Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA, PERUBAHAN FISIK


DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MASA
KLIMAKTERIUM PADA WANITA USIA 45- 55 TAHUN DI
PUSKESMAS MARGO MULYO DI KECAMATAN MUARA
SUGIHAN KABUPATEN BANYUASIN
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjanan


Kebidanan Pada Fakultas Kebidanan dan Keperawatan Program Studi SI
Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang

OLEH:
NAMA : FITRI NANDA SARI
NIM : 19251019P

YAYASAN KADER BANGSA UNIVERSITAS KADER BANGSA


PALEMBANG FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa lansia ( lanjut usia ) pada wanita sangat identik dengan masa

klimakterium yaitu masa peralihan antara fase premenopouse dan

pascamenopouse. Fase klimakterium dibagi menjadi 3 yaitu premenopouse,

menopouse dan pascamenopouse, secara umum menopouse bearti berhentinya

siklus menstruasi yang dialami oleh wanita , perkiraan rata-rata umur

menopouse di indinesia adalah pada umur 50-52 tahun (Atikah, 2010).

Menopause dan ketuaan merupakan kenyataan yang harus

dihadapi wanita. Cepat atau lambat masa tersebut akan datang, sehingga setiap

wanita diharapkan mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik secara fisik

maupun mental dalam menghadapi dan menjalani masa menopause tersebut.

Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada

perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat

kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan

kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami

stres psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal

normal sebagaimana yang dialami oleh semua perempuan (Baziad, 2013).

Menopause merupakan suatu masa transisi alamiah yang dialami oleh

setiap wanita saat dia bertambah umur, dimana perdarahan haidnya berhenti

sama sekali. Sebelum haid berhenti sebenarnya pada diri seorang wanita telah

terjadi suatu perubahan pada tubuh, baik secara fisik maupun mental. Usia

saat seorang akan memasuki menopause disebut usia premenopause

(Wiknjosastro, 2012).

Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi

wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan


oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia

lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan

disebabkan oleh keadaan patologis (Imelda Fitri, 2017).

Premenopause atau masa menjelang menopause adalah suatu keadaan

dimana terjadi keadaan perubahaan fisik dan psikologis yang dirasakan oleh

wanita, selama 4-5 tahun sebelum memasuk

usiamenopause. Menopause dan ketuaan bukanlah mitos. Keduanya

merupakan kenyataan pengalaman perempuan. Dengan kenyataan tersebut,

apakah penuh penderitaan atau tidak, tergantung dari bagaimana perasaan

perempuan mengenai dirinya sendiri. Menopause juga bukanlah peristiwa dan

kejadian secara mendadak dan merupakan proses yang alamiah (Arisman,

2010).

Perubahan fisik, sosial, dan emosi dalam hidup, serta perubahan

psikologis pada diri wanita membuat masa menopause menjadi salah satu

goncangan dan analisis diri terbesar bagi beberapa wanita. Menopause

merupakan kejadian yang sangat individual, dengan berbagai masalah akibat

“usia paruh baya” yang menyertainya sehingga bagaimana setiap

wanita menerima dan mengalami waktu perubahan fisik ini sangat

bervariasi (Andrews, 2009).

Pemikiran-pemikiran seorang wanita menopause tentang hari

tuanya,kehilangan kemampuan untuk berproduksi dan kehilangan daya tarik

terkadang membuat wanita menopause merasa tertekan dan menurunnya rasa

percaya diri karena menganggap tidak lagi menjadi seorang wanita sempurna,

hal inilah yang menjadi pemicu utama wanita menopause menjadi depresi dan

menyebabkan wanita mempunyai resiko terbesar mengalami depresi

dibandingkan pria. Bila hal ini tidak segera ditanggapi maka depresi akan

menjadi depresi berat.


Gangguan kecemasan merupakan hal yang sering dialami wanita yang

akan menghadapi menopause, kecemasan dianggap sebagai bagian dari

satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk

hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya.

Namun kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang

yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-

orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas

meskipun orang disekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang

timbul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan adanya

kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah

dikhawatikan. Merasa cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang

berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik.Apalagi menyadari bahwa dirinya

akan menjadi tua yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu

vilatitas dan fungsi organ-organ tubuhnya akan menurun. Hal ini dapat

menghilangkan kebanggaannya sebagai seorang wanita. Keadaan ini

dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun

dengan lingkungan sosialnya (Lestari, 2010).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia.(WHO), di Asia pada tahun

2025 jumlah wanita berusia tua akan meningkat dari 107 juta menjadi 373

juta. sindroma premenopause dan menopause dialami oleh banyak perempuan

hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% diAmerika, 57%

di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Menurut data

salah satu peneliti gejala yang paling banyak dilaporkan adalah 40%

merasakan hot flashes, 38% mengalami sulit tidur, 37% merasa cepat lelah

dalam bekerja, 35% sering lupa, 33% mudah tersinggung, 26% mengalami

nyeri pada sendi dan merasa sakit kepala yang berlebihan 21% dari seluruh

jumlah wanita premenopause.


Angka perceraian di Amerika Serikat mencapai 66,6% dan di Inggris

mencapai 50%. Jumlah perceraian di Indonesia telah mencapai angka yang

sangat fantastis. Tercatat pada tahun 2007 sedikitnya 200 ribu pasangan

melakukan pisah ranjang alias cerai. Namun angka perceraian di Indonesia ini

sudah menjadi rekor tertinggi di kawasan Asia Pasifik (Julianto, 2008).

Menurut Proverawati (2010) sindrom pramenopause dialami oleh hampir

seluruh wanita di dunia. Setiap tahun sekitar 25 juta wanita di dunia

mengalami menopause.Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus

penduduk tahun 2008 jumlah wanita yang berusia 40-49 tahun sebanyak 14,72

juta. Jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2010 yaitu 32,82 juta jiwa

dengan jumlah wanita yang berusia 40-49 tahun yang memasuki masa

pramenopause sebanyak 2,36 juta orang. (proverati, 2010)

Pada penelitian kali ini akan meneliti tingkat kecemasan menghadapi


klimakterium / menopause ditinjau dari jenis dukungan sosial keluarga pada
ibu yang menghadapi kecemasan klimakterium, Kabupaten Banyuasin Provinsi
Sumatera Selatan. Penelitian ini memberi wacana baru antara dukungan
sosial dengan kecemasan terutama dukungan sosial yang dikhususkan
diperoleh dari keluarga, dan kecemasan yang dikhususkan dalam menghadapi
menopause. Subjek dalam penelitian ini juga merupakan hal yang baru dalam
penelitian ini, ibu yang menghadapi kecemasan klimakterium, Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

1.2 Rumusan
Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis


merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan pengetahuan wanita
tentang perubahan fisik dengan kecemasan dalam menghadapi masa klimakterium
pada wanita terhadap kesiapan menjelang masa menopouse di Praktek Mandiri
Bidan, Bidan Zuraidah di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun
2021?”

