Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1. Definisi

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia


maupun gangguan afektif.Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu,
tipe manik dan tipe depresif. 2

2.2. Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%,


mungkin berkisar antara 0,5% – 0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih
merupakan perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih
sering terjadi pada orang tua daripada orang muda, prevalensi gangguan
tersebut dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibanding perempuan,
terutama perempuan menikah.Usia awitan perempuan lebih lanjut daripada
laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif
mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempuinyai afek tumpul
yang nyata atau tidak sesuai. National comorbidity study : 66 orang yang di
diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosa gangguan afektif yang terdiri dari 59%
depresi dan 22% gangguan bipolar .2

2.3. Etiologi

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak
dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin

2
mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah diajukan2 :
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu
tipe gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang
pertama.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan


tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan
jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang.2

Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang


dilakukan untuk mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan
bahwa skizofrenia dan gangguan mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali,
namun beberapa data menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin
berhubungan secara genetic. Beberapa kebingungan yang timbul dalam penelitian
keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dapat mencerminkan perbedaan
yang tidak absolute antara dua gangguan primer. Dengan demikian tidak mengejutkan
bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif telah
melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi skizofrenia tidak

3
ditemukan diantara sank saudara pasien yang pasien dengan skizoafektif, tipe bipolar;
tetapi, sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, mungkin
berada dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan
mood2.

2.4. Manisfestasi Klinis

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik


gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam
episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian
dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol. 2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. 2
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III) 1 :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas): 1

campuran dan episode depresif berat.Selain itu, pasien diklasifikasikan


menderita tipe depresif.
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah
karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau

4
membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala
itu berada bersama-sama ata

F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

2.5. Diagnosis Banding

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan


medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik.
semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan
gangguan mood perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan
steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa
pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan
datang dengan gejala skizofrenik  dan gangguan mood yang bersama-sama.
Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan
pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk menyingkirkan kelainan
anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang
mungkin.

Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan


yang dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood.Di dalam
praktik klinis, psikosis padasaat datang mungkin mengganggu deteksi
gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masalalu. Dengan
demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala
psikosis yang paling akut telah terkendali. 2

5
2.6. Penatalaksanaan

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah


perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.
• Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan
megembangkan cara berpikir alternatid, fleksibel, dan positif serta
melatih kembalirespon kognitif dan pikiran yang baru.
• Psikoedukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik:

 Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara


pengobotan, efek samping pengobatan.
 Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin
kontrol setelah pulang dari perawatan.
 Menggali kemampuan pasien yang bisa dikembangkan.

A. Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif.Oleh karena bidang
psikiatri sulit memutuskan diagnosis dan prognosis gangguan
skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian tersebut harus dijelaskan
kepada pasien.Kisaran gejala mungkin sangat luas, karena pasien
mengalamaikeadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus
berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan untuk
menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut. 2

B. Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan
skizoafektif adalah dengan pemberian antipsikotik disertai dengan
pemberian antimanik atau antidepresan.Pemberian obat antipsikotik
diberikan jika perlu dan untuk pengendalian jangka pendek.
6
Skizoafektif,Episode Manik atau Campuran (fase akut) 3
Injeksi : olanzapin 2x 5-10 mg/ hari dengan diazepam 2x10 mg/hari.
Oral :
Terapi kombinasi:

1. Olanzapin 1x10-30mg/hari atau risperidon 2x1-3 mg/hari atau


quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan
seterusnya atau aripirazol.
2. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik
0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat
1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat
dengan dosis 2x250 mg/hari (atau konsentrasi plasma 50-125
ug/L)
3. Lorazepam 3x1-2 mg/hari kalau perlu

Skizoafektif,Episode Depresi mayor (fase akut) 3


Injeksi : olanzapin 2x 5-10 mg/ hari dengan diazepam 2x10 mg/hari.

Oral :
Terapi kombinasi
1. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran
terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium
karbonat 1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau
divalproat dengan dosis 2x250 mg/har dan dinaikan setiap
beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dan dosis
dapat dinaikan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 ug/ML. Sesuia dengan Karbamazepin 800-
1600 mg/hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari.
7
2. Antidepresan, SSRI, misalnya Fluoksetin 1x10-20
mg/hari.
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1x10-
30mg/hari atau risperidone 2x1-3 mg/hari atau quetiapin hari I
(200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau
aripirazol 1x10-30mg/hari

Skizoafektif (fase lanjutan)


Monoterapi :

Litium Karbonat 0,6-1 m gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya tidak
meramalkan perjalanan penyakit

8
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang


m e m i l i k i g e j a l a s k i z o f r e n i a d a n gejala afektif yang terjadi bersamaan
dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih
rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita, khususnya wanita yang
menikah.Usiaonset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk
laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala
klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala
skizofrenia,episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan
skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia
dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang  bersamaan,
atau dalam beberapa hari sesudah yang lain , dalam episode yang sama.
Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe m a n i k , d e p r e s i f a t a u c a m p u r a n
keduanya.Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga,
pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi
kognitif.
Pada farmakoterapi,digunakan kombinasi anti psikotik
d e n g a n a n t i d e p r e s a n b i l a m e m e n u h i k r i t e r i a d i a g n o s t i k   gangguan
skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe
manik terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan
mood stabilizer. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh
9
menonjolnya gejala skizofrenianya , atau gejala gangguan afektifnya.
Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosis
nya buruk. Dan sebaliknya semakin persisten gejala gangguan afektifnya,
prognosis diperkirakan akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-


III.

10

Anda mungkin juga menyukai