Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENEUPAOUS

Disusun oleh :

Kelompok 4

 Megawati Ansarudin : 16 3145 105 017


 Melinda Olivia Lekatompessy : 16 3145 105 018
 Meytha Roos Luhulima : 16 3145 105 019
 Nadya Mustika Samosir : 16 3145 105 020
 Nus Sri Fatmawati : 16 3145 105 026
 Syane Pertafun : 16 3145 105 037
 Andri Fernatubun : 16 3145 105 021

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1. KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017-2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirad Tuhan YME atas limpahan rahmad dan karunia-Nya ,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ meneupose “ ini dengan lancer.
Penulisa makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah .

Makalah ini ditulis dari hasil penyususnan data data sekunder yang kami peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan judul makalah ini, tidak lupa penyusun ucapan terima
kasih kepada dosen pengajar mata kuliah dan para mahasiswa yang mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.

Kami berharap denggan membaca makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua dan
dapat membawa wawasan kita mengenai keperawatan keselamatan kerja. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.

Makassar oktober 2017


BAB I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Menopause dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan sering dianggap
menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala
menopause pada usai 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami
gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun. Namun bila diambil rata-ratanya,
umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun (Rostiana 2009).
Menurut perhitungan para ilmuwan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan jumlah
perempuan di dunia yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2 milyar orang. Itu
artinya sebanyak 1,2 milyar perempuan akan memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu
merupakan tiga kali lipat angka sensus tahun 1990 tentang jumlah perempuan menopause
(Siswono 2001). Sementara di Indonesia menurut badan pusat statistika (BPS), pada 2025
diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause (Anonim 2007).
Akibat perubahan dari haid menjadi tidak haid lagi, otomatis terjadi perubahan organ reproduksi
wanita. Perubahan fungsi indung telur akan memengaruhi hormon dalam yang kemudian
memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita pada umumnya. Tidak heran apabila kemudian
muncul berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya maupun
organ tubuh pada umumnya. Tidak hanya itu, perubahan ini seringkali memengaruhi keadaan
psikis seorang wanita (Rostiana 2009).
Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan,
lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu
kesehatan wanita yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Selain itu, bisa
memengaruhi kualitas hidupnya. Dalam menyingkapi dirinya yang akan memasuki masa
menopause, beberapa wanita menyambutnya dengan biasa. Mereka menganggap kondisi ini
sebagai bagian dari siklus hidupnya (Rostiana 2009).
Gejala-gejala psikologis pada masa menopause adalah perasaan murung, kecemasan, irritabilitas
dan perasaan yang berubah-ubah, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat,
konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, merasa tidak berharga (Glasier dan Gebbie
2006). Sementara gejala-gejala fisik yang timbul pada menopause adalah semburan rasa panas
(hot flushes) dan keringant pada malam hari, kelelahan, insomnia, kekeringan kulit dan rambut,
sakit dan nyeri pada persendian, sakit kepala, palpitas (denyut jantung cepat dan teratur), dan
berat badan bertambah (Anonim 2007).
Makalah ini ingin menjelaskan mengenai pengertian menopause dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, bagaimana proses fisiologis menopause, gejala fisik dari menopause, serta
temuan-temuan ilmiah terkait makanan dan minuman yang cocok untuk dikonsumsi oleh wanita
yang sedang mengalami menopause. Selain itu akan dijelaskan juga mengenai terapi estrogen
pada wanita menopause.

b. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai pengertian menopause, faktor-
faktor yang mempengaruhi menopause, bagaimana proses fisiologis menopause, dan gejala fisik
dari menopause. Selain itu untuk memberikan informasi mengenai temuan-temuan ilmiah terkait
makanan dan minuman yang dianjurkan bagi wanita menopause serta memberikan penjelasan
mengenai terapi estrogen pada wanita menopause.

c. Kegunaan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan untuk teman-teman dan
dalam lancarnya proses belajar kami dalam mata kuliah ini.
BAB II
ISI
a. Pengertian Menopause
Kasdu (2004) mendefinisikan menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai
banyak arti, men dan pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk
menggambarkan berhentinya haid. Rahman (1995), mengatakan menopause terjadi pada usia
menjelang 50 tahun yang ditandai dengan berhentinya haid terakhir dari uterus yang dipengaruhi
oleh hormon-hormon dari otak dan sel-sel telur.
Menopause merupakan salah satu fase kehidupan normal seorang wanita
Masa menopause yaitu kapasitas reproduksi wanita berhenti, Ovarium tidak lagi berfungsi,
produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang.
Drajat (1994) mendefinisikan menopause sebagai peralihan masa reproduksi ke masa non
reproduksi (tua) dimana kemampuan alat-alat reproduksinya mulai menurun yang disebabkan
berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang mulai memegang peranan sangat penting
dalam berbagai aktivitas tubuh. Baziad (2002) menyebutkan menopause sebagai pendarahan
rahim yang masih diatur oleh fungsi hormon indung telur. Istilah menopause digunakan untuk
mengatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah wanita mengalami periode terakhir masa
haid. Menopause adalah saat dimana tidak ada telur yang masuk lagi sehingga tidak direproduksi
oleh indung telur, maka wanita itu tidak dapat hamil lagi (Rahman, 1995).
Menopause adalah perubahan yang normal terjadi pada kehidupan seorang wanita ketika periode
menstruasinya berhenti. Seorang wanita sudah mencapai menopause apabila dia tidak
mendapatkan menstruasi selama 12 bulan secara berurutan, dan tidak ada penyebab lain untuk
perubahan yang terjadi. Selama menopause, yang umumnya terjadi pada usia 45 – 55 tahun,
tubuh seorang wanita secara perlahan mengurangi produksi hormon estrogen dan progesterone
sehingga terjadilah berbagai gejala
Menurut Takesihaeng (2000) masa menopause adalah keadaan dimana seseorang
berhenti dari masa haidnya selamanya. Menopause berarti berakhir dari kesuburan dan peralihan
menjadi seorang wanita tua, pada suatu masa menopause berarti akhir daya tarik seksual dan
dalam beberapa masyarakat primitif masih diartikan sebagai penurunan pada wanita tua yang
dianggap netral secara seksual. Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan
suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non
produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan
bertambahnya usia.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause


Menurut Blackburn dan Davidson (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi menopause adalah:
a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch)
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat haid pertama dengan
umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali,
semakin tua usia memasuki menopause.
b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan
Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan bekerja, umur memasuki
menopause lebih muda dibandingkan dengan wanita sebaya yang tidak bekerja dan menikah.
c. Jumlah anak
Ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki menopause.
Kelihatannya kenyataan ini lebih sering terjadi pada golongan ekonomi berkecukupan
dibandingkan pada golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.
d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB)
Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatannya wanita
yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause.
e. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok.
f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukaan laut
Wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih cepat 1-2
tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di ketinggian < 1000
m dari permukaan laut.
g. Sosio-ekonomi
Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi, di samping pendidikan dan
pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang
bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosio-ekonomi.
c. Proses Fisiologis Menopause
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal senium
(usia tua) dari terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai
keluhan endokrinologi dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya
fungsi ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah henti haid pada seorang wanita yang
dikenal dengan menopause (Sastrawan 1997).
Menopause adalah terhentinya ovulasi yang disebabkan tidak adanya respon oosit indung telur
(ovarium) dan secara umum pada usia antara 47-53 tahun. Menopause
secara biological didefinisikan sebagai berakhirnya menstruasi, pertanda bahwa hilangnya
kemampuan untuk memilki anak. Menopause bersamaan dengan penurunan estrogen (hormon
seks wanita yang utama) menjadi 1/10 dari jumlah sebelummya (Camellia 2008).
Kurun waktu 4-5 tahun setelah menopause disebut pramenopause, sedangkan kurun
waktu 3-5 tahun setelah menopause disebut sebagai masa pascamenopause. Masa pramenopause,
menopause dan pascamenopause dikenal sebagai masa klimakterium sedangkan keluhan-keluhan
yang terjadi pada masa tersebut disebut sebagai sindroma klimakterik (Camellia 2008).
Menopause dapat terjadi juga segera setelah pembedahan pembuangan ovarium. Perimenopause
mengacu pada tahun-tahun sekitar menopause dimana fungsi ovarium mulai berubah. Jumlah sel
telur menurun dan ovarium menjadi lebih resisten terhadap aksi Follicie-Stimulating Hormon
(FSH), ovarium mulai menghasilkan penurunan jumlah estrogen, progesteron dan androgen.
Hilangnnya negative feedback dari estrogen ovarium menyebabkan peningkatan
sekresi FSH danLuteinizing Hormon (LH). Terdapat juga penurunan sekresi inhibin glikoprotein
(secara selektif menghambat FSH). Aksi peristiwa ini mengakibatkan peningkatan FSH menjadi
menetap, yang dapat menjadi tanda bahwa menopause sudah dekat (Thompson 2003).
Gejala vasomotor mulai terjadi pada masa ini. Penyebab pasti dari gejala ini tidak
diketahui. Mungkin terkait pada sekresi LH. Gejala ini memperlihatkan terjadi secara bersamaan
dangan jumlah LH yang naik turun dan tidak FSH. Gejala didahului adanya tanda prodromal
secara subjektif bahwa flush sedang dimulai. Keadaan ini dapat diukur, terjadi peningkatan panas
diseluruh permukaan tubuh, dan temperatur pusat yang menurun pada waktu singkat, flush tidak
dilepaskan dari panas tubuh yang terakumulasi tapi lebih merupakan eksitasi yang tidak sesuai
secara tiba-tiba dari mekanisme pelepas panas. Hubungan ini terhadap naik-turunnya LH dan
perubahan temperatur dalam otak tidak dimengerti. Pengamatan bahwa flush terjadi setelah
hipofliksetomi mendukung bahwa mekanisme ini tidak dibangkitkan secara langsung oleh
pelepasan LH (Thompson 2003).
Hot Flush digambarkan berupa onset yang tiba-tiba dari memerahnya kulit bagian kepala,
leher dan dada bersamaan dengan perasaan panas tubuh yang hebat dan diakhiri oleh (kadang-
kadang) keringat yang banyak. Lamanya flush bervariasi dari beberapa detik sampai beberapa
menit, frekuensi yang jarang dapat berulang tiap menit. Akhirnya flush menjadi lebih sering
muncul dan hebat pada malam hari, ketika wanita terjaga dari tidur atau selama masa-masa stess.
Meskipunflush dapat terjadi pada pramenopause, pada kebanyakan wanita ini berkahir 1-2 tahun,
tetapi sebanyak 25% lebih lama dari 5 tahun (Sastrawan 1997).
Siklus menstruasi mungkin anovulasi, menimbulkan menstruasi hilang atau perdarahan
yang ireguler. Dengan penurunan jumlah estrogen wanita dapat mengalami insomnia, masalah
dengan konsentrasi, kehilangan memori jangka pendek dan iritabel, akhirnya produksi estrogen
dan progesteron ovarium berhenti. Dan hal ini memperisposisi untuk terjadinya osteoporosis, dan
penyakit kardiovaskular. Pada menopause yang alami ovarium tetap utuh dan terus mensekresi
androgen termasuk testosteron dan androspenedion yang dapat diubah menjadi estron (estrogen
lemah) tapi produksi testosteron ovarium turun menjadi 30% (ini menerangkan 40% produksi
testosteron pasca menopause) dimana sisanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Androgen dari
kedua sumber diaromatisasi pada beberapa jaringan perifer, khususnya sel lemak menjadi estron.
Oleh karena itu wanita yang obesitas dapat memilki jumlah estrogen endogen pascamenopause
yang lebih tinggi dan lebih sedikit gejala defisiensi estrogen yang muncul (Thompson 2003).
Estrogen memilki efek yang luas pada system saraf pusat, memperlihatkan
kemampuannya untuk merubah konsentrasi dan ketersediaan neurotransmitter seperti serotonin
dan noradrenalin. Contohnya estrogen meningkatkan jumlah pemecahan dari monoamine
oxiduse, sehingga menghasilkan jumlah katekolamin juga serotonin lebih tinggi. Estrogen juga
meningkatkan ikatan dari agonis GABA dan reseptor GABA yang upregulasi menjadi berubah
pada keadaan depresi. Dalam hal efeknya terhadap sistem dopamin beberapa penelitian
mendukung bahwa estrogen meningkatkan sensitifitas dari sistem dopaminergik. Namun
penelitian-penalitian lain telah menunjukkan estrogen dapat juga memilki efek penghambat
aktifitas dopamin, khususnya reseptor D2. Meskipun estrogen memilki beberapa pengaruh pada
sistem dopamin, ini belum jelas apakah efek ini bermakna atau relevan secara klinis (Camellia
2008)
Bukti-bukti yang ada mendukung bahwa hormon-hormon wanita memiliki pengaruh pada
kerentanan gangguan mood pada wanita. Wanita yang menstruasi pada masa premenopause,
usaha bunuh diri lebih sering pada minggu pertama setelah minggu keempat dari siklus
menstruasi dimana dijumpai produksi esradiol (E2) menurun (Camellia 2008).

d. Gejala Fisik Menopause


Ada beberapa gejala fisik yang banyak dialami oleh wanita menopause. Takesihaeng (2000)
mengungkapkan gejala fisik yang mungkin dialami saat mencapai masa menopause adalah
berupa rasa panas yang tiba-tiba menyerang bagian atas tubuh, keluar keringat yang berlebihan
pada malam hari, sulit tidur, iritasi pada kulit, gejala pada mulut dan gigi, kekeringan vagina,
kesulitan menahan buang air kecil, dan peningkatan berat badan. Pada saat rasa panas
menyerang bagian atas tubuh, wajah dan leher menjadi merah padam, kadang timbul juga noda
kemerahan dikulit dada, punggung dan lengan.
Keluar keringat yang berlebihan pada malam hari terjadi akibat turunnya kadar estrogen dalam
pembuluh darah. Selain pada keadaan fisik timbul beberapa keluhan psikologis yang kerap kali
muncul pada wanita menopause. Keluhan psikologis itu adalah adanya penurunan daya ingat
terhadap hal-hal yang sebelumnya mudah untuk diingat, rasa cemas tanpa ada sebab yang jelas,
mudah marah, serangan rasa panik (bentuk kecemasan yang lebih khusus, melibatkan bukan
hanya sekedar perasaan tapi juga fisik), dan depresi (Takesihaeng 2000).
Gejala-gejala juga yang normal dialami pada masa menopause dan cara menanganinya adalah :
1. Hot flashes
Hot flashes umum terjadi pada wanita menopause, berlangsung selama 30 detik sampai
beberapa menit, dan kadang diikuti dengan berkeringat terutama malam hari. Lingkungan
panas, makan makanan atau minuman panas atau makanan pedas, alkohol, kafein, dan
stress dapat menyebabkan terjadinya hot flashes. Modifikasi gaya hidup, olahraga teratur,
dan meredakan kecemasan dapat menurunkan gejala ini. Hubungi dokter bila
memerlukan obat-obat antidepresi atau terapi hormonal.
2. Kekeringan pada vagina
Gejala pada vagina dikarenakan vagina yang menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang
elastik berkaitan dengan turunnya kadar hormon estrogen. Gejalanya adalah kering dan
gatal pada vagina atau iritasi dan atau nyeri saat bersenggama. Dapat menggunakan
pelumas vagina yang dijual bebas atau krim pengganti estrogen yang digunakan dengan
mengusapkannya pada vagina. Apabila terjadi perdarahan setelah menggunakan krim
estrogen segera pergi ke dokter
3. Gangguan tidur
Lakukan latihan fisik sekitar 30 menit per hari tapi hindari berolahraga dekat dengan
waktu tidur. Hindari alkohol, kafein, makan dalam jumlah besar, dan bekerja tepat
sebelum waktu tidur. Usahakan suhu kamar tidur tidak terlalu panas. Hindari tidur siang
dan coba untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap harinya. Dapat dilakukan
latihan relaksasi seperti meditasi sebelum tidur
4. Gangguan daya ingat
Tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan tetap aktif selalu
5. Perubahan mood
Tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan aktif selalu
6. Penurunan keinginan berhubungan seksual
Pada beberapa kasus penyebabnya adalah faktor emosi. Selain itu, penurunan kadar
estrogen menyebabkan kekeringan pada vagina sehingga berhubungan seksual menjadi
tidak nyaman dan sakit. Konsumsi hormon androgen dapat meningkatkan gairah seksual
dan pemakaian pelumas dapat mengurangi nyeri. Beberapa wanita mengalami perubahan
gairah seksual akibat rasa rendah diri karena perubahan pada tubuhnya. Grup konseling
dapat membantu
7. Gangguan berkemih
8. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan penipisan jaringan kandung kemih dan saluran
kemih yang berakibat penurunan kontrol dari kandung kemih atau mudahnya terjadinya
kebocoran air seni (apabila batuk, bersin, atau tertawa) akibat lemahnya otot di sekitar
kandung kemih. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Hal
tersebut diatasi dengan latihan panggul (pelvic floor exercise) atau Kegel. Kontraksikan
otot panggul seperti ketika sedang mengencangkan atau menutup vagina atau membuka
anus (dubur). Tahan kontraksi dalam 3 hitungan kemudian relaksasikan. Tunggu
beberapa detik dan ulangi lagi. Lakukan latihan ini beberapa kali dalam sehari (dengan
total 50 kali per hari) maka dapat memperbaiki kontrol kandung kemih
9. Perubahan fisik lainnya
Distribusi lemak tubuh setelah menopause menjadi berubah, lemak tubuh pada umumnya
terdeposit pada bagian pinggang dan perut. Selain itu terjadi perubahan di tekstur kulit
yaitu keriput dan jerawat. Sejak meopause, badan wanita menghasilkan sedikit hormon
pria testosteron yang mengakibatkan beberapa wanita dapat mengalami pertumbuhan
rambut pada bagian dagu, bagian bawah dari hidung, dada, atau perut.
 Stadium Menopause
 Menopause prematur (menopause dini)
Kegagalan ovarium prematur adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.
Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit autoimun atau faktor
keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena obat-obatan atau operasi. Operasi
pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan mengakibatkan menopause dini. Apabila
dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa pengangkatan indung telur maka
gejala menopause dini tidak akan terjadi karena indung telur masih mampu menghasilkan
hormon. Selain itu, terapi radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan menopause bila
diberikan pada wanita yang masih berovulasi (mengeluarkan sel telur).
Wanita yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang sama dengan menopause pada
umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada
dan kepala), gangguan emosi, kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan
seksual. Wanita yang mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang lebih besar
dari mereka yang mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka kejadian
osteoporosis dan patah tulang
 Perimenopause
Perimenopause adalah masa dimana kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa
menopause yang berkisar antara 2 – 8 tahun. Ditambah dengan 1 tahun setelah periode terakhir
menstruasi. Tidak ada cara untuk mengukur berapa lama perimenopause ini akan terjadi.
Stadium ini merupakan bagian dari kehidupan seorang wanita yang menandakan akhir dari masa
reproduksi. Penurunan fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan dengan
penurunan hormon estradiol dan produksi hormon androgen. Apabila seorang wanita masih
mengalami periode menstruasi pada masa perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap
hamil.

Anda mungkin juga menyukai