Anda di halaman 1dari 5

konsepal Syndrome (PMS)

Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika


untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan
cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada
payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan
nyeri muskuloskeletal.
2. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab
dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi
progesteron dan pemberian vitamin B6.
3. Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.

Pencegahan dan penanganan premenstrual syndrome (PMS) antara lain:


a. Edukasi dan konseling

 Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya
pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara
teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita
mengenai waktu terjadinya premenstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang
wanita dengan premenstrual syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi
sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi
sedag terjadi.

b. Modifikasi gaya hidup dan komunikasi

 Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang


terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau
pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan
mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.

c. Diet (pola konsumsi)

 Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema
(bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat
menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan
disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa
selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi.
Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko
menderita premenstrual syndrome (PMS).

d. Olahraga /latihan fisik

 Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome.


Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari
rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa
wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami premenstrual
syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
e. Obat-obatan

 Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas


sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan
obat-obatan.

 Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi
gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam
jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada
wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.

 Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea


dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita
yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome
sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.

 Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang
merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.

 Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual
syndrome yang parah.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien ; meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
Keluhan utama ; nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah, payudara.
Riwayat keperawatan ; sejak kapan, semakin memburuknya kondisi, upaya yang dilakukan
selama menderita penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
   B1 (Breathing)
   B2 (Bleeding)
   B3 (Brain); nyeri, kesemutan, konsentrasi terganggu.
   B4 (Bladder)
   B5 ( Bowel)
   B6 (Bone)

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang PMS
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan anatomi wajah
d. Konstipasi berhubungan stress emosi,perubahan pembatasan masukan diet
e. Perubahan pola tidur berhubungan psikologis(kerusakan neurologis),perubahan pola aktivitas .

4. Intervensi
Diagnosa 1 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang PMS 
- Jelaskan kepada pasien tentang apa itu PMS
Rasional : menurunkan takut dan cemas terhadapdiadnosa PMS
- Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasienseperti sebelumnya
Rasional : meyakinkan pasien bahwa peran dalam,keluarga dan kerja tidak berubah

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 


- Instruksikan pasien tentang tekhik penghematanenergy misalnya duduk saat menyisir
rambut ataumenyikat gigi, melakukan aktivitas ddenganperlahan.
Rasional : teknik menghemat energy mengurangipenggunaan energy, juga membantu
keseimbanganantara suplai dan oksigen.

Diagnosa 3 : Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan anatomi wajah 


- Diskusikan arti perubahan dengan pasien,identifikasi persepsi situasi/harapan yang akan
datang.
Rasional : alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalahuntuk memfokuskan perhatian
dan intervensi secarakonstruktif.
- Susun batasan pada prilaku  maladaftif, bantu pasienmengidentifikasi prilaku positif yang
akan membaik.
Rasional : Penolakan dapat menurunkan harga diri da akanmempengaruhi penerimaan
gambaran diri yang baru.

Diagnosa 4 : Konstipasi berhubungan stress emosi, perubahan pembatasan masukan diet 


- Berikan privasi
Rasional : meningkatkan kenyamanan secara psikologis
- Anjurkan untuk melakukan pergerakan/ambulasi sesuai
Rasional : menstimulasi peristaltik yangmemfasilitasi kemungkinan terbentuknya

Diagnosa 5 : Perubahan pola tidur berhubungan dengan tekanan psikologis(kerusakan neurologis), perubahan


pola aktivitas.
- Berikan kesempatan untuk istirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan
aktivitas mental / fisik pada sore hari
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang
meningkatkan waktu tidur
- Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung
Rasional : meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
- Turunkan jumlah minum pada sore hari, lakukan berkemih sebelum tidur
Rasional : menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamarmandi berkemih selama
malam hari
- Putarkan music yang lembut atau suara yang jernih
Rasional : menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang,
walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005).
Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas,
depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan,
sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum
datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006).
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang
setelah haid keluar (Paath, 2004).

3.2 Saran
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena Premenstrual syndrome
(PMS) tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit Premenstrual syndrome (PMS)
tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya
kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya infeksi penyakit ini.
Perawat atau bidan harus memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas
untuk menghindari angka kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, M dan Asrori. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara
2. Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
3. Aziz, S. 2007. Gizi Remaja Menuju Reporoduksi Sehat. Http://www.indomp3z.us/
showthread.php?t=70183. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 20.00 WIB
4. Bardosono, S. 2006. Gizi Sehat untuk Perempuan. Jakarta : FKUI
5. Departemen FKM UI. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
6. Hendra, Arif W. 2008. Konsep Status Gizi. Http://ajangberkarya.wordpress.
com/2008/05/20/konsep-status-gizi/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2009 : 19.30 WIB
7. Karyadi, E. 2007. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid. Http://www.Indomedia.
com. Diakses pada tanggal 29 April 2009 : 16.00 WIB
8. Mason, P. 2007. Diet and Premenstrual Syndrome. Http://www.healthy.net/index. asp.
Diakses pada tanggal 29 Apil 2009 : 17.00 WIB
9. Maulana, R. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan
Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD. Dr
Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008. Http://razimaulana.files.wordpress.
com/2008/12/pms.doc. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 10.00 WIB
10. Monks, F.J, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
11. Naylor, C. Scott. 2004. Obstetri Ginekologi. Jakarta : EGC
12. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai