Anda di halaman 1dari 27

GANGGUAN PSIKOTIK

AKUT DAN
SKIZOAFEKTIF

OLEH:
ARIF SATRIA 1618012115
TRIOLA FITRIA 1618012146

PRECEPTOR:
DR. TENDRY SEPTA, SP.KJ (K)
PSIKOTIK AKUT

DEFINISI:
 Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh
 Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan
sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama
1 hari sampai <1 bulan, dengan gejala psikosis, dan
dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid
ETIOLOGI:
 Masih belum diketahui
 Dapat dipengaruhi oleh gangguan kepribadian,
stress berat, dan genetik
MANIFESTASI KLINIK

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu


1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk
akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku
DIAGNOSIS

GEJALA PASTI PSIKOTIK:


Halusinasi
Waham
Agitasi
Pembicaraan aneh atau kacau
Keadaan emosional yang labil dan ekstrim
Menurut DSM IV, dikatakan psikotik akut bila:
Gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu
hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai
dengan:
 suatu gangguan mood
 gangguan berhubungan dengan zat
 atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum.
KRITERIA PSIKOTIK AKUT MENURUT PPDGJ III
(F.23):
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan
urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama
terpilih dari gangguan ini, yaitu :
 Onset yang akut
 Adanya sindrom yang khas
 Adanya stres akut yang berkaitan
 Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang
memenuhi kriteria episode manik atau episode
depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-
gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu
ke waktu.
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis,
delirium dan demensia. Tidak merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-
obatan.
PENATALAKSANAAN

EDUKASI
MEDIK
 Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik, seperti:
 Haloperidol 2-5 mg 1-3 x sehari
 Chlorpromazine 100-200 mg 1-3 x sehari
 Diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang
 Obat antiansietas untuk mengendalikan agitasi akut
 lorazepam 1-2 mg 1-3 x sehari
SKIZOAFEKTIF

Gangguan skizoafektif memiliki ciri baik skizofrenia dan


gangguan afektif (gangguan mood)
Skizofrenia : perpecahan jiwa, keretakan atau
disharmoni antara proses berfikir, perasaan, dan
perbuatan.
Gangguan afektif : gangguan dengan gejala utama
adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek,
biasanya ke arah depresi

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif <1


persen, dimana wanita lebih tinggi daripada pria
ETIOLOGI

 Tidak diketahui
 Ada empat model konseptual :
1. Skizoafektif = skizofrenia atau skizoafektif =
gangguan Afektif
2. Skizoafektif = skizofrenia + gangguan afektif
3. Skizoafektif ≠ skizofrenia dan gangguan afektif
4. Skizoafektif adalah kelainan heterogen (meliputi
semua kemungkinan di atas)
MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala kinis gangguan skizoafektif adalah


termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode
manic, dan gangguan depresif
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa
waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun
depresif
Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat
ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang
bergantian
Klasifikasi

 Klasifikasi :
1. Skizoafektif tipe manik
a. gejala skizofrenia + manik (menonjol & episode sama)
b. gejala-gejala afektif
c. aktivitas yang berlebihan
d. waham kebesaran, waham kejar juga mungkin ada
e. gejala skizofrenia
f. onset biasanya akut dan penyembuhannya dapat
sempurna
Lanjutan...

2. Skizoafektif tipe depresif


a. gejala skizofrenia + depresif (menonjol & episode sama)
b. gejala depresif : perilaku yang retardasi, putus asa
insomnia, perubahan nafsu makan, dll
c. gejala skizofrenia : waham, halusinasi
d. episode berlangsung lebih lama daripada tipe manik
sebagian bisa sembuh sempurna, sebagian lagi bisa
menjadi defek skizofrenia
KRITERIA DIAGNOSTIK
BERDASARKAN DSM-V.
1. Sebuah periode gangguan dimana ada episode mood
mayor (depresif atau manik) bersamaan dengan kriteria
A skizofrenia.
2. Delusi atau halusinasi selama 2 minggu atau lebih
dengan tidak adanya episode moood mayor (depresif
atau manik) selama durasi seumur hidup penyakit.
3. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood
mayor yang hadir untuk mayoritas total durasi dan
residual penyakit.
4. Gangguan tidak disebabkan oleh efek dari zat
(misalnya, penyalah gunaan obat, medikasi) atau
kondisi medis lain
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Gangguan Skizoafektif.

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
LANJUTAN...

BERDASARKAN PPDGJ III (F 25)


Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat
apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia
dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam
satu episode penyakit yang sama
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang
menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
KLASIFIKASI SKIZOAFEKTIF:
 F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic
 F 25.1 Skizoafektif tipe depresif
 F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
 F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
 F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
PENATALAKSANAAN

Terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif


adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan
intervensi psikososial
Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar,
harus mendapatkan percobaan lithium,
carbamazepine (Tegretol), valporate (Depakene),
atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu
obat saja tidak efektif
Skizoafektif tipe depresif, harus diberikan percobaan
antidepresan dan terapi Elektrokonvulsan (ACT)
FARMAKOTERAPI

a. Gejala manik anti manik


b. Gejala depresif anti depresif
c. Gejala psikosis anti psikosis

Bila gejala negatif > gejala positif = antipsikosisatipikal


Bila gejala positif > gejala negatif = antipsikosis tipikal
 Injeksi : Olanzapin 2 X 5-10 mg / hari dengan diazepam 2 X 10 mg / hari
 Oral : Terapi Kombinasi :
 Olanzapin 1 X 10-30 mg/ hari atau Risperidon 2 X 1-3 mg/ hari atau
Skizoafektif, Episode Manik atau Campuran

Psikofarmaka

quetiapin hari 1 (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnya
atau aripirazol 1 X 20-30 mg / hari.
 Litium karbonat 2 X 400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2
mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg/hari,
pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 3 X 250 mg / hari
(atau konsentrasi plasma 50-125 ųg/L.
 Lorazepam 3 X 1-2 mg/ hari kalau perlu.
 ECT : 3 kali perminggu ( untuk pasien refrakter )
 Psikoterapi : 2 X / minggu
 Edukasi keluarga : 1 kali minggu (Maslim, 2001).
Skizoafektif, Episode Depresi

Psikofarmaka
Injeksi : Olanzapin 2 X 5-10 mg / hari dengan diazepam 2 X 10 mg / hari 
Oral: terapi kombinasi
Litium 2 X 200 mg/hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2mEq/L (biasanya
dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800
mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau Divalproat dengan dosis awal 3 X 250mg/har
i dan dinaikkan setiap beberapa hari hingga kadar plasma mencapai50-100 mg/L atau
karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dandosis dapat dinaikkan 200mg
setiap dua-empat hari hingga mencapaikadar plasma 4- 12 ųg/mL sesuia dengan
karbamazepin 800 -1600 mg/hariatau lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari 
Antidepresan, SSRI misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari.
 Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10-30 mg/hari atau Risperidon 2 X 1-3
mg/hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari III(600mg) dan
seterusnya atau aripirazol 1 X 10-30 mg/hari.
ECT: 3 X perminggu ( pasien refrakter terhadap obat atau katatonik ) Psikoterapi : 3 X
mingguEdukasi keluarga : 1 X minggu.
Skizoafektif (Fase lanjutan)

Psikofarmaka
Monoterapi:
Litium karbonat 0,6-1 mEq/L, biasanya dicapai denga dosis 900-1200
mg/hari sekali malam
Divalproat dengan dosis 500 mg/hari
Olanzapin 1x10 mg/hari
Quetiapin dengan dosis 450-600 mg/hari
Risperidon dengan 1-4 mg/hari
Aripirazol denga dosis 10-20 mg/hari
Kloazapin dosis 300-750 mg/hari (bagi pasien yang refrakter)

Terapi kombinasi
Kombinasi obat-obat di atas
TERAPI PSIKOSOSIAL

1. Psikoterapi individual
2. Terapi suportif
3. Social skill training
4. Terapi okupasi
5. Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
6. Psikoterapi kelompok
7. Psikoterapi keluarga
8. Manajemen kasus
9. Assertive Community Treatment (ACT)
PROGNOSIS

1. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat


seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya,
atau gejala gangguan afektifnya
2. Semakin menonjol dan persisten gejala
skizofrenianya maka prognosis buruk
3. Semakin persisten gejala-gejala gangguan
afektifnya, prognosis semakin baik
DAFTAR PUSTAKA

Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth


Edition, DSM-IV, Published by The American Psychiatric
Association, Washington DC. 1994
Maramis, W.E. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga
University Press. Surabaya 2005.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, III, PPDGJ-III, Departemen Kesehatan RI,
Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 2003.  
Kaplan HI, Saddock BJ. 2010. Sinopsis Psikiatri: ed saddock
BJ. Vol. 1. Edisi ke-6. USA: William and Wilkins.
Maslim R. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi 3.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai