Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

NAMA: FRISKILIA TUKAN

NIM : 19026

PRODI : DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN LAKIPADADA RANTEPAO

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

TANA TORAJA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “ ”

Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak menghadapi masalah dan


hambatan. Tetapi,berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak maka
makalah ini dapat diselesaikan.

penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan baik isi
maupun penyusunan. penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya. semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya baagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Premenstrual syndrome merupakan suatu keadaan dimana
sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus
menstruasi (Nugroho & Utomo, 2014). PMS ditandai dengan gejala
ketidaknyamanan perut, sakit kepala, nyeri, cepat marah dan stres (Chen et
al., 2014). Faktor yang mempengaruhi PMS antara lain dari faktor
keluarga dan faktor psikologis, contohnya depresi (Hulstein, 2009). Gejala
PMS yang paling umum adalah suasana hati yang labil, mudah marah,
nafsu makan menigkat, pelupa, sulit berkonsentrasi, mudah menangis,
haus, jerawat, gangguan pencernaan, muka merah, jantung berdebar,
pusing dan edema ekstremitas bawah. Gejala premenstrual syndrome
biasanya timbul selama 7-10 hari terakhir dari siklus menstruasi (Fritz &
Speroff, 2011).
Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), PMS
memiliki prevalensi lebih tinggi di negara-negara Asia dibandingkan
dengan negara-negara Barat (Mohamadirizi & Kordi, 2013). Hasil
penelitian American College Obstetricians and Gynecologists (ACOG) di
Sri Lanka tahun 2012, melaporkan bahwa gejala PMS dialami sekitar 65,7
remaja putri. Hasil studi Mahin Delara di Iran tahun 2012, ditemukan
sekitar 98,2% perempuan yang berumur 18-27 tahun mengalami paling
sedikit 1 gejala PMS derajat ringan atau sedang. Prevalensi PMS di Brazil
menunjukkan angka 39%, dan di Amerika 34% wanita mengalami PMS
(Basir et al., 2012). Prevalensi PMS di Asia Pasifik, di ketahui bahwa di
Jepang PMS dialami oleh 34 % populasi perempuan dewasa. Di
Hongkong PMS dialami oleh 17 % populasi perempuan dewasa. Di
Pakistan PMS dialami oleh 13 % populasi perempuan dewasa. Di
Australia dialami oleh 44 % perempuan dewasa (Sylvia, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah
Remaja (PKRR) dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa
permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai
gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan
anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%),
serta masalah kegemukan (0,5%). Gangguan menstruasi mejadi
permasalahan utama pada wanita di Indonesia. (Damayanti, 2013).
Prevalensi PMS di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan hasil yang
berbeda. Di Jakarta Selatan menunjukkan 45% siswi SMK mengalami
PMS. Di Kudus didapatkan prevalensi PMS pada mahasiswi Akademi
Kebidanan sebanyak 45,8%. Di Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA
mengalami PMS, sedangkan di Purworejo pada siswi sekolah menengah
atas, prevalensi PMS sebanyak 24,6%. Di Semarang tahun 2003
didapatkan prevalensi kejadian PMS sebanyak 24,9% (Pratita &
Margawati, 2013).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Menstruasi adalah gejala periodik pelepasan darah dan mukosa
jaringan dari lapisan dalam rahim melalui vagina. Menstruasi
diperkirakan terjadi setiap bulan selama masa reproduksi, dimulai saat
pubertas (menarche) dan berakhir saat menopause kecuali selama masa
kehamilan. Berdasarkan pengertian klinik, menstruasi dinilai
berdasarkan 3 hal : Siklus menstruasi, lama menstruasi, dan jumlah
darah yang keluar. (Sarwono, 2011).
Kelenjar pituitari di otak mulai memproduksi hormon yang
menghasilkan sinyal kepada sel telur untuk berfungsi. Interaksi antara
hormon estrogen dan progesteron menyebabkan endometrium pada
uterus menggumpal dan menebal untuk mengkapasitasi pembuahan.
Tetapi jika tidak dibuahi, terjadilah menstruasi. Menstruasi bukanlah
penyakit, tetapi dapat terjadi masalah - masalah menstruasi termasuk
perubahan lama siklus, aliran, warna atau konsistensi darah, dan
sindrom pramenstruasi (Rowland, 2001).
PMS adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum menstruasi
dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh
banyak wanita sebelum mulai setiap siklus menstruasi (Brunner &
Suddarth, 2001). PMS kadang-kadang berlangsung terus sampai
menstruasi berhenti (Prawiroharjo, 2005).
Premenstrual syndrome merupakan suatu keadaan yang
menerangkan bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan
berhubungan dengan siklus menstruasi. Biasanya, gejala tersebut
muncul pada 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika
menstruasi dimulai (El Manan, 2011). Sedangkan menurut Hacker
et.al. (2001), PMS adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku yang
menyusahkan yang secara teratur berulang selama fase siklus
menstruasi. Sekitar 5-10% wanita menderita PMS yang berat sehingga
mengganggu kegiatan sehari harinya
B. GEJALA
 Gejala fisik
1. Perut kembung
2. Nyeri payudara
3. Kejang atau bengkak pada kaki Nyeri panggul Pelupa
4. Hilang koordinasi
5. Nafsu makan bertambah
6. Tumbuh jerawat
7. Sakit pinggul Suka makan manis atau asin
 Gejala emosional
1. depresi
2. cemas
3. suka menangis
4. sifat agresih atau pemberontak
5. pelupa
6. tidak bisa tidur
7. merasa tegang
8. rasa permusuhan
9. suka marah
10. konsentrasi berkurang
C. ETIOLOGI
Etiologi premenstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi
mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan
antara estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, dan kadangkadang edema
(Wiknjosastro, 2005).
D. Faktor – faktor yang mempengaruhi PMS
1. Kurangnya hormon progesteron Sebagian wanita yang menderita
PMS pun mengalami penurunan kadar progesteron. Salah satu
untuk penyembuhan kekurangan hormone progesteron ini yaitu
dengan penambahan hormone progesteron, tetapi hal ini tidak
menuntut kemungkinan, karena wanita yang mengalami PMS
hebat dalam keadaan progesteron normal
2. Meningkatnya kadar estrogen dalam darah Kadar estrogen yang
meningkat dalam darah menyebabkan gejala-gejala depresi dan
khususnya gangguan mental. Kadar estrogen yang meningkat dapat
mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6 (piridoksin)
yang berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin sangat
penting bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini
dalam jumlah cukup dapat mengakibatkan depresi.Vitamin B6
mempunyai pengaruh positif pada sejumlah gejala yang timbul
akibat PMS. Batas tertentu estrogen menyebabkan retensi garam
dan air serta berat badannya bertambah. Mereka yang mengalami
akan menjadi mudah tersinggung, tegang, perasaan tidak enak
(premenstrual syndrome).
3. Psikologis
Premenstrual sindrom jelas dikeluhkan seorang wanita yang
sedang mengalami konflik dengan lingkungan kehidupan (Yatim,
2001). Kepribadian seseorang turut berkontribusi, terutama pada
yang bersifat tidak fleksibel (cenderung kaku) atau yang disebut
sebagai gangguan kepribadian. Individu dengan gangguan
kepribadian akan lebih rentan dan sulit beradaptasi dengan
premenstrual syndrome, dan tidak mudah menerima saran dan
terapi (Elvira, 2010).
4. Sosial
Keluhan premenstrual sindrom sangat dipengaruhi oleh tata cara
atau kultur keluarga dan kehidupan masyarakat sekitarnya ketika
datang menstruasi, seperti bila seorang wanita mengetahui saat-saat
menjelang haid maka keluhannya akan lebih banyak dan berat
dibandingkan dengan wanita yang tidak mempedulikan saat-saat
haid (Yatim,2001).
5. Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh,
coklat, minuman bersoda, produk susu dan makanan olahan dapat
memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001 dalam Supriyanto,2010).
Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gejalagejala
lebih buruk, termasuk stres, kurangnya kegiatan fisik dan diet yang
mengandung gula, karbohidrat yang diolah, garam, lemak, alkohol
dan kafein yang tinggi (Health Media Nutrition Series, 1996 dalam
Maulana, 2008).
E.

Anda mungkin juga menyukai