Anda di halaman 1dari 14

pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan meningkatnya

konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena penambahan
basa meningkatkan konsentrasi OH —. Penambahan air pada larutan asam dan basa akan
mengubah pH larutan, karena konsentrasi asam atau basanya akan mengecil. Namun, ada
larutan yang bila ditambah sedikit asam, basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti.
Larutan yang demikian disebut dengan larutan penyangga (disebut juga larutan buffer atau
dapar). Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan
komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut merupakan
konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri. Dengan demikian,
larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah
dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini
disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. (Keenan et al., 1980)

Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:

 Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A—), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam.
 Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH +), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa. (Purba, 1994)

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi (Keenan et al., 1980):

 Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat dari
asam lemah dan garamnya (yang merupakan basa konjugasi dari asamnya). Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat, asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa
kuat yang digunakan seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, barium hidroksida,
kalsium hidroksida, dan lain-lain.

 Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan ini dapat dibuat dari
basa lemah dan garam (yang berasal dari asam kuat). Adapun cara lainnya yaitu:
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebih.

Adapun sifat-sifat larutan penyangga diketahui sebagai berikut (Syukri, 1999):

1. Mempunyai pH tertentu

pH buffer dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu:

pH = pKa + log [garam]/[asam]

pOH = pKb + log [garam]/[basa]

pH buffer bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan perbandingan
konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau konsentrasi basa lemah
dengan konsentrasi asam konjugasinya. Persamaannya (Purba, 1994):

a. Reaksi ionisasi asam lemah:

HA(aq) ↔ H+(aq) + A—(aq)

Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Ka

Ka = [H+][A—] / [HA]

b. Reaksi ionisasi basa lemah:

LOH(aq) ↔ L+(aq) + OH—(aq)

Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Kb

Kb = [L+][OH—] / [LOH]

1. pHnya relatif tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa.
2. pHnya tidak berubah jika diencerkan.
Telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa
dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H + maupun ion
OH—. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya
secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga (Syukri, 1999):

Larutan penyangga asam

Sebagai contoh cara kerjanya dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO— yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:

— Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H + yang ditambahkan
akan bereaksi dengan ion CH3COO— membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO—(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

— Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH — dari basa itu akan bereaksi
dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa
menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH 3COOH), bukan ion H+. Basa yang
ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH 3COOH membentuk ion CH3COO— dan air.

CH3COOH(aq) + OH—(aq) → CH3COO—(aq) + H2O(l)

Larutan penyangga basa

Sebagai contoh cara kerjanya, dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung NH3 dan
NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:

— Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H + dari asam akan mengikat ion OH—. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH — dapat
dipertahankan. Disamping itu, penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen
basa (NH3), bukan ion OH—. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa
NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

— Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH— dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan bereaksi dengan
komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH 3) dan air.

NH4+ (aq) + OH—(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

Untuk menghitung pH larutan buffer digunakan cara sebagai berikut (Purba, 1994):

 Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H + dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g atau


pH = p Ka — log a/g

dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah


a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi

 Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H + dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:

[OH—] = Kb x b/g atau


pH = p Kb — log b/g
dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi

Menurut Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai kapasitas buffer (yang biasa disebut
indeks buffer atau intensitasbuffer). Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran
kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan apabila ditambahkan
asam kuat atau basa kuat. Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau
basa-garam yang terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran
kesetimbangan ke kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi
asam kuat atau basa kuat yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya
besar. Sebaliknya apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat
menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit.
Sehingga dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat menahan
perubahan [H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar 2.
Ka atau Kb adalah konstanta, maka suatu bufferhanya efektif pada daerah pH tertentu
yang disebut rentang daerah buffer. Sesungguhnya penambahan asam/basa pada
suatubuffer akan mengubah pH-nya, namun perubahan itu sangatlah kecil dan dapat
diabaikan. Namun, jika jumlah asam/basa yang ditambahkan makin banyak, maka
perubahan pH-nya tak dapat diabaikan lagi. Jumlah asam atau basa yang dapat
dinetralkan suatu buffer sebelum pH larutan berubah disebut kapasitas buffer .

Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan perbandingan
mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol komponen penyangga,
semakin besar kemampuannya mempertahankan pH. Apabila komponen asam terlalu
sedikit, penambahan sedikit basa dapat mengubah pHnya. Sebaliknya apabila komponen
basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan,
perbandingan mol antara komponen-komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara
0,1-10. Di luar perbandingan tersebut, maka sifat penyangganya akan berkurang

Larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan,
fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat penerapan konsep
larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya seperti pada cairan tubuh. Cairan
tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem
penyangga yang utama dalam cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-
monohidrogenfosfat (H2PO4— -HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam
cairan ekstrasel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H 2CO3 — HCO3—). Sistem
penyangga ini dapat menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4

LARUTAN PENYANGGA

(BUFFER)

A. Pengertian Larutan Penyangga

pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan meningkatnya
konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena penambahan
basa meningkatkan konsentrasi OH —. Penambahan air pada larutan asam dan basa akan
mengubah pH larutan, karena konsentrasi asam atau basanya akan mengecil. Namun, ada
larutan yang bila ditambah sedikit asam, basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti.
Larutan yang demikian disebut dengan larutan penyangga (disebut juga larutanbuffer atau
dapar).

Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari asam lemah atau basa lemah dan garamnya,
kedua komponen itu harus ada. Larutan ini mampu menahan pH ketika terjadi penambahan
sedikit asam atau sedikit basa

B. Komponen larutan penyangga

Yang diperlukan oleh larutan buffer adalah dua komponen; salah satu komponen mampu
menetralkan asam, dan komponen lainnya mampu menetralkan basa. Namun, kedua
komponen itu tidak boleh saling menetralkan. Persyaratan ini meniadakan campuran asam
kuat dan basa kuat. Jadi, larutan buffer biasa dideskripsikan sebgai gabungan dari asam
lemah dan basa konjugatnya, atau basa lemah dan asam konjugasinya (Petrucci, Harwood,
Herring, 2008: 335)

1. Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari
asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa
kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium (Na), kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain. Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan
natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar
yang sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76.
Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki
konsentrasi yang sama.

2. Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.
Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam
kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Seringkali yang digunakan sebagai
contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan amonium klorida. Jika keduanya
dalam keadaan perbandingan molar yang sebanding, larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali
lagi, hal itu bukanlah suatu masalah selama konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.

C. Cara kerja dan cara pembuatan larutan penyangga.

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.
1. Campuran asam lemah dengan garamnya (yang berasal dari asam lemah tersebut dan
basa kuat), adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan
proses sebagai berikut:

 Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

 Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi
dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa
menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang
ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan
air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

2. Campuran basa lemah dengan garamnya (yang berasal dari asam kuat dan basa
lemah tersebut), adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai
berikut:

 Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal
tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion
OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya
komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan
basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

 Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu
bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

D. Menghitung pH larutan penyangga


1. Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H + dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:

2. Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H + dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:

E. Fungsi larutan penyangga

Dalam organisme terdapat berbagai macam cairan, seperti sel, darah, dan kelenjar. Cairan
ini berfungsi sebagai pengangkut zat makanan dan pelarut reaksi kimia didalamnya. Tiap
reaksi dipercepat oleh enzim tertentu, dan tiap enzim bekerja efektif pada pH tertentu (pH
optimum). Oleh sebab itu, cairan dalam organisme mengandung sistem buffer untuk
mempertahankan pH-nya. Sistem buffernya berupa asam lemah dengan basa
konjugasinya.

1.Pengontrol pH Darah

Darah manusia dalam keadaan normal mempunyai pH = 7,35 — 7,45, yang dipertahankan
oleh tiga sistem buffer, yaitu buffer karbonat, hemoglabin, dan oksihemoglobin, sedangkan
dalam sel terdapat buffer fosfat (Syukri S, 1999: 422-423)

a. Buffer karbonat, yaitu pasangan asam karbonat (H 2CO3) dengan basa konjugasi
bikarbonat (HCO3—):
Buffer karbonat yaitu pasangan asam karbonat
(H2CO3) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO 3—):

H+(aq) + HCO3—(aq) ⇄ H2CO3(aq) ⇄ H2O(aq) + CO2(aq)

Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton
dapat mengalami kondisiasidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh
metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis
ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan
diare.

Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu
peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki
bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal
CO2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2CO3. Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik.
Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-
kadang karena cemas dan histeris).

b. Buffer Hemoglobin

Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh


sel tubuh yang didapatkan melalui pernapasan. Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam
darah, di mana O2 sangat sensitif terhadap pH. Reaksi kesetimbangan yang terjadi dapat
dituliskan sebagai berikut.

HHb + + O2 ⇄ H+ + HbO 2
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga
pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang
telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion
H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang
terlarut dalam air saat metabolisme.

Produk buangan dari tubuh adalah CO2— yang di dalam tubuh bisa membentuk senyawa
H 2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H + dan HCO3—. Penambahan H+ dalam tubuh akan
mempengaruhi pH, tetapi hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat
H+ membentuk asam hemoglobin (HHb +).

c. Buffer fosfat

Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel. Penyangga ini adalah
campuran dari asam lemah H 2PO4— dan basa konjugasinya, yaitu HPO 42-. Jika dari proses
metabolisme sel dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi
dengan ion HPO 42-

HPO42-(aq) + H+(aq) ⇄ H2PO4—(aq)

Jika diberi OH—, kesetimbangan bergeser kekiri, karena OH — diikat H+ menjadi H2O.
Sebaliknya, jika ditambah OH — kesetimbangan bergeser kekanan sehingga [H +] relatif tetap
(Syukri S, 1999: 423)

H2PO4—(aq) + OH—(aq) ⇄ HPO42-(aq) + H2O(l)

Sehingga perbandingan [H2PO4— ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH larutan


tetap.Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga
fosfat juga berperan sebagai penyangga urin. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam
tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0 atau
naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh atau bahkan
kematian

2. Obat tetes mata.


Adapun kandungan dari OTM atau obat tetes mata
adalah Cendoxytrol, digunakan pada mata merah yang berkaitan dengan alergi.
Karakteristik yang penting pada obat tetes mata yaitu buffer (larutan penyangga) atau pH.
Idealnya sediaan optalmik harus diformulasikan pada pH yang ekuivalen dengan pH cairan
air mata yaitu 7,4. Pada kenyataannya, hal ini jarang digunakan. Mayoritas bahan aktif
digunakan dalam pengobatan mat adalah garam-garam dari basa lemah dan hampir stabil
pada pH asam.Beberapa suspensi biasanya lebih stabil pada pH asam. pH adjustmen
umumnya memerlukan persetujuan formulator. pH yang dipilih harus optimum untuk
stabilitas. Sistem buffer dipilih harus membunya kapasitas memadai untuk menjaga pH
dalam rentang stabilitas selama durasi produk. Namun ada sebagian obat tetes mata yang
mengandung steroid. Steroid adalah salah satu kandungan berbahaya yang apabila
digunakan pada mata. Meski tetes mata yang memiliki steroid lebih cepat sembuh, tapi
steroid sendiri memiliki efek samping yaitu katarak dan glukoma. Penyakit glukoma
merupakan salah satu penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat, sehingga bola
mata akan membesar dan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata. Alhasil,
saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. Selain itu, obat
tetes mata yang mengandung kortikosteroid ini dapat juga menyebabkan kulit kelopak
mata menjadi atropi, tukak lambung, insomnia, ptosis, kerusakan kornea, retardasi mental,
jerawat, hipertensi, dan pikosis.

3. Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak /teroksidasi

4. Kemampuan asam sitrat untuk mengkelat logam menjadikannya berguna


sebagai bahan sabun dan deterjen
Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga
untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan
pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air. Pada
temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk Kristal
tersebut dapat berupa bentukanhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang
mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam
sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari
kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi
bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C.

5. Larutan Penyangga Pada bidang Farmasi

Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari


tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat
menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan
hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak
dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer
kelebihan asam.

Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh.
Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat
bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga
pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga
ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.
Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH
stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang
sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus
disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan
pH air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata.
Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan
alkalosis atau asidosis pada darah.

Soal dan Pembahasan Larutan Penyangga

Soal:

1. Apa yang dimaksud dengan larutan penyangga dan berikan contoh?

2. Periksa apakah campuran dibawah ini bersifat penyangga atau tidak. Jika ya, tuliskan
komponen penyangganya:a) NH 4OH + NH4CI. b) NaOH + HCI. c) CH3COOH +
CH3COOK. d) H2SO4 + NaOH

3. Hitung pH dari 200 ml larutan CH3COOH 0,25 M dengan 100 ml CH3COOK 0,25 M. (Ka
= 10-5): a)NH4OH + NH4CI. b) NaOH + HCI. c) CH3COOH + CH3COOK.
d) H2SO4 + NaOH

4. Massa CH3COONa (Mr = 82 ) yang harus ditambahkan kedalam 100 ml larutan


CH3COOH 0.1 M (Ka = 1 x 10-5) untuk memperoleh pH 5 adalah … gram.

5. Tentukan pH larutan apabila 400 ml larutan NH4OH 0,5 M dicampur dengan 100 mL
larutan NH4Cl 0,5 M (Kb NH4OH = 1,8 x 10-5)

6. Sebanyak 100 ML NH4OH 0,1 M direaksikan dengan 50 mL HCI 0,1 M, tentukan pH


setelah dicampurkan (Kb = 2 x 10-5)

7. Mengapa larutan penyangga penting dalam tubuh?

8. Sebutkan 2 contoh larutan penyangga yang berperan mempertahankan pH dalam


tubuh makhluk hidup!

9. Sebutkan akibat dari keadaan asidosis (penurunan pH dalam darah) dan keadaan
alkalosis (peningkatan pH dalam darah)!

10. Apakah fungsi larutan penyangga fosfat dalam air liur manusia?

Anda mungkin juga menyukai