).

D. Patofisiologi Manopouse
Menopause terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang diikuti dengan
penurunan produksi hormon reproduksi, ini terjadi secara alamiah. Seorang
wanita memiliki folikel atau indung telur dari sejak lahir, folikel–folikel
matang ini bekerja untuk menghasilkan sel telur pada saat memasuki usia
pubertas yang ditandai dengan proses menstruasi. Granulose secara otomatis
menghasilkan estrogen yang merupakan salah satu hormon reproduksi wanita.
Estrogen tadi akan memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya
sel telur dari korpus luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan
progesteron. Progesteron sendiri menyiapkan tempat pembuahan dengan
menebalkan dinding endometrium. Jika setiap bulan sel telur tidak terjadi
pembuahan, maka membuat dinding endometrium yang menebal tadi luruh.
Luruhnya dinding endometrium dibuktikan dengan keluarnya darah melalui
lubang vagina dan inilah yang disebut menstruasi. Ketika ovarium tidak lagi
produktif, folikel yang dihasilkan berkurang maka rangsangan produksi
hormon estrogen dan progesteron berangsur– angsur menurun. Kondisi ini
yang semakin lama mencapai titik pada masa klimakterium dengan keadaan
menopause (Reid, 2014).

E. Komplikasi manopouse
Setelah menopause, risiko Anda terhadap kondisi medis tertentu menjadi
meningkat, yaitu sebagai berikut :
1. Penyakit kardiovaskular. 
Kadar estrogen yang menurun memengaruhi fungsi jantung dan pembuluh
darah sekitarnya, sehingga menyebabkan penyakit jantung.
2. Osteoporosis dan masalah tulang. 
Menurunnya hormon seks juga menyebabkan tulang kehilangan
kepadatannya dengan cepat.
3. Obesitas.
Selama transisi menopause, metabolisme akan melambat. Ini
menyebabkan kenaikan berat badan dan risiko obesitas.
4. Inkontinesia urine
Kehilangan hormon menyebabkan otot sekitar uretra dan vagina menurun
elastisitasnya sehingga wanita sulit menahan buang air kecil.

F. Penatalaksanaan manopouse
Penatalaksanaan menopause bisa berupa terapi hormonal dan nonhormonal.
Terapi hormonal dapat dilakukan menggunakan preparat estrogen atau
kombinasi estrogen dan progesteron. Terapi nonhormonal dapat berupa obat-
obatan seperti antidepresan, antikonvulsan, clonidine, dan preparat herbal
seperti fitoestrogen. Tata laksana hormonal diberikan mulai tahap
perimenopause. Tata laksana dapat berupa estrogen atau kombinasi estrogen
dan progesteron.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN MENOPAUSE

A. Pengkajian
pada awal pengkajian biasanyabterdiri dari :
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Alamat :
b. Identitas penanggung
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Hub.dengan klien :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Saat Ini


a. Keluhan Utama
Biasanya Klien mengeluh tidak haid
b. Riwayat Penyakit
Pada riwayat penyakit biasanya klien mengeluh tidak haid selama
tiga bulan, disertai dengan perasaan tidak enak, seperti rasa hangat
yang menyebar dari badan ke wajah (hot fluhes), sulit
berkonsentrasi, sakit kepala, berdebar-debar, tangan dan kaki dingin,
gelisah, merasa nyeri disekitar vagina bila berhubungan sehingga ia
sering menolak bila diajak berhubungan oleh suaminya. Beberapa
bulan sebelum tidak mendapat haid, klien mengungkapkan haid nya
tidak teratur.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Tanyakan apakah klien mengalamikelainan haid (seperti
dysmenarhoe,menoraghi, metrorhagia, dll.), penyakit kelamin,
tumor, dll.
b. Tanyakan kapan mensntruasi pertama (menarche)
c. Tanyakan apakah pernah aborsi/kegiguran saat hamil Dan riwayat
persalinan melalui sc/normal
d. Tanyakan penggunaan alat kontrasepsi, sejak kapan dan masih
menggunakan atau tidak
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit kelamin,
tumor ada organgenetalia.
5. Riwayat Psikospiritual
a. Biasnya Klien merasa cemas dan selalu menanyakan keadaannya apa
mungkinia hamil lagi atau apa ia sudah menopause.
b. Biasanya klien ingin mengetahui penyebab ia tidak haid.
c. Konsep diri biasnya klien merasa malu bila ia hamil lagi, tapi bila ia
hanya menopause, ia dapat menerima keadaannya karena ia memang
sudah tua.
d. Tanyakan Hubungan dengan keluarga
e. Tanyakan Hubungan dengan masyarakat
f. Tanyakan Kegiatan keagamaan
6. Kebutuhan Dasar
a. Pola makan
apakah makan klien teratur 3x sehari dengan porsi seimbang 4 sehat
5 sempurna

b. Pola minum
Bagaimana pola minum nya apakah cukup sesuai kebutuhan/ hati
c. Pola eliminasia.
1) Eliminasi miksi
Apakah lancar buang air kecil nya. Konsistensi dan frekuensi

2) Eliminasi defekasi
Tanyakan apakah BAB lancar bagaimana konsistensi dan
frekuensi BAB
d. Pola tidur
Apakah klien tidur cukup saat sakit dan sebelum sakit?
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
biasanya terjadi
1) Perubahan mood karena merasa tidak enak badan
2) Tanda tanda vital
b. Kulit: apakah mulai keriput, ada lesi atau tidak ada kemerahan atau
tidak
c. Kepala apakah simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, kulit
kepala bersih, rambut mulai beruban atau tidak
d. Muka: apakah tampak cemas, kemerahan, hangat, tumbuh bercak-
bercak kecoklatan atau tidak
e. Mata: lihat ikterus , pupil, dan konjungtiva
f. Telinga: bagaimana bentuk telingamya simetris kiri dan kanan, ada
gangguan pemdengaran atau tidak
g. Hidung: bagaimana bentuk hidungnya simetris, fungsi penciuman,
lihat adanya polip atau tidak, ada darah/cairan keluar dari hidung
atau tidak
h. Mulut: bagaimana bibir nya kering atau tidam, sianosis, lidah
i. Leher: apa ada pembengkakan kelenjar tiroid, dapat
digerakkandengan tidak
j. Dada: lihat bentuk dan gerakan simetris, apa ada nyeri tekan
k. Abdomen: lihat abdomen apa ada pembesaran hati, limpa
l. Genital: pada genital biasanya labia, klitoris mengecil, vagina
kering, tidak elastis, tidak adatanda-tanda perdarahan, iritasi, dll.
m. Tungkai/ekstremitas: apakah simetris kiri dan kanan, dapat
melakukan aktivitasdengan baik .
n. Kuku:lihat kebersihan nua
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes kehamilan: (-)
b. Pemeriksaan darah: kadar progesterone dan estrogen rendah.
c. Pemeriksaan mikroskopik
Korteks ovarium menipis dan medulla relatif menebal akibat
bertambahnya jaringan ikat fibrosa dan menjadi sklerotik.

9. Rencana Asuhan Keperawatan

ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
DS : Perubahan Fungsi/struktur Difungsi Seksual
tubuh

- Klien mengeluh
nyeri saat
berhubungan

DO :

- Alat kelamin
luar Nampak
mengecil.
- Vagina kering,
kurang elastis

DS : Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan

- klien merasa
tidak enak
dengan keadaan
sekarang
DO:

- Klien tampak
cemas dan
gelisah.
- Klien sering
bertanya
tentang
keadaanya

10. Diagnosa Keperawatan yg mungkin muncul

a. Difungsi Seksual b/d Perubahan Fungsi/struktur tubuh


b. Defisit Pengetahuan b/d Kurang Terpapar Informasi

11. Rencana Tindakan Keperawatan

NO HARI/ DIAGNOSA INTERVENSI


TGL
1. Difungsi Seksual Observasi
b/d Perubahan
- Identifikasi kesiapan kemampuan
Fungsi/struktur menerima informasi
tubuh.
Terapeutik
DS:
- Sediakan materi dan media
- Klien Pendidikan Kesehatan
mengeluh - Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
nyeri saat sesuai kesepakatan
berhubungan
DO: Edukasi

- Alat kelamin - Jelaskan faktor resiko yang dapat


luar Nampak memperngaruhi kesehtan
mengecil - Ajarkan perilaku hidup berdih dan
- Vagina sehat
kering,
kurang
elastis
2 Defisit pengetahuan Observasi
b/d kurang terpapar
informasi.
- Indentifikasi masalah Kesehatan
DS: individu, keluarga dan masyarakat

- klien merasa Terapeutik


tidak enak
dengan - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
keadaan Kesehatan
sekarang - Fasilitasi kebutuhan pemenuhan
DO: Kesehatan mandiri.

- Klien Edukasi
tampak
cemas dan - Bombing untuk bertanggumg jawab
gelisah mengindentifikasi dan
- Klien sering mengembangkan kemampuan
bertanya memecahkan masalah Kesehatan
tentang secara mandiri
keadaanya

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Menopause


merupakan saat terjadinya haid atau menstruasi terakhir (Prawirohardjo, 2007).
Menopause juga bisa diartikan masa berhentinya menstruasi untuk selamanya biasanya
menopause terjadi pada wanita 45–55 tahun.
Manopouse di sebabkan karena hilangnya aktivitas ovarium yang menyebabkan
gangguan sekresi hormon estrogen dan progesteron dan meningkatnya follicle stimulating
hormone (FSH).

Menopause ternyatamemberi pengaruh ketidaknyamanan.Gejala menopause dapat


dikelompokkan menjadi gejala vasomotor,gejala psikis,dangejala urogenital

Menopause terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang diikuti dengan penurunan
produksi hormon reproduksi, ini terjadi secara alamiah

Pada pasien menopouse biasanya akan mengalami komplikasi penyakit kardiovaskular,


osteoporosis, obesitas, dan inkontenensia urim

Penatalaksanaan menopause bisa berupa terapi hormonal dan nonhormonal.

Anda mungkin juga menyukai