Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA, PERUBAHAN FISIK


DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MASA
KLIMAKTERIUM PADA WANITA USIA 45- 55 TAHUN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGO MULYO KECAMATAN
MUARA SUGIHAN KABUPATEN BANYUASIN
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjanan


Kebidanan Pada Fakultas Kebidanan dan Keperawatan Program Studi SI
Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang

OLEH:
NAMA : FITRI NANDA SARI
NIM : 19251019P

YAYASAN KADER BANGSA UNIVERSITAS KADER BANGSA


PALEMBANG FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa lansia ( lanjut usia ) pada wanita sangat identik dengan masa
klimakterium yaitu masa peralihan antara fase premenopouse dan
pascamenopouse. Fase klimakterium dibagi menjadi 3 yaitu premenopouse,
menopouse dan pascamenopouse, secara umum menopouse bearti berhentinya
siklus menstruasi yang dialami oleh wanita , perkiraan rata-rata umur
menopouse di indinesia adalah pada umur 50-52 tahun (Atikah, 2010).
Klimakterium merupakan bagian dari masa sebelum terjadinya
menopouse,yaitu masa dimana siklus menstruasi mulai berlangsung tidak
teratur dan pada masa tersebut seorang wanita akan mengalami beberapa gejala
klimakterium, salah satunya adalah hot flash yaitu kemerahan pada kulit kepala,
dada, wajah, hingga leher yang terasa panas. Setelah seorang perempuan
melewati masa menopouse, maka perempuan tersebut akan mulai beranjak
mendaki anak tangga dalam artian di sini disebut fase pascamenopouse yaitu
istilah yang ditetapkan untuk menyebutkan adanya gejala atau berhentinya
menstruasi. Klimakterium dimulai pada akhir tahap reproduksi dan berakhir
pada awal senium, masa ini berlangsung beberapa tahun sebelum dan setelah
menopouse ( Hafifah Munawar, 2013 ).
Menopause dan ketuaan merupakan kenyataan yang harus
dihadapi wanita. Cepat atau lambat masa tersebut akan datang, sehingga setiap
wanita diharapkan mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik secara fisik
maupun mental dalam menghadapi dan menjalani masa menopause tersebut.
Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada
perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat
kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan
kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami
stres psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal
normal sebagaimana yang dialami oleh semua perempuan (Baziad, 2013).
Menopause merupakan suatu masa transisi alamiah yang dialami oleh
setiap wanita saat dia bertambah umur, dimana perdarahan haidnya berhenti
sama sekali. Sebelum haid berhenti sebenarnya pada diri seorang wanita telah
terjadi suatu perubahan pada tubuh, baik secara fisik maupun mental. Usia
saat seorang akan memasuki menopause disebut usia premenopause
(Wiknjosastro, 2012).
Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi
wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan
oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia
lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan
disebabkan oleh keadaan patologis (Imelda Fitri, 2017).
Premenopause atau masa menjelang menopause adalah suatu keadaan
dimana terjadi keadaan perubahaan fisik dan psikologis yang dirasakan oleh
wanita, selama 4-5 tahun sebelum memasuk usia menopause.
Menopause dan ketuaan bukanlah mitos. Keduanya merupakan kenyataan
pengalaman perempuan. Dengan kenyataan tersebut, apakah penuh
penderitaan atau tidak, tergantung dari bagaimana perasaan perempuan
mengenai dirinya sendiri. Menopause juga bukanlah peristiwa dan kejadian
secara mendadak dan merupakan proses yang alamiah (Arisman, 2010).
Perubahan fisik, sosial, dan emosi dalam hidup, serta perubahan
psikologis pada diri wanita membuat masa menopause menjadi salah satu
goncangan dan analisis diri terbesar bagi beberapa wanita. Menopause
merupakan kejadian yang sangat individual, dengan berbagai masalah akibat
“usia paruh baya” yang menyertainya sehingga bagaimana setiap
wanita menerima dan mengalami waktu perubahan fisik ini sangat
bervariasi (Andrews, 2009).
Pemikiran-pemikiran seorang wanita menopause tentang hari tuanya,
kehilangan kemampuan untuk berproduksi dan kehilangan daya tarik
terkadang membuat wanita menopause merasa tertekan dan menurunnya rasa
percaya diri karena menganggap tidak lagi menjadi seorang wanita sempurna,
hal inilah yang menjadi pemicu utama wanita menopause menjadi depresi dan
menyebabkan wanita mempunyai resiko terbesar mengalami depresi
dibandingkan pria. Bila hal ini tidak segera ditanggapi maka depresi akan
menjadi depresi berat.
Gangguan kecemasan merupakan hal yang sering dialami wanita yang
akan menghadapi menopause, kecemasan dianggap sebagai bagian dari
satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk
hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya.
Namun kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang
yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-
orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas
meskipun orang disekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang
timbul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatikan. Merasa cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang
berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik.Apalagi menyadari bahwa dirinya
akan menjadi tua yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu
vilatitas dan fungsi organ-organ tubuhnya akan menurun. Hal ini dapat
menghilangkan kebanggaannya sebagai seorang wanita. Keadaan ini
dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun
dengan lingkungan sosialnya (Lestari, 2010).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia.(WHO), di Asia pada tahun2025
jumlah wanita berusia tua akan meningkat dari 107 juta menjadi 373 juta.
sindroma premenopause dan menopause dialami oleh banyak perempuan
hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% diAmerika, 57%
di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Menurut data
salah satu peneliti gejala yang paling banyak dilaporkan adalah 40%
merasakan hot flashes, 38% mengalami sulit tidur, 37% merasa cepat lelah
dalam bekerja, 35% sering lupa, 33% mudah tersinggung, 26% mengalami
nyeri pada sendi dan merasa sakit kepala yang berlebihan 21% dari seluruh
jumlah wanita premenopause.
Angka perceraian di Amerika Serikat mencapai 66,6% dan di Inggris
mencapai 50%. Jumlah perceraian di Indonesia telah mencapai angka yang
sangat fantastis. Tercatat pada tahun 2007 sedikitnya 200 ribu pasangan
melakukan pisah ranjang alias cerai. Namun angka perceraian di Indonesia ini
sudah menjadi rekor tertinggi di kawasan Asia Pasifik (Julianto, 2008).
Menurut Proverawati (2010) sindrom pramenopause dialami oleh hampir
seluruh wanita di dunia. Setiap tahun sekitar 25 juta wanita di dunia
mengalami menopause.Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus
penduduk tahun 2008 jumlah wanita yang berusia 40-49 tahun sebanyak 14,72
juta. Jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2010 yaitu 32,82 juta jiwa
dengan jumlah wanita yang berusia 40-49 tahun yang memasuki masa
pramenopause sebanyak 2,36 juta orang. (proverati, 2010)
Pada penelitian kali ini akan meneliti tingkat kecemasan menghadapi
klimakterium / menopause ditinjau dari jenis dukungan sosial keluarga
pada ibu yang menghadapi kecemasan klimakterium, Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini memberi wacana baru antara
dukungan sosial dengan kecemasan terutama dukungan sosial yang
dikhususkan diperoleh dari keluarga, dan kecemasan yang dikhususkan dalam
menghadapi menopause. Subjek dalam penelitian ini juga merupakan hal yang
baru dalam penelitian ini, ibu yang menghadapi kecemasan klimakterium,
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan Dukungan
Keluarga, Perubahan Fisik Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Masa
Klimakterium Pada Wanita Usia 45-55 Tahun Di Wilayah Kerjaa Puskesmas
Margo Mulyo Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun 2021?”

1.3 Tujuan
Penelitian
A. Tujuan umum :
Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga, Perubahan Fisik Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Klimakterium Pada Wanita Usia
45-55 Tahun Di Wilayah Kerjaa Puskesmas Margo Mulyo Kecamatan Muara
Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Menghadapi Masa
Klimakterium Pada Wanita Usia 45-55 Tahun Di Wilayah Kerjaa
Puskesmas Margo Mulyo Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten
Banyuasin Tahun 2021.
2. Mengetahui Hubungan Perubahan Fisik Dalam Menghadapi Masa
Klimakterium Pada Wanita Usia 45-55 Tahun Di Wilayah Kerjaa
Puskesmas Margo Mulyo Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten
Banyuasin Tahun 2021.
3. Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Masa
Klimakterium Pada Wanita Usia 45-55 Tahun Di Wilayah Kerjaa
Puskesmas Margo Mulyo Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten
Banyuasin Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian :


A. Manfaat akademik
1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan
kadar estradiol dengan ekspresi kolagen dan elastin pada vagina
premenopause dan menopouse.
2. Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai
sindrom genitourinaria maupun terapi estrogen pada wanita
premenopouse dan menopouse.

B. Manfaat praktis
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar
penanganan sindrom genitourinaria dan terapi estrogen pada wanita
pascamenopause
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Klimakterium merupakan bagian dari masa sebelum terjadinya
menopouse,yaitu masa dimana siklus menstruasi mulai berlangsung tidak
teratur dan pada masa tersebut seorang wanita akan mengalami beberapa gejala
klimakterium, salah satunya adalah hot flash yaitu kemerahan pada kulit kepala,
dada, wajah, hingga leher yang terasa panas. Setelah seorang perempuan
melewati masa menopouse, maka perempuan tersebut akan mulai beranjak
mendaki anak tangga dalam artian di sini disebut fase pascamenopouse yaitu
istilah yang ditetapkan untuk menyebutkan adanya gejala atau berhentinya
menstruasi. Klimakterium dimulai pada akhir tahap reproduksi dan berakhir
pada awal senium, masa ini berlangsung beberapa tahun sebelum dan setelah
menopouse ( Hafifah Munawar, 2013 ).
Menopause dan ketuaan merupakan kenyataan yang harus
dihadapi wanita. Cepat atau lambat masa tersebut akan datang, sehingga setiap
wanita diharapkan mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik secara fisik
maupun mental dalam menghadapi dan menjalani masa menopause tersebut.
Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada
perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat
kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan
kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami
stres psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal
normal sebagaimana yang dialami oleh semua perempuan (Baziad, 2013).
Menopause merupakan suatu masa transisi alamiah yang dialami oleh
setiap wanita saat dia bertambah umur, dimana perdarahan haidnya berhenti
sama sekali. Sebelum haid berhenti sebenarnya pada diri seorang wanita telah
terjadi suatu perubahan pada tubuh, baik secara fisik maupun mental. Usia
saat seorang akan memasuki menopause disebut usia premenopause
(Wiknjosastro, 2012).
Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi
wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan
oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia
lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan
disebabkan oleh keadaan patologis (Imelda Fitri, 2017).
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin ( Drajat, 2007). Sementara itu, Freud
berpendapat bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif individu
mengenai ketegangan-ketegangan, kesulitan-kesulitan dan tekanan yang
menyertai suatu konflik dan ancaman (Basuki,2000, Hanum, 2002). Kecemasan
adalah suatu keterangan, rasa tidak aman, khawatiran, yang timbul karena
dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan ( Maramis,
2001)

2.2 Tahap-Tahap dalam Menopause


Tahap dalam menopause adalah :
1. Fase Pramenopause
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola
menstruasi, terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan fisik.
Hal ini biasanya berlangsung selama 4-5 tahun. Terjadi pada usia antara
48- 55 tahun. (Imelda Fitril,, 2017).
2. Menopouse
Menstruasi berhenti, peningkatan perubahan fisik dan psikologis ( 56-
60 tahun) (Imelda Fitri, 2017).
3. Pasca Menopouse
Keluhan perubahan fisik dan psikologis makin berkurang (60-65
tahun) (Imelda Fitril,, 2017).

2.3 Faktor yang mempengaruhi menopause


Menurut beberapa referensi faktor – faktor yang mempengaruhi
menopause meliputi : genetik, nutrisi (makanan), fisik, psikis, status kesehatan,
dan lingkungan.