1.3 Tujuan
Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


:

Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga, Perubahan Fisik dengan


Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Masa Klimakterium pada Wanita Usia 45-
55 Tahun Di Puskesmas Margo Mulyo Di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten
Banyuasin Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Mengetahui distribusi Perubahan menopause yang dialami ibu


premenopause di Puskesmas Margo Mulyo di Kecamatan Muara Sugihan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.
2. Mengetahui distribusi Pengetahuan ibu premenopause terhadap
perubahan pada masa menopause di Puskesmas Margo Mulyo di
Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.
3. Mengetahui distribusi Sikap ibu premenopause terhadap perubahan
masa menopause di Puskesmas Margo Mulyo di Kecamatan Muara
Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.
4. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu premenopause terhadap
perubahan masa menopause di Puskesmas Margo Mulyo di Kecamatan
Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.
5. Mengetahui hubungan sikap ibu premenopause terhadap perubahan masa
menopause di Puskesmas Margo Mulyo di Kecamatan Muara Sugihan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian :

1.4.1. Manfaat akademik

1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan

kadar estradiol dengan ekspresi kolagen dan elastin pada vagina

premenopause dan pascamenopause.

2. Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai

sindrom genitourinaria maupun terapi estrogen pada wanita

pascamenopause.

1.4.2 Manfaat praktis

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar


penanganan sindrom genitourinaria dan terapi estrogen pada wanita
pascamenopause.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengetahuan dan Menopause

A. Menopouse

Menopause dan ketuaan merupakan kenyataan yang harus

dihadapi wanita. Cepat atau lambat masa tersebut akan datang, sehingga setiap

wanita diharapkan mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik secara fisik

maupun mental dalam menghadapi dan menjalani masa menopause tersebut.

Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada

perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat

kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan

kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami

stres psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal

normal sebagaimana yang dialami oleh semua perempuan (Baziad, 2013).

Menopause merupakan suatu masa transisi alamiah yang dialami oleh

setiap wanita saat dia bertambah umur, dimana perdarahan haidnya berhenti

sama sekali. Sebelum haid berhenti sebenarnya pada diri seorang wanita telah

terjadi suatu perubahan pada tubuh, baik secara fisik maupun mental. Usia

saat seorang akan memasuki menopause disebut usia premenopause

(Wiknjosastro, 2012).

Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi

wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan

oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia

lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan

disebabkan oleh keadaan patologis (Imelda Fitri, 2017).

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang


bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin ( Drajat, 2007). Sementara itu, Freud
berpendapat bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif individu
mengenai ketegangan-ketegangan, kesulitan-kesulitan dan tekanan yang
menyertai suatu konflik dan ancaman (Basuki,2000, Hanum, 2002). Kecemasan
adalah suatu keterangan, rasa tidak aman, khawatiran, yang timbul karena
dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan ( Maramis,
2001)

B. Tahap-Tahap dalam Menopause

Tahap dalam menopause adalah :

1. Fase Pramenopause

Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola

menstruasi, terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan fisik.

Hal ini biasanya berlangsung selama 4-5 tahun. Terjadi pada usia antara

48- 55 tahun. (Imelda Fitril,, 2017).

2. Menopouse

Menstruasi berhenti, peningkatan perubahan fisik dan psikologis ( 56-

60 tahun) (Imelda Fitri, 2017).

3. Pasca Menopouse

Keluhan perubahan fisik dan psikologis makin berkurang (60-65

tahun)

C. Faktor yang mempengaruhi menopause

Menurut beberapa referensi faktor – faktor yang mempengaruhi

menopause meliputi : genetik, nutrisi (makanan), fisik, psikis, status kesehatan,

dan lingkungan.

D. Perubahan yang Terjadi Pada Wanita Menopause

Setiap wanita menopause akan mengalami perubahan baik fisik dan

psikologis.

1. Perubahan Fisik

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh

pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang


wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul

dalam kehidupan sehari-hari (Nirmala, 2003) seperti :

a) Siklus haid yang tidak teratur/perdarahan

Beberapa keluhan siklus haid tanda paling umum adalah fluksasi

dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada

siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah

yang sangat banyak, tidak seperti volume perdarahan hal yang normal.

b) Gejolak rasa panas (Hot Fluses)

Hot Fluses adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh

bagian atas ( seperti leher dan dada). Kulit di daerah tersebut terlihat

kemerahan. Gejolak panas terjadi karena jaringan yang sensitif atau yang

bergantung pada estrogen akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen

menurun. Pancaran panas diperkirakan akibat dari pengaruh hormon pada

bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengukur temperatur

tubuh. Gejala panas bisa terjadi beberapa detik atau menit, tetapi ada juga

yang berlangsung sampai satu jam (Baziad, 2013).

c) Jantung berdebar – debar

Dalam beberapa penelitian masa menopause di ikuti dengan

jantung berdebar – debar karena pada masa ini kadar estrogen menurun

sehingga peluang terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit

dari pria. Peluang ini dapat berkurang jika berolahraga secara teratur,

tidak merokok, dan mempertahankan berat badan dalam jangkauan yang

diinginkan, serta diet terkendali.

d) Keringat Berlebihan di Malam Hari dan Sulit Tidur

Cara bekerja secara pasti tidak dapat di ketahui, tetapi pancaran panas

pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada

suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara yang semula dirasakan

nyaman mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas
serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Gejala ini sering

dirasakan pada malam hari, sehingga yang bersangkutan menjadi sulit tidur. e)

Berkunang – Kunang.

Di masa ini penglihatan mulai terganggu terutama pada ketajaman

mata di karenakan kabur dan berkunang-kunang. Hal ini disebabkan karena

otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga

mempengaruhi (Hawari, 2011).

f) Gangguan Libido

Dengan semangkin meningkatnya usia, maka mangkin sering dijumpai

gangguan seksual pada wanita yang di akibatkan kekurangan hormon estrogen

sehingga aliran darah ke vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina

menjadi tipis dan mudah cidera. akibatnya cairan vagina berkurang, umumnya

wanita mengeluh sakit saat senggama sehingga tidak mau lagi melakukan

hubungan seks (Baziad, 2013)

g) Perubahan Kulit

Kulit yang sehat sangat penting bagi wanita, kelainan sedikit saja pada

kulit menyebabkan dampak negatif bagi seorang wanita. Kulit terdiri atas dua

lapisan yaitu epidermis dan dermis. Dermis memiliki banyak artiolen yang

banyak membentuk tumpukan kapiler didalam papil-papil dan sangat berperan

dengan timbulnya panas. Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh

kekurangan estrogen dapat mempengaruhi kadar kalogen dan kadar air dalam

kulit yang menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya, atopik, tipis, kering,

dan berlipat-lipat dan bintik-bintik berupa purpura senilis (Baziad,

2013).

h) Nyeri Otot dan Sendi

Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi.

Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian

wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi
yang mengakibatkan menurunnya aliran darah dan sintesis kalogen

sehingga dengan sendirinya tulang rawan ikut rusak. Kejadian ini meningkat

dengan meningkatnya usia (Baziad, 2013)

i) Berat Badan Bertambah

Perubahan kelenjar dapat membuat sebagian orang mengalami

pertambahan berat badan pada masa menopause, namun penyebab yang lazim

adalah asupan makanan dan minuman jauh melebihi yang

dibutuhkan.Wanita membakar kalori lebih lambat dibandingkan pria, dan

tenaga anda semangkin menurun dengan bertambahnya usia.

2). Perubahan Psikologis

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita.

Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari seperti :

a) Depresi

Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu

menopause yang dikarenakan perubahan – perubahan yang ada pada diri setiap

seorang wanita karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh.

b) Kecemasan

Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme

pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila

menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun

kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang yang

cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-

orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas

meskipun orang disekitarnya memberikan dukungan.

c) Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan. Wanita lebih


mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak

mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka

wanita menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung dalam

dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-

orang disekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di persiapkan

sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

d) Stres

Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan menyebabkan stres

pada wanita serta merupakan reaksi tubuh terhadap kecemasan yang

dihadapinya pada saat situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada

orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita

menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam lingkungan

pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyusup

ke dalam tidur. Kalau tidak di tanggulangi stres dapat menyita energi,

mengurangi produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap

penyakit. Namun demikian stres tidak hanya memberikan dampak

negatif tetapi juga dampak positif tergantung bagaimana individu

memandang dan mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya.

E. Cara Hidup Sehat pada Menopause

Cara hidup sehat adalah cara – cara yang dilakukan untuk menjaga,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara – cara

tersebut adalah :

1) Terapi Sulih Hormon (TSH)

Merupakan pemberian terapi penggantian hormon untuk menggantikan

hormon yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya akibat

kemunduran fungsi organ – organ endokrin hormon. Yang mana digunakan

untuk mendapatkan hormon yang hilang saat menopause.

2) Mengatur Pola Makan yang Mengandung Fitoestrogen


Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen, untuk

menggantikannya perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitostrogen

yang terkandung dalam banyak bahan makanan seperti serealia, biji – bijian,

buah – buahan, kacang – kacangan, sayuran sehingga terpenuhi suplai dasar

tubuh, sekaligus memperkuat daya tahan tubuh dan mekanisme penyembuhan.

3) Olahraga Khusus untuk Wanita Menopause.

Berolahraga diperlukan asalkan disesuaikan dengan kemampuan yang ada.

Sekalipun banyak di buka pusat kesegaran jasmani, untuk mempersingkat

waktu dapat dilakukan senam di rumah tanpa memerlukan ruangan yang luas.

Untuk mempertahankan kebugaran fisik harus mengikuti senam kesegaran

jasmani sebanyak dua kali seminggu hal itu sudah cukup.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah pemunculan gejala-

gejala menopause:

1) Olahraga (exercising) secara teratur.

Olahraga selain membantu mengurangi datangnya gejala Menopause,

dapat pula meningkatkan kekuatan tulang. Mulilah olahraga seperti, jalan

kaki, joggong, meditasi, dan yoga.

2) Berhenti merokok.

Merokok sebenarnya ikut mempercepat munculnya Menopause dan

memudahkan kita terkena esteoporosis.

3) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium.

Perempuan, terutama menjelang usia-usia Menopause, sebaiknya

mengkonsumsi kalsium sebanyak 1000-1500 gram sehariannya. Sebagian besar

dapat diperoleh dari makanan, seperti yogurt, susu beberapa jenis sayuran

seperti brokoli. Kalau jumlah kalsium dalam makanan kurang mencukupi dapat

meningkatkan kesehatan tubuh.


4) Mengkonsumsi makanan yang mangandung vitamin

Vitamin yang terkandung dalam buah-buahan dan sayuran dapat

meningkatkan daya tahan tubuh.

5) Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.

Minuman ini banyak mengandung kafein yang dapat memperlambat

penyebaran kalsium.

6) Mengkonsumsi kedelai.

Kedelai mengandung fitostrogen atau estrogen yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Kedelai dapat kita konsumsi dari kecap (Baziad, 2013).

F. Pengukuran Perubahan yang terjadi pada Masa Menopause (MRS


Sihombing, 2011)

Menurut Menopause Rating Scale (MRS) Pengukuran perubahan pada


masa menopause yaitu dengan memberikan jumlah soal 11 Pertanyaan :

1 : Perubahan yang dirasakan ringan

2 : Perubahan yang dirasakan berat

Penghitungan skor perubahan yang terjadi pada masa menopause:

Ringan bila total skor : 1-11

Berat : bila total skor antara 12-22

2.3. Cara Mendignosis Ibu Premenopause dan Ibu Menopause Diagnosis


A. Usia
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan usia, yaitu usia antara 40 - 65
tahun. Setelah itu perlu ditanyakan pola haid pada wanita tersebut untuk
mengetahui apakah wanita tersebut berada pada usia premenopause,
perimenopause menopause, atau pascamenopause. Kemudian tanyakan
keluhan yang muncul.Keluhan yang paling pertama dirasakan adalah keluhan
vasomotorik.Keluhan ini dapat muncul pada masa premenopause, perimenopause,
menopause, atau pascamenopause.Berat ringannya keluhan berbeda-beda pada
setiap wanita. Keluhan vasomotorik tampil berupa semburan panas (hot flushes)
yang dirasakan mulai dari bagian dada menjalar ke leher dan
kepala(Sugiono,2011).
Kulit didaerah daerah tersebut terlihat kemerahan.Segera setelah timbul
semburan panas daerah yang terkena semburan tersebut mengeluarkan banyak
keringat. Pasien mengeluh jantung berdebar-debar, sakit kepala dan perasaan
kurang nyaman. Pasien ingin selalu berada ditempat dingin.Frekuensi
kemunculan semburan panas perharinya sangat berbeda.Semburan panas akan
diperberat dengan adanya stress, alkohol,kopi, makanan dan minuman panas.
Semburan panas dapat juga terjadi akibat reaksi alergi dan pada keadaan
hipotiroid. Selain itu, obat-obat tertentu seperti insulin, niasin, nifedipine
dan antiestrogen dapat juga menyebabkan semburan panas.Keluhan lain adalah
keluhan psikologik berupa perasaan takut, gelisah, mudah tersinggung, lekas
marah, sulit berkonsentrasi, perubahan perilaku, depresi dan gangguan libido.
Pada sistem urogenital muncul keluhan nyeri senggama, vagina kering,
keputihan dan infeksi.Kulit menjadi kering dan menipis, gatal,
keriput.Muncul keluhan oral discomfort, berupa mulut kering yang persisten dan
rasa terbakar atau panas. Dalam jangka panjang dampak kekurangan estrogen
adalah meningkatnya kejadian osteoporosis, demensia, penyakit jantung koroner
stroke dan kanker usus besar(Saryono,2012).
Perlu ditekankan bahwa banyak wanita yang memasuki usia menopause
tidak mengalami keluhan apapun. Meskipun mereka mengalami keluhan,
dampak jangka panjang dari kekurangan estrogen adalah timbulnya osteoporosis
yang meningkatkan kejadian patah tulang, penyakit jantung koroner, demensia,
stroke dan kanker usus besar(Wawan,2012).

B. Keluhan Wanita Menopause


Menopause, terhentinya menstruasi secara permanen terjadi pada usia
rata-rata 51 tahun. Meskipun terjadi peningkatan besar dalam harapan hidup
perempuan, usia saat menopause tetap sangat konstan. Seorang wanita di
Amerika Serikat saat ini akan hidup sekitar 30 tahun,atau lebih dari sepertiga
hidupnya, di luar keadaan menopause. Setelah menopause, ovarium berhenti
untuk memproduksi sejumlah besar estrogen, sehingga gejala dan penyakit yang
berhubungan dengan defisiensi estrogen adalah hal yang penting untuk
kesehatan perempuan.Usia saat menopause tampaknya ditentukan secara genetik
dan tidak dipengaruhi oleh ras, status sosial ekonomi, usia saat menarche,
atau jumlah ovulasi sebelumnya.Faktor-faktor yang berbahaya bagi ovarium
sering mengakibatkan usia dini dari menopause, perempuan yang merokok
mengalami menopause lebih awal, seperti halnya juga pada perempuan yang
terpapar kemoterapi atau radiasi panggul(Proverawati,2011).
Wanita yang telah menjalani operasi pada indung telur mereka, atau
pernah menjalani histerektomi, walaupun tanpa pengangkatan indung telur
mereka, mungkin juga mengalami menopause dini. Kegagalan ovarium prematur,
yang didefinisikan sebagai menopause sebelum usia 40 tahun, terjadi pada
sekitar 1% dari wanita. Ini mungkin terjadi secara idiopatik atau berhubungan
dengan paparan racun, kelainan kromosom, atau gangguan autoimun.Meskipun
menopause dikaitkan dengan perubahan hormon pada hipotalamus dan hipofisis
yang mengatur siklus menstruasi, menopause bukanlah peristiwa sentral, tetapi
kegagalan ovarium lebih utama.Pada tingkat ovarium, ada deplesi folikel
ovarium, kemungkinan besar sekunder untuk apoptosis atau kematian sel
terprogram. Ovarium tidak lagi mampu merespon hormon hipofisis, follicle-
stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH), dan produksi
dari estrogen dan progesterone terhenti.Beberapa sistem penilaian telah
dikembangkan untuk menggambarkan banyak perubahan yang mencakup
transisi dari kehidupan reproduksi postmenopause.
Tahun-tahun reproduksi akhir ditandai dengan siklus menstruasi biasa
yang terkait dengan peningkatan FSH. Masa transisi menopause ditandai
dengan peningkatan kadar FSH yang terkait dengan siklus menstruasi yang
memanjang, sedangkan periode pascamenopause ditandai dengan amenore.
Masa transisi menopause dimulai dengan siklus menstruasi yang memanjang
diikuti oleh meningkatnya kadar FSH dan berakhir dengan periode menstruasi
terakhir. Menopause didefinisikan sebagai waktu periode menstruasi terakhir
diikuti dengan 12 bulan amenore.Postmenopause menggambarkan periode
setelah menstruasi terakhir.Patofisiologi menopause mungkin paling dipahami
dengan mempertimbangkan bahwa ovarium merupakan satu-satunya sumber
oosit, sumber utama dari estrogen dan progesteron, dan sumber utama dari
androgen. Infertilitas disebabkan oleh terjadinya deplesi dari oosit
(Wawan,2011).
Penghentian produksi progesteron oleh ovarium tampaknya tidak memiliki
dampak klinis kecuali untuk peningkatan resiko terjdinya proliferasi
endometrium, hiperplasia, dan kanker yang terkait dengan produksi.Keluhan
utama pada wanita menopause terutama terkait dengan terjadinya defisiensi
estrogen.Mempelajari efek defisiensi estrogen dan penggantian pada wanita
muda dengan kegagalan ovarium atau obat yang menekan sintesis estrogen
(seperti gonadotropin-releasing hormone antagonis)membantu untuk
membedakan antara efek penuaan dan defisiensi estrogen.Masalah kesehatan
utama wanita menopause termasuk gejala vasomotor, atrofi urogenital,
osteoporosis, penyakit jantung, kanker, penurunan kognitif, dan masalah
seksual. Pilihan untuk penaalaksanaan wanita menopause telah meningkat pesat
sejak terapi hormon (HT) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1960..Sehubungan dengan penggunaan hormon, ada banyak pilihan jenis
hormon, dosis, dan metode administrasi. Tidak hanya bentuk-bentuk baru
estrogen dan progestin telah diperkenalkan, tapi cara baru menggabungkan dua
hormon yang tersedia. Selain hormon, selektif modulator reseptor estrogen
(SERM) dan bifosfonat yang tersedia untuk penatalaksanaan(Nurdin,2011).

C. Perubahan Pola Haid


Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan
dari pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami
perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah
khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari
selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama
disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya
menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus atau 26 hari dan pada waktu terjadi
premenopause kejadian oligomenore meningkat.Perdarahan yang tidak teratur
dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol
yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus
mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur.Banyak juga wanita
yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan(Arian,2011).
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang
disebabkan oleh siklus anovulasi.Kemudian menjadi lebih sedikit.Beberapa
wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum
haid.Kombinasi dari spotting, siklus haid yang pendek dan perdarahan yang
banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut “selalu
berdarah”.Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal
selama perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan
diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan
mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi
endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan
faktor risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti
oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.Untuk kasus-kasus yang
dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada
penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang
lebih akurat mengenai pola perdarahan..Oleh karena siklus haid pada periode ini
kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat
unopposed estrogen menjadi lebih tinggi(Wawan,2011)
D. Keluhan Vasomotor
Gejala vasomotor mempengaruhi sampai 75% wanita premenopause.
Gejala dapat terjadi untuk 1 sampai 2 tahun setelah menopause pada sebagian
besar wanita, namun dapat terus sampai 10 tahun atau lebih wanita lainnya. Hot
flushes adalah alasan utama mengapa perempuan mencari perawatan saat
menopause dan permintaan akan pengobatan terapi hormonal. Hot flushes tidak
hanya mengganggu perempuan di tempat kerja dan mengganggu kegiatan
sehari-hari tetapi juga mengganggu tidur.Banyak wanita yang melaporkan
kesulitan berkonsentrasi dan terjadinya ketidakstabilan emosional selama masa
transisi menopause. Insiden penyakit tiroid meningkat seiring dengan
pertmbahan usia wanita, sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus dilakukan jika
dijumpai gejala vasomotor yang khas atau resisten terhadap terapi yang
diberikan(Arian,2011).
Mekanisme fisiologis yang mendasari terjadinya hot flushes masih belum
sepenuhnya dipahami. Sebuah peristiwa sentral, mungkin dimulai di hipotalamus,
mendorong peningkatan suhu inti tubuh, tingkat metabolisme, dan suhu kulit. Hal
ini mengakibatkan reaksi ini dalam
terjadinya vasodilatasi perifer dan berkeringat pada beberapa wanita. Peristiwa
sentral mungkin dipicu oleh noradrenergik, serotoninergic, atau aktivasi
dopaminergik.Meskipun lonjakan LH sering terjadi pada saat hot flushes, itu
bukan penyebab, karena gejala vasomotor juga terjadi pada wanita dengan
kelenjar hipofisis yang telah diangkat. Seperti apa peran dari estrogen dalam
terjadinya hal ini masih belum diketahui secara pasti(Saryono,2011).
Gejala vasomotor adalah konsekuensi dari penurunan kadar hormone
estrogen. Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa
panas,berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka, leher dan
dada. ansietas juga sering menyertai hot flashes. Tanda-tanda obyektif dari
vasodilatasi cutaneous seperti flushing dan berkeringat diamati, yang diikuti
oleh penurunan suhu inti tubuh, yang menyebabkan beberapa wanita akan
merasa dingin setelah setelah terjadinya semburan panas(Arikunto,2011).
Hot flushes terkait dengan vasodilatasi dan peningkatan suhu kulit yang
menghasilkan keringat, penurunan resistensi kulit, dan peningkatan konduktansi
kulit. Data dari studi oleh Mashchak dkk menunjukkan bahwa hot flushes
disebabkan oleh perubahan mendadak dalam regulasi control suhu di
hipotalamus regulasi. Investigasi kemudian menunjukkan bahwa penarikan
estrogen adalah faktor pencetus untuk terjadinya hot flushes pada wanita
menopause. Gejala secara lainnya meliputi palpitasi, gelisah, mudah marah, dan
keringat malam. Hot flushes dapat terjadi selama beberapa detik, dan dapat juga
terjadi sampai beberapa jam.Hot flushes dapat muncul sebelum periode
menstruasi terakhir, dengan hampir 60% wanita melaporkan keadian hot flushes
sebelum terjadinya perubahan siklus menstruasi. Pola dapat berubah dari waktu
ke waktu, dengan beberapa wanita mengalami pengurangan keluhan hot flushes
seiring dengan waktu, sementara yang lain terus mengalami ketidaknyamanan
sampai bertahun-tahun(Arikunto,2011).
Hot flushes juga mungkin dapat dipicu oleh menopause yang terjadi
akibat prosedur pembedahan dimana terjadi satu minggu pasca-operasi, dan
biasanya lebih sering dan parah di malam hari (sering membangkitkan seorang
wanita dari tidur) atau selama masa stres. Salah satu keluhan utama yang terkait
dengan hot flushes adalah insomnia, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
wanita.Keluhan Vasomotor pada masa Menopause telah dilaporkan terjadi.
Perempuan kulit hitam secara signifikan lebih cenderung memiliki gejolak panas
dibandingkan perempuan kulit putih(Saryono,2011).

