Anda di halaman 1dari 18

Mukti Wisendha

112016204
SKIZOAFEKTIF Pembimbing:
dr. Linda Kartikasari, Sp.KJ
DEFINISI
Gangguan Skizoafektif merupakan kelainan yang terdiri dari gejala skizofrenia maupun
gejala afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan
pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.

EPIDEMIOLOGI
• National Comorbity Study  66 orang yang di diagnosa skizofren  81% pernah
didiagnosa gangguan afektif yang terdiri dari:
a) 59% depresi.
b) 22% gangguan bipolar.
• Perkiraan  0,5% - 0,8%.
• Gangguan skizoafektif tipe depresif  orang tua > orang muda.
• Laki - Laki : Wanita = 1 : 2  Skizoafektif tipe depresi.
ETIOLOGI
• Belum jelas  Seperti Skizofreni  diperkirakan akibat suatu gangguan
perkembangan neuronal.
• Faktor genetik:
a) Terdapat peningkatan prevalensi gangguan afektif pada keluarga dengan Skizoafektif dibanding
dengan Skizofren.
b) Peningkatan prevalensi Skizofrenia pada keluarga dengan skizoafektif dibanding dengan kelompok
gangguan afektif.

PATOFISIOLOGI
Gejala psikotik muncul  gangguan pada sistem dopamin, serotonin, glutamat,
metabolisme otak, dan lainnya.
Gejala Gejala Psikotik Gangguan pada
Psikotik ↑ Dopamin atau sensivitas
Positif reseptor dopamin Positif & Negatif Serotonin

Gejala Hiperaktif & Gangguan pada


Psikotik ↓ Norepinefrin Hipoaktif Glutamat
Negatif
GEJALA KLINIK
• Gangguan skizoafektif  gangguan episodik  gejala gangguan afektif maupun gejala
skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama.
• Gejala skizofrenik disertai manik  Skizoafektif tipe manik.
• Gejala skizoafektif disertai depresi  Skizoafektif tipe depresi.

Skizoafektif tipe depresi Skizoafektif tipe manik


• Nafsu makan yang berkurang
• Peningkatan aktivitas
• Pengurangan berat badan
• Bicara cepat
• Perubahan dari pola tidur biasanya (sedikit atau banyak tidur)
• Pikiran yang meloncat-loncat
• Merasa tidak ada semangat
• Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari • Sedikit tidur

• Merasa tidak ada harapan • Agitasi


• Selalu merasa bersalah • Percaya diri meningkat
• Tidak dapat berkonsentrasi • Mudah teralihkan
• Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri
GEJALA KLINIK
Skizofren
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

 “thought echo”
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak
keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
 “thought insertion or withdrawal”
Isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
 “thought broadcasting”
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
GEJALA KLINIK
Skizofren

 “delusion of control”
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
 “delusion of passivitiy”
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar.
 “delusion perception”
Waham persepsi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
GEJALA KLINIK
Skizofren

 Halusinasi Auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari
salah satu bagian tubuh.

 Waham - waham menetap jenis lainnya


Waham yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
GEJALA KLINIK
Skizofren
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

 Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
 Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
GEJALA KLINIK
Skizofren
 Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
 Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik episode
depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria
A untuk skizofrenia.

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2
minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total
periode aktif dan residual dari penyakit.

D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
• Tipe Bipolar:
Jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik suatu episode
campuran dan episode depresi berat).
• Tipe Depresif:
Jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat.
DIAGNOSIS
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III

• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya


skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah
yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik
atau depresif.

• Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.

• Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien
dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun
depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau
dua episode manik atau depresif (F30-F33)
DIAGNOSIS
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif tipe manik berdasarkan
PPDGJ-III

• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik


yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian
besar episode skizoafektif tipe manik.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tidak begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas
atau kegelisahan yang memuncak.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya sat atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20, pedoman diagnostik (a) sampai
dengan (d)).
DIAGNOSIS
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif tipe depresif
berdasarkan PPDGJ-III

• Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe


depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana
sebagian besar episode didominasikan oleh skizoafektif tipe
depresif.
• Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti
tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F32).
• Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan
sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20, pedoman diagnostik (a) sampai
dengan (d)).
PENATALAKSANAAN
Skizoafektif Tipe Manik
 Fase Akut:
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu.

Injeksi Oral
• Olanzapin, dosis 10 mg/mL injeksi IM, dapat  Olanzapin 1 x 10 – 30 mg / hari atau risperidone
diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari. 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg),
hari II (400 mg), hari III (600 mg) atau aripirazol 1
• Aripriprazol, dosis 9,75 mg/mL IM, dapat diulang x 10-30 mg / hari.
setiap 2 jam, dosis maksimum 29,25 mg/hari.
 Litium karbonat 2 x 400 mg.
• Haloperidol, dosis 5mg/mL injeksi IM, dapat  Lorazepam 3 x 1-2 mg/hari kalau perlu (gaduh
diulang setiap setengah jam, dosis maksimum gelisah atau insomnia).
20mg/hari.
 Haloperidol 5-20 mg/hari.
• Diazepam 10mg/2 mL IV/IM, dosis maksimum
30mg/hari.
PENATALAKSANAAN
Skizoafektif Tipe Depresi
 Fase Akut:
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu.

Injeksi Oral
 Litium 2 x 400 m g/hari, atau karbamazepin
• Olanzapin, dosis 10 mg/mL injeksi IM, dapat dengan dosis awal 300-800 mg/hari atau
diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari. Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/ hari.
• Aripriprazol, dosis 9,75 mg/mL IM, dapat diulang  Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20
setiap 2 jam, dosis maksimum 29,25 mg/hari. mg/hari.
 Antipsikotika generasi kedua, olanzapin 1 x 10 – 30
• Haloperidol, dosis 5mg/mL injeksi IM, dapat mg/hari atau risperidone 2 x 1-3 mg/hari atau
diulang setiap setengah jam, dosis maksimum quetiapin hari I (200mg), hari II (400 mg), hari III
20mg/hari. (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10-30
mg/hari.
• Diazepam 10mg/2 mL IV/IM, dosis maksimum
30mg/hari.  Haloperidol 5-20 mg/hari.
PENATALAKSANAAN
Skizoafektif Tipe Depresi
 Fase Lanjutan:
Terapi (Monoterapi)
 Litium karbonat dosis 500 mg/hari.
 Olanzapin 1 x 10 mg/hari.
 Quetiapin dengan dosis 300 – 600 mg/hari.
 Risperidon dengan 1-4 mg/hari.
 Aripirazol dengan dosis 10-20 mg/hari.

Lama pemberian obat fase lanjutan 2-6 bulan sampai tercapai recovery yaitu bebas gejala selama 2 bulan.
Diagnosis Banding
• Skizofren lainnya
• Gangguan mood lainnya

Prognosis
Prognosis lebih buruk dari gangguan Afektif tetapi lebih baik dari gangguan Skizofrenia
KESIMPULAN
• Gangguan Skizoafektif merupakan kelainan yang terdiri dari gejala skizofrenia maupun gejala afektif.
• Perkiraan prevalensi  0,5% - 0,8%, Gangguan skizoafektif tipe depresif  orang tua > orang
muda, Laki - Laki : Wanita = 1 : 2  Skizoafektif tipe depresi.
• Gejala psikotik muncul  gangguan pada sistem dopamin, serotonin, glutamat, metabolisme otak, dan
lainnya.
• Gejala skizofrenik disertai manik  Skizoafektif tipe manik.
• Gejala skizoafektif disertai depresi  Skizoafektif tipe depresi.
• Skizofren  Harus ada sedikitnya satu gejala diagnosistik yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).
 Penatalaksanaan fase akut: lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu. Fase lanjutan:
lama pemberian obat fase lanjutan 2-6 bulan sampai tercapai recovery yaitu bebas gejala selama 2
bulan.
 Prognosis lebih buruk dari gangguan Afektif tetapi lebih baik dari gangguan Skizofrenia

Anda mungkin juga menyukai