Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

Lautan Penyangga

A. Pengertian Larutan Penyangga

Larutan penyanggaadalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH


larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau
basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam
basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim
pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal
dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada
kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak
aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana
enzim tersebut bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan
larutan penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut
bersifat “penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan
menahan kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.

B. Fungsi Larutan Penyangga

Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi.
Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti fotografi,
electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis
obat-obatan, maupun penanganan limbah.

Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan
penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun
di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah
dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3−)
dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama dengan 1 : 20. Selain
itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-
monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga H2PO4−/HPO42− juga terdapat
dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir
asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat merusak gigi.

C. Komponen Larutan Penyangga

Larutan penyangga asam

Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer
asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−). Larutan seperti
ini dapat diperoleh dengan:

1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−).

Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+
yang menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk
H2O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam
lemah (CH3COOH).

Larutan penyangga basa

Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa
terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini
dapat diperoleh dengan:

1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion OH−
yang menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk
H2O. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa
lemah (NH3).

Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).

D. pH Larutan Penyangga

Larutan penyangga asam


Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−, terdapat
kesetimbangan:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan
penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch sebagaimana
persamaan berikut ini:

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,

Larutan penyangga basa

Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,

pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan meningkatnya
konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena penambahan
basa meningkatkan konsentrasi OH–. Penambahan air pada larutan asam dan basa akan
mengubah pH larutan, karena konsentrasi asam atau basanya akan mengecil. Namun, ada
larutan yang bila ditambah sedikit asam, basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti.
Larutan yang demikian disebut dengan larutan penyangga (disebut juga larutan buffer atau
dapar). Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan
komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut merupakan
konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri. Dengan demikian,
larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan
basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut
sebagai reaksi asam-basa konjugasi. (Keenan et al., 1980)
Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:

 Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A–), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam.
 Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa. (Purba, 1994)

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi (Keenan et al., 1980):

 Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat dari
asam lemah dan garamnya (yang merupakan basa konjugasi dari asamnya). Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat, asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa
kuat yang digunakan seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, barium hidroksida,
kalsium hidroksida, dan lain-lain.

 Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan ini dapat dibuat dari
basa lemah dan garam (yang berasal dari asam kuat). Adapun cara lainnya yaitu:
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebih.

Adapun sifat-sifat larutan penyangga diketahui sebagai berikut (Syukri, 1999):

1. Mempunyai pH tertentu

pH buffer dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu:

pH = pKa + log [garam]/[asam]

pOH = pKb + log [garam]/[basa]

pH buffer bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan perbandingan
konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau konsentrasi basa lemah
dengan konsentrasi asam konjugasinya. Persamaannya (Purba, 1994):

a. Reaksi ionisasi asam lemah:

HA(aq) ↔ H+(aq) + A–(aq)


Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Ka

Ka = [H+][A–] / [HA]

b. Reaksi ionisasi basa lemah:

LOH(aq) ↔ L+(aq) + OH–(aq)

Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Kb

Kb = [L+][OH–] / [LOH]

1. pHnya relatif tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa.
2. pHnya tidak berubah jika diencerkan.

Telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan
asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH–.
Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara
signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga (Syukri, 1999):

Larutan penyangga asam

Sebagai contoh cara kerjanya dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO– yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:

– Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H+ yang ditambahkan
akan bereaksi dengan ion CH3COO– membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO–(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

– Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH– dari basa itu akan bereaksi
dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa
menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang
ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO– dan
air.

CH3COOH(aq) + OH–(aq) → CH3COO–(aq) + H2O(l)

Larutan penyangga basa


Sebagai contoh cara kerjanya, dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung NH3 dan
NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:

– Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH–. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH– dapat
dipertahankan. Disamping itu, penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen
basa (NH3), bukan ion OH–. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3
membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

– Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH– dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan bereaksi dengan
komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH–(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

Untuk menghitung pH larutan buffer digunakan cara sebagai berikut (Purba, 1994):

 Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g atau


pH = p Ka – log a/g

dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah


a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi

 Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:

[OH–] = Kb x b/g atau


pH = p Kb – log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah


b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi

Menurut Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai kapasitas buffer (yang biasa
disebut indeks buffer atau intensitas buffer). Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran
kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan apabila ditambahkan asam
kuat atau basa kuat. Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-garam
yang terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran kesetimbangan ke
kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi asam kuat atau basa
kuat yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya besar. Sebaliknya
apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat menyebabkan pergeseran
kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit. Sehingga dapat dikatakan
kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat menahan perubahan [H+] sebanyak 100x
semula. Perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar 2. Ka atau Kb adalah konstanta,
maka suatu buffer hanya efektif pada daerah pH tertentu yang disebut rentang daerah
buffer. Sesungguhnya penambahan asam/basa pada suatu buffer akan mengubah pH-nya,
namun perubahan itu sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika jumlah asam/basa
yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat diabaikan lagi.
Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer sebelum pH larutan berubah
disebut kapasitas buffer .

Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan perbandingan
mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol komponen penyangga,
semakin besar kemampuannya mempertahankan pH. Apabila komponen asam terlalu
sedikit, penambahan sedikit basa dapat mengubah pHnya. Sebaliknya apabila komponen
basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan,
perbandingan mol antara komponen-komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara
0,1-10. Di luar perbandingan tersebut, maka sifat penyangganya akan berkurang (Keenan
et al., 1980).

Larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan,
fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat penerapan konsep
larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya seperti pada cairan tubuh. Cairan
tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem
penyangga yang utama dalam cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-
monohidrogenfosfat (H2PO4– -HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam
cairan ekstrasel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem
penyangga ini dapat menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al.,
1980).
E. Contoh Soal Larutan Penyangga

Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan:

1. 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan CH3COONa 1 M

2. 20 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan KOH 0,1 M

3. 40 mL larutan NH3 0,1 M dengan 4 mL larutan NH4Cl 0,1 M

Ka CH3COOH = 1 × 10−5; Kb NH3 = 1 × 10−5

Jawab:

1. Larutan penyangga dengan CH3COOH sebagai asam lemah dan CH3COONa


sebagai garam basa konjugasi

a = mol CH3COOH = 10 mL × 0,1 mmol/mL = 1 mmol

g = mol CH3COO− = mol CH3COONa = 10 mL × 1 mmol/mL = 10 mmol


2. 10 mL larutan basa kuat KOH 0,1 M (1 mmol KOH) akan bereaksi dengan 20 mL
larutan asam lemah CH3COOH 0,1 M (2 mmol CH3COOH) menghasilkan air dan
garam basa konjugasi CH3COOK.

CH3COOH(aq) + OH−(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H2O(l)

3. Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garam
asam konjugasi

b = mol NH3 = 40 mL × 0,1 mmol/mL = 4 mmol

g = mol NH4+ = mol NH4Cl = 4 mL × 0,1 mmol/mL = 0,4 mmol

Anda mungkin juga menyukai