Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menstruasi atau haid merupakan pengeluaran darah secara periodik
yang berasal dari dinding rahim wanita. Siklus menstruasi tiap wanita
berbeda-beda. Hampir 90% wanita memiliki siklus menstruasi 25-35 hari
dan 10-15% yang memiliki siklus panjang 28 hari, namun beberapa wanita
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur (Saryono dan Sejati, 2009
dalam Susanti et al., 2017)). Saat Menstruasi banyak wanita yang
mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum datangnya
menstruasi, seperti rasa tidak nyaman pada daerah perut atau kram perut
sampai masalah ketidakstabilan emosi atau mudah tersinggung. Kondisi ini
biasanya dikenal sebagai premenstrual syndrome. (Susanti et al., 2017)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan
Ramah Remaja (PKRR) dibawah naungan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2018, disebutkan bahwa permasalahan wanita di
Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan
menstruasi(38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia
(20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta
masalah berat badan (0,5%). Gangguan menstruasi mejadi permasalahan
utama pada wanita di Indonesia. Angka kejadian premesntrual Syndrome di
Indonesia menurut Lestari 2013. Premesntrual syndrome dialami
70/100000-90/100000 (70%-90%) oleh wanita usia reproduktif dan
2/100000-10/100000 (2%-10%) mengalami gejala premesntrual berat.
(Mama, 2017)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan tahun
2014 tentang prevalensi sindrom premenstruasi di Indonesia, diperoleh
hasilsebanyak 40% wanita Indonesia mengalami sindrom premenstruasi dan
sebanyak 2-10% mengalami gejala berat. Menurut Ratikasari (2015),
seorang wanita akan lebih mudah menderita PMS apabila lebih peka

1
2

terhadap perubahan psikologis, khususnya stres. (Saskiaputri, 2020)


Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) tahun 2011, wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49
tahun, baik yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda.
Masa pubertas, sekitar 80- 90% wanita akan mengalami gejala sindrom
premenstruasi. Gejala-gejala PMS, dapat berupa payudara membengkak,
puting susu nyeri, mudah tersinggung, kram perut, letih, sakit kepala, perut
kembung, sembelit, dan timbul jerawat. Gejala PMS akan muncul dalam
rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan akan hilang beberapa hari
setelah terjadinya menstruasi. Wanita dikatakan mengalami PMS, jika
wanita tersebut merasakan salah satu gejala fisik dan gejala emosional.
(Proverawati, 2017)
Faktor penyebab terjadinya PMS antara lain, faktor hormonal dimana
terjadinya ketidakseimbangan kadar hormon estrogen yang meningkat dan
kadar hormon progesteron menurun. Terdapat beberapa faktor risiko
terjadinya PMS, seperti faktor genetik dimana kelahiran kembar satu telur
(monozigot) lebih berpotensi tinggi mengalami PMS dibandingkan kembar
dua telur (dizigotik), usia menarche, pola tidur, usia, faktor gaya hidup
berkaitan dengan pola makan dan kekurangan zat-zat vitamin. Makan terlalu
banyak atau makan terlalu sedikit memengaruhi timbulnya gejala-gejala
PMS. Faktor gaya hidup, dimana wanita yang kurang melakukan aktivitas
atau olahraga dapat memperparah gejala PMS, dan yang terakhir faktor
psikologis memiliki peran penting dalam kejadian PMS, salah satunya stres.
Gejala-gejala PMS akan semakin hebat dirasakan ketika wanita tersebut
terus menerus mengalami tekanan. Stres merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang tidak
terkontrol. Angka kejadian stres lebih banyak terjadi pada wanita 54,62%.
Stres yang berkelanjutan dapat meningkatan hormon kortisol, dimana
hormon tersebut dapat menyebabkan penurunan serotonin dan
neurotransmitter di dalam otak, termasuk dopamin. Kadar serotonin yang
rendah dapat memicu ovulasi terjadi lebih awal dan ketidakseimbangan
3

kadar estrogen dan progesteron, yang dapat memicu munculnya gejala fisik
PMS, seperti nyeri pada payudara dan kembung. Tingginya tingkat stres
dapat memperparah gejala PMS. (Susanti et al., 2017)
Masa remaja sebagai masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa. Masa ini disebut juga dengan masa awal pubertas, sampai
tercapainya kematangan yang dimulai pada pria usia 14 tahun dan usia 12
tahun pada wanita. Pada masa remaja atau masa puber pertumbuhan dan
perkembangan menjadi sangat pesat, baik dari fisik maupun psikologis,
yang berlangsung pada usia 11-16 tahun pada pria dan 10-15 tahun pada
wanita. Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon, terutama hormon
estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut mulai berperan aktif
sehingga pada wanita mengalami perubahan seperti mulai tumbuh payudara,
pinggul melebar dan membesar, di samping itu akan mulai tumbuh rambut-
rambut halus sekitar ketiak, dan kemaluan. Remaja wanita pubertas juga
akan ditandai dengan datangnya menstruasi pertama yang disebut dengan
menarche. (Proverawati, 2017)
Dampak Premenstrual syndrom terhadap penurunan produktivitas
kerja, sekolah dan hubungan interpersonal penderita cukup besar, dikaitkan
dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menurunnya entusiasme, menjadi
pelupa, mudah tersinggung dan labilitas emosi, serta menurunnya
kemampuan koordinasi. Data yang diperoleh menunjukkan lebih tingginya
angka tidak masuk kerja selama lebih dari 5 hari kerja per bulan,
berkurangnya produktivitas kerja sebesar 50% serta lebih tingginya kejadian
terganggunya hubungan interpersonal dan aktivitas sosial, pekerjaan atau
sekolah pada kelompok penderita premenstrual syndrom dan terdapat
sebanyak 30-50% dari wanita mengalami gejala PMS dan sekitar 5%
merasakan gejala cukup parah yang berdampak pada kesehatan fisik dan
fungsi sosial mereka sebanyak 10% lainnya mengalami PMS yang parah
sehingga menyebabkan ketidakhadiran di sekolah selama1-3 hari. (Susanti
et al., 2017)
Faktor penyebab PMS diantaranya adalah rasa cemas dimana terjadi
4

proses otak seseorang yang mengandung reseptor khusus untuk


Benzodiazepines. Reseptor ini membantu mengatur kecemasan, Kecemasan
akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja hipotalamus.
Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya menjadi
tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak menurun.
Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan seperti
payudara nyeri, pinggang terasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan
dan kaki, mudah lelah, pusing, lebih mudah bingung atau kurang
konsentrasi serta dapat mengakibatkan lebih mudah pingsan dan sebagainya.
hal ini dijelaskan pada penelitian (Zakaria et al., 2022) bahwa remaja
dengan kecemasan 44.6% dan yang mengalami PMS 54.3% dan dikatakan
bahwa ada hubungan kecemasan dengan PMS.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, diperoleh
informasi melalui wawancara via whatsApp kepada beberapa remaja di
SMAN 1 CILELES mengatakan bahwa dari 10 orang yang diwawancarai 3
orang diantaranya mengeluh nyeri PMS yang hebat sehingga menyebabkan
tidak masuk sekolah dan 4 orang diantaranya ijin pada saat jam belajar
berlangsung dan 3 orang diantaranya mengatakan biasa saja saat menjelang
menstruasi. Dari hasil 50 sampel didapatkan siswi kelas XII yang tidak
mengalami PMS 27 orang dan remaja yang mengalami PMS 23 orang.
sementara itu pada tingkat kecemasan di dapatkan 26 siswi mengalami cemas
berat, 10 orang siswi mengalami cemas sedang dan 14 orang siswi
mengalami cemas ringan,.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan tingkat kecemasan dengan Kejadian Premenstual
Syndrome (PMS) pada Siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES KABUPATEN
LEBAK Tahun 2023 ”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah
dimana terdapat angka PMS 10% yang dipicu oleh kecemasan yang terjadi
5

pada remaja. dan dari PMS tersebut 3% diantaranya tidak masuk sekolah,
4% mengalami emosi yang labil dan tidak berkonsentrasi yang
menyebabkan ijin pada saat jam pelajaran.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan tingkat kecemasan
dengan kejadian premenstrual syndrome (PMS) pada siswi kelas XII di
SMAN 1 CILELES Kabupaten Lebak Tahun 2023”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian Premenstual
Syndrome (PMS) pada Siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES kabupaten
Lebak Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat kecemasan pada siswi kelas XII SMAN 1
CILELES kabupaten Lebak Tahun 2023.
b. Diketahuinya kejadian PMS pada siswi kelas XII di SMAN 1
CILELES Lebak Tahun 2023
c. Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan remaja putri
dengan kejadian PMS pada siswi di SMAN 1 CILELES
kabupaten Lebak Tahun 2023
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Responden
Dari penelitian diharapkan dapat dijadikan informasi dan ilmu
pengetahuan tambahan tentang kecemasan dan PMS yang mana agar
dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan dengan kejadian
premenstrual syndrome pada siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES
Kabupaten Lebak
2. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan serta wawasan tentang tingkat
kecemasan dengan kejadian premenstrual syndrome (PMS), dan
meningkatkan pengalaman pada peneliti dalam melakukan penelitian
secara nyata dan meningkatkan pengalamanya dalam menulis.
6

3. Bagi Lahan Penelitian SMAN 1 CILELES


Menambah sumber informasi di SMAN 1 CILELES serta untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kecemasan dengan PMS
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka tingkat kecemasan
dengan kejadian PMS pada siswi SMAN 1 CILELES
4. Bagi intitusi STIKes Medistra Indonesia
Dapat digunakan sebagai referensi tentang tingkat kecemasan
dengan kejadian premenstrual syndrom, dimana agar pada waktu
yang mendatang dapat diteliti lebih lanjut dan sebagai bahan masukan
bagi mahasiswa tentang tingkat kecemasan dengan kejadian PMS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PREMENSTRUAL SYNDROM (PMS)

1. Pengertian
Premenstrual syndrom (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik,
psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus mestruasi wanita
dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi
akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat
ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi .
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
premenstrual syndrom adalah suatu gejala fisik dan emosional yang
terjadi menjelang menstruasi, gejala-gejala terrsebut dapat berupa
perubahan perasaan maupun fisik yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada seseorang. Gejala tersebut akan hilang seiring
dengan berjalannya menstruasi. (Saskiaputri, 2020)
2. Gejala-Gejala Premenstrual Syndrom (PMS)
Gejala-gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari
bulan ke bulan, pada umumnya gejala yang datang adalah menifestasi
dari produksi hormon progesteron pada bagian akhir dari siklus
menstruasi, lebih dekat dengan datangnya masa menstruasi. Pada
dasarnya gejala premenstrual syndrom berhubungan dengan berbagai
perubahan. Diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana hati,
dan perubahan mental. (Saskiaputri, 2020)
a) Perubahan fisik, diantaranya sakit punggung, perut kembung,
payudara terasa penh dan nyeri, perubahan nafsu makan,
sembelit, pusing, pingsan, sakit kepala, daaerah panggul terasa
berat atau tertekan , hot flashes (kulit wajah, leher, dan dada
tampak merah serta terasa hangat saat diraba), susah tidur, tidak
bertenaga, mual dan muntah, kelelahan yang sangat luar
biasa, kelainan dikulit(misalnya jerawat dan neurodermatitis),
pembengkakan jaringan atau nyer i persendian dan penambahan berat