E. Perubahan Secara Psikologi pada masa Menopause


Pandangan bahwa menopause memiliki efek yang merusak pada
kesehatan mental tidak didukung dalam literatur psikiatri, atau dalam survei
populasi umum. Konsep gangguan psikiatrik tertentu (melankolis involusional )
telah ditinggalkan. Memang, depresi kurang umum, dan tidak lebih umum, di
kalangan wanita paruh baya, dan menopause tidak dapat dihubungkan dengan
distress psikologis.Penelitian longitudinal pada wanita premenopause
menunjukkan bahwa histerektomi dengan atau tanpa ooforektomi tidak terkait
dengan dampak psikologis yang negatif diantara wanita paruh baya.Dan data
longitudinal dari dokumen Massachusetts Women's Health Study bahwa wanita
menopause tidak berhubungan dengan peningkatan risiko depresi.
Meskipun wanita lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding pria,
perbedaan jenis kelamin ini dimulai pada awal masa remaja, tidak pada masa
menopause(Sugiono,2012).
U.S. National Health Examination Follow-up Study mencakup penilaian
longitudinal dan cross-sectional dari sampel perwakilan wanita secara
nasional.Penelitian ini tidak menemukan bukti yang mengaitkan baik menopause
alami maupun bedah dengan distress psikologis. Memang, satu-satunya
perubahan longitudinal yaitu sedikit penurunan dalam prevalensi depresi dengan
penuaan wanita melalui transisi menopause.Hasil dalam penelitian ini adalah
sama pada pengguna dan non pengguna estrogen.Sebuah pandangan negatif dari
kesehatan mental pada saat menopause tidak dibenarkan, banyak masalah yang
dilaporkan pada menopause adalah karena kejadian dalam kehidupan. Jadi,
ada masalah yang dihadapi dalam pascamenopause awal yang sering terlihat,
tetapi hubungan kausal mereka dengan estrogen tidak memungkinkan. Masalah-
masalah ini termasuk kelelahan, gugup, sakit kepala, insomnia, depresi,
iritabilitas, nyeri sendi dan otot, pusing, dan jantung berdebar.Memang, pada
tahap ini kehidupan laki-laki dan wanita mengungkapkan banyak keluhan yang
tidak menunjukkan perbedaan gender yang dapat dijelaskan oleh penyebab
hormonal(Suyanto,2011).
Namun demikian, wanita setengah baya melaporkan keluhan yang lebih
sering daripada laki-laki, yang mungkin mencerminkan persepsi negatif
umumnya dan konotasi budaya dan masyarakat telah dikaitkan dengan
menopause.Kestabilan emosi selama masa perimenopause dapat terganggu
oleh pola tidur yang buruk.Hot flushes tidak memiliki dampak yang merugikan
pada kualitas tidur. Terapi estrogen meningkatkan kualitas tidur, mengurangi
waktu onset tidur dan meningkatkan waktu tidur rapideye movement ( REM )(
Azwar,2011). Mungkin flushing cukup untuk membangunkan wanita, tetapi
tidak cukup untuk mempengaruhi kualitas tidur, sehingga mengurangi
kemampuan untuk menangani masalah dan tekanan hari berikutnya.Peningkatan
tidur dengan pengobatan estrogen bahkan dapat didokumentasikan pada wanita
menopause yang dilaporkan asimptomatik. Dengan demikian, secara
keseluruhan kualitas hidup yang dilaporkan oleh wanita dapat meningkatkan
tidur yang lebih baik dan pengentasan hot flushing.(Saryono,2011)
Namun, masih belum pasti apakah pengobatan estrogen memiliki efek
tambahan antidepresan farmakologis langsung atau apakah respon mood
benar-benar merupakan manfaat tidak langsung dari redanya gejala fisik dan,
akibatnya, peningkatan kualitas tidur.Dengan memanfaatkan berbagai alat
penilaian untuk mengukur depresi, perbaikan dengan pengobatan estrogen telah
dicatat pada wanita dengan ooforektomi.Dalam penelitian kohort prospektif
besar dari komunitas pensiun Rancho Bernardo, tidak ada manfaat yang
dapat dideteksi dalam ukuran depresi pada pengguna estrogen pascamenopause
saat ini dibandingkan dengan wanita yang tidak diobati.Memang, wanita yang
diterapi memiliki skor gejala depresi yang lebih tinggi, yang mungkin
mencerminkan bias seleksi pengobatan; wanita simptomatik dan depresi
mencari terapi hormon. Namun demikian, terapi estrogen dilaporkan memiliki
dampak yang lebih kuat pada kesejahteraan wanita yang melampaui hilangnya
gejala seperti hot flushes( Saryono,2011).

F. Perubahan Fungsi Seksual


Banyak wanita mengalami disfungsi seksual , meskipun insidensi dan
etiologi yang tepat masih belum diketahui. Disfungsi seksual mungkin melibatkan
penurunan minat atau keinginan untuk memulai aktivitas seksual, serta
penurunan gairah atau kemampuan untuk mencapai orgasme selama hubungan
seksual.Etiologi disfungsi seksual disebabkan oleh banyak faktor,termasuk
masalah psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan,konflik dalam
hubungan,masalah yang berkaitan dengan penyimpangan seksual, penggunaan
obat, atau masalah fisik yang membuat aktivitas seksual menjadi tidak nyaman ,
seperti endometriosis atau atrofi vaginitis(Azwar,2013) .

G. Gejala Somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama perimenopause antara
lain sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesardan nyeri.Dari
semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut
umum terjadi dan bersifat fisiologis.Pengobatan yang dilakukan bersamaan
dengan pendidikan dan suportif harus dilakukan pada awal timbulnya
gejala.Sekarang ini terapi farmakologi dan nonfarmakologi sudah tersedia.Tidak
ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak ada pengobatan bagi wanita pada masa
perimenopause, sebab mereka masih menghasilkan estrogen.Dalam banyak kasus,
meyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah hal yang nyata dan tidak
mengancam kehidupan mungkin sudah cukup. Tetapi, jika dianggap penting,
pengobatan tidak harus ditunda(Arian,2012).

2.4 Tinjauan Umum Tentang Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan dapat disebut juga ansietas / anxiety adalah merupakan

gangguan alam perasaan (Affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku terganggu tapi masih

dalam keadaan normal (Hawari, 2011).

Kecemasan atau anxiety sangat berkaitan dengan perasaan tidak past i dan

tidak berdaya. Kecemasan adalah pengalaman emosi seseorang,

keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami

secara subjektif. Status kecemasan didefinisikan sebagai munculnya emosi

yang tidak menyenangkan dalam menghadapi tuntutan atau bahaya.


Kecemasan berbeda dengan perasaan takut. Takut merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu ya ng berbahaya dimana objek yang

dihadapinya jelas, tertentu dan nyata, sedangkan kecemasan adalah respon

emosional terhadap penilaian tersebut, dan penilaian yang terjadi tergantung

dari bagaimana individu mempersepsikan rasa cemasnya (Hawari, 2011)..

b. Kepribadian Pencemas

Kepribadian seseorang adalah perlawanan atau mempertahankan diri

sekuat tenaga dari stressor dan menyerah terhadap stressor.

Hawari menyatakan seseorang yang menderita gangguan cemas manakala

seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya dia akan

menyerah atau mepertahakan diri sekuat tenaganya. Seseorang yang tanpa stressor

juga dapat menjadi cemas dapat dinamakan pribadi pencemas. Ciri-ciri dengan

kepribadian cemas :

1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (Khawatir)

3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum

4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

5) Tidak mudah mengalah atau suka “Ngotot”

6) Gerakan sering serba salah, gelisah

7) Seringkali mengeluh, khawatir yang berlebih terhadap penyakit.

8) Mudah tersinggung, suka membesarkan masalah kecil

9) Dalam mengambil keputusan sering bimbang atau ragu

10) Kalau sedang emosi bertindak histeris.


Orang dengan kepribadian ini tidak semua mengeluh hal yang sifatnya

psikis tapi juga somatik (Fisik) (Hawari, 2011).

c. Gejala Klinis Cemas

Keluhan keluahan yang sering diungkapkan oleh orang yang

mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari, 2011)


1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,

gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya.

7) Selain keluhan cemas diatas ada kelompok cemas yang lebih berat dari

gangguan cemas menyeluruh, panik, gangguan Phobik, dan gangguan obsesif

kompulsif.

d. Gangguan Cemas Menyeluruh

Hawari Menyatakan bahwa secara klinis selain gejala cemas yang

biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (1bulan) dengan

manifestasi sebagai berikut :

1) ketegangan motorik/alat gerak :


a. Gemetar

b. Tegang

c. Nyeri otot

d. Letih

e. Tidak dapat santai

f. Kelopak mata bergetar

g. Kening berkerut

h. Muka tegang

i. Gelisah

j. Tidak dapat diam

k. Mudah kaget
2) Hiperaktivitas saraf autonom (Simpatis/ Parasimpatis) :

a. Berkeringat yang berlebihan

b. Jantung berdebar-debar

c. Rasa dingin

d. Telapak tangan/kaki basah

e. Mulut kering

f. Pusing

g. Kepala terasa ringan

h. Kesemutan

i. Mual

j. Rasa aliran panas atau dingin

k. Sering buang air seni

l. Diarea

m. Kerongkongan rasa tersumbat

n. Muka pucat dan atau memerah

o. Nadi dan nafas cepat pada waktu istirahat.

3) Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang :

a. Cemas, khawatir, takut

b. Berpikir berulang

c. Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau

orang lain

4) Kewaspadaan yang berlebihan

a. Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga

mengakibatkan perhatian mudah teralih

b. Sukar konsentrasi

c. Sukar tidur

d. Merasa ngeri

e. Mudah tersinggung
f. Tidak sabar

e. Faktor yang mempengaruhi kecemasan.

Faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:

1). Faktor predisposisi yang meliputi :


a) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

b) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan

individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

d) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk

mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena

merupakan ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi

konsep diri individu.

f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga

menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam

berespons terhadap konflik yang dialami karena mekanisme

koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap

konflik dan mengatasi kecemasannya.

h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine

dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid

(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang


bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2). Faktor presipitasi (stressor pencetus) meliputi :

a) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang

mengancam integritas fisik meliputi :

1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi

system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.

Gejala fisiologis pada wanita klimakterium meliputi rasa panas

tubuh, munculnya keringat dingin, vagina yang mengering,

insomnia dan sebagainya.

2. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya tempat tinggal. Wanita yang mengalami klimakterium

akan merasa takut kehilangan, kehilangan kepercayaan diri dan

sebagainya.

b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal.

1.Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas

fisik juga dapat mengancam harga diri.

2. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang

dicintai,perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya.

3). Penilaian persepsi terhadap klimakterium

Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan

perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan timbulnya satu

krisis dan dimanifestasikan diri dalam simpton-simptom psikologis antara

lain adalah depresi, murung, mudah tersinggung dan mudah jadi marah,
mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomia atau tidak bisa tidur

karena sangat bingung dan gelisah.

Perubahan lain sering pula terjadi, yang disebabkan gangguan

metabolisme tubuh. Ditandai dengan peningkatan kolestrol, kekurangan

kalsium tubuh, dan gangguan metabolisme karbohidrat. Perubahan ini dapat

menimbulkan penyempitan pembuluh darah dan gangguan pada tulang

(oesteporosis). Gejala-gejala ini tidak akan muncul, atau kadang tidak ada

sama sekali. Kondisi ini tergantung individual masing-masing.

Secara umum subjek memiliki kualitas hidup yang positif. Hal ini

terlihat dari gambaran fisik subjek yang selalu menjaga kesehatan dengan

terus makan sayuran, mengkonsumsi vitamin serta berolahraga. Subjek juga

berusaha mengatur pola tidur minimal 8 jam sehari. Faktor yang

mempengaruhi subjek mempunyai kualitas hidup yang positif adalah

karena semua kegiatan yang subjek jalani mendapat dukungan dari keluarga

dan orang-orang terdekat subjek. Dengan begitu subjek merasa percaya

diri. Subjek juga optimis dapat mengerjakan segala sesuatunya dengan baik

karena rasa kasih dan sayang dari semua pihak

4) Sumber koping

Individu dapat mengatasi kecemasan dengan menggerakkan sumber

koping di lingkungan. Sumber koping tersebut dapat berupa model

ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan

keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan pengalaman

yang menimbulkan kecemasan dan mengadopsi strategi koping yang

berhasil . Kemampuan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk

mencari solusi, mengidentifikasi masalah, menimbang suatu pilihan,

dan implementasi rencana tindakan. Kemampuan sosial memudahkan

pemecahan masalah termasuk masalah orang lain. Dukungan sosial dapat

berupa dukungan yang diberikan dari orang-orang disekitar yang dapat


meredakan kecemasan dan merupakan sumber koping dalam menghadapi

kecemasan.

f. Alat Ukur Kecemasan (Hawari, 2013 mengutip dari HRS-A)

Score diberi 0-4 pada tiap kelompok gejala:

1) Perasaan cemas (Ansietas)

a) Cemas.

b) Firasat buruk.

c) Takut akan pikiran sendiri.

d) Mudah tersinggung.

2) Ketegangan

a) Merasa

tegang

b) Lesu

c) Tidak bisa istirahat dengan tenang

d) Mudah terkejut

e) Mudah menangis

f) Gemetar

g) Gelisah

3) Ketakutan

a) Pada gelap

b) Pada orang asing

c) Ditinggal sendiri

d) Pada binatang besar

e) Pada keramaian lalu lintas

f) Pada kerumunan orang banyak

4) Gangguan tidur

a) Sukar masuk tidur

b) Terbangun pada malam hari


c) Tidur tidak nyenyak

d) Bangun dengan lesu

e) Banyak mimpi-mimpi

f) Mimpi buruk

g) Mimpi menakutkan

5) Gangguan kecerdasan

▪ Sukar konsentrasi

▪ Daya ingat yang menurun

▪ Daya ingat buruk

6) Perasan depresi (Murung)

a) Hilangnya minat

b) Berkurangnya kesenangan pada hobi

c) Sedih

d) Bangun dini hari

e) Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7) Gejala somatik/fisik (Otot)

a) Sakit dan nyeri otot-otot

b) Kaku

c) Kedutan otot

d) Gigi gemerutuk

e) Suara tidak stabil.

8) Gejala Somatik/ fisik(sensorik)

a) Tinitus (Telinga berdenging)

b) Pengelihatan kabur

c) Muka merah atau pucat

d) Merasa lemas

e) Perasaan seperti ditusuk-tusuk

9) Gejala kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)


a) Takikardia

b) Berdebar-debar

c) Nyeri di dada

d) Denyut nadi mengeras

e) Rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan

f) Detak jantung menghilang atau berhenti sejenak

10) Gejala Respiratori

a) Rasa tertekan atau sempit di dada

b) Rasa tercekik

c) Sering menarik nafas

d) Nafas pendek dan sesak

11) Gejala gastrointestinal

a) Sulit menelan

b) Perut melilit

c) Gangguan pencernaan

d) Nyeri sebelum dan sesudah makan

e) Perasaan terbakar di perut

f) Rasa penuh atau kembung

g) Mual dan muntah

h) Buang air besar lembek

i) Konstipasi (Sukar buang air besar)

j) Weight loss (Kehilangan berat badan)

12) Gejala urogenital (Perkemihan dan Kelamin)

a) Sering buang air kecil

b) Tidak dapat menahan air seni

c) Tidak datang bulan

d) Darah haid yang berlebihan

e) Darah haid yang teramat sedikit


f) Masa haid yang berkepanjangan

g) Masa haid yang amat pendek

h) Haid beberapa kali dalam sebulan

i) Menjadi dingin (Frigid)

j) Ejakulasi dini

k) Ereksi melemah

l) Ereksi hilang

m) Hipotensi

13) Gejala

autonom

a) Mulut kering

b) Muka merah

c) Mudah berkeringat

d) Kepala pusing

e) Kepala terasa berat

f) Kepala terasa sakit

g) Bulu-bulu berdiri

14) Tingkah laku (Sikap) pada saat wawancara


a) Gelisah

b) Tidak tenang

c) Jari gemetar

d) Kerut kening

e) Muka tegang

f) Otot mengeras/ tegang

g) Nafas pendek dan cepat

h) Muka merah

Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A digunakan untuk mengukur

derajat cemas apakah ringan, sedang atau berat yaitu dengan skor <14

tidak ada kecemasan; 14-20 Kecemasan ringan; 21-27 kecemasan


sedang; 28-41 kecemasan berat; 42-56 Kecemasan berat sekali (Hawari,

2001).

2.5. Landasan Teori

Menopause adalah tahap atau masa yang ditandai dengan berhentinya haid

yang disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan penurunan hormon estrogen .

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan

ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-

hari yaitu siklus haid tidak teratur/perdarahan, gejolak rasa panas (hot fluses),

jantung berdebar-debar, keringat berlebihan di malam hari dan sulit tidur,

berkunang-kunang, gangguan libido, perubahan kulit, nyeri otot dan sendi

serta berat badan bertambah (Proverawati, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu pertama faktor presdisposisi

(peristiwa traumatic, konflik emosional, konsep diri, frustasi, gangguan fisik, pola

mekanisme koping, riwayat gangguan kecemasan, medikasi), kedua faktor

presipitasi (ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap harga diri),

ketiga penilaian persepsi pada klimakterium dan keempat sumber koping.

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman

integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Kecemasan yang

timbul pada wanita menopause sering di hubungkan dengan adanya kekhawatiran

dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Meski

cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu

seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang berarti

kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi organ-

organ tubunya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya

sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi

hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan sosialnya. (Hawari,


2011).
2.6. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


kecemasan
Perubahan Fisik Pada
1. Presdisposisi
Wanita Menopause :
a. peristiwa traumatik
1. Siklus haid tidak teratur/Perdarahan
b. konflik emosional
2. Gejolak rasa panas (Hot Fluses)
c. konsep diri
3. Jantung Berdebar- debar
d. frustasi
4. Keringat Berlebihan di malam hari dan
e. gangguan fisik
sulit tidur
f. pola mekanisme koping
5. Berkunang-Kunang
g. riwayat gangguan kecemasan
6. Gangguan Libido
7. Perubahan kulit h. medikasi
8. Nyeri Otot dan Sendi 2. Presipitasi
9. Berat Badan Bertambah a. ancaman terhadap
integritas fisik
b. ancaman terhadap harga diri
3. Penilaian persepsi pada
klimakterium
4. Sumber koping

Kecemasan pada Wanita


Menopouse

Gambar 1 : Tabel Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilalukan. (Notoatmodjo, 2012) Hubungan

antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :

. Variabel Independen Variabel Dependent

Dukungan Keluarga, Kecemasan Pada Wanita


Perubahan Fisik Menopouse

Gambar 2 : Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap teori yang belum terbukti

dalam data, penelitian hipotesis ini akan menggunakan uji statistik, sehingga dapat

disimpulkan benar atau salah (Masturah, 2018).

3.2.1 Hipotesis Mayor

Hipotesis mayor adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan

seluruh subjek penelitian. (Suharsimi, 2009)


Adanya hubungan antara karakteristik wanita ( dukungan keluarga,

perubahan fisik, kecemasan ), pada wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Margo Mulyo Kab. Banyuasi Tahun 2021.

3.2.2 Hipotesis Minor

Hipotesis minor adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel

atau dengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor. (Suharsimi, 2009)

Adanya hubungan antara karakteristik wanita ( dukungan keluarga,

perubahan fisik, kecemasan ), pada wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Margo Mulyo Kab. Banyuasi Tahun 2021.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi
3.1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Observasional melalui

pendekatan cross sectional study. Dimana penelitian diadakan dalam waktu


yang bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda-beda (Arikunto, 2006).

3.1.2. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Margo Mulyo di Kecamatan


Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah sejumlah subyek besar yang mempunyai


karakteristik subyek yang ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan
penelitian (Siswanto, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
wanita pramenopause, menopause dan pasca menopause di Puskesmas
Margo Mulyo di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin yang
berjumlah 468 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah wanita yang berusia > 48 tahun yang telah mengalami

perimenopause, menopause dan pasca menopause. Besar sampel

ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Siswanto, 2015) :

N
n= 2
1 + N(0,1)

keterangan :
N : Jumlah populasi

n : Ukuran sampel

e : derajat ketentuan 90% (0,1)

maka besar sampel adalah :

468
n= 2
1 + 468(0,1)

468
n=
93,8

n = 4,98

Dengan demikian jumlah sampel sebanyak 4 , 9 8 responden. Tekhnik

pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

1) Wanita premenopause, menopause dan pasca menopause usia > 48

tahun.

2) Sehat jasmani dan rohani

3) Mempunyai pasangan hidup

4) Berdomisili desa Waode Buri Kabupaten Buton Utara

5) Bersedia menjadi
informan b.Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah wanita premenopause, menopause

dan pasca menopause dalam keadaan sakit fisik dan kejiwaan.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent) yaitu Dukungan Keluarga , Perubahan Fisik

2. Variabel bebas (Independent) yaitu kecemasan pada wanita

menopause.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Perubahan fisik

Perubahan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

gejala fisik yang dialami oleh wanita menopause yang berupa: siklus

haid tidak teratur/perdarahan, gejolak rasa panas (hot fluses), jantung

berdebar- debar, keringat berlebihan di malam hari dan sulit tidur,

berkunang- kunang, gangguan libido, perubahan kulit, nyeri otot dan

sendi serta berat badan bertambah.

Kriteria objektifnya :

Berat : bila persentase gejala fisik yang dialami 76 – 100 %.

Sedang : bila persentase gejala fisik yang dialami 56 – 75 %.

Ringan : bila persentase gejala fisik yang dialami < 55 %

(Proverawati, 2010)
2. Kecemasan dalam Menghadapi Menopuse

Kecemasan dalam menghadapi menopause yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah respon yang tampak pada pasien atas apa

yang telah terjadi pada dirinya dalam menghadapi menopause.

Kriteria Obyektif :

Kecemasan Ringan : Jika total skor 14 – 20

Kecemasan Sedang : Jika total skor 21 – 27

Kecemasan Berat : Jika total skor 28 – 41

Kecemasan Berat Sekali : Jika total skor 42 – 56

Alat Ukur : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) (Hawari, 2011)

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian data yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan lembar kuisioner. Kuisioner merupakan daftar

pertanyaan yang diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban lisan yang

diberikan oleh responden atau responden mengisi kuisioner secara mandiri

(Notoatmodjo, 2010). Alat yang dipakai untuk pengumpulan peneliti

menggunakan instrument HRSA yang mempunyai 14 butir pertanyaan dan

untuk mengukur tingkat kecemasan dan untuk memperoleh informasi

tentang perubahan fisik menggunakan angket/ kuesioner yang berisi 9

pertanyaan. Pada penelitian ini, untuk mengukur perubahan fisik setiap butir

soal instrument dengan pilihan yaitu ya (skor 1) dan pilihan tidak (skor 0).

G. Jenis dan Sumber Data


1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer digunakan untuk mengukur

dukungan keluarga dengan cara membagikan kuisioner kepada wanita

menopause tentang dukungan keluarga yang telah diberikan

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder untuk jumlah wanita usia

premenopause.

H. Alur Penelitian

Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut


:

Populasi
Semua wanita usia 45-55 tahun di Puskesmas Margo Mulyo yang berjumlah 468
orang

Sampel
Berjumlah 4,98 orang responden

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

I. Rencana Pengololahan dan Analisis Data

1. Pengolahan
Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu


langkah yang sangat penting. Hal ini di sebabkan karena data yang

diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan

informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh

penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik,

diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo,

2010). Dalam hal ini pengolahan data menggunakan komputer akan

melalui tahap-tahap sebagai berikut

a. Editing’

Peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner

apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,

relevan dan konsisten.

b. Coding

Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

c. Processing

Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar dapat

dianalisis. Processing dilakukan pada analisa univariat dan bivariat

mengunakan komputer.

d. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap sumber

data selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan


pembetulan atau koreksi.

e. Tabulating

Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan

dalam bentuk tabel.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variable bebas

yaitu variabel bebas yaitu perubahan fisik dan variabel terikat yaitu

kecemasan dalam menghadapi menopuse, dianalisa

menggunakan rumus sebagai berikut:

X = f/n
xK

Keterangan:

X = Presentase variable yang diteliti

f = Frekuensi kategori variable yang diamati

n = Jumlah sampel penelitian

K = Konstanta (100%)

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah tekhnik analisa yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mengunakan uji chi square

(X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05).


Adapun penghitungan uji chi square (X2) dalam penelitian ini

digunakan untuk melihat hubungan perubahan fisik dengan

kecemasan dalam menghadapi menopuse, dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X2 : Chi square

O : Nilai-nilai yang diamati

E : Nilai-nilai frekuensi harapan

E : Total baris x total kolom


Grand
total

Adapun kriteria penilaian yaitu sebagai berikut :

1) Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka Ha diterima, berarti ada

hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.

2) Jika X2 hitung < X2 tabel, maka Ha ditolak, berarti, tidak ada

hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.

J. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik.

Prinsip etik bertujuan untuk melindungi subjek penelitian. Responden

baik dilindungi hak-haknya. Peneliti menggunakan pertimbangan :

1. Right to self-determination
Responden mempunyai hak otonomi untuk berpartisipasi atau

tidak dalam penelitian. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti

yang berisi prosedur penelitian, manfaat dan resikonya, responden

diberikan kesempatan untuk memberikan persetujuan atau menolak

berpartisipasi dalam penelitian. Responden dapat mengundurkan diri

dari penelitian tanpa konsekuensi apapun.

2. Right to privacy and dignity

Peneliti melindungi privasi dan martabat responden. Selama

penelitian kerahasiaan dijaga.

3. Right to anonymity and confidentiality

Data penelitian yang berasal dari responden tidak disertai

dengan identitas responden tetapi cukup dengan kode responden.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian setiap responden hanya

diketahui oleh peneliti dan responden yang bersangkutan. Selama

pengolahan data, analisis dan publikasi dari hasil penelitian tidak

dicantumkan identitas responden.

4. Right to fair treatment

Semua responden mendapatkan intervensi yang sama pada saat

pengumpulan data penelitian.

5. Right to protection from discomfort and harm

Kenyamanan responden dan risiko perlakuan yang diberikan selama

penelitian tetap dipertimbangkan dalam penelitian ini. Kenyamanan


responden baik fisik, psikologis dan sosial dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai