Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko Premenstrual Syndrome (Dita, 2010) antara
lain yaitu wanita yang pernah melahirkan (Premenstrual Syndrome semakin berat setelah
melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi, seperti
toksima). Kemudian riwayat keluarga, Status perkawinan, Usia (Terutama antara usia 30-45 tahun),
Stres, Diet (kebiasaan makan, seperti tinggi garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, makanan
olahan), dan juga kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin B6, E, C, magnesium, zat besi,
seng, mangan, dan asam lemak linoleat. Serta kurangnya berolahraga dan aktivitas fisik yang
menyebabkan gejala semakin berat.
Gejala premenstrual syndrome meliputi gejala fisik, psikologis dan emosional. Keluhan
yang sering terjadi adalah cemas, lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi, nyeri
kepala, nyeri perut, dan nyeri pada payudara (Safitri et al., 2017). Gejala klinis yang ditemukan
pada sindrom pramenstruasi adalah sebagai berikut :
1. Gejala Fisik : Nyeri tekan dan pembengkakan payudara, Nyeri otot, Perut kembung, Sakit
kepala dan migrain, Rasa panas serta kemerahan pada wajah dan leher, Limbung /palpitasi,
Edema perifer, Gangguan penglihatan, Nyeri panggul, Perubahan pola buang air besar,
Perubahan pola nafsu makan, Timbul jerawat
2. Gejala Psikologis (Emosi dan Mental): Tegang, Iritabilitas, Perubahan perasaan (mood),
Penurunan libido, Ansietas, Depresi, Letargi, dan Penurunan konsentrasi.
Menurut (Ramadani, 2013) Tidak ada tes laboratorium khusus untuk mendiagnosa wanita
dengan sindroma premenstruasi. Alat diagnostik yang dapat membantu adalah catatan harian
menstruasi, yang berisi gejala-gejala fisik dan emosi selama berbulan-bulan. Jika perubahan-
perubahan yang terjadi secara konsisten sekitar ovulasi (midcycle, atau hari ke 6-10 dalam siklus
menstruasi) dan berlangsung sampai aliran menstruasi mulai, maka sindroma premenstruasi
kemungkinan adalah diagnosa yang akurat. National Institute of Mental Health membuat kriteria
diagnostic premenstrual syndrome yaitu peningkatan 30% intensitas gejala premenstrual syndrome
dari siklus hari ke 5 sampai ke 10 sebelum menstruasi beriangsung dan catat perubahan-perubahan
gejala minimal 2 siklus yang berurutan pada kalender gejala harian yang terstandarisasi, seperti the
Calender of Premenstrual Experiences (COPE). Berdasarkan rekomendasi The American College
of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), saat perempuan mendapat satu saja gejala fisik. dan
satu gejala emosional, selama tiga kali masa menstruasi berturat-turut, hal itu sudah dapat disebut
menderita PMS.
Sedangkan untuk terapi non farmakologi yang dapat diberikan yaitu menganjurkan klien
olahraga teratur seperti jogging, jalan cepat atau berenang. Kompres bagian perut atau bagian
punggung yang terasa sakit dengan botol berisi air hangat. Untuk mengurangi rasa sakit saat
menstruasi, cobalah mandi dengan air hangat atau bisa minum air hangat. Memijat perut bagian
bawah dengan ringan, buatlah gerakan melingkar dengan ujung jari anda. Dan tidurlah dengan cara
meringkuk dan lutut melekuk untuk mehindari peregangan otot panggul. Bisa juga menggunakan
bantal untuk menekan lembut perut bagian bawah jika itu terasa nyaman untuk anda. Jika anda
tidur telentang, sanggalah lutut anda dengan bantal agar menekuk.