7
8

badan.
b) Perubahan suasana hati, diantaranya mudah marah, cemas,
depresi, mudah tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira
secara bergantian
c) Perubahan mental, diantaranya merasa kalut, sulit
berkonsentrasi, dan pelupa.
Sedangkan menurut (Proverawati, 2017)ada dua gejala pada saat
premenstrual syndrom tiba yaitu:
a. Gejala fisik diantaranya: kram, nyeri perut, nyeri pada
payudara, perut kembung, berat badan meningkat,
kelelahan, pembengkakan pada tangan dan kaki, nyeri
sendi, sakit kepala, dan susah tidur (insomnia)
b. Gejala emosional, diantaranya mudah tersinggung, mudah
marah, nafsu makan meningkat, mood tidak stabil, cemas,
merasa sedih dan depresi, merasa tertekan, merasa tidak
berguna dan bersalah, sensitif, putus asa, merasa memiliki
konflik, keinginan untuk beraktifitas menurun, sulit
berkonsentrasi dan muncul perasaan berlebihan atau
lepasa kendali.
Gejala psikologis menjadi lima, diantaranya:
a. Ketegangan
Tertimbunnya cairan dalam tubuh dapat
menimbulkan ketegangan, baik pada fisik maupun
mental. Ketegangan mental dapat meningkatkan
ketegangan pada otot-otot sehhingga menimbulkan
kekakuan, kecanggungan, dan pegal pada anggota gerak
serta persendian, ketegangan otot yang meningkat
merupakan salah satu aspek mekanisme reflek “lawan
atau lari” dan ada hubungannya dengan makin banyaknya
pengeluaran zat adrenalin oleh kelenjar adrenalin, kadar
adrenalin yang meningkat dalam darah juga
bertanggung jawab atas peningkatan denyut jantung,
9

mulut menjadi kering, dan nafas yang terasa sesak dan


cepat
b. Rasa cepat marah
Rasa marah merupakan luapan dari ketegangan
didalam diri dan dapat membangkitkan percekcokan yang
terjadi, dimana saja dan kesengsaraan bagi diri sendiri,
kemarahan dapat juga timbul dalam bentuk kekerasan
fisik.
c. Depresi
Depresi adalah gejala umum lain dari premenstrual
syndrom, ketika premenstrual syndrom terjadi, seorang
wanita biasanya stabil dan bahagia dapat mengalami
perubahan batin secara drastis, misalnya dari sumringah
menjadi pemurung, suka menangis, marah tanpa sebab dan
lain-lain, depresi yang disebabkan pra-menstruasi
taidaklah berlangsung lama, antara dua sampai empat
belas hari setiap bulan. Aspek-aspek depresi yang
biasanya mempengaruhi premenstrual syndrom ialah
perasaan tidak berguna, tidsak ada gairah seks, dan kurang
percaya diri.
d. Kelesuan
Kelesuan sering dialami oleh penderita PMS terutama
mereka yang cenderung merasa depresi selama PMS. Mungkin
ini karena kelesuan merupakan ciri umum pada penyakit
depresi yang biasa.
e. Berkurangnya daya konsentrasi
Kurangnya daya knsentrasi dan daya ingat adalah gejala
yang mum dari gejala premenstrual dan dapat disembuhkan,
bila kita mengetahui dan mengobati penyebab yang
mendasarinya. (Saskiaputri, 2020)
10

3. Faktor-Faktor Penyebab Premenstrual Syndrom


Keluhan premestrual syndrom terjadi sekitar beberapa hari
sebelum bahkan sampai saat menstruasi berlangsung, penyebab yang
jelas tidak diketahui tetapi terdapat dugaan bahwa
ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron, dikemukakan
bahwa dominasi “estrogen” merupakan penyebab dengan defisiensi
fase luteal dan kekurangan produksi progesteron, akibat dominasi
estrogen terjadi retensi air dan garam, dan odema pada beberapa
tempat sehingga progesteron berpengaruh terhadap payudara dan
rahim, membuat payudara menjadi kencang dan membesar.
Mempunyai pengaruh kepada dinding rahim sehingga bertambah tebal
dan suplai darah menjadi lebih banyak.
Menurut shreeve penyebab dari PMS adalah:
a) Kurangnya hormon progesteron
Sebagian wanita yanga menderita PMS pun mengalami
penurunan kadar progesteron, salah satu untuk penyembuhan
kekurangan hormon progesteron ini yaitu dengan penambahan
hormon progesteron, tetapi hal ini tidak menuntut kemungkinan,
karena wanita yang mengalami sindrom premenstrual hebat dalam
keadaan progesteron normal
b) Meningkatnya kadar estrogen dalam darah
Kadaresterogen yang meningkat dalam darah
menyebabkan gejala- gejala depresi dan khusunya gangguan
mental, kadar estrogen yang meningkat dapat mengganggu
proses kimia tubuh termasuk vitamin B6 yang berfungsi
mengontrol produksi sorotonin. Sorotonin sangat penting bagi
otak dan saraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah
cukup dapat mengakibatkan depresi, vitamin B6 mempunyai
pengaruh positif pada sejumlah gejala yang timbul akibat
premenstrual syndrome. Batas tertentu esterogen menyebabkan
retensi garam dan air serta berat badannya bertambah, mereka
11

yang mengalami akan menjadi mudah tersinggung, tegang,


perasaan tidak enak (premenstrual tension)
c) Hormon prolaktin
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan
dapat mempengaruhi jumlah estrogen dan progesteron yang
dihasilkan setiap siklus, wanita yang mengalami sindrom
pre-menstruasi mempunyai kadar prolaktin yang lebih tinggi
didalam darah, jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol
produksi kedua hormon tersebut, selain itu, dapat
mempengaruhi jaringan pada buah dada selama masa pre-
menstruasi, sehingga buah dada akan membesar, bengkak dan
terasa sakit.
d) Kekurangan asam lemak esensial (ALE) di dalam tubuh
Kekurangan zat asam lemak esensial (ALE) ini dapat
menimbulkan efek yang sama seperti pada kenaikan hormon
prolaktin, gangguan metabolisme dapat terjadi karena
ketidaskseimbangan estrogen dan progesteron, kadar peolaktin
itu sendiri normal, estrogen maupun progesteron menurut hasil
pengukuran normal. (Rodiani & Rusfiana, 2016)
4. Batasan PMS
Keluhan biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya menstruasi, dan menghilang sesudah haid datang,
walaupun terkadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti.
(Rodiani & Rusfiana, 2016) sedangkan menurut (Trisnowati et al.,
2020) Sindroma Premenstruasi merupakan kumpulan perubahan
gejala fisik dan psikologi yang terjadi pada fase luteal menstruasi dan
mereda hampir segera menjelang menstruasi. Sindrom (PMS)
merupakan salah satu gangguan yang umum terjadi pada wanita dalam
masa reproduksi (sekitar umur 15–46 tahun). Gejala-gejala dimulai
pada hari ke 5 sampai 10 hari sebelum menstruasi, dan gejala-gejala
12

tersebut memburuk selama siklus ovulasi. Gejala-gejala ini biasanya


berupa payudara bengkak, putting susu yang nyeri, bengkak tangan
kaki, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan
yang cukup berat seperti kram, sakit kepala, sakit pada bagian tengah
perut, gelisah, cemas, takut, letih, hidung tersumbat, dan rasa ingin
menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi
dan kemarahan, kondisi ini dikenal sebagai gejala datang bulan atau
PMS.
D) KECEMASAN
a. Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau anxiety adalah suatu kondisi psikologis atau
bentuk emosi individu berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran
yang berkenaan dengan perasaan terancam serta ketakutan oleh
ketidakpastian di masa mendatang bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun.
Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai
positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan
bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu
keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. (Susanti et al.,
2017)
Kecemasan sebagai salah satu gejala utama dan gangguan tidur
seperti insomnia atau hipersomnia merupakan yang merupakan gejala
penyerta dari PMS, kecemasan adalah salah satu keadaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda
somatik yaitu terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom,
kecemasan merupakan gejala yang tidak spesifik yang sering
ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal.
Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir,
cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil.
(Susanti et al., 2017)
13

b. Jenis dan Tingkatan Kecemasan


Menurut Freud terdapat tiga jenis kecemasan yaitu sebagai berikut:
1) Kecemasan realistik,
yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya
nyata yang ada di lingkungan maupun di dunia luar.
2) Kecemasan neurotik,
a) yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting akan lepas dari
kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat
membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah
ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan
ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika
suatu insting dilepaskan.
Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman
yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau
ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas
jika dia melakukan perbuatan implusif.
b) Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap suara hati (super
ego). orang-orang yang memiliki super ego baik cenderung
merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir
sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan
kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang pada
masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau ancaman
orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia
melakukan perbuatan yang melanggar norma.
Menurut Stuart, kecemasan memiliki empat tingkatan, yaitu
sebagai berikut:
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari. Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi waspada
dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreatifitas
14

b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini
mempersempit lapang persepsi individu dengan demikian
individu tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya
Kecemasan Berat
Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
c. Kecemasan Panik
Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, takut,
dan teror. Hal yang rinci terhadap proporsinya karena mengalami
hilang kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik merupakan
disorganisasi dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpan dan kehilangan pemikiran yang
rasional, tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan,
jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan dan kematian. (Susanti et al., 2017)
c. Gejala-Gejala Kecemasan
i. Gejala fisik, yaitu memiliki ciri-ciri berikut: kegelisahan,
anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernapas,
jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah
marah atau tersinggung.
ii. Gejala behavioral, yaitu memiliki ciri-ciri berikut: berperilaku
menghindar, terguncang, melekat dan dependen.
iii. Gejala kognitif, yaitu memiliki ciri-ciri berikut: khawatir
tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap
15

sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu


yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa
bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
(Susanti et al., 2017)
Berdasarkan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety),
kecemasan terbagi dalam kelompok dengan gejala-gejala secara
spesifik sebagai berikut:
1. Perasaan meliputi rasa cemas, firasat buruk, takut akan
pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan meliputi rasa tegang, lesu, tidak bisa
istirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah
menangis, gemetar dan gelisah.
3. Ketakutan meliputi takut pada gelap, pada orang asing,
ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian
lalu lintas dan pada kerumunan banyak orang.
4. Gangguan tidur yaitu sukar tidur, terbangun tengah
malam, Tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu,
banyak mimpi- mimpi, mimpi buruk dan mimpi
menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan meliputi sukar konsentrasi, daya
ingat menurun dan daya ingat buruk.
6. Gangguan depresi (murung) yaitu hilangnya minat,
berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini
hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik atau fisik (otot) yaitu sakit dan nyeri di
otot-otot, kaku, kedutan otot dan suara tidak stabil.
8. Gejala pendengaran, meliputi telinga berdering,
penglihatan kabur, muka merah atau pusat, merasa lemas
dan perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskular, meliputi denyut jantung cepat,
16

berdebar- debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,


rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak
jantung menghilang berhenti sekejap.
10. Gejala respiratorik (pernapasan) meliputi rasa tertekan
atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas
dan napas pendek/sesak.
11. Gejala gastrointesial, meliputi sulit menelan, perut
melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan
sesudah makan, Perasan terbakar di perut terasa penuh
atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek
dan sukar buang air besar.
12. Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak
dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak ada
haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit,
masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi
dini dan ereksi melemah.
13. Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah,
mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat,
kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
14. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jadi
gemetar, kulit kering, muka tegang, otot tegang atau
mengeras, napas pendek dan cepat dan muka merah.
(Zakaria et al., 2022)
d. Faktor Penyebab Kecemasan
i. Threat (ancaman). Ancaman dapat disebabkan oleh sesuatu
yang benar-benar realistis dan juga yang tidak realistis,
contohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya
(seperti kehilangan kemerdekaan dan arti hidup, maupun
ancaman terhadap eksistensinya).
ii. Conflict (pertentangan). Timbul karena adanya dua keinginan
17

yang keadaannya bertolak belakang. Setiap konflik


mempunyai dan melibatkan dua alternatif atau lebih yang
masing-masing mempunyai sifat apptoach dan avoidance.
iii. Fear (ketakutan). Ketakutan akan segala hal dapat
menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian atau
ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap kali
harus berhadapan dengan orang baru.
iv. Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi). Kebutuhan
manusia begitu komplek dan sangat banyak. Jika tidak
terpenuhi maka hal itu akan menimbulkan rasa cemas.
Sedangkan menurut Rahmaiah (2003), terdapat empat faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar dari
kecemasan, yaitu:
a. Lingkungan, lingkungan atau sekitar tempat tinggal
mempengaruhi cara berfikir seseorang tentang diri
orang itu sendiri dan orang lain. Hal ini bisa saja
disebabkan pengalaman seseorang dengan keluarga,
sahabat, rekan kerja dll. Kecemasan menjadi wajar
jika seseorang merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika
seseorang tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaan orang itu dalam hubungan personal.
Ini akan terjadi jika seseorang menekan rasa marah
atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali.
c. Sebab-sebab fisik, fikiran dan tubuh senantiasa
saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Ini biasanya terlihat dalam
kondisi misalnya, kehamilan,remaja yang
mengalami masa pre mestrual syndrom, semasa
remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.
18

Kondisi-kondisi seperti ini dapat menyebabkan


timbulnya kecemasan.
d. Keturunan, sekalipun gangguan emosi ada yang
ditemukan dalam keluarga-keluarga tertentu, ini bukan
merupakan penyebab penting dari kecemasan.(Susanti et
al., 2017)
e. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Menurut (Saputro & Fazris, 2017) “Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada
tahun 1956, untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis
maupun somatik. HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk
mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.”
Skala HARS penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
i. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
ii. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis,
dan lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut
iii. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas,
dan pada kerumunan orang banyak.
iv. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-
mimpi, mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.
v. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.
vi. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.
vii. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemerutuk, suara tidak stabil.
viii. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau
pucat, merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.
19

ix. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi


mengeras, perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak
jantung hilang sekejap
x. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas, napas pendek/ sesak.
xi. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan
terbakar di perut, kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, berat badan turun, susah buang air besar.
xii. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni,
amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi
lemah, dan impotensi.
xiii. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
pusing, dan bulu roma berdiri
xiv. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek
cepat, dan muka merah. (Normah et al., 2022)
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan
nilai dengan kategori:
0= tidak ada gejala sama sekali 1= satu gejala yang ada
2= sedang/separuh gejala yang ada
3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada 4= sangat berat
semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara
menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil:
Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan Skor 14-20 =
kecemasan ringan
Skor 21-27 = kecemasan sedang Skor 28-41 = kecemasan
berat
Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali
20

E) Mekanisme (Patofisiologi) Kecemasan Dan PMS


Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang tengah mengalami
beberapa gejala kecemasan yang dapat ditandai dengan perasaan tidak
tenang, kehilangan kenyamanan,takut atau khawatir baik pada keadaan
lingkungan sekitar ataupun diri sendiri. Kecemasan pada saat PMS dapat
berdampak secara fisiologis (payudara membengkak, sakit perut, sakit
punggung, mual, muntah), kognitif (mudah lupa, konsentrasi menurun,
sulit mengucapkan kata-kata), maupun afektif (mudah tersinggung, rasa
ingin menangis, merasa takut ditinggal sendiri). (Susanti et al., 2017)
Dalam teori kecemasan menunjukkan bahwa otak seseorang yang
mengandung reseptor khusus untuk Benzodiazepines. Reseptor ini
membantu mengatur kecemasan. Kecemasan akan mempengaruhi psikis
yaitu mempengaruhi kerja hipotalamus.

Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya


menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak
menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak
keluhan seperti payudara nyeri, pinggang terasa sakit, nyeri perut,
pembengkakan tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, lebih mudah
bingung atau kurang konsentrasi serta dapat mengakibatkan lebih mudah
pingsan dan sebagainya. (Rodiani & Rusfiana, 2016)
21

F) Kerangka Teori

KECEMASAN

Otak yang mengandung reseptor


khsus untuk benzodiazepines

Reseptor mengatur
kecemasan

Mempengaruhi kerja
hipotalamus

Kadar serotonin di otak


menurun

Menimbulkan keluhan
PMS

Gambar 2.1 Kerangka teori

: diteliti : tidak di teliti


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tingkat
kecemasan remaja putri dan variabel dependen dalam penelitian ini kejadian
premenstrual syndrome. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

tingkat kecemasan kejadian


premenstrual
syndrome.

Gambar 2.2
Kerangka konsep
B. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian


premenstrual syndrome (PMS) pada siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES
Kabupaten Lebak Tahun 2023.
Ha : Ada Hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian
premenstrual syndrome (PMS) pada siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES
Kabupaten Lebak Tahun 2023.
Catatan :
 Bila p Value < a (0,05). H0 ditolak. Berarti data sampel mendukung
adanya perbedaan atau hubungan yang bermakna.
 Bila p Value > a (0,05). H0 gagal ditolak. Berarti data sampel tidak
mendukung adanya perbedaan atau tidak ada hubungan yang bermakna

22
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan jenis pendekatan
analitik cross-sectional dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara
serentak dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time
approach), artinya semua variabel baik independen maupun variabel dependen
diobservasi pada waktu yang sama. (Masturoh & T, 2018)
Desain Penelitian ini adalah bersifat deksriptif kuantitatif. Rancangan
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahahui Hubungan tingkat
kecemasan remaja putri dengan kejadian pramenstrual syndrome (PMS) pada
siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES Tahun 2023.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudain dapat ditarik kesimpulannya
(sintetis), jadi populasi nukan hanya orang, bisa juga obyek dan benda-
benda alam yang lain misalnya : orang, benda, lembaga, organisasi, dan
lain-lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki
oleh subyek atau objek yang diteliti itu. Yang menjadi sasaran penelitian
merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri dari benda-
benda atau bukan orang sering disebut dengan objek penelitian. (Masturoh
& T, 2018)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XII di


SMAN 1 CILELES yang berjumlah 57 orang
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

23
24

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian
dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan
penelitian menggunakan populasi karena penelitian dengan sampel lebih
menghemat biaya, waktu dan tenaga. Dalam menentukan sampel langkah
awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi atau
menentukan populasi target. (Masturoh & T, 2018)
Untuk menemukan besarnya sampel pada penelitian ini
menggunakan rumus Slovin dengan batas kesalahan (e) 5% (0,1) sehingga
memiliki tingkat akurasi 95%
Rumus : n = 𝑁
1+𝑁 (𝑑)2

Rumus Slovin dalam (Kurniawati et al., 2017) Keterangan :


n = besar sampel N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan ketepatan yang diinginkan (0,05)
Hitung Sampel :
𝑁
n= 1+𝑁(𝑑2)

57
n=
1+57(0,05)2
57
n=
1+57(0,0025)
57
n=
1+0.1425
57
n=
1.1425

n = 49,89 orang. N = 50 orang.


Jadi jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian ini
sebanyak 50 orang siswi kelas XII di SMAN 1 CILELES dan teknik
pengambilan sampel dengan cara simpel random sampling yaitu dengan
Langkah sebagai berikut:
yaitu dengan teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak,
dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang
25

sama untuk terpilih menjadi sampel. Dari 57 populasi kita ambil sebanyak
50 sampel dengan cara di kocok seperti kocok arisan yang di dalamnya
tersebut berisikan nama-nama dari responden di kocok sampai 50 sampel
yang diinginkan tercapai.
3. Kriteria sampel
Kriteria inklusi, kriteria inklusi adalah kriteria yang akan
menyaring anggota populasi menjadi sampel yang memenuhu kriteria
secara teori yang sesuai dan terkait dengan topik dan kondisi penelitian.
Atau dengan kata lain kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
(Masturoh & T, 2018)
Kriteria ekslusi, adalah kriteria yang dapat digunakan untuk
mengeluarkan anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengankata lain
ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Masturoh & T, 2018)
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 : kriteria inklusi & eksklusi

Kriteria Ciri-ciri
Kriteria inklusi Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi Siswi tidak hadir saat penelitian

Dari 50 daftar nama yang keluar dari kocokan, nama dari


keseluruhan tersebut bersedia untuk menjadi responden dan hadir semua
pada saat dilakukan penelitian.
4. Ruang Lingkup Penelitian
a. Lokasi penelitian
26

Penelitian ini di lakukan di sekolah SMAN 1 Cileles


Kabupaten Lebak Banten.
b. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan
pembuatan proposal penelitian sampai dengan seminar hasil/skripsi
yang berlangsung dari bulan November sampai bulan Mei

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei


Jadwal
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
kegiatan
Pengajuan
judul skripsi
Studi
Pendahuluan
Bimbingan
proposal
Seminar
proposal

Revisian
Proposal
Penelitian

penelitian

Persiapan
sidang hasil
penelitian
Sidang hasil
penelitian

C. Variabel penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
variabel independen dan satu variabel dependen.
1. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah tingkat
kecemasan pada remaja putri.
2. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah kejadian
premenstrual syndrom
27

D. Definisi Operasional
Definisi oprasional adalah proses perumusan atau pemberian
arti dan makna pada variable untuk kepentingan akurat,
komunikasi, dan replikasi agar pemahaman yang sama kepada
setiap orang mengenai variable yang diangkat dalam suatu
penelitian. (Masturoh & T, 2018)
Tabel 3.3 : Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. PMS Nyeri pra haid Disebar ke kuesioner 1.Tidak ( jika ordinal
seperti nyeri responden dan skor jawaban
payudara, kram mengajarkan cara tidak 1-7)
perut perubahan mengisinya 2. Ya (jika skor
mood yang jawabam ya 1-
dialami 5-10 hari 5)
sebelum haid

2. Cemas suatu kondisi Disebar ke Kuesioner 1. Ringan jika Ordinal


psikologis atau responden, dan skala skor 14-20
bentuk emosi mengajarkan cara ukur
2. Sedang jika
individu berupa mengisi dan HARS
skor 21-27
ketegangan, memberi
kegelisahan kesempatan untuk 3. Berat jika
kekhawatiran bertanya jika ada skor 28-41
yang berkenaan yang tidak
dengan perasaan dimengerti 4. Sangat berat
terancam serta jika skor 42-
ketakutan oleh 52
ketidakpastian di
masa mendatang
bahwa sesuatu
yang buruk akan
28

terjadi

E. Jenis Data
Menggunakan data primer dan sekunder dimana data sekunder
diperoleh dari file yang diambil atau diminta langsung kepada pihak
sekolah sedangkan data primer merupakan sumber data yang langsung
dari pihak pertama kepada pengumpul data, biasanya dapat melalui
wawancara, jejak dan lain-lain. (Febriansyah, 2017).
F. Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data
kuesioner, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi
secara tidak langsung dari seorang sasaran penelitian (responden)
dengan menggunakan Kuesioner dan instrumen HARS (Hamilton
Anxienty Rating Scale) yang digunakan untuk mengukur tingkat
kecemasan sampel. Setelah kuesioner terisi peneliti mengecek
kembali kelengkapan kuesioner dan setelah didapatkan sempel
sebanyak yang dibutuhkan maka proses pengumpulan data telah
selesai.
Prosedur Penelitian :
1. Melakukan konsultasi judul dengan pembimbing skripsi.
2. Persiapan peneliti menyusun rencana penelitian yang dituangkan
dalam bentuk proposalatau usulan penelitian
3. Pengumpulan data, artikel, jurnal, dan literatur-literatur
pendukung yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas
sebagai keaslian penelitian dan referensi untuk penyusunan
proposal penelitian.
4. Peneliti mohon surat izin penelitian ke pihak kampus STIKes
Medistra Indonesia sebagai pengantar untuk ijin studi pendahuluan
penelitian sekaligus meminta data untuk populasi kepada pihak
sekolah SMAN 1 CILELES
5. Membuat proposal skripsi dengan bimbingan pembimbing skripsi.
29

6. Memohon ijin dengan menyebar informed consent pada responden


7. Menyebarkan kuesioner pada siswa kelas XII di SMA 1 CILELES
8. Peneliti mengolah dan menganalisa hasil kuesioner yang sudah di
sebarkan.
9. Menyajikan hasil penelitian dalam bentuk laporan skripsi
10. Seminarkan hasil laporan
G. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dengan pengisian instrumen penelitian berupa kuesioner dan
instrumen HARS (Hamilton Anxienty Rating Scale) yang
digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan sampel.
H. Pengolahan Data
Manajemen pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah
pengumpulan data. Pada tahap ini data mentah, data yang telah
dikumpulkan dan diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi.
Tahap analisis data secara manual adalah sebagai berikut:Editting yaitu
kegiatan memeriksa kelengkapan data, kebenaran pengisian data
keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi data berdasarkan
tujuan peneliti.
1. Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor kepada
pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responding.
2. Coding mengklasifikasikan data kedalam kategori skala nominal
dan ordinal
3. Cleaning adalah pembersihan data sebelum diolah secara statistik
untuk mengidentifikasi daa yang sudah dimasukan apakah
terdapat kesalahan atau tidak
4. Entry adalah transfer atau jawaban dari responden yang dilakukan
untuk memberikan kode yang spesifik pada respon jawaban
responden untuk memudahkan proses pencatatan data biasanya
kedalam bentuk kode atau angka. (Masturoh & T, 2018)
I. Analisis Data
30

1. Analisis univariat digunakan untuk analisis masing-masing


variabel. Dengan cara menggunakan presentase untuk menganalisis
data dari seluruh responden yang diambil pada saat penelitian,
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. (Masturoh & T,
2018)
Rumus univariat

P = f/n x 100%

Gambar 3.1
Rumus univariat sumber : (Masturoh & T, 2018)
Keterangan:

P : presentasi
f: frekuensi
n : jumlah sampel

2. Analisis bivariat
Analisis ini yang digunakan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolaborasi menggunakan
tabulasi silang atau uji statistic menggunakan uji Chi Square
(x2) dengan tingkat kecemaknaan (p-value) p<0,05. Maka
dikatakan kedaua variabel ini memiliki hubungan yang
bermakna dengan tingkat kepercayaan 95% (Masturoh & T,
2018)
Rumus Chi Square: Gambar 3.2

Ʃ(0-E)²
X²=
E
Rumus Chi Square (Sumber (Masturoh & T, 2018)
31

Keterangan :
X2 =nilai Chi square
∑ = jumlah
O = nilai observasi E = nilai harapan
Tujuan dari uji Chi Square atau kali kuadrat adalah untuk
menguji perbedaan proporsi beberapa kelompok data.
Prinsipnya adalah membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan. Bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai harapan sama dikatakan tidak ada
hubungan yang bermakna (signifikan) Keputusan Uji :
• Bila p Value < a (0,05). H0 ditolak. Berarti data sampel
mendukung adanya perbedaan atau hubungan yang
bermakna
• Bila p Value > a (0,05). H0 gagal ditolak. Berarti data
sampel tidak mendukung adanya perbedaan atau tidak
ada hubungan yang bermakna.(Masturoh & T, 2018)

J. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Persetujuan (Informed Consent)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden dengan memberikan lembar persetujuan menjadi
responden, yang diberikan sebelum penelitian.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden, dan menuliskannya dengan
kode.
3. Kerahasiaan (Confidentiatily)
Semua informasi yang dikumpulkan dijamin
32

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu


yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat
Yaitu digunakan untuk analisa masing-masing variabel. Dengan cara
menggunakan presentasi untuk menganalisis data dari seluruh responden
yang diambil pada saat penelitian.

1. Tingkat kecemasan pada siswi kelas XII di SMAN 1 Cileles:

Tabel 5.1
Tingkat Kecemasan Pada Siswi Kelas XII Di SMAN 1 Cileles
Kabupaten Lebak Tahun 2023

Tingkat Kecemasan Frekuensi Presentase %

Cemas ringan 14 28.0

Cemas sedang 10 20.0

Cemas berat 26 52.0

Jumlah 50 100.0

Tabel 5.1
menunjukan bahwa siswi di SMAN 1 Cileles sebagian besar (52%)
mengalami cemas berat, (28 %) mengalami cemas ringan, (20%)
mengalami cemas sedang.

2. Siswi yang mengalami PMS dan tidak mengalami PMS di SMAN 1


Cileles :
Tabel 5.2
Kejadian PMS Pada Siswi Kelas XII Di SMAN 1 Cileles
Kabupaten Lebak Tahun 2023
PMS Frekuensi Presentase %
Tidak 27 54.0

32
33

Ya 23 46.0
Jumlah 50 100.0
Tabel 5.2 menunjukan siswi di SMAN 1 Cileles yang tidak mengalami PMS
sebagiaan besar (54%) dan (46%) siswi di SMAN 1 Cileles mengalami PMS
B. Analisis Bivariat
Dilakukukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkolaborasi. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome (PMS) Pada Siswi Kelas XII di SMAN 1 CILELES Tahun 2023

Tabel 5.3
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome
(PMS) Pada Siswi Kelas XII di SMAN 1 CILELES Tahun 2023

Tingkat PMS Total Pvalue


Kecemasan Tidak Ya
f % f % f %
Cemas Ringan 13 26% 1 2% 14 28%
Cemas sedang 3 6% 7 14% 10 20% 002
Cemas berat 11 22% 15 30% 26 52%
Total 27 54% 23 46% 50 100%

Berdasarkan tabel 5.3 dari cemas berat responden yang mengalami


PMS sebesar 30% dan yang tidak mengalami PMS 22%. Pada cemas sedang
responden yang mengalami PMS yaitu 14% dan yang tidak mengalami PMS
6%. dan pada cemas ringan responden yang mengalami PMS yaitu 2%) dan
yang tidak mengalami PMS 26%.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi square a =


0.05 didapatkan nilai P sebesar 0.02 (P < 0.05) sehingga H0 ditolak, yang
berarti bahwa secara statistic terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat kecemasan dengan kejadian PMS pada siswi kelas XII di SMAN 1
Cileles.
BAB VI

PEMBAHASAN
A. Tingkat Kecemasan
1) Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau anxiety adalah suatu kondisi psikologis atau
bentuk emosi individu berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran
yang berkenaan dengan perasaan terancam serta ketakutan oleh
ketidakpastian di masa mendatang bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun.
Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai
positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan
bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu
keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. (Susanti et al.,
2017)
Kecemasan sebagai salah satu gejala utama dan gangguan tidur
seperti insomnia atau hipersomnia merupakan yang merupakan gejala
penyerta dari PMS, kecemasan adalah salah satu keadaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda
somatik yaitu terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom,
kecemasan merupakan gejala yang tidak spesifik yang sering
ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal.
Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir,
cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil.
(H. D. Susanti et al., 2017)

2) Jenis dan Tingkatan Kecemasan


Menurut Freud terdapat tiga jenis kecemasan yaitu sebagai
berikut:Kecemasan realistik, yaitu rasa takut terhadap ancaman atau
bahaya-bahaya nyata yang ada di lingkungan maupun di dunia luar.

34
35

a) Kecemasan neurotik, yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-


insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat
sesuatu yang dapat membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik
bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri,
melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan
menimpanya jika suatu insting dilepaskan.
Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman
yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman
atau ancaman dari orang tua maupun orang lain yang
mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan implusif.
b) Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap suara hati (super
ego). orang-orang yang memiliki super ego baik cenderung
merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir
sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan
kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang pada
masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau ancaman orang
tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia
melakukan perbuatan yang melanggar norma.
Menurut Stuart, kecemasan memiliki empat tingkatan, yaitu sebagai
berikut:
c) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas
d) Kecemasan Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit
lapang persepsi individu dengan demikian individu tidak mengalami
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
jika diarahkan untuk melakukannya
e) Kecemasan Berat
36

Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu


cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,
individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurang ketegangan. Tanda dan
gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat kurang,
berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas,
tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta
tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu
mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia,
palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil
maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami
ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya. (Mellani
& Kristina, 2021)
Kecemasan berat ditandai dengan lapang pandang
yangberkurang. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yangrinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain.
Semuaperilaku diarahkan pada pengurangan kecemasan dan
memerlukanbanyak arahan untuk berfokus pada area lain. Pada
tahapini individu mulai merasakan keccemasan sebagai suatu
ancamanterhadap dirinya. Respon dari kecemasan berat adalah
sebagai berikut: Respon fisik meliputi: ketegangan otot berat,
hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat
meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan
dan serampangan, rahangmenegang, mengertakan gigi, mondar-
mandir, berteriak, meremastangan, dan gemetar ; Respon
kognitif meliputi: lapang persepsi 18terbatas, proses berpikir
37

terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak


mampu mempertimbangkaninformasi, hanya memerhatikan
ancaman, preokupasi denganpikiran sendiri, egosentris; Respon
emosional meliputi: sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat, menarikdiri, penyangkalan, dan ingin
bebas.
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,
kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat
terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan
gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu
kejadian.(Mellani & Kristina, 2021)
f) Cemas pada remaja
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris adalah
anxietyberasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku,
dan ango anci yang berarti mencekik. Kecemasan adalah
perasaan yang menetap berupa kekhawatiran yang merupakan
respon terhadap ancaman atau stresor yang akan datang baik
dari dalam individu sendiri maupun dari lingkungannya.
Kecemasan merupakan respon normal dan patologis bergantung
pada intensitas dan durasinya serta kemampuan individu
melakukan koping. Kecemasan adalah suatu keadaan patologik
yang ditandai olehperasaan ketakutan yang disertai sistem saraf
otonom yang hiperaktif. Kecemasan juga merupakan reaksi
emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik seperti
pengalaman individu yang subjektif yang dapat menimbulkan
38

perasaan tidaknyaman dan merasa terancam. Hampir semua


individu pernah mengalami kecemasan, terutama sebagai akibat
masalah kehidupanyang semakin banyak.

Terdapat tiga teori psikologi tentang penyebab kecemasanyaitu:


a. Teori psikoanalitik
Sigmund Freud mendefinisikan kecemasan sebagai
tandaadanya bahaya yang tidak disadari. Kecemasan dipandang
sebagai hasil konflik psikis antara keinginan yang agresif atau
doronganseksual yang tidak disadari dengan ancaman yang
datang secarabersamaan dari superego atau kenyataan eksternal.
Sebagai responterhadap sinyal ini, ego menciptakan mekanisme
pertahan untukmencegah pikiran atau perasaan yang tidak dapat
diterima keluar ke alam sadar.
b. Teori perilaku
Teori ini mengemukakan bahwa kecemasan
merupakanrespon yang dikondisikan sesuai dengan adanya
stimulus yangspesifik dari lingkungan. Individu menerima
stimulus tertentusebagai stimulus yang tidak disukai, sehingga
menimbulkankecemasan. Setelah terjadi berulang-ulang
akhirnya menjadi kebiasaan untuk menghindari stimulus
tersebut.
c. Teori eksistensi
Teori ini memberikan model-model dari
kecemasanmenyeluruh, di mana tidak ada stimulus yang dapat
diidentifikasi untuk perasaan cemas yang bersifat kronik.
Konsep inti dari teori ini adalah bahwa orang mengalami
perasaan hidup dalamduniayang tanpa tujuan. Kecemasan
merupakan respon terhadap persepsi kehampaan tersebut.
Selain ketiga teori psikologi di atas, terdapat juga teori
biologi tentang penyebab kecemasan. Teori ini
39

dikembangkandari penelitian praklinis dengan model kecemasan


pada binatangdanpengetahuan tentang neurologis dasar dan
kerja obat psikoterapeutik. Teori ini berhubungan dengan
sistemsaraf otonomdan neurotransmiter.
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala-
gejalatertentu seperti: kardiovaskuler (misalnya takikardi),
muskuler (misalnya nyeri kepala), gastrointestinal (misalnya
diare), danrespirasi (misalnya takipneu) kadar serotonin diotak
menurun yang menyebabkab munculnya keluhan PMS (nyeri
payudara, pinggang dll). Sistem saraf otonom pada pasien
dengan gangguan kecemasan menunjukkan peningkatan
tonussimpatik yang beradaptasi lambat terhadap stimulus yang
berulangdan beradaptasi secara berlebihan terhadap stimulus
dengan intensitas sedang.(Rianti, 2019).

B. PMS Pada Remaja

Premenstrual syndrom (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik,


psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus mestruasi wanita dan
secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi akibat
perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi
(pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi .
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa premenstrual
syndrom adalah suatu gejala fisik dan emosional yang terjadi menjelang
menstruasi, gejala-gejala terrsebut dapat berupa perubahan perasaan
maupun fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seseorang. Gejala
tersebut akan hilang seiring dengan berjalannya menstruasi. (Saskiaputri,
2020)

C. Faktor-Faktor Penyebab Premenstrual Syndrom


Keluhan premestrual syndrom terjadi sekitar beberapa hari sebelum
bahkan sampai saat menstruasi berlangsung, penyebab yang jelas tidak
40

diketahui tetapi terdapat dugaan bahwa ketidakseimbangan antara


estrogen dan progesteron, dikemukakan bahwa dominasi “estrogen”
merupakan penyebab dengan defisiensi fase luteal dan kekurangan produksi
progesteron, akibat dominasi estrogen terjadi retensi air dan garam, dan
odema pada beberapa tempat sehingga progesteron berpengaruh terhadap
payudara dan rahim, membuat payudara menjadi kencang dan membesar.
Mempunyai pengaruh kepada dinding rahim sehingga bertambah tebal dan
suplai darah menjadi lebih banyak.
Menurut shreeve penyebab dari PMS adalah:
a. Kurangnya hormon progesteron
Sebagian wanita yanga menderita PMS pun mengalami penurunan
kadar progesteron, salah satu untuk penyembuhan kekurangan hormon
progesteron ini yaitu dengan penambahan hormon progesteron, tetapi hal ini
tidak menuntut kemungkinan, karena wanita yang mengalami sindrom
premenstrual hebat dalam keadaan progesteron normal
b. Meningkatnya kadar estrogen dalam darah
Kadaresterogen yang meningkat dalam darah menyebabkan gejala-
gejala depresi dan khusunya gangguan mental, kadar estrogen yang
meningkat dapat mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6 yang
berfungsi mengontrol produksi sorotonin. Sorotonin sangat penting bagi otak
dan saraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah cukup dapat
mengakibatkan depresi, vitamin B6 mempunyai pengaruh positif pada
sejumlah gejala yang timbul akibat premenstrual syndrome. Batas tertentu
esterogen menyebabkan retensi garam dan air serta berat badannya
bertambah, mereka yang mengalami akan menjadi mudah tersinggung,
tegang, perasaan tidak enak (premenstrual tension)
c. Hormon prolaktin
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah estrogen dan progesteron yang dihasilkan setiap
siklus, wanita yang mengalami sindrom pre-menstruasi mempunyai kadar
prolaktin yang lebih tinggi didalam darah, jumlah prolaktin yang terlalu
banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang
mengontrol produksi kedua hormon tersebut, selain itu, dapat mempengaruhi
41

jaringan pada buah dada selama masa pre-menstruasi, sehingga buah dada
akan membesar, bengkak dan terasa sakit.
d. Kekurangan asam lemak esensial (ALE) di dalam tubuh
Kekurangan zat asam lemak esensial (ALE) ini dapat menimbulkan
efek yang sama seperti pada kenaikan hormon prolaktin, gangguan
metabolisme dapat terjadi karena ketidaskseimbangan estrogen dan
progesteron, kadar peolaktin itu sendiri normal, estrogen maupun
progesteron menurut hasil pengukuran normal.

D. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian PMS pada siswi


kelas XII di SMAN 1 Cileles.
Secara bivariat diperoleh nilai P sebesar 0.02 (P<0.05) yang berarti H0
ditolak maka terdapat hubungan yang signifikan secara statistic anatara
tingkat kecemasan dengan kejadian PMS di SMAN 1Cileles.
Berdasarkan penelitian (Rianti, 2019) hasil observasi yang dilakukan
pada 10 (sepuluh) jurnal di dapatkan bahwa 10 jurnal menunjukan hasil ada
hubungan antara tingkat stress dan prementruasi sindrom. didapatkan ada
hubungan antara tingkat stres dengan kejadian premenstruasi sindrom. Didapatkan
Rata-rata hasil p = 0,036 < dari 0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara
stres dengan PMS dengan OR = 4,024 artinya orang yang stres akan mengalami
PMS 4 kali lebih besar dari pada orang yang tidak stres. Faktor stres akan
memperberat gangguan PMS. Stres merupakan salah satu faktor yang dapat
memicu terjadinya kejadian sindrom premenstruasi. Stres dapat memicu atau
bahkan memperburuk kejadian sindrom premenstruasi. Pengelolaan stres yang baik
dapat mengurangi bahkan mengatasi meningkatnya kejadian sindrom prementruasi
dengan cara melakukan olahraga secara teratur, maka tubuh akan menghasilkan
endorphin yang dapat memberi rasa tenang dan mampu menahan rasa sakit.
Olahraga juga dapat mencengah terjadinya retensi cairan yang merupakan salah
satu gejala Sindrom Premenstruasi. Olahraga bermanfaat dalam mengurangi
berbagai gejala Sindrom Premenstruasi. Diharapkan remaja putri mampu
mengelola gaya hidup, pola makan, dan olahraga dengan baik sehingga dapat
mengurangi kejadian sindrom premenstruasi.
Hal ini sejalan juga dengan terori (Susanti et al., 2017) berdasarkan hasil
42

penelitian yang dilakukan pada 30 siswi di SMP Muhammadiyah 4 Malang


sebagian besar mengalami kecemasan dengan kategori sedang dan hanya satu
responden yang tidak mengalami kecemasan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
paling banyak remaja putri mengalami kecemasan dengan kategori sedang. Hasil
penelitian ini juga didapatkan bahwa gejala yang sering dialami responden
bervariasi mulai dari yang bersifat fisik dan psikis. Adapun gejala yang paling
parah yang dialami responden adalah perasaan depresi seperti hilangnya minat,
berkurangnya kesenangan atau hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-
ubah sepanjang hari. Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi
PMS diantaranya adalah faktor hormonal pada tubuh wanita, yaitu
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Beberapa keluhan
yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada payudara,
gangguan tidur, dan lainnya. Akibat dari beberapa keluhan yang dirasakan tersebut
dapat menimbulkan kecemasan pada wanita yang mengalami PMS.
Apabila kecemasan tidak diatasi segera akan dapat menimbulkan berbagai
respon kecemasan antara lain gelisah, keringat dingin, takut, dan berbagai
gangguan kesehatan seperti diare, sering berkemih, mual, dan berbagai gangguan
lainnya. Karena kecemasan menyangkut respon parasimpatis yang meningkatkan
aktifitas system pencernaan. Ketika wanita mengalami fase PMS maka sudah lebih
mempengaruhi progesteron yang terdapat di neuro transmitter seperti serotonin,
katekolamin GABA. Peningkatan level prolaktin atau peningkatan sensitivitas
terhadap hormon prolaktin, sensitivitas untuk hormon endogen, ddanresistensi
insulin dapat mempengaruhi rangsangan pada meurotransmitter akibat adanya efek
progesteron. Efek progesteron dan esterogen tersebut dapat menurunkan serotonin,
betaendorphin dan GABA selama fase luteal, sehingga dapat memprovokasi
timbulnya gejala negative mood dan reaksi emosional dan reaksi emosional yang
berkebalikan. Oleh karena itu wanita akan lebih mengalami setres dan cemas pada
fase ini.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh penelitian mengenai hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kejadian PMS pada siswi kelas XII di
SMAN 1 Cileles Kabupaten Lebak Banten Tahun 2023:
1. Menunjukan bahwa siswi kelas XII di SMAN 1 Cileles sebagian besar
(52%) mengalami cemas berat, (28 %) cemas ringan, dan (20%)
mengalami cemas sedang
2. Menunjukan siswi kelas XII di SMAN 1 Cileles yang tidak
mengalami PMS sebagian besar yaitu (54%) dan (46%) siswi yang
mengalami PMS.
3. Terdapat ada hubungan antara tingkat kecemasan remaja putri dengan
kejadian PMS pada siswi di SMAN 1 CILELES Kabupaten Lebak
Banten Tahun 2023.

B. SARAN
1. Bagi Responden
Bagi responden dalam penelitian ini disarankan untuk banyak
membaca dan memahami seputar materi tentang kecemasan dengan
PMS yang bisa didapatkan dari media online seperti jurnal, ebook
tentang kespro, makalah dan literatur lainnya agar para siswi lebih
memahami tentang materi tersebut yang mana nantinya diharapkan
dapat mencegah permasalahan tersebut dan menurunkan angka
kejadian kecemasan dengan PMS.
2. Bagi Peneliti
Dari penelitian ini dapat menjadi pengalaman dalam menulis
dan menambah wawasan bagi peneliti dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan pendidikan tentang kecemasan dengan kejadian
PMS. Sehingga dapat memberikan edukasi kepada siapa saja yang
membutuhkan atau mengalami permasalahan tersebut sehingga

43
44

diharapkan agar mengurangi tingginya angka tingkat kecemasan


dengan kejadian PMS.
3. Bagi Lahan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumber
kepustakaan di SMAN 1 CILELES serta untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian PMS,
dimana dengan cara pihak sekolah agar dapat memberikan ilmu atau edukasi
dengan cara melakukan konseling pada semua siswi mengenai ilmu tentang
kesehatan reproduksi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka
kejadian PMS pada siswi SMAN 1 CILELES.
4. Bagi institusi
Hasil penelitian diharapkan agar dapat menjadi sumber
informasi tambahan bagi pendidikan dalam meningkatkan Ilmu
pengetahuan dan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan
mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian PMS.
45

DAFTAR PUSTAKA

Febriansyah, A. (2017). Tinjauan Atas Proses Penyusunan Laporan Keuangan


Pada Young Enterpreneur Academy Indonesia Bandung. Jurnal Riset
Akuntansi, 8(2). https://doi.org/10.34010/jra.v8i2.525
Mama, A. H. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PRE MENSTRUAL SYNDROME PADA REMAJA PUTERI KELAS X DAN
XI DI PESANTREN MODREN NURUL HAKIN DELI SERDANG Rina
Marlina Hutasuhut 1.
Masturoh, I., & T, N. A. (2018). METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN (I.
Masturoh & nauri anggita T (eds.); 1st ed.). Kementrian Kesehataan
Republik Iindonesia.
Mellani, & Kristina, N. L. P. (2021). Tingkat Kecemasan Anak Remaja Pada
Masa Pandemi Covid-19 Di Sma Negeri 8 Wilayah Kerja Puskesmas Iii
Denpasar Utara Tahun 2021. NLPK Mellani, 12–34.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7453/
Normah, Rifai, B., Vambudi, S., & Maulana, R. (2022). Analisa Sentimen
Perkembangan Vtuber Dengan Metode Support Vector Machine Berbasis
SMOTE. Jurnal Teknik Komputer AMIK BSI, 8(2), 174–180.
https://doi.org/10.31294/jtk.v4i2
Proverawati. (2017). No Title. 11–54.
Rianti, D. (2019). Hubungan antara Kecemasan dan Kadar Kortisol terhadap
Kejadian Premenstrual Syndrom. Jurnal Midwifery, 1(2), 68–78.
https://doi.org/10.24252/jmw.v1i2.10517
Rodiani, & Rusfiana, A. (2016). Hubungan Premenstrual Syndrome ( PMS )
terhadap Faktor Psikologis pada Remaja The Relationship of Premenstrual
Syndrome ( PMS ) with Psychological Factor in Adolescent.
HubunganPremenstrual Syndrome (PMS) Terhadap Faktor Psikologis Pada
Remaja, 5(1), 18–22. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
aunf37edc8630full.pdf
46

Saskiaputri. (2020). Hubungan Tingkat Stres Dengan Premenstruasi Sindrom


Pada Remaja Putri. Hubungan Tingkat Stres Dengan Premenstruasi Sindrom
Pada Remaja Putri, 59. http://digilib.unisayogya.ac.id/5248/1/saskia
putri_1810104006_sarjana terapan kebidanan_naspub - saskia putri.pdf
Susanti, H. D., Ilmiasih, R., & Arvianti, A. (2017). Hubungan Antara Tingkat
Keparahan Pms Dengan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Pada
Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 3(1), 23–31.
https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v3i1.32
Trisnowati, T., Lestari, S., & Marni. (2020). Pengaruh Tugas Akhir Terhadap
Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) Dan Perilaku Saat PMS. Jurnal
Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), X(2), 108–114.
https://journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/view/244
Zakaria, F., Nikmathul, R., Ali, H., Hilamuhu, F., Ilmu, F., Universitas, K., &
Gorontalo, M. (2022). HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN
KEJADIAN PRAMENSTRUASI SINDROM PADA REMAJA PUTRI KELAS
XI DI SMA NEGERI I DUNGALIYO The Relationship Between The Anxiety
Level With Premenstrual Syndrome In Teenagers At Sma 1 Dungaliyo. 11(1),
1–9. https://doi.org/10.31314/mjk
47

LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN

Persetujuan Responden
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Dengan ini saya menyatakan bahwa sudah diberikan penjelasan terkait subjek
penelitian dan bersedia menjadi responden dalam penelitian Skripsi yang disusun
oleh Dewi Indriani Mahasiswi S1 Kebidanan STIKES Medistra Indonesia dengan
judul yang terkait “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Pramenstrual
Syndrome (PMS) Pada Siswi Kelas XII di SMAN 1 CILELES Tahun 2023”.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dalam paksaan siapapun dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Peneliti
menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas untuk menjadi responden pada
penelitian ini.

Bekasi,.............2023
Reponden

(……………………………..)
48

LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Pramenstrual Syndrome (PMS)


Pada Siswi Kelas XII di SMAN 1 CILELES Tahun 2023
Nama :
Kelas :
Alamat :

Petunjuk Pengisian

Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan.


Jawab soal-soal pernyataan dibawah ini sesuai dengan yang anda alami dengan
menggunakan tanda ceklis (√)
Bertanyalah kepada peneliti jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti.

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda mengalami gejala PMS, perubahan


mood, pusing dan nyeri punggung saat menjelang
menstruasi

2. Apakah gejala-gejala PMS tersebut anda alami


pada 7-10 hari sebelum menstruasi terjadi

3. Pada saat mengalami gejala PMS apakah anda


mengalami perubahan suasana hati seperti mudah
marah, cemas, mudah tersinggung

4. Saat menjelang menstruasi wanita akan mengalami


payudara kencang dan terasa keras apakah anda
mengalaminya
49

5. Apakah anda merasakan kram perut dan nyeri


pinggang saat akan menjelang mens

6. Apakah anda mengalami gejalanya pada saat


menstruasi berlangsung

7. Pernah tidak pada saat mengalami PMS anda


sampai harus ijin ke UKS atau tidak masuk
sekolah
50

Kuesioner Tingkat Kecemasan dengan Hamilton Rating Scale For


Anxienty (HRS-A)

Petunjuk pengisian :
Beri tanda ceklis (√) pada kolom yang dipilih
nilai angka score 0 = jika tidak ada gejala
nilai angka score 1 = gejala yang dialami ringan nilai angka score 2 = gejala yang
dialami sedang nilai angka score 3 = gejala yang dialami berat
nilai angka score 4 = gejala yang dialami sangat berat

No Nilai angka (SCORE)


Gejala 0= Tidak 1=Ringan 2= 3= 4=Sangat
Kecemasan Ada Sedang Berat Berat
Gejala
1. Perasaan Cemas
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran
sendiri
Mudah
tersinggung
2. Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
51

Gelisah
Tidak merasa
tenang
3. Gangguan Tidur
Sukar tidur
Terbangun malam
hari
Tidur tidak
nyenyak
Bangun dengan
lesu
Banyak mimpi-
mimpi
Mimpi buruk
Mimpi
menakutkan
4. Gangguan
Kecerdasan
Tidak
berkonsentrasi
Daya ingat
menurun
Daya ingat sangat
buruk
5. Gangguan
Depresi
Berkurangnya
kesenangan pada
hobi
Murung
52

Sedih
Bangun dini hari
Perubahan mood
6. Gejala Autonom
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
dan bulu-bulu
berdiri
7. Tingkah Laku
Gelisah
Tidak tenang
Gemetar
Kulit kering
Muka tegang
Otot tegang
8. Gejala Urogenital
Sering BAK
Tidak dapat
menahan BAK
Tidak ada haid

Darah haid
berlebihan
Darah haid sedikit

Masa haid
berkepanjangan
53

Masa haid pendek

Haid beberapa kali


dalam sebulan
9. Gejala
Gastrointesial
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan
pencernaan
Nyeri sebelum dan
sesudah makan
Perut terasa
penuh/kembung
Mual atau muntah
54

LAMPIRAN 3
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING

Pembimbing : Dr. Lenny Irmawaty. S, SST., M.KM

Hari/Tanggal Paraf Pembimbing


Bimbingan Catatan Pembimbing

No

1.
18 November 2022 Pengajuan judul proposal

2.

19 November 2022 Acc judul skripsi


Mencari refrensi

3. 20 januari 2023 Koreksi BAB 1-3

4. 21 Januari 2023 ACC proposal dan


membuat power point

5. 22 Januari 2023 Siapkan sidang proposal


tanggal 24-Januari-2023

6. 14 Februari 2023 Konsultasi tentang


permohonan surat izin
penelitian
7. 23 Februari 2023 Masukan dari
pembimbing untuk
55

melengkapi lembar
konsultasi
8. 24 Februari 2023 Konsultasi tentang surat
izin melakukan penelitian

9. 05 Mei 2023 Konsultasi hasil SPSS

10. 20 Mei 2023 Revisi dari cover sampai


bab 7 perbaiki yang di
revisi
11. 26 Mei 2023 Revisi bagian BAB hasil
(hasil kurang tepat) dan
tambahkan skor PMS dan
kecemasan pada definisi
operasional
12.
56

LAMPIRAN 4
LEMBAR KONSULTASI PENGUJI

Penguji : Wiwit Desi Intarti, S.Si.T.,M.Keb


Hari/Tanggal Paraf Pembimbing
No Bimbingan Catatan Pembimbing

1.
24-Januari-2023 Di judul tambahkan lokasi
penelitian

2.
Revisi bagian kata
pengantar untuk nama
nama pengurus STIKES
3. BAB 1 pendahuluan ganti
referensi ke tahun yang
terbaru
4. BAB 2 cantumkan
referensi di setiap akhir
paragraf

5. Lembar kuesioner
penelitian lebih di perjelas
lagi setiap point pertanyaan
nya
6. Lembar kuesioner HRS
tambahkan lagi point nya
sampai 52 point
57

Lampiran 5
Hasil Pengolahan Data

Kecemasan PMS
Nama /
No Kelas Alamat Keterang Hasil Hasil
Inisial 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
an Ukur Ukur
Sulpa
Cemas
Nabila XII IPS Umbul
1 2 4 3 2 3 3 2 2 3 24 Sedang 2 1 1 1 0 1 0 1 5 2
Siti
Cemas
Mariam XII IPS Pasirbinglu
2 2 3 2 2 3 1 3 4 3 23 Sedang 2 1 0 1 1 1 0 0 4 1
Cemas
Ika XII IPS cimerak
3 2 4 4 1 3 3 2 4 3 26 Sedang 2 1 1 1 0 0 1 0 4 1
yulia
Cemas
fitriani XII IPS cinangka
4 1 5 4 2 4 4 3 4 3 30 Berat 3 1 1 0 1 1 0 0 4 1
reva
Cemas
helima XII IPS cimerak
5 2 2 4 1 2 3 2 4 2 22 Sedang 2 1 1 1 0 1 0 1 5 2
Cemas
rosita sari XII IPS cimerak
6 2 4 4 2 2 3 4 4 4 29 Berat 3 1 0 0 1 1 0 0 3 1
dede
Cemas
yuliami XII IPS Kopi
7 1 4 4 1 3 3 1 4 3 24 Sedang 2 1 1 1 0 1 1 0 5 2
58

alya
Cemas
maulani XII IPA Rancabaok
8 1 2 3 1 2 2 1 4 2 18 Ringan 1 1 1 1 0 0 1 1 5 2
Cemas
sunari XII IPA kopi
9 2 2 4 2 3 4 4 5 4 30 Berat 3 1 0 1 1 1 0 1 5 2
Cemas
fila aulia XII IPA babakan
10 1 3 2 1 2 3 1 2 2 17 Ringan 1 1 1 1 0 1 0 0 4 1
nia
Cemas
sutiawati XII IPA Pasirbinglu
11 1 3 3 1 2 1 1 4 3 19 Ringan 1 1 0 0 0 0 1 1 3 1
indrianing
Cemas
sig XII IPS Cipeteuy
12 1 3 3 2 2 1 1 2 2 17 Ringan 1 1 1 0 0 1 0 1 4 1
fitri
rahmawa
Cemas
ti XII IPA kebon cau
13 4 4 4 1 3 4 4 4 4 32 Berat 3 1 1 0 0 1 1 1 5 2
euis
Cemas
rahma XII IPA curug ranjeng
14 1 2 3 2 2 3 2 2 2 19 Ringan 1 1 0 0 1 0 0 1 3 1
rizka
Cemas
frikash XII IPS babakan
15 1 3 4 1 2 1 2 1 1 16 Ringan 1 1 0 1 0 0 1 1 4 1
Cemas
stefani XII IPS pasirbinglu
16 2 4 5 3 3 3 4 4 3 31 Berat 3 0 1 0 1 1 1 1 5 2
17 yulianings XII IPS kadu berem 2 4 4 2 2 2 3 5 5 29 Cemas 3 1 1 1 1 0 1 1 6 2
59

ih
Berat
milatusa'
Cemas
diah XII IPS pasirbinglu
18 3 4 4 1 5 5 5 4 4 35 Berat 3 1 1 1 1 1 0 0 5 2
Cemas
siti rubiah XII IPS crb
19 2 3 3 1 2 2 2 2 1 18 Ringan 1 0 1 1 0 1 0 1 4 1

Cemas
cika putri XII IPA Crb
20 1 2 4 2 2 2 1 2 1 17 Ringan 1 1 0 0 1 0 1 0 3 1
Cemas
setia asih XII IPA Pasirbinglu
21 2 4 5 3 3 3 4 4 4 32 Berat 3 1 1 1 1 1 1 0 6 2
Cemas
anisa nur XII IPA keboncau
22 2 5 5 3 3 5 5 4 4 36 Berat 3 0 0 1 1 1 1 1 5 2
neneng
Cemas
sri XII IPA babakan
23 2 2 3 2 2 1 1 4 1 18 Ringan 1 0 1 1 1 0 0 1 4 1
Cemas
nuraida XII IPA kalanganyar
24 3 4 4 2 3 3 4 4 4 31 Berat 3 1 1 1 0 0 1 0 4 1
mita
Cemas
mutia XII IPA pasirbinglu
25 2 2 4 1 1 1 2 2 2 17 Ringan 1 1 1 0 1 0 0 1 4 1
pamatangwar
Cemas
neng lina XII IPA u
26 2 3 4 2 4 4 2 4 4 29 Berat 3 1 1 1 0 1 1 1 6 2
27 risa sri XII IPA pasir galatik 2 2 4 2 3 1 3 2 2 21 Cemas 2 1 1 1 1 1 1 1 7 2
60

Sedang
eka
Cemas
oktaviani XII IPS Bangkanang
28 2 2 4 1 1 3 2 2 2 19 Ringan 1 1 0 1 0 0 0 1 3 1
cindy
Cemas
lestari XII IPS kebon cau
29 1 4 4 1 1 1 1 4 3 20 Ringan 1 1 0 0 0 1 0 1 3 1
ririn
Cemas
devina XII IPA kebon cau
30 4 4 5 2 4 4 4 5 4 36 Berat 3 1 0 1 1 1 0 0 4 1
sulis
Cemas
setiawati XII IPA konyal
31 3 3 4 3 2 3 4 4 3 29 Berat 3 1 1 1 1 0 1 1 6 2
Cemas
fitri XII IPA keboncau
32 3 5 4 3 2 5 4 4 4 34 Berat 3 0 1 1 1 1 1 0 5 2
dinda pamatangwar
Cemas
mulyani XII IPS u
33 2 2 4 3 3 4 4 4 3 29 Berat 3 1 1 1 1 0 0 1 5 2
putri
Cemas
diana XII IPA babakan
34 1 3 3 2 2 3 3 2 1 20 Ringan 1 1 0 1 1 0 0 0 3 1
fasya
Cemas
putri XII IPA limus gantung
35 3 4 4 3 2 3 3 4 3 29 Berat 3 1 1 0 0 1 0 1 4 1
laila dwi pamatangwar
Cemas
putri XII IPA u
36 2 3 4 3 4 2 4 4 4 30 Berat 3 1 0 1 0 0 0 1 3 1
61

Cemas
sarnawati XII IPS babakan
37 1 3 5 1 3 1 2 4 3 23 Sedang 2 1 1 1 0 1 1 1 6 2
Cemas
rina kha XII IPA sinar terang
38 2 2 5 3 4 4 5 4 4 33 Berat 3 1 0 0 1 0 1 1 4 1
ainun
Cemas
khoiriya XII IPA babakan
39 3 3 3 3 3 4 2 4 4 29 Berat 3 1 0 0 1 1 0 0 3 1
Cemas
diana nur XII IPA sinar terang
40 2 4 4 3 5 4 4 4 4 34 Berat 3 1 0 0 1 0 0 1 3 1
siti
mutmaina
Cemas
h XII IPS pahet
41 2 4 4 2 3 4 4 3 3 29 Berat 3 1 0 0 0 1 0 1 3 1
Cemas
indriyani XII IPS kadomas
42 1 3 3 1 2 3 3 4 1 21 Sedang 2 1 1 1 1 0 1 1 6 2
Cemas
meliyani XII IPA Cipendeuy
43 4 4 5 2 3 4 3 2 4 31 Berat 3 1 1 0 1 0 1 1 5 2
Cemas
aliya XII IPA baros
44 3 5 3 3 4 1 4 4 4 31 Berat 3 1 1 0 0 1 1 1 5 2
Cemas
sila XII IPA crb
45 3 3 5 2 2 3 4 4 3 29 Berat 3 0 1 1 1 1 0 1 5 2
zakiyah
Cemas
suly XII IPA kd ranggon
46 2 3 3 2 2 2 1 2 3 20 Ringan 1 1 1 1 0 1 0 0 4 1
47 asiah XII IPS crb 4 3 3 3 3 4 4 4 4 32 Cemas 3 1 1 1 0 0 0 1 4 1
62

Berat
siti
Cemas
nuraeni XII IPA crb
48 1 4 3 2 2 2 3 2 3 22 Sedang 2 1 1 0 1 0 0 1 4 1

XII
Cemas
saanah IPS babakan
49 3 4 5 2 3 4 5 4 4 34 Berat 3 1 1 1 1 0 0 1 5 2
XII
Cemas
linda IPA Konyal
50 2 4 3 2 3 3 3 4 3 27 Sedang 2 1 1 1 0 1 1 1 6 2
Rata-
rata 4.42
63

Hasil SPSS

Frequencies

Statistics

Kecemasan PMS
N Valid 50 50
Missing 0 0

Table

Kecemasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Cemas ringan 14 28.0 28.0 28.0
Cemas sedang 10 20.0 20.0 20.0
Cemas berat 26 52.0 52.0 52.0
Total 50 100.0 100.0

PMS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Tidak 27 54.0 54.0 54.0
Ya 23 46.0 46.0 46.0
Total 50 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kecemasan * PMS 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

Kecemasan * PMS Crosstabulation


64

PMS
Tidak Ya Total
Kecemasan Cemas ringan Count 13 1 14
Expected Count 7.6 6.4 14.0
% within Kecemasan 26% 2% 28%
Cemas sedang Count 3 7 10
Expected Count 5.4 5.6 10.0
% within Kecemasan 6% 14% 20%
Cemas berat Count 11 15 26
Expected Count 14.0 12.0 26.0
% within Kecemasan 22% 30% 52%
Total Count 27 23 50
Expected Count 27.0 23.0 50.0
% within Kecemasan 54.0% 46.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 12.260a 2 .002
Likelihood Ratio 14.146 2 .001
Linear-by-Linear Association 7.643 1 .006
N of Valid Cases 50

a. 0 cells (00.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5.40.

Interpretasi :
P value = 0,02 < 0,05, yang artinya ada hubungan / pengaruh
65

HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS

MASTER TABEL KECEMASAN

No 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Jumlah Keterangan Hasil


Ukur
1 2 2 3 2 3 2 2 2 3 21 Cemas Sedang 2
2 2 2 2 2 3 1 3 4 3 22 Cemas Sedang 2
3 2 4 4 1 3 3 2 4 3 26 Cemas Sedang 2
4 1 5 4 2 4 3 3 4 3 29 Cemas Berat 3
5 2 2 4 1 2 3 2 4 2 22 Cemas Sedang 2
6 2 4 4 4 4 4 4 4 4 34 Cemas Berat 3
7 1 4 4 4 3 3 1 4 3 27 Cemas Sedang 2
8 1 2 3 1 2 4 1 4 2 20 Cemas Ringan 1
9 2 2 4 2 3 4 4 5 4 30 Cemas Berat 3
10 1 3 2 1 2 3 1 2 2 17 Cemas Ringan 1
11 1 2 3 1 2 1 1 4 3 18 Cemas Ringan 1
12 1 3 3 2 2 1 1 2 2 17 Cemas Ringan 1
13 4 4 4 1 3 4 4 3 4 31 Cemas Berat 3
14 1 2 3 2 2 3 2 2 2 19 Cemas Ringan 1
15 1 3 4 1 2 2 2 1 1 17 Cemas Ringan 1
16 2 4 5 3 3 3 2 4 3 29 Cemas Berat 3
17 2 2 4 2 2 2 3 5 5 27 Cemas Sedang 2
18 3 4 4 1 5 5 3 4 4 33 Cemas Berat 3
19 2 3 3 3 2 2 2 2 1 20 Cemas Ringan 1
20 1 2 4 2 2 2 3 2 1 19 Cemas Ringan 1
21 2 4 5 3 3 3 4 4 4 32 Cemas Berat 3
22 2 5 5 3 3 5 5 4 4 36 Cemas Berat 3
23 2 2 3 2 2 1 1 4 1 18 Cemas Ringan 1
24 3 4 4 2 3 3 4 4 4 31 Cemas Berat 3
25 2 2 4 1 3 1 2 2 2 19 Cemas Ringan 1
26 2 3 4 2 4 4 2 4 4 29 Cemas Berat 3
27 2 2 4 2 3 1 3 2 2 21 Cemas Sedang 2
28 2 2 4 2 1 2 2 22 2 39 Cemas Berat 3
29 2 4 4 1 1 1 1 4 3 21 Cemas Sedang 2
30 4 2 2 2 4 4 4 5 4 31 Cemas Berat 3
31 3 3 4 3 2 3 4 4 3 29 Cemas Berat 3
32 3 5 4 3 2 5 4 4 4 34 Cemas Berat 3
33 2 2 4 3 3 4 4 4 3 29 Cemas Berat 3
34 1 3 3 2 2 3 3 2 1 20 Cemas Ringan 1
35 3 4 4 3 2 3 3 4 3 29 Cemas Berat 3
36 2 3 4 3 4 2 4 4 4 30 Cemas Berat 3
37 1 3 5 1 3 1 2 4 3 23 Cemas Sedang 2
66

38 2 2 5 3 4 4 5 4 4 33 Cemas Berat 3
39 3 3 3 3 3 4 2 4 4 29 Cemas Berat 3
40 2 4 4 3 5 4 4 4 4 34 Cemas Berat 3
41 2 4 4 2 3 4 4 3 3 29 Cemas Berat 3
42 1 3 3 1 2 3 3 4 1 21 Cemas Sedang 2
43 4 4 5 2 3 4 3 2 4 31 Cemas Berat 3
44 3 5 3 3 4 1 4 4 4 31 Cemas Berat 3
45 3 3 5 2 2 3 4 4 3 29 Cemas Berat 3
46 2 3 3 2 2 2 1 2 3 20 Cemas Ringan 1
47 4 3 3 3 3 4 4 4 4 32 Cemas Berat 3
48 1 4 3 2 2 2 3 2 3 22 Cemas Sedang 2
49 3 4 5 2 3 4 5 4 4 34 Cemas Berat 3
50 2 4 3 2 3 3 3 4 3 27 Cemas Sedang 2

MASTER TABEL PREMENSTRUAL SYINDROME (PMS)

NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 TOTAL Hasil Ukur

1 1 1 1 1 1 0 1 6 2
2 0 0 1 0 1 0 0 2 2
3 1 1 1 1 1 1 1 7 2
4 1 1 0 1 1 0 1 5 2
5 1 1 1 1 1 0 1 6 2
6 0 0 0 0 0 0 0 0 2
7 1 1 1 1 1 1 1 7 2
8 1 1 1 1 1 1 1 7 2
9 0 1 1 0 1 0 0 3 2
10 1 1 1 1 1 0 1 6 2
11 0 1 0 0 1 1 0 3 2
12 1 1 0 1 0 0 1 4 2
13 1 1 0 1 1 1 1 6 2
14 1 1 0 0 1 0 1 4 2
15 0 1 1 0 1 1 0 4 2
16 1 1 0 1 0 1 1 5 2
17 1 1 1 1 1 1 1 7 2
18 1 1 1 1 1 0 1 6 2
19 1 1 1 1 1 0 1 6 2
20 1 1 0 0 0 1 0 3 2
21 1 1 1 1 1 1 1 7 2
22 0 0 1 0 1 1 0 3 2
23 1 1 1 1 1 0 1 6 2
24 1 1 1 1 1 1 1 7 2
67

25 1 1 0 1 0 0 1 4 2
26 1 1 1 1 1 1 1 7 2
27 1 1 1 1 1 1 1 7 2
28 0 0 1 0 1 0 1 3 2
29 0 0 0 0 0 0 0 0 2
30 0 0 1 0 1 0 0 2 2
31 1 1 1 1 1 1 1 7 2
32 1 1 1 1 1 1 1 7 2
33 1 1 1 1 1 0 1 6 2
34 0 0 1 0 1 0 0 2 2
35 1 1 0 1 0 0 1 4 2
36 0 0 1 0 1 0 0 2 2
37 1 1 1 1 1 1 1 7 2
38 0 0 0 0 0 1 0 1 2
39 0 0 0 0 0 0 0 0 2
40 0 0 0 0 0 0 0 0 2
41 0 0 0 0 0 0 0 0 2
42 1 1 1 1 1 1 1 7 2
43 1 1 0 1 0 1 1 5 2
44 1 1 0 1 0 1 1 5 2
45 1 1 1 1 1 0 1 6 2
46 1 1 1 1 1 0 1 6 2
47 1 1 1 1 1 0 1 6 2
48 1 1 0 1 0 0 1 4 2
49 1 1 1 1 1 0 1 6 2
50 1 1 1 1 1 1 1 7 2
68

Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 KECEMASAN
P1 Pearson Correlation 1 .223 .146 .212 .285 *
.400 **
.498 **
.097 .576 **
.602**
Sig. (2-tailed) .119 .312 .139 .044 .004 .000 .504 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P2 Pearson Correlation .223 1 .314
*
.280 *
.279 *
.334 *
.299
*
-.117 .378 **
.457**
Sig. (2-tailed) .119 .026 .049 .050 .018 .035 .417 .007 .001
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P3 Pearson Correlation .146 .314* 1 .171 .167 .259 .386** .108 .315* .491**
Sig. (2-tailed) .312 .026 .234 .246 .069 .006 .455 .026 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P4 Pearson Correlation .212 .280* .171 1 .289* .266 .411** .062 .354* .508**
Sig. (2-tailed) .139 .049 .234 .042 .062 .003 .671 .012 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P5 Pearson Correlation .285
*
.279*
.167 .289 *
1 .388 **
.465 **
-.154 .566 **
.498**
Sig. (2-tailed) .044 .050 .246 .042 .005 .001 .285 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P6 Pearson Correlation .400 **
.334*
.259 .266 .388 **
1 .514 **
.018 .455 **
.635**
Sig. (2-tailed) .004 .018 .069 .062 .005 .000 .904 .001 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P7 Pearson Correlation .498** .299* .386** .411** .465** .514** 1 .024 .537** .709**
Sig. (2-tailed) .000 .035 .006 .003 .001 .000 .871 .000 .000
69

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P8 Pearson Correlation .097 -.117 .108 .062 -.154 .018 .024 1 .076 .486**
Sig. (2-tailed) .504 .417 .455 .671 .285 .904 .871 .598 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
P9 Pearson Correlation .576** .378** .315* .354* .566** .455** .537** .076 1 .733**
Sig. (2-tailed) .000 .007 .026 .012 .000 .001 .000 .598 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KECEMASAN Pearson Correlation .602 **
.457**
.491
**
.508 **
.498 **
.635 **
.709**
.486
**
.733 **
1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua kuesioner dikatakan valid pada variabel kecemasan karena memperoleh nilai
<0,05

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.631 9

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua kuesioner dikatakan reliabel pada variabel kecemasan karena memperoleh nilai
>0,6
70

Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 PMS
P1 Pearson Correlation 1 .858 **
.145 .912 **
.175 .229 .905 **
.848**
Sig. (2-tailed) .000 .313 .000 .224 .110 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
P2 Pearson Correlation .858 **
1 .164 .783 **
.275 .309 *
.756 **
.831**
Sig. (2-tailed) .000 .255 .000 .053 .029 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
P3 Pearson Correlation .145 .164 1 .253 .831** .077 .236 .551**
Sig. (2-tailed) .313 .255 .076 .000 .594 .098 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
P4 Pearson Correlation .912 **
.783 **
.253 1 .211 .211 .912 **
.862**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .076 .142 .141 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
P5 Pearson Correlation .175 .275 .831 **
.211 1 .104 .272 .580**
Sig. (2-tailed) .224 .053 .000 .142 .472 .056 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
P6 Pearson Correlation .229 .309 *
.077 .211 .104 1 .141 .431**
Sig. (2-tailed) .110 .029 .594 .141 .472 .330 .002
N 50 50 50 50 50 50 50 50
P7 Pearson Correlation .905** .756** .236 .912** .272 .141 1 .848**
71

Sig. (2-tailed) .000 .000 .098 .000 .056 .330 .000


N 50 50 50 50 50 50 50 50
PMS Pearson Correlation .848 **
.831
**
.551
**
.862 **
.580
**
.431
**
.848 **
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdsarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua kuesioner dikatakan valid pada variabel PMS karena memperoleh nilai <0,05

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.829 7

Berdsarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua kuesioner dikatakan reliabel pada variabel PMS
karena memperoleh nilai >0,6
72

LAMPIRAN 6
SURAT IZIN
73

LAMPIRAN 7
PERMOHONAN PENELITIAN
74

PERMOHONAN STUDI
LAMPIRAN 8
75

LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai