Anda di halaman 1dari 17

Referat

Nyeri kanker

PRESENTAN

Puja kamtala syafti (1410070100100)

Indri ranggelika (1410070100004)

Pembimbing :

dr. Ade Ariadi, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAGIAN ANESTESI RSUD SOLOK

2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Referat Kepaniteraan
Klinik Ilmu ANASTESI RSUD M.Natsir dengan judul Nyeri kanker ini dengan sebaik-
baiknya.

Adapun tujuan dari penyusunan Referat ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik di RSUD M.Natsir. Selain itu, penyusunan Referat ini juga bertujuan agar
penulis lebih memahami tentang Nyeri kanker

Dalam penulisan Referat ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada dr. Ade Ariadi, Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dalam penyusunan referat ini.

Kritik dan saran membangun tentu sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa kedokteran dalam memecahkan masalah tentang Nyeri kanker.

Solok, 27Juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................................................ 4
1.2.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................................... 4
1.3 Metode Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 6
2.1 Nyeri Kanker ............................................................................................................................. 6
2.2 Patofisiologi Nyeri ..................................................................................................................... 6
2.3 Tipe-tipe Nyeri .......................................................................................................................... 7
2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Nyeri ................................................................................ 7
2.5 Penilaian Tingkat Nyeri Pada Kanker .................................................................................... 8
2.5.1 Analog Visual Scale dan Numerical Rating Scale. .................................................................... 8
2.6 Penanganan Nyeri Kanker ....................................................................................................... 9
2.7 Cara Pemilihan Obat untuk Penatalaksanaan Nyeri Kanker ............................................ 12
BAB III ................................................................................................................................................. 16
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu tumor atau neoplasma yang terdiri dari tumor jinak dan tumor
ganas.Tumor secara umum diartikan sebagai suatu penyakit yang berbentuk benjolan atau
pembengkakan yang bersifat abnormal didalam tubuh.Salah satu gejala pada penderita kanker
adalah nyeri yang dapat bersifat ringan, sedang sampai menjadi berat.Hal ini juga yang
menjadi gejala yang paling ditakuti pasien karena menjadi faktor utama dalam mengalami
penurunankualitas hidupnya. Sebagian besar pasien kanker akan mengalami gangguan
perasaan nyeri dalam perjalanan hidupnya.

Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui pada pasien
kanker.Frekuensinya sekitar 30-50% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan
meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut.Oleh karena sifat nyerinya yang bisa
memberat secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, maka pasien dapat
mengalami gangguan tidur dan nafsu makan hingga depresi. Tak heran bahwa nyeri kanker
sangat ditakuti penderitanya dan merupakan salah satu target pada terapi kanker secara
keseluruhan. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dalam Panduan Nyeri
Kanker 2016 menyatakan bahwa kesintasan penderita berhubungan erat dengan manajemen
gejala kanker yang baik, termasuk manajemen nyeri kanker, dalam meningkatkan kualitas
hidup.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Refarat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Anestesi RSUD
M. Natsir Solok dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai
bahan informasi bagi para pembaca.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan penulisan dari refarat ini adalah :
- Mengetahui nyeri kanker
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan nyeri
- Mengetahui tipe-tipe nyeri

4
- Mengetahui penilaian tingkat nyeri pada kanker
- Mengetahui penanganan nyeri pada kanker

1.3 Metode Penulisan


Refarat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Kanker


kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal, disebabkan neoplasia, dysplasia, dan hyperplasia. Neoplasia
adalah kondisi sel yang terdapat pada jaringan berpoliferasi secara tidak normal dan
invasive, dysplasia yaitu kondisi sel yang tidak berkembang normal dengan indikasi
adanya perubahan pada nucleus ( inti sel), hiperplasia merupakan kondisi sel normal
pada jaringan mengalami pertumbuhan berlebihan. Kanker adalah penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang
dengan cepat, tidak terkendali dan terus membelah diri.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan adanya potensi kerusakan pada jaringan atau gangguan
pada metabolisme jaringan. Nyeri neuropatik (kronis) terjadi akibat pemprosesan
input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer. Terdapat sejumlah
besar sindroma nyeri neuropatik yang seringkali sulit diatasi misal : nyeri kanker,
nyeri punggung bawah, neuropati diabetik, luka pada sum-sum tulang belakang.
Pasien dengan kanker memiliki keluhan yang bermacam-macam, gangguan
fungsi fisik dan psikologis, dan berbagai permasalahan yang dapat memperburuk
kualitas hidup mereka.Jika tidak dikontrol dengan baik, nyeri dapat memiliki
pengaruh yang buruk pada pasien maupun keluarganya. Pentingnya pengelolaan nyeri
sebagai bagian dari perawatan rutin pada kanker telah ditekankan secara luas oleh
WHO (World Health Organization ), organisasi profesional internasional dan
nasional, dan instansi pemerintahan. Prevalensi nyeri kronis berkisar antara 30- 50%
pada pasien dengan kanker yang menjalani terapi aktif untuk tumor solid dan sekitar
70-90% pada penyakit tahap lanjut.
2.2 Patofisiologi Nyeri
Patofisiologi nyeri diawali dengan pengeluaran mediator-mediator inflamasi,
seperti bradikinin, prostaglandin (PGE2 dan PGEa), histamin, serotonin, dan substansi
P yang akan merangsang ujung-ujung saraf bebas. Stimulus ini akan diubah menjadi
impuls listrik yang dihantarkan melalui saraf menuju ke system saraf pusat. Adanya
impuls nyeri akan menyebabkan keluarnya endorfin yang akan berikatan dengan
reseptor m, d, dan k di sistem saraf pusat. Terikatnya endorfin pada reseptor tersebut

6
akan menyebabkan hambatan pengeluaran mediator di perifer, sehingga akan
menghambat penghantaran impuls nyeri ke otak.
Pada keganasan, nyeri yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor disebut nyeri
nosiseptif, sedangkan nyeri yang ditimbulkan oleh gangguan pada system saraf
disebut nyeri neuropatik.Nyeri nosiseptif terjadi akibat kerusakan jaringan yang
potensial yang dapat disebabkan oleh penekanan langsung tumor, trauma, inflamasi,
atau infiltrasi ke jaringan yang sehat dan dapat berupa nyeri somatik maupun viseral.
Nyeri somatik terjadi akibat terkenanya struktur tulang dan otot, bersifat tajam,
berdenyut, serta terlokalisasi dengan jelas.Nyeri viseral adalah nyeri nosiseptif
yangdisebabkan oleh penarikan, distensi, atau inflamasipada organ dalam toraks dan
abdomen.Nyeri visceral bersifat difus, tidak teralokalisasi, dan dideskripsikansebagai
tegang atau kejang disertai rasa mual danmuntah.
2.3 Tipe-tipe Nyeri
1) Nyeri Nociceptive.
Nyeri Nociceptive merupakan nyeri yang distimulasi oleh reseptor nyeri.Nyeri jenis
ini biasanya berasal dari respon yang terjadi akibat kerusakan pada tubuh.Pengobatan
Nyeri Nociceptive dapat menggunakan golongan analgesik biasa atau yang sudah
umum seperti parasetamol, NSAID, atau golongan opioid.
2) Nyeri Neuropathic.
Nyeri Neuropathic disebabkan karena adanya luka atau disfungsi sistem saraf. Nyeri
jenis ini tidak dapat diobati dengan analgetik yang biasa, sehingga obat-obat yang
sering digunakan seperti antidepresan, antikonvulsan, dan beberapa golongan obat
lain. Nyeri Neuropathic juga biasa disebabkan karena tekanan atau infiltrasi saraf oleh
kanker.
2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Nyeri
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab dari timbulnya nyeri
kanker pada umumnya adalah :
1) Nyeri yang disebabkan langsung oleh tumor yang menyebabkan kompresi
saraf sentral maupun perifer.
2) Nyeri akibat pengobatan kanker seperti kemoterapi menyebabkan neuropati
dan nekrosis jaringan menimbulkan nyeri.
3) Nyeri yang tidak berhubungan dengan tumor biasanya tergantung kondisi
pasien yang mengalami distensi lambung, infeksi, nyeri musculoskeletal.

7
2.5 Penilaian Tingkat Nyeri Pada Kanker
Pengelolaan nyeri kanker tergantung pada penilaian yang komprehensif dalam
mengenali gejala untuk mengetahui fenomena dan patogenesis, menilai hubungan
antara nyeri dan penyakit, dan menjelaskan pengaruh nyeri dan kondisi penyerta lain
terhadap kualitas hidup pasien. Penilaian ini memerlukan penggunaan penamaan yang
terstandarisasi dan pendekatan yang mengeksplorasi berbagai dimensi nyeri dan
berbagai tampilan lain dari kanker.Karena nyeri merupakan keluhan subjektif, maka
laporan langsung dari pasien merupakan gold standard untuk melakukan penilaian.
Informasi yang diperoleh dari pasien harus mencakup: kondisi saat ini (onset, pola,
dan perjalanan penyakit); lokasi (lokasi primer dan pola penyebaran nyeri); beratnya
(biasanya diukur dengan verbal rating scale, misal, ringan, sedang sampai berat, atau
dengan skala numerik 0- 10); kualitas; dan faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan nyeri. Karakteristik-karakteristik ini, dikombinasikandengan informasi
yang diperoleh dari pemeriksaan fisik dan review pemeriksaan laboratorium dan
pencitraan, biasanya menunjukkan sindroma nyeri tertentu, memperjelas luasnya
penyakit dan hubungan antara nyeri dengan lesi tertentu, dan memungkinkan untuk
menyimpulkan patofisiologi nyeri tersebut. Informasi ini mempengaruhi keputusan
untuk melakukan penilaian lebih lanjut atau untuk memilih terapi spesifik tertentu.

2.5.1Analog Visual Scale dan Numerical Rating Scale.


Langkah yang dilakukan adalah memberikan pertanyaan verbal kepada pasien
tentang seberapa nyeri yang dirasakan.Jika pasien tidak bisa mengungkapkan rasa
nyeri secara verbal, maka pasien disuruh mendeskripsikan seberapa parah tingkat
nyeri yang dirasakan berdasarkan skala angka. Ada beberapa alat yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien antara lain :

8
2.6 Penanganan Nyeri Kanker
Tujuan keseluruhan untuk pengobatan nyeri adalah mengurangi nyeri sebesar-
besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil.Obat adalah bentuk
pengendalian nyeri yang paling sering digunakan.Obat analgesik secara konvensional
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, analgesik non-opioid, analgesik opioid, dan
analgesik adjuvan.
1) Opioid
Menurut hasil penelitian di Journal of Pain and Symptom Management, opioid
lebih sering digunakan dan dalam dosis yang tinggi pada penderita kanker yang
mengalami nyeri neuropatik.Opioid analgesik yang sering digunakan adalah
Tramadol, Oxycodone, Methadone, Morphine, Fentanyl.Morfin oral telah diberikan
dengan aman selama puluhan tahun dalam dosis yang proporsional.Opiod dianggap
sangat sesuai untuk mencapai keberhasilan pengendalian rasa nyeri pada pasien
dengan penyakit stadium lanjut, dan penyakit terminal.Opioid sering digunakan untuk
mengobati nyeri sedang hingga berat.Pada penggunaan opioid, konstipasi adalah efek

9
samping yang paling umum dijumpai (34%, diikuti oleh kantuk (29%), mual (27%),
pusing (22%), muntah (12%).
2) Adjuvan
Farmakoterapi untuk nyeri neuropatik umumnya melibatkan penggunaan
antidepresan atau antikonvulsan.Analgesik adjuvan yang paling efektif digunakan
sebagai pengobatan lini pertama untuk nyeri neuropatik yaitu termasuk antidepresan
trisiklik (misalnya amitriptilin, nortriptilin, dll), kanal kalsium α2-d ligan
antikonvulsan (gabapentin dan pregabalin), dan penghambat reuptake serotonin-
norepinefrin (misalnya venlafaxine, duloxetine, dll).Analgesik adjuvan sering
dikombinasikan dengan opioid ketika nyeri neuropatik refrakter atau berat.Obat
antikonvulsan, gabapentin dan pregabalin juga telah digunakan sebagai tambahan
analgesik untuk menatalaksana nyeri neuropatik.
Obat ini diduga memiliki profil farmakokinetik yang lebih baik, termasuk
bioavailabilitas yang lebih baik dan pencapaian tingkat obat terapeutik yang lebih
cepat. Kunci antara sistem saraf pusat dan perifer adalah kemampuan dari pembukaan
kanal kalsium dan reaksi terhadap potensial aksi di saraf perifer serta pelepasan
neurotransmitter seperti glutamat dan substansi P pada reseptor di saraf spinalis
sehingga rasa nyeri dapat di transfer ke otakGabapentin dan pregabalin efektif pada
pasien yang mengalami nyeri, terutama pada nyeri neuropatik. Gabapentin maupun
pregabalin menstimulasi aktivitas dari kanal kalsium, yaitu dengan cara menempel
dengan subunit alpha 2 delta pada kanal tersebut. karenanya, gabapentin ataupun
pregabalin mencegah kanal berpindah ke sisi aktif pada membran tempat
dilepaskannya neurotransmitter.
Pada nyeri tulang yang diinduksi oleh kanker, peneliti melaporkan bahwa
penggunaan gabapentin dapat menurunkan intensitas nyeri serta mengurangi respon
hipereksitabilitas pada kornu dorsal.Menurut penelitian dari British Journal of Pain,
penggunaan gabapentin yang dikombinasikan dengan opioid mampu mengurang
kejadian opioid induced hiperalgesia pada pasien yang diterapi opioid dalam jangka
waktu lama.Pusing, sedasi, edema perifer, mual, dan efek samping antikolinergik lain,
dapat terjadi dengan pengobatan antidepresan dan antikonvulsan yang digunakan
terutama untuk manajemen nyeri neuropatik.
3) Non Opioid Analgesik
Karena sifat kompleks dan etiologi nyeri kanker, agen farmakoterapi
digunakan sebagai bagian dari rejimen pengobatan. Nonopioid, seperti acetaminophen

10
dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID), dapat digunakan untuk nyeri ringan
sampai sedang. Acetaminophen (paracetamol) adalah analgesik nonopioid yang
umum digunakan dengan profil keamanan dan tolerabilitas yang mapan. Meskipun
analgesia yang optimal untuk nyeri post-operatif dan kronis sedang sampai berat tidak
dapat dicapai dengan menggunakan obat ini saja, ketika diberikan sebagai bagian dari
pendekatan yang 'seimbang', dalam kombinasi dengan anestesi lokal dan NSAID,
acetaminophen dapat menghasilkan penurunan yang signifikan persyaratan opioid.
Tinjauan sistematis dari literatur peer-review menegaskan bahwa penggunaan
kombinasi yang mengandung acetaminophen dan NSAIDs dapat meningkatkan efek
analgesik dari salah satu obat saja. Meskipun acetaminophen IV telah banyak
digunakan di Eropa selama bertahun-tahun, itu hanya disetujui oleh Food And Drug
Administration AS pada tahun 2010 dan penerimaannya telah diperlambat karena
biaya tinggi dibandingkan dengan acetaminophen oral dan rektal. IV acetaminophen
mencapai konsentrasi plasma puncak dalam ~15 menit dibandingkan dengan 45–50
menit dan 3-4 jam setelah pemberian oral dan rektal, masing-masing, menghasilkan
onset efek analgesik dalam ~5 menit (dengan durasi kerja hingga 4 jam ). Namun,
studi perbandingan baru-baru ini menunjukkan bahwa NSAID adalah analgesik yang
lebih efektif daripada asetaminofen IV untuk mengobati nyeri akut.
Kualitas hidup adalah salah satu masalah paling penting di stadium terminal
kanker.Nyeri kanker sering kali tidak teratasi dengan baik.Pengetahuan dan sumber
daya yang cukup juga tersedia untuk mengelola rasa sakit pada sekitar 90% dari
individu dengan nyeri kanker.Perawatan medis yang aman dan efektif untuk berbagai
jenis nyeri kronis juga telah tersedia. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa
banyak jenis nyeri (misalnya, nyeri pasca operasi, nyeri kanker) dan populasi pasien
(misalnya, pasien usia lanjut, anak-anak, minoritas,) yang masih belum ditangani
dengan baik.Nyeri yang kronis seperti pada cancer pain biasanya mempengaruhi
fungsi fisiologis berupa bertambahnya penderitaan dan menurunnya kualitas hidup
seseorang.
Pasien dengan kanker bersifat polisimtomatik. Nyeri neuropatik, seperti
banyak bentuk lain dari nyeri kronis, sering memiliki efek negatif pada kualitas hidup
penderita kanker, yang mengakibatkan gangguan signifikan kualitas hidup secara
global pada pasien. Nyeri adalah salah satu gejala yang paling merugikan pada pasien
yang melakukan perawatan rumah sakit. Sebuah studi berbasis populasi didapatkan,
75% pasien mengalami nyeri yang terjadi di semua tahap kanker, dan 70% dari pasien

11
ini mengalami nyeri sedang hingga berat (skala penilaian numerik [NRS]> 4).
Beberapa penelitian lain yang mencakup populasi kanker dari berbagai wilayah
geografis dan ras etnik juga melaporkan hasil yang sama, dan semua hasil
menunjukkan pentingnya intensitas dan durasi nyeri kanker pada pasien. Hal ini
umumnya dipahami bahwa ada hubungan timbal balik antara nyeri kanker.dan
kualitas hidup, seseorang dapat memperburuk yang lain, membentuk lingkaran setan
antara nyeri kanker dan kualitas hidup.
2.7 Cara Pemilihan Obat untuk Penatalaksanaan Nyeri Kanker
Penatalaksanaan nyeri kanker berdasarkan Guidelines dari National
Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2008 dengan cara menentukan
diagnosis terlebih dahulu untuk nyeri yang dirasakan oleh pasien. Cara melihat nyeri
kanker dengan melihat pengukuran intensitas nyeri, meminta pasien mendeskripsikan
nyeri. Jika tidak ada nyeri pasien tidak mendapat obat analgetika golongan opioid dan
apabila pada keadaan nyeri tidak terkontrol harus segera dilakukan evaluasi.Apabila
pasien mendapatkan analgetika opioid maka diberikan pada pasien yang mempunyai
skala nyeri 1-3 atau 4-10. Hal ini digunakan untuk mengatisipasi kejadian nyeri dan
kecemasannya.Berdasarkan gambar 4 pemilihan obat golongan opoid untuk
penatalaksanaan nyeri pada pasien kanker berdasarkan National Comprehensive
Cancer Network (NCCN) tahun 2008 adalah untuk nyeri kanker ringan (1-3)
diberikan NSAID atau paracetamol tanpa opioid. Untuk nyeri kanker sedang (4-6)
diberikan opioid aksi cepat dengan peningkatandosis.Dan untuk nyeri kanker berat (7-
10) diberikan opioid aksi cepatdengan peningkatan dosis.Pada nyeri ringan, sedang
dan berat dilihat respon nyerinya hilang,berkurang atau bertambah pada pemakaian
opioid aksi cepat. Sehingga perludilakukan evaluasi kembali selama 24 jam pada
pasien untuk melihatkeberhasilan terapi. Pada tiap terapi nyeri juga dibutuhkan
dukunganpsikososial, edukasi pasien dan keluarga, serta terapi non farmakologi.

12
Prinsip manajemen nyeri kanker menurut NCCN tahun 2019:

Intensitas nyeri dan penatalaksanaan nyeri

 Nyeri sedang sampai berat > 4 direvisi menjadi sedang 4-7.


 Untuk pasien yang mengalami nyeri ringan 1-3, pertimbngan terapi non opioid dan
adjuvant . kemudian opioid kerja pendek utk pasien yang memerlukan intervensi lebih
lanjut kecuali ini merupakan kontraindikasi terhadap efek samping. Atau
 Untuk pasien yang mengalami nyeri sedang 4-7:

Pilihan 2: terapi non opioid dan adjuvant sesuai dengan opioid kerja pendek sesuai
kebutuhan.

Pilihan 3: -mulai dan dengan cepat titrasi opioid kerja pendek sesuai kebutuhan.

- Pilih opioid nirs panjang, juga dapat diindikasikan untuk pasien opioid dalam
keadaan langka
- Ditambahkan oxycodone 5 mg dengan atau tanpa asetaminophen 325 mg,
hidrokodon 5 mg dengan asetaminophen 325 mg, hydromorphone 2 mg, morfin 5-
7,5 mg
- Setelah inisiasi opioid kerja pendek ditambahkan:
 Titrasi lebih lanjut sesuai kebutuhan, jika stabil kaji kembali efikasi dan
efek samping 1-4 minggu.
 Jika nyeri tidak terkontrol , evaluasi kembali diagnosis kerja dengan
penilaian nyeri komprehensif

13
 Pertimbangkan spesialis nyeri dan atau konsultasi perawatan paliatif.
 Pertimbangkan rotasi opioid jika dosis membatasi efek buruk
Pilihan 4: jika 3-4 dosis diperlukan perhari secara konsisten, pertimbangkan
penambahan opioid jangka panjang.

Pilihan 5: untuk nyeri persisten mulai jadwal opioid teratur dengan dosis
penyelamatan sesuai kebutuhan.

Penatalaksanaan nyeri menurut who step-ladder.

14
15
BAB III

KESIMPULAN

Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui pada
pasien kanker. Frekuensinya sekitar 30-50% pada pasien yang sedang menjalani
terapi dan meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut. Pentingnya
pengelolaan nyeri sebagai bagian dari perawatan rutin pada kanker telah ditekankan
secara luas oleh WHO (World Health Organization), organisasi profesional
internasional dan nasional, dan instansi pemerintahan. Pengelolaan nyeri kanker
tergantung pada penilaian yang komprehensif dalam mengenali gejala untuk
mengetahui fenomena dan patogenesis, menilai hubungan antara nyeri dan penyakit,
dan menjelaskan pengaruh nyeri dan kondisi penyerta lain terhadap kualitas hidup
pasien. Kualitas hidup adalah salah satu masalah paling penting di stadium terminal
kanker. Pengetahuan dan sumber daya yang cukup juga tersedia untuk mengelola rasa
sakit pada sekitar 90% dari individu dengan nyeri kanker. Nyeri kanker sering kali
tidak teratasi dengan baik, nyeri yang kronis seperti pada cancer pain biasanya
mempengaruhi fungsi fisiologis berupa bertambahnya penderitaan dan menurunnya
kualitas hidup seseorang.

16
Daftar Pustaka

1. Riyanto Henry. Nyeri Kanker. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. RSCM. Jakarta. 2017.
2. Widyastuti, Tomé-Pires C, Miró J, Subiyanto P, Sitorus R, Sabri L, et al. Data dan
Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. J Keperawatan Indones.
2012;7(1):432–57.
3. Sylvia A. Prince LMW. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed.
Jakarta: EGC; 2015.
4. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2013. p.147.
5. Ramadhani A, Jatmiko H. Perubahan Hemodinamik pada pasien post operative yang
diberi paracetamol untuk menghilangkan nyeri. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. 2014
6. Hertanti NS, Setiyarini S, Kristanti MS, Haryani. Pengaruh Self-Selected Individual
Music Therapy (SeLIMuT) terhadap Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP
Dr. Sardjito, Yogyakarta. Indonesia Journal of Cancer. 2015;9(2):159–65. Available
from:http//www.indonesianjournalofcancer.or.idejournalindex.phpijocarticleview381.

17

Anda mungkin juga menyukai