2.4 Perubahan yang Terjadi Pada Wanita Menopause


Setiap wanita menopause akan mengalami perubahan baik fisik dan
psikologis.
1. Perubahan Fisik
Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh
pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang
wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari (Nirmala, 2003) seperti :
a) Siklus haid yang tidak teratur/perdarahan
Beberapa keluhan siklus haid tanda paling umum adalah fluksasi
dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada
siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah
yang sangat banyak, tidak seperti volume perdarahan hal yang normal.
b) Gejolak rasa panas (Hot Fluses)
Hot Fluses adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh
bagian atas ( seperti leher dan dada). Kulit di daerah tersebut terlihat
kemerahan. Gejolak panas terjadi karena jaringan yang sensitif atau yang
bergantung pada estrogen akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen
menurun. Pancaran panas diperkirakan akibat dari pengaruh hormon pada
bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengukur temperatur
tubuh. Gejala panas bisa terjadi beberapa detik atau menit, tetapi ada juga
yang berlangsung sampai satu jam (Baziad, 2013).
c) Jantung berdebar – debar
Dalam beberapa penelitian masa menopause di ikuti dengan
jantung berdebar – debar karena pada masa ini kadar estrogen menurun
sehingga peluang terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit
dari pria. Peluang ini dapat berkurang jika berolahraga secara teratur,
tidak merokok, dan mempertahankan berat badan dalam jangkauan yang
diinginkan, serta diet terkendali.
d) Keringat Berlebihan di Malam Hari dan Sulit Tidur
Cara bekerja secara pasti tidak dapat di ketahui, tetapi pancaran panas
pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada
suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara yang semula dirasakan
nyaman mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas
serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Gejala ini sering
dirasakan pada malam hari, sehingga yang bersangkutan menjadi sulit tidur,
Berkunang – Kunang. Di masa ini penglihatan mulai terganggu terutama
pada ketajaman mata di karenakan kabur dan berkunang-kunang. Hal ini
disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya
sehingga mempengaruhi (Hawari, 2011).
f) Gangguan Libido
Dengan semangkin meningkatnya usia, maka mangkin sering dijumpai
gangguan seksual pada wanita yang di akibatkan kekurangan hormon estrogen
sehingga aliran darah ke vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina
menjadi tipis dan mudah cidera. akibatnya cairan vagina berkurang, umumnya
wanita mengeluh sakit saat senggama sehingga tidak mau lagi melakukan
hubungan seks (Baziad, 2013)
g) Perubahan Kulit
Kulit yang sehat sangat penting bagi wanita, kelainan sedikit saja pada
kulit menyebabkan dampak negatif bagi seorang wanita. Kulit terdiri atas dua
lapisan yaitu epidermis dan dermis. Dermis memiliki banyak artiolen yang
banyak membentuk tumpukan kapiler didalam papil-papil dan sangat berperan
dengan timbulnya panas. Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh
kekurangan estrogen dapat mempengaruhi kadar kalogen dan kadar air dalam
kulit yang menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya, atopik, tipis, kering,
dan berlipat-lipat dan bintik-bintik berupa purpura senilis (Baziad, 2013).
h) Nyeri Otot dan Sendi
Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi.
Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian
wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi
yang mengakibatkan menurunnya aliran darah dan sintesis kalogen
sehingga dengan sendirinya tulang rawan ikut rusak. Kejadian ini meningkat
dengan meningkatnya usia (Baziad, 2013)
i) Berat Badan Bertambah
Perubahan kelenjar dapat membuat sebagian orang mengalami
pertambahan berat badan pada masa menopause, namun penyebab yang lazim
adalah asupan makanan dan minuman jauh melebihi yang
dibutuhkan.Wanita membakar kalori lebih lambat dibandingkan pria, dan
tenaga anda semangkin menurun dengan bertambahnya usia.
2). Perubahan Psikologis
Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat
menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita.
Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari seperti :
a) Depresi
Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu
menopause yang dikarenakan perubahan – perubahan yang ada pada diri setiap
seorang wanita karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh.
b) Kecemasan
Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme
pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila
menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun
kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang yang
cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-
orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas
meskipun orang disekitarnya memberikan dukungan.
c) Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka
wanita menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung dalam
dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-
orang disekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di persiapkan
sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d) Stres
Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan menyebabkan stres
pada wanita serta merupakan reaksi tubuh terhadap kecemasan yang
dihadapinya pada saat situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada
orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita
menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam lingkungan
pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyusup
ke dalam tidur. Kalau tidak di tanggulangi stres dapat menyita energi,
mengurangi produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit. Namun demikian stres tidak hanya memberikan dampak
negatif tetapi juga dampak positif tergantung bagaimana individu
memandang dan mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya.
2.5 Cara Hidup Sehat pada Menopause
Cara hidup sehat adalah cara – cara yang dilakukan untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara – cara
tersebut adalah :
1) Terapi Sulih Hormon (TSH)
Merupakan pemberian terapi penggantian hormon untuk menggantikan
hormon yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya akibat
kemunduran fungsi organ – organ endokrin hormon. Yang mana digunakan
untuk mendapatkan hormon yang hilang saat menopause.
2) Mengatur Pola Makan yang Mengandung Fitoestrogen
Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen, untuk
menggantikannya perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitostrogen
yang terkandung dalam banyak bahan makanan seperti serealia, biji – bijian,
buah – buahan, kacang – kacangan, sayuran sehingga terpenuhi suplai dasar
tubuh, sekaligus memperkuat daya tahan tubuh dan mekanisme penyembuhan.
3) Olahraga Khusus untuk Wanita Menopause.
Berolahraga diperlukan asalkan disesuaikan dengan kemampuan yang
ada. Sekalipun banyak di buka pusat kesegaran jasmani, untuk mempersingkat
waktu dapat dilakukan senam di rumah tanpa memerlukan ruangan yang luas.
Untuk mempertahankan kebugaran fisik harus mengikuti senam kesegaran
jasmani sebanyak dua kali seminggu hal itu sudah cukup.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah pemunculan gejala-
gejala menopause:

1) Olahraga (exercising) secara teratur.


Olahraga selain membantu mengurangi datangnya gejala Menopause,
dapat pula meningkatkan kekuatan tulang. Mulilah olahraga seperti,
jalan kaki, joggong, meditasi, dan yoga.
2) Berhenti merokok.
Merokok sebenarnya ikut mempercepat munculnya Menopause dan
memudahkan kita terkena esteoporosis.
3) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium.
Perempuan, terutama menjelang usia-usia Menopause, sebaiknya
mengkonsumsi kalsium sebanyak 1000-1500 gram sehariannya. Sebagian
besar dapat diperoleh dari makanan, seperti yogurt, susu beberapa jenis
sayuran seperti brokoli. Kalau jumlah kalsium dalam makanan kurang
mencukupi dapat meningkatkan kesehatan tubuh.
4) Mengkonsumsi makanan yang mangandung vitamin
Vitamin yang terkandung dalam buah-buahan dan sayuran dapat
meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.
Minuman ini banyak mengandung kafein yang dapat memperlambat
penyebaran kalsium.
6) Mengkonsumsi kedelai.
Kedelai mengandung fitostrogen atau estrogen yang berasal dari
tumbuh - tumbuhan. Kedelai dapat kita konsumsi dari kecap (Baziad, 2013).

2.6 Pengukuran Perubahan yang terjadi pada Masa Menopause (MRS


Sihombing, 2011)
Menurut Menopause Rating Scale (MRS) Pengukuran perubahan pada
masa menopause yaitu dengan memberikan jumlah soal 11 Pertanyaan :
1 : Perubahan yang dirasakan ringan
2 : Perubahan yang dirasakan berat
Penghitungan skor perubahan yang terjadi pada masa menopause:
Ringan bila total skor : 1-11
Berat : bila total skor antara 12-22

2.7 Cara Mendignosis Ibu Premenopause dan Ibu Menopause Diagnosis


A. Usia
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan usia, yaitu usia antara 40 - 65
tahun. Setelah itu perlu ditanyakan pola haid pada wanita tersebut untuk
mengetahui apakah wanita tersebut berada pada usia premenopause,
perimenopause menopause, atau pascamenopause. Kemudian tanyakan
keluhan yang muncul.Keluhan yang paling pertama dirasakan adalah keluhan
vasomotorik.Keluhan ini dapat muncul pada masa premenopause, perimenopause,
menopause, atau pascamenopause.Berat ringannya keluhan berbeda-beda pada
setiap wanita. Keluhan vasomotorik tampil berupa semburan panas (hot flushes)
yang dirasakan mulai dari bagian dada menjalar ke leher dan
kepala(Sugiono,2011).
Kulit didaerah daerah tersebut terlihat kemerahan.Segera setelah timbul
semburan panas daerah yang terkena semburan tersebut mengeluarkan banyak
keringat. Pasien mengeluh jantung berdebar-debar, sakit kepala dan perasaan
kurang nyaman. Pasien ingin selalu berada ditempat dingin.Frekuensi
kemunculan semburan panas perharinya sangat berbeda.Semburan panas akan
diperberat dengan adanya stress, alkohol,kopi, makanan dan minuman panas.
Semburan panas dapat juga terjadi akibat reaksi alergi dan pada keadaan
hipotiroid. Selain itu, obat-obat tertentu seperti insulin, niasin, nifedipine
dan antiestrogen dapat juga menyebabkan semburan panas.Keluhan lain adalah
keluhan psikologik berupa perasaan takut, gelisah, mudah tersinggung, lekas
marah, sulit berkonsentrasi, perubahan perilaku, depresi dan gangguan libido.
Pada sistem urogenital muncul keluhan nyeri senggama, vagina kering,
keputihan dan infeksi.Kulit menjadi kering dan menipis, gatal,
keriput.Muncul keluhan oral discomfort, berupa mulut kering yang persisten dan
rasa terbakar atau panas. Dalam jangka panjang dampak kekurangan estrogen
adalah meningkatnya kejadian osteoporosis, demensia, penyakit jantung koroner
stroke dan kanker usus besar(Saryono, 2012).
Perlu ditekankan bahwa banyak wanita yang memasuki usia menopause
tidak mengalami keluhan apapun. Meskipun mereka mengalami keluhan,
dampak jangka panjang dari kekurangan estrogen adalah timbulnya osteoporosis
yang meningkatkan kejadian patah tulang, penyakit jantung koroner, demensia,
stroke dan kanker usus besar(Wawan,2012).

B. Keluhan Wanita Menopause


Menopause, terhentinya menstruasi secara permanen terjadi pada usia
rata-rata 51 tahun. Meskipun terjadi peningkatan besar dalam harapan hidup
perempuan, usia saat menopause tetap sangat konstan. Seorang wanita di
Amerika Serikat saat ini akan hidup sekitar 30 tahun,atau lebih dari sepertiga
hidupnya, di luar keadaan menopause. Setelah menopause, ovarium berhenti
untuk memproduksi sejumlah besar estrogen, sehingga gejala dan penyakit yang
berhubungan dengan defisiensi estrogen adalah hal yang penting untuk
kesehatan perempuan.Usia saat menopause tampaknya ditentukan secara genetik
dan tidak dipengaruhi oleh ras, status sosial ekonomi, usia saat menarche,
atau jumlah ovulasi sebelumnya.Faktor-faktor yang berbahaya bagi ovarium
sering mengakibatkan usia dini dari menopause, perempuan yang merokok
mengalami menopause lebih awal, seperti halnya juga pada perempuan yang
terpapar kemoterapi atau radiasi panggul(Proverawati,2011).
Wanita yang telah menjalani operasi pada indung telur mereka, atau
pernah menjalani histerektomi, walaupun tanpa pengangkatan indung telur
mereka, mungkin juga mengalami menopause dini. Kegagalan ovarium prematur,
yang didefinisikan sebagai menopause sebelum usia 40 tahun, terjadi pada
sekitar 1% dari wanita. Ini mungkin terjadi secara idiopatik atau berhubungan
dengan paparan racun, kelainan kromosom, atau gangguan autoimun.Meskipun
menopause dikaitkan dengan perubahan hormon pada hipotalamus dan hipofisis
yang mengatur siklus menstruasi, menopause bukanlah peristiwa sentral, tetapi
kegagalan ovarium lebih utama.Pada tingkat ovarium, ada deplesi folikel
ovarium, kemungkinan besar sekunder untuk apoptosis atau kematian sel
terprogram. Ovarium tidak lagi mampu merespon hormon hipofisis, follicle-
stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH), dan produksi
dari estrogen dan progesterone terhenti.Beberapa sistem penilaian telah
dikembangkan untuk menggambarkan banyak perubahan yang mencakup
transisi dari kehidupan reproduksi postmenopause.
Tahun-tahun reproduksi akhir ditandai dengan siklus menstruasi biasa
yang terkait dengan peningkatan FSH. Masa transisi menopause ditandai
dengan peningkatan kadar FSH yang terkait dengan siklus menstruasi yang
memanjang, sedangkan periode pascamenopause ditandai dengan amenore.
Masa transisi menopause dimulai dengan siklus menstruasi yang memanjang
diikuti oleh meningkatnya kadar FSH dan berakhir dengan periode menstruasi
terakhir. Menopause didefinisikan sebagai waktu periode menstruasi terakhir
diikuti dengan 12 bulan amenore.Postmenopause menggambarkan periode
setelah menstruasi terakhir.Patofisiologi menopause mungkin paling dipahami
dengan mempertimbangkan bahwa ovarium merupakan satu-satunya sumber
oosit, sumber utama dari estrogen dan progesteron, dan sumber utama dari
androgen. Infertilitas disebabkan oleh terjadinya deplesi dari oosit
(Wawan,2011).
Penghentian produksi progesteron oleh ovarium tampaknya tidak memiliki
dampak klinis kecuali untuk peningkatan resiko terjdinya proliferasi
endometrium, hiperplasia, dan kanker yang terkait dengan produksi.Keluhan
utama pada wanita menopause terutama terkait dengan terjadinya defisiensi
estrogen.Mempelajari efek defisiensi estrogen dan penggantian pada wanita
muda dengan kegagalan ovarium atau obat yang menekan sintesis estrogen
(seperti gonadotropin-releasing hormone antagonis)membantu untuk
membedakan antara efek penuaan dan defisiensi estrogen.Masalah kesehatan
utama wanita menopause termasuk gejala vasomotor, atrofi urogenital,
osteoporosis, penyakit jantung, kanker, penurunan kognitif, dan masalah
seksual. Pilihan untuk penaalaksanaan wanita menopause telah meningkat pesat
sejak terapi hormon (HT) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1960..Sehubungan dengan penggunaan hormon, ada banyak pilihan jenis
hormon, dosis, dan metode administrasi. Tidak hanya bentuk-bentuk baru
estrogen dan progestin telah diperkenalkan, tapi cara baru menggabungkan dua
hormon yang tersedia. Selain hormon, selektif modulator reseptor estrogen
(SERM) dan bifosfonat yang tersedia untuk penatalaksanaan(Nurdin,2011).

C. Perubahan Pola Haid


Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan
dari pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami
perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah
khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari
selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama
disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya
menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus atau 26 hari dan pada waktu terjadi
premenopause kejadian oligomenore meningkat.Perdarahan yang tidak teratur
dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol
yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus
mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur.Banyak juga wanita
yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan(Arian,2011).
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang
disebabkan oleh siklus anovulasi.Kemudian menjadi lebih sedikit.Beberapa
wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum
haid.Kombinasi dari spotting, siklus haid yang pendek dan perdarahan yang
banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut “selalu
berdarah”.Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal
selama perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan
diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan
mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi
endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan
faktor risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti
oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.Untuk kasus-kasus yang
dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada
penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang
lebih akurat mengenai pola perdarahan..Oleh karena siklus haid pada periode ini
kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat
unopposed estrogen menjadi lebih tinggi (Wawan,2011)

D. Keluhan Vasomotor
Gejala vasomotor mempengaruhi sampai 75% wanita premenopause.
Gejala dapat terjadi untuk 1 sampai 2 tahun setelah menopause pada sebagian
besar wanita, namun dapat terus sampai 10 tahun atau lebih wanita lainnya. Hot
flushes adalah alasan utama mengapa perempuan mencari perawatan saat
menopause dan permintaan akan pengobatan terapi hormonal. Hot flushes tidak
hanya mengganggu perempuan di tempat kerja dan mengganggu kegiatan
sehari-hari tetapi juga mengganggu tidur.Banyak wanita yang melaporkan
kesulitan berkonsentrasi dan terjadinya ketidakstabilan emosional selama masa
transisi menopause. Insiden penyakit tiroid meningkat seiring dengan
pertmbahan usia wanita, sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus dilakukan jika
dijumpai gejala vasomotor yang khas atau resisten terhadap terapi yang
diberikan(Arian,2011).
Mekanisme fisiologis yang mendasari terjadinya hot flushes masih belum
sepenuhnya dipahami. Sebuah peristiwa sentral, mungkin dimulai di hipotalamus,
mendorong peningkatan suhu inti tubuh, tingkat metabolisme, dan suhu kulit. Hal
ini mengakibatkan reaksi ini dalam
terjadinya vasodilatasi perifer dan berkeringat pada beberapa wanita. Peristiwa
sentral mungkin dipicu oleh noradrenergik, serotoninergic, atau aktivasi
dopaminergik.Meskipun lonjakan LH sering terjadi pada saat hot flushes, itu
bukan penyebab, karena gejala vasomotor juga terjadi pada wanita dengan
kelenjar hipofisis yang telah diangkat. Seperti apa peran dari estrogen dalam
terjadinya hal ini masih belum diketahui secara pasti(Saryono,2011).
Gejala vasomotor adalah konsekuensi dari penurunan kadar hormone
estrogen. Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa
panas,berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka, leher dan
dada. ansietas juga sering menyertai hot flashes. Tanda-tanda obyektif dari
vasodilatasi cutaneous seperti flushing dan berkeringat diamati, yang diikuti
oleh penurunan suhu inti tubuh, yang menyebabkan beberapa wanita akan
merasa dingin setelah setelah terjadinya semburan panas(Arikunto,2011).
Hot flushes terkait dengan vasodilatasi dan peningkatan suhu kulit yang
menghasilkan keringat, penurunan resistensi kulit, dan peningkatan konduktansi
kulit. Data dari studi oleh Mashchak dkk menunjukkan bahwa hot flushes
disebabkan oleh perubahan mendadak dalam regulasi control suhu di
hipotalamus regulasi. Investigasi kemudian menunjukkan bahwa penarikan
estrogen adalah faktor pencetus untuk terjadinya hot flushes pada wanita
menopause. Gejala secara lainnya meliputi palpitasi, gelisah, mudah marah, dan
keringat malam. Hot flushes dapat terjadi selama beberapa detik, dan dapat juga
terjadi sampai beberapa jam.Hot flushes dapat muncul sebelum periode
menstruasi terakhir, dengan hampir 60% wanita melaporkan keadian hot flushes
sebelum terjadinya perubahan siklus menstruasi. Pola dapat berubah dari waktu
ke waktu, dengan beberapa wanita mengalami pengurangan keluhan hot flushes
seiring dengan waktu, sementara yang lain terus mengalami ketidaknyamanan
sampai bertahun-tahun(Arikunto,2011).
Hot flushes juga mungkin dapat dipicu oleh menopause yang terjadi
akibat prosedur pembedahan dimana terjadi satu minggu pasca-operasi, dan
biasanya lebih sering dan parah di malam hari (sering membangkitkan seorang
wanita dari tidur) atau selama masa stres. Salah satu keluhan utama yang terkait
dengan hot flushes adalah insomnia, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
wanita.Keluhan Vasomotor pada masa Menopause telah dilaporkan terjadi.
Perempuan kulit hitam secara signifikan lebih cenderung memiliki gejolak panas
dibandingkan perempuan kulit putih(Saryono,2011).
E. Perubahan Secara Psikologi pada masa Menopause
Pandangan bahwa menopause memiliki efek yang merusak pada
kesehatan mental tidak didukung dalam literatur psikiatri, atau dalam survei
populasi umum. Konsep gangguan psikiatrik tertentu (melankolis involusional )
telah ditinggalkan. Memang, depresi kurang umum, dan tidak lebih umum, di
kalangan wanita paruh baya, dan menopause tidak dapat dihubungkan dengan
distress psikologis.Penelitian longitudinal pada wanita premenopause
menunjukkan bahwa histerektomi dengan atau tanpa ooforektomi tidak terkait
dengan dampak psikologis yang negatif diantara wanita paruh baya.Dan data
longitudinal dari dokumen Massachusetts Women's Health Study bahwa wanita
menopause tidak berhubungan dengan peningkatan risiko depresi.
Meskipun wanita lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding pria,
perbedaan jenis kelamin ini dimulai pada awal masa remaja, tidak pada masa
menopause(Sugiono,2012).
U.S. National Health Examination Follow-up Study mencakup penilaian
longitudinal dan cross-sectional dari sampel perwakilan wanita secara
nasional.Penelitian ini tidak menemukan bukti yang mengaitkan baik menopause
alami maupun bedah dengan distress psikologis. Memang, satu-satunya
perubahan longitudinal yaitu sedikit penurunan dalam prevalensi depresi dengan
penuaan wanita melalui transisi menopause.Hasil dalam penelitian ini adalah
sama pada pengguna dan non pengguna estrogen.Sebuah pandangan negatif dari
kesehatan mental pada saat menopause tidak dibenarkan, banyak masalah yang
dilaporkan pada menopause adalah karena kejadian dalam kehidupan. Jadi,
ada masalah yang dihadapi dalam pascamenopause awal yang sering terlihat,
tetapi hubungan kausal mereka dengan estrogen tidak memungkinkan. Masalah-
masalah ini termasuk kelelahan, gugup, sakit kepala, insomnia, depresi,
iritabilitas, nyeri sendi dan otot, pusing, dan jantung berdebar.Memang, pada
tahap ini kehidupan laki-laki dan wanita mengungkapkan banyak keluhan yang
tidak menunjukkan perbedaan gender yang dapat dijelaskan oleh penyebab
hormonal(Suyanto,2011).
Namun demikian, wanita setengah baya melaporkan keluhan yang lebih
sering daripada laki-laki, yang mungkin mencerminkan persepsi negatif
umumnya dan konotasi budaya dan masyarakat telah dikaitkan dengan
menopause.Kestabilan emosi selama masa perimenopause dapat terganggu
oleh pola tidur yang buruk.Hot flushes tidak memiliki dampak yang merugikan
pada kualitas tidur. Terapi estrogen meningkatkan kualitas tidur, mengurangi
waktu onset tidur dan meningkatkan waktu tidur rapideye movement ( REM )(
Azwar,2011). Mungkin flushing cukup untuk membangunkan wanita, tetapi
tidak cukup untuk mempengaruhi kualitas tidur, sehingga mengurangi
kemampuan untuk menangani masalah dan tekanan hari berikutnya.Peningkatan
tidur dengan pengobatan estrogen bahkan dapat didokumentasikan pada wanita
menopause yang dilaporkan asimptomatik. Dengan demikian, secara
keseluruhan kualitas hidup yang dilaporkan oleh wanita dapat meningkatkan
tidur yang lebih baik dan pengentasan hot flushing.(Saryono,2011)
Namun, masih belum pasti apakah pengobatan estrogen memiliki efek
tambahan antidepresan farmakologis langsung atau apakah respon mood
benar-benar merupakan manfaat tidak langsung dari redanya gejala fisik dan,
akibatnya, peningkatan kualitas tidur.Dengan memanfaatkan berbagai alat
penilaian untuk mengukur depresi, perbaikan dengan pengobatan estrogen telah
dicatat pada wanita dengan ooforektomi.Dalam penelitian kohort prospektif
besar dari komunitas pensiun Rancho Bernardo, tidak ada manfaat yang
dapat dideteksi dalam ukuran depresi pada pengguna estrogen pascamenopause
saat ini dibandingkan dengan wanita yang tidak diobati.Memang, wanita yang
diterapi memiliki skor gejala depresi yang lebih tinggi, yang mungkin
mencerminkan bias seleksi pengobatan; wanita simptomatik dan depresi
mencari terapi hormon. Namun demikian, terapi estrogen dilaporkan memiliki
dampak yang lebih kuat pada kesejahteraan wanita yang melampaui hilangnya
gejala seperti hot flushes( Saryono,2011).

F. Perubahan Fungsi Seksual


Banyak wanita mengalami disfungsi seksual , meskipun insidensi dan
etiologi yang tepat masih belum diketahui. Disfungsi seksual mungkin melibatkan
penurunan minat atau keinginan untuk memulai aktivitas seksual, serta
penurunan gairah atau kemampuan untuk mencapai orgasme selama hubungan
seksual.Etiologi disfungsi seksual disebabkan oleh banyak faktor,termasuk
masalah psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan,konflik dalam
hubungan,masalah yang berkaitan dengan penyimpangan seksual, penggunaan
obat, atau masalah fisik yang membuat aktivitas seksual menjadi tidak nyaman ,
seperti endometriosis atau atrofi vaginitis(Azwar,2013) .

G. Gejala Somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama perimenopause
antara lain sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesardan
nyeri.Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejala-
gejala tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis.Pengobatan yang dilakukan
bersamaan dengan pendidikan dan suportif harus dilakukan pada awal
timbulnya gejala.Sekarang ini terapi farmakologi dan nonfarmakologi sudah
tersedia.Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak ada pengobatan bagi
wanita pada masa perimenopause, sebab mereka masih menghasilkan
estrogen.Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah
hal yang nyata dan tidak mengancam kehidupan mungkin sudah cukup. Tetapi,
jika dianggap penting, pengobatan tidak harus ditunda(Arian,2012).

2.8 Tinjauan Umum Tentang Kecemasan


a. Definisi
Kecemasan dapat disebut juga ansietas / anxiety adalah merupakan
gangguan alam perasaan (Affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan
atau kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku
terganggu tapi masih dalam keadaan normal (Hawari, 2011).
Kecemasan atau anxiety sangat berkaitan dengan perasaan tidak past i
dan tidak berdaya. Kecemasan adalah pengalaman emosi seseorang,
keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami
secara subjektif. Status kecemasan didefinisikan sebagai munculnya emosi
yang tidak menyenangkan dalam menghadapi tuntutan atau bahaya.
Kecemasan berbeda dengan perasaan takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu ya ng berbahaya dimana objek yang
dihadapinya jelas, tertentu dan nyata, sedangkan kecemasan adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut, dan penilaian yang terjadi tergantung
dari bagaimana individu mempersepsikan rasa cemasnya (Hawari, 2011).

b. Kepribadian Pencemas
Kepribadian seseorang adalah perlawanan atau mempertahankan diri
sekuat tenaga dari stressor dan menyerah terhadap stressor.
Hawari menyatakan seseorang yang menderita gangguan cemas manakala
seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya dia
akan menyerah atau mepertahakan diri sekuat tenaganya. Seseorang yang tanpa
stressor juga dapat menjadi cemas dapat dinamakan pribadi pencemas. Ciri-ciri
dengan kepribadian cemas :
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (Khawatir)


3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum
4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

5) Tidak mudah mengalah atau suka “Ngotot”

6) Gerakan sering serba salah, gelisah

7) Seringkali mengeluh, khawatir yang berlebih terhadap penyakit.

8) Mudah tersinggung, suka membesarkan masalah kecil

9) Dalam mengambil keputusan sering bimbang atau ragu

10) Kalau sedang emosi bertindak histeris.


Orang dengan kepribadian ini tidak semua mengeluh hal yang
sifatnya psikis tapi juga somatik (Fisik) (Hawari, 2011).

c. Gejala Klinis Cemas


Keluhan keluahan yang sering diungkapkan oleh orang yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari, 2011):
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya.
7) Selain keluhan cemas diatas ada kelompok cemas yang lebih berat dari
gangguan cemas menyeluruh, panik, gangguan Phobik, dan gangguan obsesif
kompulsif.

d. Gangguan Cemas Menyeluruh


Hawari Menyatakan bahwa secara klinis selain gejala cemas yang
biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (1bulan)
dengan manifestasi sebagai berikut :
1) ketegangan motorik/alat gerak :
a. Gemetar
b. Tegang
c. Nyeri otot
d. Letih
e. Tidak dapat santai
f. Kelopak mata bergetar
g. Kening berkerut
h. Muka tegang
i. Gelisah
j. Tidak dapat diam
k. Mudah kaget
2) Hiperaktivitas saraf autonom (Simpatis/ Parasimpatis) :
a. Berkeringat yang berlebihan
b. Jantung berdebar-debar
c. Rasa dingin
d. Telapak tangan/kaki basah
e. Mulut kering
f. Pusing
g. Kepala terasa ringan
h. Kesemutan
i. Mual
j. Rasa aliran panas atau dingin
k. Sering buang air seni
l. Diarea
m. Kerongkongan rasa tersumbat
n. Muka pucat dan atau memerah
o. Nadi dan nafas cepat pada waktu istirahat.
3) Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang :
a. Cemas, khawatir, takut
b. Berpikir berulang
c. Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau
orang lain
4) Kewaspadaan yang berlebihan
a. Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga
mengakibatkan perhatian mudah teralih
b. Sukar konsentrasi
c. Sukar tidur
d. Merasa ngeri
e. Mudah tersinggung
f. Tidak sabar
e. Faktor yang mempengaruhi kecemasan.
Faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:
1). Faktor predisposisi yang meliputi :
a) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
d) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi
konsep diri individu.
f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam
berespons terhadap konflik yang dialami karena mekanisme
koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya.
h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine
dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid
(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2). Faktor presipitasi (stressor pencetus) meliputi :
a) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang
mengancam integritas fisik meliputi :
1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi
system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
Gejala fisiologis pada wanita klimakterium meliputi rasa panas
tubuh, munculnya keringat dingin, vagina yang mengering,
insomnia dan sebagainya.
2. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal. Wanita yang mengalami klimakterium
akan merasa takut kehilangan, kehilangan kepercayaan diri dan
sebagainya.
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
1.Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.
2. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang
dicintai,perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.
3). Penilaian persepsi terhadap klimakterium
Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan
perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan timbulnya satu
krisis dan dimanifestasikan diri dalam simpton-simptom psikologis antara
lain adalah depresi, murung, mudah tersinggung dan mudah jadi marah,
mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomia atau tidak bisa tidur
karena sangat bingung dan gelisah.
Perubahan lain sering pula terjadi, yang disebabkan gangguan
metabolisme tubuh. Ditandai dengan peningkatan kolestrol, kekurangan
kalsium tubuh, dan gangguan metabolisme karbohidrat. Perubahan ini dapat
menimbulkan penyempitan pembuluh darah dan gangguan pada tulang
(oesteporosis). Gejala-gejala ini tidak akan muncul, atau kadang tidak ada
sama sekali. Kondisi ini tergantung individual masing-masing.
Secara umum subjek memiliki kualitas hidup yang positif. Hal ini
terlihat dari gambaran fisik subjek yang selalu menjaga kesehatan dengan
terus makan sayuran, mengkonsumsi vitamin serta berolahraga. Subjek juga
berusaha mengatur pola tidur minimal 8 jam sehari. Faktor yang
mempengaruhi subjek mempunyai kualitas hidup yang positif adalah
karena semua kegiatan yang subjek jalani mendapat dukungan dari keluarga
dan orang-orang terdekat subjek. Dengan begitu subjek merasa percaya
diri. Subjek juga optimis dapat mengerjakan segala sesuatunya dengan baik
karena rasa kasih dan sayang dari semua pihak
4) Sumber koping
Individu dapat mengatasi kecemasan dengan menggerakkan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut dapat berupa model
ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan kecemasan dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil . Kemampuan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk
mencari solusi, mengidentifikasi masalah, menimbang suatu pilihan,
dan implementasi rencana tindakan. Kemampuan sosial memudahkan
pemecahan masalah termasuk masalah orang lain. Dukungan sosial dapat
berupa dukungan yang diberikan dari orang-orang disekitar yang dapat
meredakan kecemasan dan merupakan sumber koping dalam menghadapi
kecemasan.
f. Alat Ukur Kecemasan (Hawari, 2013 mengutip dari HRS-A)
Score diberi 0-4 pada tiap kelompok gejala:
1) Perasaan cemas (Ansietas)
a) Cemas.
b) Firasat buruk.
c) Takut akan pikiran sendiri.
d) Mudah tersinggung.
2) Ketegangan
a) Merasa tegang
b) Lesu
c) Tidak bisa istirahat dengan tenang
d) Mudah terkejut
e) Mudah menangis
f) Gemetar
g) Gelisah
3) Ketakutan
a) Pada gelap
b) Pada orang asing
c) Ditinggal sendiri
d) Pada binatang besar
e) Pada keramaian lalu lintas
f) Pada kerumunan orang banyak
4) Gangguan tidur
a) Sukar masuk tidur
b) Terbangun pada malam hari
c) Tidur tidak nyenyak
d) Bangun dengan lesu
e) Banyak mimpi-mimpi
f) Mimpi buruk
g) Mimpi menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
▪ Sukar konsentrasi
▪ Daya ingat yang menurun
▪ Daya ingat buruk
6) Perasan depresi (Murung)
a) Hilangnya minat
b) Berkurangnya kesenangan pada hobi
c) Sedih
d) Bangun dini hari
e) Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7) Gejala somatik/fisik (Otot)
a) Sakit dan nyeri otot-otot
b) Kaku
c) Kedutan otot
d) Gigi gemerutuk
e) Suara tidak stabil.
8) Gejala Somatik/ fisik(sensorik)
a) Tinitus (Telinga berdenging)
b) Pengelihatan kabur
c) Muka merah atau pucat
d) Merasa lemas
e) Perasaan seperti ditusuk-tusuk
9) Gejala kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)
a) Takikardia
b) Berdebar-debar
c) Nyeri di dada
d) Denyut nadi mengeras
e) Rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan
f) Detak jantung menghilang atau berhenti sejenak
10) Gejala Respiratori
a) Rasa tertekan atau sempit di dada
b) Rasa tercekik
c) Sering menarik nafas
d) Nafas pendek dan sesak
11) Gejala gastrointestinal
a) Sulit menelan
b) Perut melilit
c) Gangguan pencernaan
d) Nyeri sebelum dan sesudah makan
e) Perasaan terbakar di perut
f) Rasa penuh atau kembung
g) Mual dan muntah
h) Buang air besar lembek
i) Konstipasi (Sukar buang air besar)
j) Weight loss (Kehilangan berat badan)
12) Gejala urogenital (Perkemihan dan Kelamin)
a) Sering buang air kecil
b) Tidak dapat menahan air seni
c) Tidak datang bulan
d) Darah haid yang berlebihan
e) Darah haid yang teramat sedikit
f) Masa haid yang berkepanjangan
g) Masa haid yang amat pendek
h) Haid beberapa kali dalam sebulan
i) Menjadi dingin (Frigid)
j) Ejakulasi dini
k) Ereksi melemah
l) Ereksi hilang
m) Hipotensi
13) Gejala autonom
a) Mulut kering
b) Muka merah
c) Mudah berkeringat
d) Kepala pusing
e) Kepala terasa berat
f) Kepala terasa sakit
g) Bulu-bulu berdiri
14) Tingkah laku (Sikap) pada saat wawancara
a) Gelisah
b) Tidak tenang
c) Jari gemetar
d) Kerut kening
e) Muka tegang
f) Otot mengeras/ tegang
g) Nafas pendek dan cepat
h) Muka merah
Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A digunakan untuk mengukur
derajat cemas apakah ringan, sedang atau berat yaitu dengan skor <14
tidak ada kecemasan; 14-20 Kecemasan ringan; 21-27 kecemasan
sedang; 28-41 kecemasan berat; 42-56 Kecemasan berat sekali (Hawari,
2011).

2.5. KerangkaTeori
Menopause adalah tahap atau masa yang ditandai dengan berhentinya haid
yang disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan penurunan hormon estrogen .
Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat
menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan
ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-
hari yaitu siklus haid tidak teratur/perdarahan, gejolak rasa panas (hot fluses),
jantung berdebar-debar, keringat berlebihan di malam hari dan sulit tidur,
berkunang-kunang, gangguan libido, perubahan kulit, nyeri otot dan sendi
serta berat badan bertambah (Proverawati, 2010).
Perubahan Fisik yaitu akibat perubahan pada organ reproduksi maupun
hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh
seorang wanita yaitu (siklus haid, gejolak rasa panas, jantung bredebar-debar,
keringat di malam hari, gangguan libido, perubahan kulit, nyeri otot dan sendi,
berat badan bertambah). Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan
yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Nirmala, 2003)
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Kecemasan yang
timbul pada wanita menopause sering di hubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Meski
cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu
seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang berarti
kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi organ-
organ tubunya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya
sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi
hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan sosialnya. (Hawari,
2011).
Kecemasan adalah pengalaman emosi seseorang, keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.
Status kecemasan didefinisikan sebagai munculnya emosi yang tidak
menyenangkan dalam menghadapi tuntutan atau bahaya. Kecemasan berbeda
dengan perasaan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
ya ng berbahaya dimana objek yang dihadapinya jelas, tertentu dan nyata,
sedangkan kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut, dan
penilaian yang terjadi tergantung dari bagaimana individu mempersepsikan
rasa cemasnya (Hawari, 2011)
Faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu pertama faktor presdisposisi
(peristiwa traumatic, konflik emosional, konsep diri, frustasi, gangguan fisik, pola
mekanisme koping, riwayat gangguan kecemasan, medikasi), kedua faktor
presipitasi (ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap harga diri),
ketiga penilaian persepsi pada klimakterium dan keempat sumber koping.
Faktor yang mempengaruhi
kecemasan
1. Presdisposisi
Perubahan Fisik Pada
a. peristiwa traumatik
Wanita Menopause :
b. konflik emosional
1. Siklus haid tidak teratur/Perdarahan
c. konsep diri
2. Gejolak rasa panas (Hot Fluses)
d. frustasi
3. Jantung Berdebar- debar
e. gangguan fisik
4. Keringat Berlebihan di malam hari dan
f. pola mekanisme koping
sulit tidur
g. riwayat gangguan kecemasan
5. Gangguan Libido
h. medikasi
6. Perubahan kulit
7. Nyeri Otot dan Sendi 2. Presipitasi
8. Berat Badan Bertambah a. ancaman terhadap
integritas fisik
b. ancaman terhadap harga diri
3. Penilaian persepsi pada
klimakterium
4. Sumber koping

