1. TES DERMOGRAFISME
Menggores kulit dengan benda tumpul dilakukan guna menilai : dermographism, yaitu
urtika atau wheal linear yang
Purpura pada henoch shcoenlein purpura dapat ditentukan dengan tes diaskopi
2. NIKOLSKY
hylococcal scalded skin syndrome.13Nikolsky sign juga bisa dielisitasi pada ichthyosis
bullosa of Siemens (yang jarang terjadi), di mana ia dinamakan sebagai `mauserung
phenomenon'.13
Tanda ini dielisitasi dengan memberikan tekanan lateral dengan menggunakan ibu jari
atau fingerpad pada kulit pada tonjolan tulang (bony prominence). Hal ini akan menyebabkan
tekanan penggeseran yang akan memisahkan lapisan atas epidermis dari lapisan bawah
epidermis.13 Penghapus (rubber eraser) atau sebarang objek tumpul yang bisa mencengkeram
kulit dengan utuh juga bisa digunakan. Nikolsky sign juga bisa dielisitasi pada mukosa oral
dengan menggunakan penghapus atau swab kapas.
Penyebab tersering:
Nikolskiy sign memberikan hasil positif pada fase aktif atau progresif penyakit pemfigus.
Bila tanda ini menjadi negatif pada pasien yang menerima terapi imunosupresif, hal ini
memnunjukkan berakhirnya fase akut dari penyakit tersebut.13 Namun demikian, kemunculan
kembali saat pengobatan menunjukkan terjadinya flare-up.13 Pasien ini akan memerlukan
peningkatan dosis imunosupresan atau pemberian obat baru.
3. Asboe-Hansen sign
Asboe-Hansen sign (juga dikenal sebagai "indirect Nikolsky sign" atau "Nikolsky II sign")
pertama kali dideskripsikan pada tahun 1960 oleh Gustav Asboe Hansen (1917-1989),
seorang dermatologis Danish.14Asboe-Hansen sign juga dikenal sebagai blister-spread sign
yang merujuk kepada terjadinya ekstensi dari lepuh terhadap kulit normal yang berdekatan
dengan lepuh tersebut apabila diberikan tekanan di atas bula tersebut.14
Pembentukan lepuh yang angular terkait dengan penyakit akantolitik intraepidermal seperti
pemfigus, sedangkan pembentukan lesi lepuh yang bulat terkait dengan penyakit akantolitik
subepidermal seperti pemfigus bulosa. 14Asboe-Hansen sign juga bisa ditemukan pada erupsi
obat bulosa.14 Tanda ini sama sekali berbeda dari Nikolsky Sign.
4. Darier sign
Darier’s sign adalah urtikaria dan halo eritematosa yang terbentuk sebagai respon terhadap
penggosokan atau penggoresan lesi mastositosis kutaneus.10
Darier’s sign dinamai dari dermatologis Perancis yang pertama kali menggambarkan tanda
tersebut, Ferdinand-Jean Darier. Deskripsi mastositosis pertama kali dibuat oleh Nettleship
dan Tay pada tahun 1869, dan pada tahun 1878, Sangster menciptakan istilah urtikaria
10
pigmentosa.
Metode Elisitasi
Pada Darier’s sign klasik, penggosokan lesi dengan lembut akan diikuti oleh rasa gatal,
eritema dan pembentukan urtika dalam 2 hingga 5 menit. Hal ini mungkin terjadi selama 30
menit hingga beberapa jam. Pada anak, vesikulasi bisa terjadi pada lesi yang
digosok.Walaupun tanda ini positif pada kulit yang berlesi, namun, tanda ini juga bisa positif
pada kulit yang secara klinisnya normal pada pasien dengan mastositosis. Pada
pseudoxanthomatous mastocytosis, suatu variant dari diffuse cutaneous mastocytosis, yang
akan timbul hanyalah eritem tampa urtika.10
Kondisi Terkait Darier’s Sign
Signifikan
Darier's sign merupakan patognomonik dari mastositosis kutaneus walaupun beberapa pasien
mungkin mengalami rasa gatal atau urtika yang sedikit atau sama sekali tidak ada walaupun
kulit tersebut menunjukkan populasi padat sel mast, terutama pada pasien dengan riwayat
yang lama dengan kelainan tersebut. Walaubagaimanapun, Darier’s sign tidak 100% spesifik
untuk mastositosis sejak pertama kali ia dideskripsikan, meskipun jarang, pada
xanthogranuloma juvenil dan leukemia limfoblastik akut.10
Tes Klinis ( Clinical tests)
8. Tes Tempel (Patch Test)
Metode ini adalah dengan menerapkan alergi untuk sebuah patch yang kemudian
diletakkan pada kulit. Hal tersebut dapat dilakukan untuk menunjukkan yang memicu
dermatitis kontak alergi.15 Jika ada alergi antibodi dalam sistem tubuh, kulit akan
menjadi jengkel dan mungkin gatal, lebih mirip gigitan nyamuk. Reaksi ini berarti
pasien alergi terhadap zat tersebut
Pemeriksaan status imunologik selular dapat dilakukan secara in vivo maupun secara in
vitro. Uji kulit tipe lambat digunakan untuk mengukur reaksi imunologi selular secara
in vivo dengan melihat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat setelah
penyuntikan antigen yang sudah dikenal sebelumnya (recall antigen) pada kulit.15
Uji ini menggunakan antigen spesifik yang disuntikkan secara intradermal. Antigen
yang digunakan biasanya yang telah berkontak dengan individu normal, misalnya
tetanus, difteria, streptokokus, tuberkulin (OT), Candida albicans, trikofiton, dan
proteus.15 Pada 85% orang dewasa normal reaksi akan positif dengan paling sedikit
pada satu dari antigen tersebut. Pada populasi anak persentase ini lebih rendah,
walaupun terdapat kenaikan persentase dengan bertambahnya umur. Hanya 1/3 dari
anak berumur kurang dari satu tahun yang akan bereaksi dengan kandida, dan akan
mencapai persentase seperti orang dewasa pada usia di atas 5 tahun.15
Sebuah aplikator sekali pakai yang berisi semua antigen tersebut dengan larutan
gliserin sebagai kontrol, misalnya seperti Multi-test CMI buatan Merieux Institute
sekarang banyak dipakai. Kit ini mengandung 7 jenis antigen (Candida albicans,
toksoid tetanus, toksoid difteri, streptokinase, old tuberculine, trikofiton, dan proteus)
serta kontrol gliserin secara bersamaan sekaligus dapat diuji.15
Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai, perhatikan
cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya Harus diingat bahwa kortikosteroid dan
obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini sehingga memberi hasil negatif palsu.
Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah berkontak sebelumnya dengan
antigen yang akan digunakan.
Melakukan uji
Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam.15 Bila setelah 24 jam hasil tes tetap negatif maka
cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih kuat. Indurasi yang terjadi
harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya, diukur dalam mm dengan diameter
melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi gunakan formula (a+b):2. Suatu
reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih.15
Efek samping
Dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari tanpa
meninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul vesikel dan
ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.
Interpretasi
Uji kulit ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan status imunologik selular seseorang
karena untuk dapat disimpulkan hasil uji harus disesuaikan dengan anamnesis dan
keadaan klinik. Untuk menilai suatu uji kulit, seperti juga prosedur diagnostik yang
lain, sangat tergantung pada pemeriksanya. Bila disimpulkan bahwa kemungkinan
terdapat gangguan pada sistem imunitas selular, maka dapat dipertimbangkan
pemberian imunoterapi. Tetapi untuk memulai terapi sebaiknya pemeriksaan
dilanjutkan dengan pemeriksaan secara in vivo.
Uji gores kulit (SPT)adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif rendah, namun
reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test adalah perkutan, langkah-langkah
pengendalian infeksi sangat penting.