Anda di halaman 1dari 34

Referat

Penatalaksanaan
Skizoafektif Tipe Manik
Elvita Yanti 1410070100010
Pipit Eriza 1410070100013
Diyah Ratnasari 1410070100026
Iswatun Sholehah 1410070100027
Dinda Putri Faurin 1410070100075

Preseptor: dr. Shinta Brisma, Sp.KJ


Latar Belakang
2
Gangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang rancu yang
ditandai dengan adanya gejala gangguan afektif. Gangguan skizoafektif adalah
penyakit dengan gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi
bersama‐sama dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik,
atau episode campuran. Salah satu dampak terburuk dari gangguan ini adalah
bunuh diri. Hal ini turut menyumbang tingginya angka bunuh diri yang ada di dunia.
Menurut data WHO (2015) pada tahun 2012, kasus terjadinya bunuh diri yang terjadi
di dunia bisa mencapai lebih dari 800.000 per tahun atau 40 kematian per detiknya.
3 TUJUAN MANFAAT
▹ Penulisan laporan kasus ini bertujuan ▹ Bagi Penulis: sebagai bahan acuan dalam
untuk melengkapi syarat kepaniteraan mempelajari, memahami dan
klinik senior (KKS) bagian jiwa di mengembangkan teori mengenai
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Sa’anin. Skizoafektif tipe manik.
▹ Mengetahui hal-hal yang berhubungan ▹ Bagi Institusi pendidikan: dapat dijadikan
dengan Skizoafektif tipe manik mulai sumber referensi atau bahan perbandingan
dari definisi sampai ke bagi kegiatan yang ada kaitannya dengan
penatalaksanaan. pelayanan kesehatan, khususnya yang
berkaitan dengan Skizoafektif tipe manik.
▹ Bagi masyarakat: dapat menambah ilmu
pengetahuan terhadap penyakit beserta
pencegahan dan pengobatan Skizoafektif
tipe manik.
DEFINISI

4
Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental
yang serius yang memiliki gambaran skizofrenia
dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif
memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan
pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan
skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe
depresif, dan tipe campuran.

5

ETIOLOGI

6
7

Penyebab pasti dari skizoafektif masih belum diketahui. Dugaan


saat ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi
skizofrenia. Oleh karena itu etiologi mengenai gangguan skizoafektif
juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.
GEJALA KLINIS

8
9
Gejala-gejala afektif (mania): Gejala skizofrenia harus ada, setidaknya
▹ Elasi dan ide-ide kebesaran, ada satu atau lebih 2 gejala skizofrenia,
antara lain
▹ Terkadang kegelisahan dan iritabilitas
disertai oleh perilaku agresif serta ide- ▹ Merasa pikirannya diganggu,
ide kejar, ▹ Merasa ada kekuatan-kekuatan yang
▹ Peningkatan energi, berusaha mengendalikannya,
▹ Aktivitas yang berlebihan, ▹ Mendengar suara-suara yang
beraneka ragam atau
▹ Konsentrasi yang terganggu dan
hilangnya hambatan norma sosial, ▹ Menyatakan adanya ide-ide yang
bizzare.
▹ Waham kejar, waham kebesaran
mungkin ada.
DIAGNOSIS

10
11
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya di buat apabila gejala gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan (stimultaneusly) atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lainnya, dalam suatu episode penyakit yang sama dan bilamana
dan sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi criteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
12
▹ Tidak dapat di gunakan untuk pasien yang yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda
▹ Bila pasien skizofrenia menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, di beri diagnosis F20.4 (depresi pasca skizofrenia),
beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik
sejenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2), pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif
terselip di antara episode manik dan depresif (F30-F33)
13 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
▹ Kategori ini di gunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manic
▹ Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol di kombinasikan dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak
▹ Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik
dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana di tetapkan untuk
skizofrenia , F20.- pedoman diagnostik (a) sampai (d)
PENATALAKSANAAN

14
15

Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk


gangguan skizoafektif tipe campuran adalah pemberian
antipsikotik untuk gejala skizofrenia serta pemberian obat mood
stabilizer.
16 a. Antipsikotik
a. Antagonis Reseptor Dopamin / Antipsikotik Tipikal / Antipsikotik
Generasi I (APG I)
Antipsikotik tipikal mempunyai cara kerja menurunkan hiperaktivitas
dopamine dijalur mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif dari
skizofrenia seperti waham dan halusinasi. Namun, pemblokan reseptor
dopamin dijalur mesokortikal akan dapat memperberat gejala negative dan
gejala kognitif akibat dari penurunan dopamine dijalur tersebut
17 a. Antipsikotik
1. Chlorpromazine
Chlorpromazine adalah obat yang termasuk golongan antipsikotik
fenotiazine yang bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak. Dosis awal
yaitu dengan 75mg/hari dan selanjutnya 300-1000 mg/hari.
Efek samping:
▹ Pusing, sakit kepala, mengantuk
▹ Pandangan kabur
▹ Mulut kering, mual.
▹ Gemetaran
▹ Gelisah, sulit tidur
▹ Perubahan berat badan
▹ Perubahan emosional
▹ Konstipasi
18 b. Antipsikotik
2. Haloperidol
Haloperidol adalah obat untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan, seperti
meredakan gejala skizofrenia, sindrom Tourette, tic disorder, mania, psychomotor
agitation, dan masalah psikosis lainnya. Dosis untuk menangani gejala skizofrenia,
psikosis dan mania (akut) dengan 2-20 mg per hari. Dosis untuk menangani gejala
skizofrenia, psikosis dan mania (kronis) dengan 3-20 mg per hari.
Efek samping
▹ Mulut terasa kering
▹ Perubahan berat badan
▹ Konstipasi
▹ Gemetar
▹ Sulit tidur
▹ Pandangan buram
▹ Sakit kepala
▹ Jantung berdebar
19 b. Antagonis Reseptor Serotonin Dopamin / Antipsikotik Atipikal /
Antipsikotik Generasi II (APG II)

APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara


serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk
mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I
hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara
bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2).
20 1. Risperidon
Risperidone adalah obat yang digunakan untuk menangani skizofrenia dan
gangguan psikosis lain, bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak yang
mengendalikan pola pikir, perasaan, dan perilaku. Dosis umum risepridon adalah 2 mg per
hari yang kemudian akan ditingkatkan menjadi 3 mg untuk penggunaan pada hari kedua
dan seterusnya. Total dosis tersebut dapat diberikan dengan frekuensi sekali minum atau
beberapa kali dalam sehari.
Efek samping
▹ Pusing, mengantuk
▹ Pandangan kabur
▹ Gangguan pencernaan
▹ Gemetar atau gelisah
▹ Sulit tidur
▹ Emosi yang tidak stabil
▹ Kenaikan tekanan darah.
21 2. Clozapine
Clozapine adalah jenis obat antipsikotik yang digunakan untuk gejala
psikosis. Clozapine diberikan kepada penderita skizofrenia dan parkinson.
Clozapine bekerja dengan cara menyeimbangkan dan menekan efek dari reaksi
kimia yang terjadi di dalam otak sehingga membantu mengurangi gejala
psikosis.
Dosis awal clozapine diberikan sebesar 12,5 mg sebanyak 1-2 kali
pada hari pertama. Pada hari kedua, dosis ditingkatkan menjadi 25 mg dan
diberikan sebanyak 1-2 kali. Dosis dapat ditingkatkan kembali dari 25 mg
menjadi 50 mg hingga maksimal antara 300-900 mg per hari sesuai dengan
kondisi penyakit dan respons tubuh pasien terhadap obat.
22 Efek samping Clozapine
▹ Pusing saat sedang duduk atau berdiri
▹ Mual
▹ Merasa panas dan berkeringat
▹ Berat badan bertambah namun nafsu makan berkurang
▹ Mulut kering disertai meningkatnya produksi air liur
▹ Perubahan pada hasil tes darah dan EKG.
23 b. Mood Stabilisator
Mood stabilisator adalah kelompok obat yang secara primer
digunakan untuk penanganan penyakit manik-depresif, efektif untuk mania
akut, tidak untuk depresi akut.
1. Lithium
Lithium adalah obat dengan fungsi untuk mengobati episode manik
dari manik depresi. Lithium mempengaruhi aliran sodium melalui saraf dan sel
otot pada tubuh. Sodium mempengaruhi eksitasi atau mania. Obat ini juga
membantu mencegah atau mengurangi intensitas episode manik.
▹ Dosis biasa: 1800 mg/hari. Dosis rumatan: 900-1200 mg/hari.
24
Efek Samping Lithium:
▹ Tremor ringan pada tangan
▹ Lemas, kurang koordinasi
▹ Mual, muntah, tidak napsu makan, nyeri perut
▹ Rambut menipis atau mengering
▹ Kulit gatal
▹ Haus berlebihan, lebih sering atau lebih jarang buang air kecil
25
2. Carbamazepin
Carbamazepine adalah obat yang umumnya digunakan untuk
mencegah terjadinya kejang-kejang akibat epilepsi. Obat ini bekerja dengan
menstabilkan dan mengembalikan keseimbangan aktivitas saraf dalam otak
sehingga dapat menurunkan risiko kejang. Antikonvulsan ini juga dapat
mengatasi rasa sakit dan mengendalikan gangguan emosi. Karena itu,
carbamazepine dapat diberikan untuk menangani nyeri neuralgia trigeminal
dan gangguan bipolar seperti mania dan depresi.
Dosis umum carbamazepine untuk pasien dewasa adalah 100-200 mg
dengan frekuensi konsumsi sebanyak 1-2 kali sehari. Ini akan ditingkatkan
secara bertahap hingga 800-1200 mg per hari.
26
Efek Samping Carbamazepin:
▹ Mengantuk
▹ Sakit kepala, pusing
▹ Gangguan penglihatan
▹ Mual, Muntah
▹ Limbung
▹ Pembengkakan pada pergelangan kaki
27
3. Asam Valproat
Asam valproat adalah obat yang digunakan untuk menangani kejang,
umumnya akibat epilepsi. Obat ini bekerja dengan mengembalikan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak sehingga kejang-kejang berhenti.
Selain kejang, asam valproat juga dapat menangani gejala mania pada
pengidap gangguan bipolar serta mencegah migrain.
Dosis untuk menangani gejala mania dari gangguan bipolar dimulai
dengan 750 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan hingga dosis rekomendasi
1.000-2.000 mg per hari.
28
Efek Samping Asam Valproat:
▹ Efek samping
▹ Gangguan pencernaan, seperti mual, konstipasi, atau diare
▹ Gangguan fungsi hati
▹ Tremor
▹ Sakit kepala, pusing
▹ Mengantuk
29 Terapi Psikososial
▹ Pelatihan keterampilan social
Pelatihan keterampilan social disebut juga keterampilan perilaku.
Pelatihan keterampilan sosial telah terbukti mengurangi angka relaps
sebagaimana yang terukur melalui kebutuhan rawat inap.
▹ Terapi berorientasi keluarga
Terapi harus mengendalikan intensitas emosional sesi keluarga
dengan pasien. Sejumlah studi menunjukan bahwa terpai keluarga dapat
mengurangi angka kejadian relaps pasien skizofrenia.
30 ▹ Terapi Elektrokonvlusif
Terapi Elektrokonvulsif (Terapi ECT) Dilakukan sebagai langkah
terakhir apabila terapi biologis tidak menghasilkan hasil yang positif. Cara
pengobatan dengan memberikan kejutan aliran listrik pada otak penderita
gangguan jiwa. Penderita akan mendapatkan 4-12 kali pengoobatan dalam
jangka waktu 2-4 minggu.
Cara pengobatan ini cukup aman, cepat, dan efektif untuk penderita
gangguan jiwa tertentu yang pengobatannya kurang berhasil dengan
pemberian obat-obatan. Efek sampingnya antara lain berupa gangguan daya
ingat yang sifatnya sementara. Namun, setiap kali dilakukan terapi
elektrokonvlusif terjadi kerusakan sel-sel otak. Karena itu beberapa ahli tidak
setuju dengan cara pengobatan ini.
PROGNOSIS

31
32
Prognosis untuk individu dengan gangguan skizoafektif tergantung
dari seberapa baik individu tersebut berfungsi sebelum menderita penyakit
tersebut, kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat yang telah
resepkan, jumlah episode penyakit yang dimiliki, seberapa menetapnya gejala
psikotik yang ada, fungsi kognitif pasien, serta seberapa banyak pasien
didukung secara emosional oleh orang terdekatnya. Prognosis pasien dengan
gangguan skizoafektif tipe manik lebih baik dibandingkan prognosis pasien
dengan skizofrenia tetapi lebih buruk dibandingkan prognosis pasien dengan
gangguan mood.
KESIMPULAN

33
34
Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang
memiliki gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif
memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga
memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.gangguan skizoafektif terbagi
dua yaitu tipe manik dan tipe depresif. Penyebab pasti dari skizoafektif masih
belum diketahui. Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin mirip
dengan etiologi skizofrenia. Penegakan diagnostic Skizoafektif Tipe Manik
dapat menggunakan kriteria diagnostik berdasarkan Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Prinsip dasar yang mendasari
farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah pemberian antipsikotik
untuk gejala skizofrenia baik menggunakan antipsikotik tipikal maupun
atipikal serta pemberian obat mood stabilizer seperti litium karbonat, asam
valproat, dan karbamazepin.

Anda mungkin juga menyukai