Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
HERNIA SKROTALIS DEXTRA

Disusun Oleh:
Rheisarando SHP - 01073170178

Pembimbing:
dr. Henry Lili S, SpB

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINI CILANDAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE NOVEMBER – JANUARI 2019
JAKARTA

1
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien

Nama : MN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 63 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Pondok Labu, Jakarta Selatan
No. Rekam Medis : 18-27-57-xx
Masuk Rumah Sakit : 26 November 2018 pukul.14.00

1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanmnesis dan aloanamnesis dengan keluarga pasien (istri)
pada 27 November 2018 di bangsal bougenvile RSMC.

1.2.1 Keluhan utama


Pasien mengeluhkan benjolan pada perut kanan bawah sejak 2 tahun sebelum masuk rumah
sakit.

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan benjolan pada perut kanan bawah sejak 2 tahun sebelum masuk rumah
sakit, pada awalnya hilang timbul namun 6 bulan belakangan ini selalu ada. Benjolan tidak
terasa nyeri, pada awalnya kecil sebesar ibu jari, dapat di dorong masuk dengan jadi apabila
keluar, benjolan sering muncul dengan sendirinya. Menurut pasien, benjolan dapat muncul
pada saat berdiri dan mengedan. Saat ini benjolan membesar dan turun ke buah zakar
kanan, tidak dapat dimasukan kembali, tidak terasa nyeri. Pasien bekerja sebagai petugas
kebersihan dan sering mengangkat beban berat saat bekerja, tidak ada riwayat batuk dalam
jangka waktu lama. Keluhan nyeri perut, mual, muntah, demam disangkal. Keluhan pada
buang air besar dan buang air kecil disangkal.

2
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal riwayat hipertensi, diabetes, batuk jangka panjang.

1.2.4 Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pasien seorang petugas kebersihan, pekerjaan ini membuat pasien mengangkat beban berat
hampir setiap hari selama ±10 tahun. Pasien tidak merokok dan minum minuman
beralkohol.

1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien dan keluarga menyangkal riwayat hipertensi dan diabetes dalam keluarga.

1.3 Pemeriksaan Fisik

1.3.1 Tanda Vital


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
Pernapasan : 20 x/menit, pola nafas normal
Suhu : 36 0C

1.3.2 Status Generalisata


Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5 (15)

3
NO REGIO ORGAN KETERANGAN
1 Kepala Tengkorak Normocephali
Rambut berwarna hitam, terdistribusi merata, tidak
mudah tercabut
Mata Pupil isokor 3/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Telinga Tidak berdenging
Tidak ada nyeri tekan tragus/mastoid
Tidak ada penurunan pendengaran
Hidung Tidak ada deviasi septum
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Tidak ada bekas luka trauma
Mulut Mukosa bibir merah muda, sedikit kering
Tidak ada ulkus oral
Lidah Tidak ada plak putih (jamur)
Tidak ada bekas luka

2 Leher KGB Tidak teraba


Tonsil Tidak ada pembesaran, tidak hiperemis
Tiroid Tidak ada pembesaran, tidak teraba nodul
JVP Tidak meningkat
Massa Tidak ada

3 Toraks Paru Gerak dinding dada simetris


Inspeksi Bekas luka operasi (-), trauma (-)
Chest expansion normal, simetris
Palpasi Tactile focal fremitus normal, simetris
Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi Vesikuler pada kedua lapang paru
Ronki -/-, mengi -/-

Jantung Ictus cordis tidak terlihat


Inspeksi
Palpasi Ictus cordis teraba pada linea midclavicula sinitra
ICS 5
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi S1 S2 reguler
Murmur (-), gallop (-)

4 Abdomen Inspeksi Bentuk datar, bekas luka operasi (-), trauma (-)
Auskultasi Bising usus normal 8X/menit
Perkusi Timpani pada 9 regio abdomen
Palpasi Supel pada 9 regio abdomen
Tidak ada nyeri tekan
Tidak teraba massa

4
5 Ekstrimitas Atas Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema -/-
Parese -/-
Bawah Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema -/-
Parese -/-

1.3.3 Status Gizi


Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 175 cm
IMT : 21.3, normal , gizi baik

1.3.4 Status Lokalis

Gambar 1 . Penampakan massa pada skrotum dextra

Inspeksi : Tampak massa berbentuk bulat lonjong pada skrotum dextra, hiperemis (-),
bekas luka (-), tidak mengecil saat pasien berbaring.
Palpasi : Teraba massa pada skrotum dextra keluar dari arah kraniolateral ke arah
kaudomedial, konsstensi kenyal, tidak dapat dimasukan kembali.

5
1.4 Pemeriksaan Penunjang

1.4.1 Laboratorium
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium - 26/11/2018

Hasil Satuan Nilai normal


HEMATOLOGY
Hb 13 g/dl 13 - 17
Ht 40 % 37 - 54
6
Leukosit 9.8 10 /µL 5 - 10
Trombosit 193 103/µL (L) 150 - 400
Masa pembekuan / CT 5 menit 2-6
Masa perdarahan / BT 3 menit 1-3
GDS 91 mg/aL <200

1.5 Resume
Pasien laki-laki berusia 63 tahun datang ke poliklinik bedah umum dengan keluhan
benjolan pada perut kanan bawah sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan
hilang timbul namun 6 bulan belakangan ini selalu ada. Benjolan tidak terasa nyeri, pada
awalnya kecil sebesar ibu jari, dapat di dorong masuk dengan jadi apabila keluar, benjolan
sering muncul dengan sendirinya. Menurut pasien, benjolan dapat muncul pada saat berdiri
dan mengedan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan benjolan membesar dan turun ke
skrotum dextra, tidak dapat dimasukan kembali dan tidak terasa nyeri. Hasil pemeriksaan
penunjang berupa laboratorium darah dan EKG menunjukan batas normal

1.6 Diagnosis
1.6.1 Diagnosis Kerja
Hernia skrotalis dextra

1.6.2 Diagnosis Banding


Hydrocele
Lipoma skrotum

6
1.7 Tatalaksana
1.7.1 Pre Operatif
 Konsultasi spesialis anestesi
 Konsultasi spesialis jantung
o Pemeriksaan EKG
 Edukasi dan informed consent :
o Hernia
o Rencana dan tatalaksana hernioraphy
o Instruksi puasa 6 jam sebelum dilakukan operasi
 IVFD RL 24 tpm
 Injeksi antibiotik profilaksis – ceftriaxone 1 gr
 Pro operatif hernioplasty

1.7.2 Hernioplasty

1.7.3 Post Operatif


 Observasi tanda-tanda vital
 IVFD RL 20 tpm
 Edukasi untuk menghindari mengangat beban berat atau melakukan aktivitas berat
untuk sementara waktu
 Edukasi perawatan luka
 Edukasi diet tinggi serat

1.8 Prognosis
1.8.1 Quo ad vitam : bonam
1.8.2 Quo ad fungsionam : bonam
1.8.3 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

7
BAB II
ANALISA KASUS
2.1 Hernia
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat (akuisata). Lubang tersebut dapat timbul karena lubang embrional yang tidak
menutup atau melebar serta akibat tekanan rongga perut yang meningkat. Hernia terdiri
dari 3 bagian yaitu kantong, cincin, dan isi hernia.2 Pada pasien ini benjolan terdapat pada
perut kanan bawah dan turun hingga skrotum, sehingga diagnosis sementara adalah hernia
inguinalis yang berubah menjadi hernia skrotalis .

Gambar 1. Struktur Hernia

Gambar 2. Lokasi Hernia

8
Secara etiologi hernia merupakan penyakit multifaktorial. Ada beberapa faktor resiko
yang berperan antara lain batuk, obesitas, konstipasi, kehamilan, riwayat hernia pada
keluarga, manuver valsava, asites, kelainan jaringan ikat kongenital, riwayat insisi
abdomen kuadran kanan bawah, aneurisma arteri, merokok, mengangkat beban berat,
aktivitas fisik berlebih, serta lebih sering dialami oleh laki-laki. Pada pasien ditemukan
faktor resiko berupa laki-laki, usia tua, merokok, dan rutinitas mengangkat beban berat
berupa mengangkut sampah.
Klasifikasi hernia abdominalis dapat dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu, pada area
groin terdapat hernia ingunalis lateral (indirek), medial (direk), dan femoralis, area anterior
terdapat hernia umbilikal, epigastrik, dan spigelian, area pelvis terdapat hernia obturator,
sciatic, dan perineal, dan area posterior terdapat hernia lumbar. Sebesar 75% hernia
abdominalis terjadi di inguinal dengan perbandingan lateral dan medial adalah 2:1.

Gambar 3. Klasifikasi Hernia Inguinal

Gambar 4. Hernia Skrotalis

9
Hernia inguinal dapat masuk ke dalam canalis inguinalis dan bila hernia panjang akan
masuk ke dalam skrotum sehingga dapat disebut hernia skrotalis. Pada kasus ini hernia
telah masuk ke dalam skrotum dextra.
Berdasarkan sifatnya, hernia dapat dibedakan menjadi ;
 Reponibilis : isi hernia dapat keluar-masuk
 Ireponibilis : isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga asalnya
 Inkarserata : isi hernia terjepit cincin hernia dan tidak dapat dikembalikan ke
rongga asalnya, sehingga terjadi gangguan pasase usus
 Strangulata : isi hernia terjepit cincin hernia, tidak dapat dikembalikan ke rongga
asalnya, terjadi gangguan vaskularisasi, nyeri hebat

Hernia inguinalis lateral (indirek) adalah hernia yang melalui anulus (cincin) inguinalis
interna yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menelusuri kanalis inguinalis,
dan keluar di anulus eksternal di atas krista pubis dengan diselubungi kantong korda. Pada
pasien ini hernia berawal dari hernia inguinalis lateral reponibilis 2 tahun lalu, membesar dan
menjadi ireponibilis, hingga akhirnya terus turun menjadi henia skrotalis ireponibilis.
Gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi dari asimtomatis hingga mengancam jiwa seperti
pada hernia inkarserata dan strangulata. Pasien biasa mengeluhkan benjolan pada selangkangan
atau kemluan yang dapat mengecil atau menghilang pada waktu berbaring dan muncul pada
saat mengejan dan mengngkat beban berat. Nyeri dapat diekeluhkan setelah terjadi komplikasi,
nyeri dapat muncul pada daerah epigastrik atau paraumbilikus dikarenakan adanya nyeri
visceral yang disebabkan oleh regangan pada mesentrium sewaktu segmen usus halus masuk
ke dalam kantong hernia. Pada hernia ireponibel, terdapat gejala lain yang menyertai seperi
nyeri abdomen, mual dan muntah.5 Gejala klinis yang dikeluhkan pasien hanya timbulan
benjolan yang membesar dan tidak dapt dimasukan kembali, tanpa nyeri dan keluhan lainnya
disangkal.
Dalam mendiagnosis hernia, yang dibutuhkan adalah anamnesis sesuai manifestasi
klinis, riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, riwayat penyakit atau kondisi yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdominal.

10
Pada pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
Hal ini dapat dilakukan untuk membedakan hernia inguinais lateralis atau medialis. Pada
palpasi, biasanya akan ditemukan adanya masa yang berfluktuasi dengan batas tegas. Untuk
dapat membedakan hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat dilakukan beberapa tes
khusus, diantara tes visibel, tes oklusi, tes taktil dan tes zieman. Pada tes visibel, hernia di
reposisi terlebih dahulu, lalu pasien diminta untuk mengedan atau batuk.6
Lalu dilihat, bila hernia keluar dari arah kraniolateral ke arah kaudomedial dan
berbentuk lonjong, maka hernia bisa berasal dari hernia inguinalis lateralis. Sedangkan bila
hernia langsung mucul pada daerah media dan berbentuk bulat, maka hernia dapat berasal
dari hernia inguinalis medialis.6
Pada tes oklusi dapat dilakukan dengan cara menutup angulus inguinalis dengan ibu
jari dan pasien diminta untuk mengedan. Bila benjolan tidak keluar maka benjolan berasal
dari hernia inguinalis lateralis dan bila benjolan keluar maka bisa disimpulkan hernia bisa
berasal dari hernia inguinalis medialis.6

Gambar 5. Tes Oklusi

Untuk tes taktil yang dilakukan adalah jari menyusuri kanalis ingunalis dan pasien
diminta untuk mengedan. Bila pada benjolan terasa pada bagian ujung jari maka hernia
dapat berasal dari hernia inguinalis lateralis, sedangkan terasa disamping atau sisi jari,
hernia berasal dari hernia inguinalis medialis.6

11
Gambar 6. Tes Taktil

Pada tes zieman, jari kedua berada di anulus internus, jari ketiga berada di anulus
eksternus dan jari keempat berada di fossa ovalis (1 cm diatas ligamentum inguinal). Bila
benjolan terasa pada jari kedua maka bisa disimpulkan hernia berasal dari hernia inguinalis
lateralis, sedangkan bila terasa pada jari ketiga hernia bisa berasal dari hernia inguinalis
medialis dan bila terasa paada jadi keempat kemungkinan hernia berasal dari hernia
femoralis.6

Gambar 7. Tes Zieman

12
Pada auskultasi, peningkatan pada bising usus menandakan adanya ileus obstruktif
pada hernia inkaserata atau strangulata.6 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
bisa disimpulkan bahwa diagnosis sementara pasien ini adalah hernia skrotalis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah ultrasonografi dan CT-scan,
namun lebih berguna peeriksaan fisik secara langsung.
Pada penatalaksanaan hernia dapat dilakukan secara konservatif atau tindakan operatif.
Pada tindakan konservatif hanya dilakukan tindakan reposisi dan pemakaian penyangga
untuk mempertahankan isi hernia.6
Tindakan reposisi dapat dilakukan dengan posisi trendelenburg dan teknik bimanual
dengan cara tangan kiri memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan
mendorong isi hernia secara perlahan. Pemakaian penyangga hanya bertujuan untuk
mempertahankan hasil reposisi bukan untuk menyembuhkan hernia, sehingga bila tidak
dilakukan tindakan operatif, penggunaan penyangga dipakai secara seumur hidup.6

Gambar 8. Posisi Trendelenburg untuk Reposisi

13
Gambar 9. Penyangga Hernia Inguinalis

Tindakan operatif yang dapat dilakukan terdiri atas beberapa macam teknik, yaitu ;7
 Hernitomi : Eksisi kantong hernia
 Herniorraphy : herniotomi dan menguatkan dinding posterior kanalis inguinals
dengan jahitan
o Bassini – menjahit conjoined tendon, transversus abdominis, dan otot internal
oblique ke ligamentum inguinal
o Shouldice – four layer tissue repair, dilakukan 4 lapis jahitan
o McVay – menjahit otot transversus abdominis ke ligamentum Cooper, berlanjut
ke tulang belakang pubis sampai akhir ligamen, dan menjahit tepi otot
transversus abdominis ke saluran iliopubik
 Hernioplasty : Herniotomi dan menguatkan dinding posterior kanalis inguinalis
dengan pemasangan mesh
o Linchtenstein
o Plug and patch
 Laparoscopic
o TEP (Total Extra Peritoneal)
o TAAP (Trans Abdominal PrePeritoneal)

14
Gambar 10. Pemasangan mesh dan pembuatan kembali cincin internal inguinal

Gambar 11. Bassini

Gambar 12. McVay

15
2.2 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga dapat
menimbulkan obstruksi usus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi dan dapat
terjadi bendungan vena yang menyebabkan edema. Jepitan pada hernia semakin bertambah
dikarenakan edema. Isi hernia dapat mengalami nekrosis dan dapat menyebabkan perforasi
yang berujung pada peritonitis.1
Prognosis pada pasien hernia setelah dilakukan tindakan operatif pada umumnya baik.
Angka kekambuhan pada penyakit ini setelah dilakukan tindakan pembedahan adalah
kurang dari 3%.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010.
2. Bristol J. Distinguishing direct and indirect inguinal hernias. BMJ.
1980;280(6224):1189-1189.
3. Rawis, claudia G; Limpeleh, hilman P; Wowiling , Paul A.V. Pola Hernia inguinalis
Lateralis di RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado Periode Agustus 2012- Juli 2014.
Jurnal E-Clinic.
4. Ponka J. Hernias of the abdominal wall. Philadelphia: Saunders; 1980.
5. Shehata S, Shehata S, Wella H, Abouheba M, Elrouby A. Pediatric inguinal hernias,
are they all the same? A proposed pediatric hernia classification and tailored treatment.
Hernia. 2018;22(6):941-946.
6. Hudson R. Inguinal or Scrotal Hernia. The Veterinary Journal (1900). 1937;93(4):143-
144.
7. Rutkow I. Hernia repair. Philadelphia: W.B. Saunders Co.; 2003.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • AMENORE
    AMENORE
    Dokumen16 halaman
    AMENORE
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Referat Diet DM
    Referat Diet DM
    Dokumen50 halaman
    Referat Diet DM
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Lapkas 3
    Lapkas 3
    Dokumen46 halaman
    Lapkas 3
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Alexsandro I. S. Lao - Lapkas OA - Radiologi
    Alexsandro I. S. Lao - Lapkas OA - Radiologi
    Dokumen11 halaman
    Alexsandro I. S. Lao - Lapkas OA - Radiologi
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Histology Neurobehaviour
    Ringkasan Histology Neurobehaviour
    Dokumen9 halaman
    Ringkasan Histology Neurobehaviour
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Pigmentary Glaukoma
    Pigmentary Glaukoma
    Dokumen13 halaman
    Pigmentary Glaukoma
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • FOTO BNO - Yoke
    FOTO BNO - Yoke
    Dokumen1 halaman
    FOTO BNO - Yoke
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • AMENORE
    AMENORE
    Dokumen16 halaman
    AMENORE
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Referat THT
    Referat THT
    Dokumen25 halaman
    Referat THT
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS Dr. Septi
    LAPORAN KASUS Dr. Septi
    Dokumen14 halaman
    LAPORAN KASUS Dr. Septi
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • DR Rusli
    DR Rusli
    Dokumen2 halaman
    DR Rusli
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Prosedur Lumbal Punksi
    Prosedur Lumbal Punksi
    Dokumen1 halaman
    Prosedur Lumbal Punksi
    Putri Cindy Claudia Pandoyo
    Belum ada peringkat
  • Asdasdsad
    Asdasdsad
    Dokumen51 halaman
    Asdasdsad
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 3 CE3 Migraine
    Laporan Kasus 3 CE3 Migraine
    Dokumen6 halaman
    Laporan Kasus 3 CE3 Migraine
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • TRAUMA TRACT URINARIUS
    TRAUMA TRACT URINARIUS
    Dokumen17 halaman
    TRAUMA TRACT URINARIUS
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Referat THT Nom
    Referat THT Nom
    Dokumen10 halaman
    Referat THT Nom
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Bedah Saraf PDF
    Bedah Saraf PDF
    Dokumen8 halaman
    Bedah Saraf PDF
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Prosedur Lumbal Punksi
    Prosedur Lumbal Punksi
    Dokumen2 halaman
    Prosedur Lumbal Punksi
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • CE Angkatan 2013
    CE Angkatan 2013
    Dokumen12 halaman
    CE Angkatan 2013
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • CE Angkatan 2013
    CE Angkatan 2013
    Dokumen12 halaman
    CE Angkatan 2013
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Pigmentary Glaukoma
    Pigmentary Glaukoma
    Dokumen13 halaman
    Pigmentary Glaukoma
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Bedah Saraf PDF
    Bedah Saraf PDF
    Dokumen8 halaman
    Bedah Saraf PDF
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • MoCA-Ina Mmse Terbaru
    MoCA-Ina Mmse Terbaru
    Dokumen6 halaman
    MoCA-Ina Mmse Terbaru
    Gusnella Iswardhani
    100% (1)
  • CE Angkatan 2013
    CE Angkatan 2013
    Dokumen1 halaman
    CE Angkatan 2013
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • S.O.P Memori Klinik
    S.O.P Memori Klinik
    Dokumen10 halaman
    S.O.P Memori Klinik
    arunsamarinda
    Belum ada peringkat
  • NPSLE
    NPSLE
    Dokumen5 halaman
    NPSLE
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Pigmentary Glaukoma
    Pigmentary Glaukoma
    Dokumen13 halaman
    Pigmentary Glaukoma
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen38 halaman
    Document
    Yanny Labok
    Belum ada peringkat
  • MILLER FISHER
    MILLER FISHER
    Dokumen21 halaman
    MILLER FISHER
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • DAKRIOADENITIS
    DAKRIOADENITIS
    Dokumen17 halaman
    DAKRIOADENITIS
    Rheisarando Samuel Hutomo Pasaribu
    Belum ada peringkat