Kecemasan pada Wanita


Menopouse

Gambar 1 : Tabel Kerangka Teori


( Proverawati, 2010 dan Hawari, 2011 )
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilalukan. (Notoatmodjo, 2012) Hubungan
antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Variabel Independen Variabel Dependent

- Dukungan Keluarga Kecemasan Pada Wanita


- Perubahan Fisik Klimakterium

Gambar 2 : Kerangka Konsep


3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap teori yang belum terbukti
dalam data, penelitian hipotesis ini akan menggunakan uji statistik, sehingga dapat
disimpulkan benar atau salah (Masturah, 2018).
3.2.1 Hipotesis Mayor
Hipotesis mayor adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian. (Suharsimi, 2009)
Adanya Hubungan Dukungan Keluarga, Perubahan Fisik Dengan Tingkat
Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Klimakterium Pada Wanita Usia 45-55
Tahun Di Wilayah Kerjaa Puskesmas Margo Mulyo Kecamatan Muara
Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.
3.2.2 Hipotesis Minor
Hipotesis minor adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel
atau dengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor (Suharsimi, 2009
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga secara partial dengan
tingkat kecemasan masa klimakterium pada wanita usia 45-55 tahun
di wilayah kerja puskesmas margo mulyo kecamatan muara sugihan kabupaten
banyuasin tahun 2021.
2. Ada hubungan antara perubahan fisik secara partial dengan tingkat
kecemasan masa klimakterium pada wanita usia 45-55 tahun di
wilayah kerja puskesmas margo mulyo kecamatan muara sugihan kabupaten
banyuasin tahun 2021.
3. Ada hubungan antara tingkat kecemasan secara partial dengan masa
klimakterium pada wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja puskesmas
margo mulyo kecamatan muara sugihan kabupaten banyuasin tahun 2021.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Disain Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan metode survey analitik
dengan pendekatan cross sectional, dimana penelitan dilakukan dengan mengukur
variabel independen Dukungan Keluarga, Perubahan Fisik), dan variabel
Dependent ( Tingkat Kecemasan Pada Wanita ) dalam waktu bersamaan
( Notoadmodjo, 2008 )

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini direncanakan di Puskesmas Kerja Margo Mulyo Kecamatan
Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin

2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksnakan pada bulan Agustus 2021.

4.3. Populasi dan Sampel


1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita pramenopause dan
menopause yang berada di wilayah Puskesmas Kerja Margo Mulyo
Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin yang berjumlah 320 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah wanita yang berusia 45-55 tahun yang telah
mengalami perimenopause dan menopause. Besar sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin (Siswanto, 2015) :

N
n= 2
1 + N(0,1)
keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Ukuran sampel
e : derajat ketentuan 90% (0,1)
maka besar sampel adalah :
320
n=
2
1 + 320(0,1)

320
n=

1+320(0,01)
320
n=

4,2
n = 76,1
Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 77 responden wanita usia
45-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Margo Mulyo Kecamatan Muara
Sugihan Kabupaten Banyuasin peirode Agustus 2021. Teknik pengambilan
menggunakan rumus Sistematik :

N
K=
n
keterangan :
keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Ukuran sampel
maka besar sampel adalah :
320
k=

77
k = 4,15
k=5

Jadi rumus sistematic untuk mengambil jumlah dari populasi


dijadikan kelipatan 5 hingga mencapai jumlah sampel 77 responden setiap
wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Margo Mulyo
Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin (Sugiyono, 2012).

4.4 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian. Hal ini
disebabkan karena data yang didapatkan dari responden merupakan data mentah dan
tidak mengandung informasi apapun. Untuk memperoleh penyajian data dan
pengambilan keputusan yang baik, maka diperlukan pengolahan data. Proses
pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut :

a. Editing
Memeriksakan kelengkapan data dan mencocokan dengan hasil dari buku
register.
b. Coding
Yaitu upaya mengklasifikasikan isian atau hasil yang ada
menurutmacamnya dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan
kode kode dalam hal ini adalah variabel metode pembelajaran.Dilakukan
untuk memudahkan dalam pengolahan data.
c. Entry Data
Data yang sudah diberi kode atau dikelompokkan kemudian dimasukkan
kendala tabel dengan cara menghitung frekuensi data (Notoatmodjo, 2012).
Memasukkan data dapat dilakukan dengan cara manual atau melalui
pengolahan computer.

d.Cleaning
Cleaning merupakan tekhnik pembersihan data penelitian, dengan melihat
variabel penelitian apakah data sudah benar atau belum. Data yang sudah
dimasukkan di periksa kembali sejumlah sampel dari kemungkinan data yang
belum di entry (Notoadmodjo, 2012).

4.5 Analisa Data


1 Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian. Pada umumnya dalam analisis univariat ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
(Notoadmodjo,2012). variabel independen ( dukungan kelusrgs, perubahan fisik)
dan variabel dependen ( tingkat kecemasan pada wanita menopouse ).

4.6.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan dua tahap yang diduga berhubungan atau berkolerasi.
Analisis bivariat dilakukan setelah ada perhitungan analisis univariat (Notoatmojo,
2010).

1. Uji Chi-Square
Analisis bivariat dilakukan dengan bantuan komputerisasi. Dari uji
statistik ini dapat disimpulkan adanya hubungan dua variabel dalam
penelitian ini bermakna atau tidak. Hubungan antara variabel nominal yaitu
dukungan keluarga, perubahan fisik dengan varibel kejadian tingkat
kecemasan pada wanita menopouse. Dikatakan bermakna bila p-value<0,05
dengan menggunakan program komputer.

4.7 Definisi Oprasional

Difinisi operasional variabel adalah uraian tentang batasan variabel yang


diteliti, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian di dalam penulisan skripsi ini yang berjudul
“Hubungan Dukungan Keluarga, Perubahan Fisik dengan Tingkat Kecemasan
dalam Menghadapi Masa Klimakterium pada Wanita Usia 45-55 Tahun Di
Puskesmas Kerja Margo Mulyo Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin
Tahun 2021”. Definisi operasional variabel dalam penelitian tersebut dukungan
keluarga, perubahan fisik dengan tingkat kecemasan pada masa klimakterium
pada wanita usia 45-55 tahun.
Tabel 4.1

N Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala


O Operasional

1 Dukungan Peran keluarga Kuesioner 1. Tidak Ordinal


Keluarga dalam Mendukung, jika
membantu ibu skor atau nilai ≤ 8.
agar dapat 2. Mendukung,
menghadapi jika skor
masa atau nilai > 8.
menopouse.
2 Perubahan Perubahan yang Catatan 1. Perubahan Ordinal
Fisik dialami ibu Rekam Ringan apabila
yaitu : mudah Medis dan total skor : 1-11
berkeringat,mu Kuesioner 2. Perubah an
dah Berat apabila
lelah,mudah total skor : 12-
tersinggung,mu 22
dah
lupa,gangguan
tidur,gangguan
jantung,ganggu
an,seksual,jantu
ng berdebar-
debar,rasa tidak
nyaman pada
otot dan sendi
3 Tingkat Tingkat Kuesioner 1. Tingkat nominal
Kecemasan kecemasan kecemasan yang
wanita wanita di alamai yaitu
menopouse menghadapi tingkat
menopouse kecemasan
berkurang sedang, dengan
skor 28-41

Anda mungkin juga menyukai