Anda di halaman 1dari 20

2.1.5 Kritis

Gambar 1. Struktur Coronavirus


Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif
dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid
dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat,
detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.

2. 3 Diagnosis

2.3.1 Anamnesis

Gejala:
 Gejala sistemik: demam, malaise, fatigue, nyeri kepala, myalgia
 Gejala saluran pernapasan: batuk, pilek, hidung tersumbat, sesak napas
 Gejala lain: diare, mual, muntah3.
Faktor risiko epidemiologis:
 Kontak erat dengan PDP, kasus probable, atau kasus terkonfirmasi
COVID-19
 Tinggal atau bepergian ke negara atau area terjangkit3.

2.3.2 Pemeriksaan fisis:


 Bisa didapatkan kondisi berikut
 Kondisi umum: kompos mentis-letargi - Desaturasi (oksigen kurang dari
92%).
 Tanda utama: demam dan peningkatan laju napas sesuai kriteria WHO.
 Napas cuping hidung.
 Sianosis
 Retraksi subkostal dan/atau intercostal.
 Suara paru: ronki, wheezing
 Lain-lain: pembesaran tonsil3.

2.3.3 Pemeriksaan penunjang


1. Darah
 Darah rutin lengkap: limfopenia, leukopenia
 CRP: normal atau meningkat sementara
 Prokalsitonin: meningkat
 Untuk menilai komplikasi lakukan pemeriksaan fungsi hati, fungsi
ginjal, laktat, AGD, elektrolit, glukosa, HIV jika terindikasi3.

2. Pencitraan

 Foto toraks: sesuai gambaran pneumonia


 CT toraks: groundglass opacity, unilateral dan bilateral
subpleural3.
3. Mikrobiologis untuk mendeteksi SARS COV-2 dengan metode RT-PCR
dan TCM:
a. Rapid Test SARS-CoV-2 (COVID-19)
Rapid test antibody direkomendasikan untuk orang tanpa
gejala (OTG), terutama mempunyai riwayat setelah kontak
minimal 7 hari, yaitu orang tanpa gejala merupakan kontak erat
dengan kasus positif COVID-19 atau memiliki risiko tertular dari
orang positif COVID-19, orang dalam pemantauan (ODP) dan
pasien dalam pengawasan (PDP) 4.
Spesimen yang disarankan menggunakan spesimen whole
blood, spesimen serum atau plasma, spesimen darah kapiler, dapat
menggunakan lancet.
Pelaporan dapat dituliskan sebagai hasil deteksi antibodi :
reaktif
• Anti SARS-CoV-2 IgM reaktif, anti SARS-CoV-2 IgG non
reaktif, atau
• Anti SARS-CoV-2 IgM non reaktif, anti SARS-CoV-2 IgG
reaktif, atau
• Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG reaktif
Hasil deteksi antibodi : non reaktif 4.

• Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG non reaktif.

b. Tes cepat molekuler (TCM) dan Polymerase Chain Reaction


(PCR).
Tes cepat molekuler (TCM) dan Polymerase Chain
Reaction (PCR) direkomendasikan untuk pasien dalam
pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP) dan orang
tanpa gejala (OTG) 5.
Spesimen yang digunakan tergantung pada insert kit alat
TCM dan PCR yang digunakan, dapat berupa swab nasofaring,
swab orofaring, sputum, aspirat saluran napas bagian bawah,
bronchoalevolar lavage (BAL) dan aspirat nasofaring atau aspirat
nasal 5.
Tabel 1. Interpretasi dan pelaporan metode TCM 5.

Interpretasi
N2 E SPC Pelaporan Tindak lanjut
hasil

SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 Pelaporan sesuai alur


+ + ±
terdeteksi positif Balitbangkes

SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 Pelaporan sesuai alur


+ - ±
terdeteksi positif Balitbangkes

Spesimen perlu diperiksa ulang

di Laboratorium pemeriksa

COVID-19 yang telah


ditetapkan
Presumptive Hasil belum

oleh Kementerian Kesehatan RI


- + ± positive dapat
dengan menggunakan metode
SARS-CoV-2 disimpulkan
RTPCR dengan target gen
spesifik (N1, N2, ORF 1 ab,

RdRp)

SARS-CoV-2
SARS-CoV-2
- - + tidak Bukan SARS-CoV-2
negatif
terdeteksi

- - - Hasil invalid Invalid Diulang menggunakan


spesimen
baru

Tabel 2. Interpretasi dan pelaporan metode PCR 15.

2019 2019

Interpretasi
nCoV- nCoV- RnP Pelaporan Tindak lanjut
hasil
N1 N2

SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 Pelaporan sesuai alur


+ + ±
terdeteksi positif Balitbangkes

Spesimen perlu diperiksa ulang


di Laboratorium pemeriksa

COVID-19 yang telah


ditetapkan
Hasil belum Hasil belum
Hanya 1 yang oleh Kementerian Kesehatan RI

± dapat dapat
Positif dengan menggunakan metode
disimpulkan disimpulkan
RTPCR dengan target gen
spesifik (N1, N2, ORF 1 ab,

RdRp)

SARS-CoV-2
SARS-CoV-2
- - + tidak Bukan SARS-CoV-2
negatif
terdeteksi

Ulangi ekstraksi RNA dan


RTPCR, bila hasil masih invalid,
- - - Hasil invalid Invalid
disarankan untuk meminta

spesimen yang baru dari pasien


Tabel 3. Interpretasi dan pelaporan metode PCR 25.
ORF 1 Interpretasi
RdRp E Pelaporan Tindak lanjut
a/b/ab hasil

SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 Pelaporan sesuai alur


+ + +
terdeteksi positif Balitbangkes

SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 Pelaporan sesuai alur


+ +
terdeteksi positif Balitbangkes

SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 Pelaporan sesuai alur


+ +
terdeteksi positif Balitbangkes

Spesimen perlu diperiksa ulang

di Laboratorium pemeriksa
COVID-19 yang telah
ditetapkan
Hasil belum
Presumptive oleh Kementerian Kesehatan RI
- + dapat
(inconclusive) dengan menggunakan metode
disimpulkan
RTPCR dengan target gen
spesifik (N1, N2, ORF 1 ab,

RdRp)

Spesimen perlu diperiksa ulang

di Laboratorium pemeriksa

COVID-19 yang telah


ditetapkan
Hasil belum
Presumptive oleh Kementerian Kesehatan RI
- + dapat
(inconclusive) dengan menggunakan metode
disimpulkan
RTPCR dengan target gen
spesifik (N1, N2, ORF 1 ab,
RdRp)
SARS-CoV-2

SARS-CoV-2
- - - tidak Bukan SARS-CoV-2
negatif
terdeteksi

Alur Pemeriksaan Menggunakan Rapid Test

Alur konfirmasi laboratorium

2.4 Diagnosis banding


1. Pneumonia bakterial
Gejala umum yang muncul diantaranya batuk, batuk
berdahak, atau memberat seperti muncul dahak purulen, dahak
berdarah, dengan atau tanpa adanya nyeri dada. Pada umumnya

tidak bersifat infeksius, dan bukan penyakit infeksius.8


2. SARS/MERS
Jenis virus baru ini memiliki kemiripan dengan virus SARS
dan MERS namun analisis genetik menunjukkan serupa tetapi
tidak sama. Virus jenis baru ini sudah mengalami evolusi. Studi
menunjukkan virus baru ini kemampuan penyebaran dan

patogenisitasnya lebih rendah daripada SARS.8


3. Pneumonia Jamur
4. Edema paru kardiogenik (gagal jantung)

2.5 Tatalaksana
2.5.1 Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi Covid-19
I. Tanpa Gejala9
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah
maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah
 Monitoring secara berkala baik melalui kunjungan rumah
maupun secara telemedicine oleh petugas FKTP. Pasien
sebaiknya diberikan leaflet berisi hal-hal yang harus
diketahui dan dilaksanakan, pasien diminta melakukan
pengukuran suhu tubuh sebanyak dua kali sehari.
 Setelah 10 hari pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
II. Derajat Ringan9
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah/fasilitas karantina selama maksimal
10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan. isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang
dipersiapkan pemerintah
 Monitoring secara berkala baik melalui kunjungan rumah
maupun secara telemedicine oleh petugas FKTP.
 Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP
terdekat.
b. Farmakologis
 Vitamin C dengan pilihan:
― Tablet vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk
14 hari)
― Tablet hisap vitamin C 500 mg/1 jam oral (selama 30 hari)
― Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24
jam (selama 30 hari
― Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin
C, B, E, zink
 Azitromisisn 1x500 mg perhari selama 5 hari
 Salah satu dari antivirus berikut ini;
― Osetamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 2-7 hari,
atau
― Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2x400/100 mg
selama 10 hari, atau
― Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5 hari
 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau
Hidroksiklorokuin dosis 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
dapat dipertimbangkan apabila pasien dirawat inap di RS dan
tidak ada kontraindikasi
 Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam,
pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
III. Derajat Sedang9
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi di Rumah Sakit ke Ruangan Perawatan Covid-19/
Rumah Sakit Darurat Covid-19
b. Non Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigenasi
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer lengakap berikut
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, dan foto rotgn toraks
secara berkala
c. Farmakologis
 Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV) selama
perawatan
 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau
Hidroksiklorokuin hari pertama 400 mg/12 jam/oral,
selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari) ditambah
 Azitromisisn 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari) atau Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5-7 hari) ditambah
 Salah satu antivirus berikut;
― Osetamivir 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari, atau
― Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2x400/100 mg
selama 10 hari, atau
― Favipiravir (Avigan) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 mg selama 5 hari, atau
― Remdesivir 200 mg IV drip/3 jam dilanjutkan 1x100 mg
IV drip/3 jam selama 9-13 hari
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
 Pengobatan simtomatis, komorbid dan komplikasi yang ada

Tabel 2.1 Penggunaan Anti Koagulan pada Pasien

Gambar 2.3 Algoritma Tatalaksana Koagulasi pada Covid-19 Berdasarkan


Marker Laboratorium Sederhana
IV. Derajat Berat atau Kritis10
a. Non Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigenasi
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer lengakap berikut
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-
dimer
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
 Monitor tanda-tanda sebagai berikut
― Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min
― Saturasi O2 ≤93 %
― PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
― Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru
pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam
― Limfopenia progresif
― Peningkatan CRP progresif
― Asidosis laktat progresif
 Monitor keadaan kritis
― Gagal napas yang membutuhkan ventilasi mekanik, syok
atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU
― Bila terjadi gagal napas disertai penggunaan ventilator
mekanik
― 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan
penyakit, yaitu sebagai berikut;
 Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau
noninvasive mechanical ventilation (NIV) pada pasien
dengan ARDS atau efusi paru luas, HFNC lebih
disarankan dibandingkan NIV
 Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien
dengan edema paru
 Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake
prone position)
 Terapi Oksigen

Gambar 2.5 Alur Penetuan Alat Bantu Napas Mekanik


b. Farmakologis
 Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV) selama
perawatan
 Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (hari ke 1-3) dilanjutkan
250 mg/12 jam/ oral (hari ke 4-10) atau Hidroksiklorokuin
400 mg/24 jam/oral (untuk 5), setiap 3 hari kontrol EKG
 Azitromisisn 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari) atau Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5-7 hari)
 Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-
infeksi bakteri, pemilihan antibiotik desesuaikan dengan
kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada
pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus)
patut dipertimbangkan
 Salah satu antivirus berikut;
― Osetamivir 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari, atau
― Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2x400/100 mg
selama 10 hari, atau
― Favipiravir (Avigan) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 mg selama 5 hari, atau
― Remdesivir 200 mg IV drip/3 jam dilanjutkan 1x100 mg
IV drip/3 jam selama 9-13 hari
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
 Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain
 Pengobatan simtomatis, komorbid dan komplikasi yang ada

2.5.2 Tatalaksana Pasien Belum Terkonfirmasi Covid-19


V. Tanpa Gejala9
a. Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki
gejala harus melakukan karantina mandiri di rumah selama
maksimal 14 hari sejak kontak terkahir dengan kasus probable
atau konfirmasi Covid-19
b. Diberikan edukasi
c. Vitamin C pilihan;
 Tablet vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari)
 Tablet hisap vitamin C 500 mg/1 jam oral (selama 30 hari)
 Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24 jam
(selama 30 hari
 Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C,
B, E, zink
VI. Derajat Ringan9
a. Isolasi dan Pemantauan
 Melakukan isolasi mandiri selama maksimal 14 hari di rumah
 Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring dilakukan
oleh petugas laboratorium setempat atau FKTP
 Pemantauan terhadap suspek dilakukan berkala selama
menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
b. Non Farmakologis
 Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP
 Foto toraks
 Pemberian edukasi
c. Farmakologis
 Vitamin C dengan pilihan:
― Tablet vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk
14 hari)
― Tablet hisap vitamin C 500 mg/1 jam oral (selama 30 hari)
― Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24
jam (selama 30 hari
― Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin
C, B, E, zink
 Azitromisisn 1x500 mg perhari selama 3 hari
 Simptomatis

2.5.3 Evaluasi Akhir Status Klinis Pasien Covid-19


I. Selesai Isolasi
Kriteria pasien konfirmasi yang dinyatakan selesai isolasi,
sebagai berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Pasien konfirmasi asimptomatik tidak dilakukan pemeriksaan
follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai isolasi apabila sudah
menjalani isolasi mandiri selama 10 hari sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi.1
b. Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang tidak
dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai
isolasi harus dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala
demam dan gangguan pernapasan.6
c. Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di
rumah sakit6
 Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di
rumah sakit dinyatakan selesai isolasi apabila telah
mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali
negatif ditambah minimal 3 hari tidak lagi menunjukkan
gejala demam dan gangguan pernapasan.
 Dalam hal pemeriksaan follow up RT-PCR tidak dapat
dilakukan, maka pasien kasus konfirmasi dengan gejala
berat/kritis yang dirawat di rumah sakit yang sudah menjalani
isolasi selama 10 hari sejak onset dengan ditambah minimal 3
hari tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan, dinyatakan selesai isolasi, dan dapat dialihrawat
non isolasi atau dipulangkan.
II. Alih Rawat Non Isolasi
Proses alih rawat ke ruangan non isolasi diperuntukkan untuk
pasien yang sudah memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi masih
memerlukan perawatan lanjutan untuk kondisi tertentu yang terkait
dengan komorbid, co-insiden, dan komplikasi. Proses alih rawat
diputuskan berdasarkan hasil assessmen klinis yang dilakukan oleh
DPJP sesuai standar pelayanan dan/atau standar prosedur
operasional. Pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh dari
COVID-19.6
III. Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang,
dan gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi
kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai
pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat
dilakukan pemantauan atau oleh DPJP.6
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan
memiliki hasil pemeriksaan follow up RT-PCR persisten positif,
karena pemeriksaan RT-PCR masih dapat mendeteksi bagian tubuh
virus COVID-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi (tidak
menularkan lagi). Terhadap pasien tersebut, maka penentuan
sembuh berdasarkan hasil assessmen yang dilakukan oleh DPJP.6
IV. Pemulangan Pasien
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila
memenuhi kriteria selesai isolasi dan memenuhi kriteria klinis
sebagai berikut:6
a. Hasil assesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya
gambaran radiologis menunjukkan perbaikan, pemeriksaan
darah menunjukan perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP
menyatakan pasien diperbolehkan untuk pulang.
b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien,
baik terkait sakit COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain
yang dialami pasien.
DPJP perlu mempertimbangkan waktu kunjungan kembali
pasien dalam rangka masa pemulihan.6
Khusus pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang
sudah dipulangkan tetap melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari
dalam rangka pemulihan dan kewaspadaan terhadap munculnya
gejala COVID-19, dan secara konsisten menerapkan protokol
kesehatan.6
V. Pindah ke RS Rujukan
Pindah ke RS Rujukan apabila pasien memerlukan rujukan ke
RS lain dengan alasan yang terkait dengan tatalaksana COVID-19.
Pelaporan hasil akhir status pasien selesai isolasi, sembuh,
meninggal, dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setempat
oleh RS pertama yang merawat.6

VI. Meninggal
a. Meninggal di rumah sakit selama perawatan COVID-19 pasien
konfirmasi atau probable maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19.6
b. Meninggal di luar rumah sakit/Death on Arrival (DOA)
Bila pasien memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien
terkonfirmasi COVID-19 maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19.6

2.6 Pencegahan
Untuk mencegah transmisi, WHO merekomendasikan serangkaian
komprehensif langkah-langkah yang mencakup:
 Mengidentifikasi kasus suspek sesegera mungkin, melakukan tes, dan
mengisolasi semua kasus (orang yang terinfeksi) di fasilitas yang sesuai;
 Mengidentifikasi dan mengarantina semua kontak erat orang yang
terinfeksi dan melakukan tes terhadap orang-orang yang menunjukkan
gejala sehingga dapat diisolasi jika terinfeksi dan membutuhkan
perawatan;
 Menggunakan masker kain dalam situasi-situasi tertentu, misalnya di
ruang publik di mana transmisi komunitas terjadi dan langkah-langkah
pencegahan lain seperti penjagaan jarak fisik tidak memungkinkan;
 Menjalankan kewaspadaan kontak dan droplet untuk tenaga kesehatan
yang merawat pasien suspek dan terkonfirmasi COVID-19, dan
menjalankan kewaspadaan airborne jika prosedur yang menghasilkan
aerosol dijalankan;
 Terus-menerus menggunakan masker bagi tenaga kesehatan dan
pengasuh yang bekerja di area klinis, selama semua kegiatan rutin
sepanjang giliran kerjanya;
 Selalu membersihkan tangan dengan sering, menjaga jarak fisik jika
memungkinkan, dan menjalankan etiket batuk dan bersin; menghindari
tempat-tempat yang ramai, tempat-tempat kontak erat, dan tertutup, dan
tempat-tempat dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk;
 mengenakan masker kain saat berada di ruang tertutup yang terlalu padat
untuk melindungi orang lain; dan memastikan ventilasi lingkungan yang
baik di semua tempat tertutup; serta pembersihan dan disinfeksi
lingkungan yang tepat.

2.7 Prognosis
Hingga saat ini mortalitas mencapai 2% tetapi jumlah kasus berat
mencapai 10%. Prognosis bergantung pada derajat penyakit, ada tidaknya
komorbid.6
Penyakit komorbid dari Covid-19 diantaranya;1
a. Diabetes Mellitus 1) Diabetes Mellitus Tipe 1 2) Diabetes Mellitus Tipe
2 3) Glucocorticoid-associated diabetes
b. Penyakit terkait Geriatri
c. Penyakit terkait Autoimun
d. Penyakit Ginjal
e. ST Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
f. Non-ST-segment Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)
g. Hipertensi
h. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
i. Tuberculosis
j. Penyakit kronis lain yang diperberat oleh kondisi penyakit COVID-19
1.
2. Buku Saku Protokol Tatalaksana Covid-19 di Indonesia. 1st ed. Jakarta:
Kemenkes RI; 2020.

Anda mungkin juga menyukai