KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
HERNIA SKROTALIS DEXTRA
Disusun Oleh:
Rheisarando SHP - 01073170178
Pembimbing:
dr. Henry Lili S, SpB
1
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : MN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 63 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Pondok Labu, Jakarta Selatan
No. Rekam Medis : 18-27-57-xx
Masuk Rumah Sakit : 26 November 2018 pukul.14.00
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanmnesis dan aloanamnesis dengan keluarga pasien (istri)
pada 27 November 2018 di bangsal bougenvile RSMC.
2
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal riwayat hipertensi, diabetes, batuk jangka panjang.
3
NO REGIO ORGAN KETERANGAN
1 Kepala Tengkorak Normocephali
Rambut berwarna hitam, terdistribusi merata, tidak
mudah tercabut
Mata Pupil isokor 3/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Telinga Tidak berdenging
Tidak ada nyeri tekan tragus/mastoid
Tidak ada penurunan pendengaran
Hidung Tidak ada deviasi septum
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Tidak ada bekas luka trauma
Mulut Mukosa bibir merah muda, sedikit kering
Tidak ada ulkus oral
Lidah Tidak ada plak putih (jamur)
Tidak ada bekas luka
4 Abdomen Inspeksi Bentuk datar, bekas luka operasi (-), trauma (-)
Auskultasi Bising usus normal 8X/menit
Perkusi Timpani pada 9 regio abdomen
Palpasi Supel pada 9 regio abdomen
Tidak ada nyeri tekan
Tidak teraba massa
4
5 Ekstrimitas Atas Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema -/-
Parese -/-
Bawah Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema -/-
Parese -/-
Inspeksi : Tampak massa berbentuk bulat lonjong pada skrotum dextra, hiperemis (-),
bekas luka (-), tidak mengecil saat pasien berbaring.
Palpasi : Teraba massa pada skrotum dextra keluar dari arah kraniolateral ke arah
kaudomedial, konsstensi kenyal, tidak dapat dimasukan kembali.
5
1.4 Pemeriksaan Penunjang
1.4.1 Laboratorium
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium - 26/11/2018
1.5 Resume
Pasien laki-laki berusia 63 tahun datang ke poliklinik bedah umum dengan keluhan
benjolan pada perut kanan bawah sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan
hilang timbul namun 6 bulan belakangan ini selalu ada. Benjolan tidak terasa nyeri, pada
awalnya kecil sebesar ibu jari, dapat di dorong masuk dengan jadi apabila keluar, benjolan
sering muncul dengan sendirinya. Menurut pasien, benjolan dapat muncul pada saat berdiri
dan mengedan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan benjolan membesar dan turun ke
skrotum dextra, tidak dapat dimasukan kembali dan tidak terasa nyeri. Hasil pemeriksaan
penunjang berupa laboratorium darah dan EKG menunjukan batas normal
1.6 Diagnosis
1.6.1 Diagnosis Kerja
Hernia skrotalis dextra
6
1.7 Tatalaksana
1.7.1 Pre Operatif
Konsultasi spesialis anestesi
Konsultasi spesialis jantung
o Pemeriksaan EKG
Edukasi dan informed consent :
o Hernia
o Rencana dan tatalaksana hernioraphy
o Instruksi puasa 6 jam sebelum dilakukan operasi
IVFD RL 24 tpm
Injeksi antibiotik profilaksis – ceftriaxone 1 gr
Pro operatif hernioplasty
1.7.2 Hernioplasty
1.8 Prognosis
1.8.1 Quo ad vitam : bonam
1.8.2 Quo ad fungsionam : bonam
1.8.3 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7
BAB II
ANALISA KASUS
2.1 Hernia
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat (akuisata). Lubang tersebut dapat timbul karena lubang embrional yang tidak
menutup atau melebar serta akibat tekanan rongga perut yang meningkat. Hernia terdiri
dari 3 bagian yaitu kantong, cincin, dan isi hernia.2 Pada pasien ini benjolan terdapat pada
perut kanan bawah dan turun hingga skrotum, sehingga diagnosis sementara adalah hernia
inguinalis yang berubah menjadi hernia skrotalis .
8
Secara etiologi hernia merupakan penyakit multifaktorial. Ada beberapa faktor resiko
yang berperan antara lain batuk, obesitas, konstipasi, kehamilan, riwayat hernia pada
keluarga, manuver valsava, asites, kelainan jaringan ikat kongenital, riwayat insisi
abdomen kuadran kanan bawah, aneurisma arteri, merokok, mengangkat beban berat,
aktivitas fisik berlebih, serta lebih sering dialami oleh laki-laki. Pada pasien ditemukan
faktor resiko berupa laki-laki, usia tua, merokok, dan rutinitas mengangkat beban berat
berupa mengangkut sampah.
Klasifikasi hernia abdominalis dapat dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu, pada area
groin terdapat hernia ingunalis lateral (indirek), medial (direk), dan femoralis, area anterior
terdapat hernia umbilikal, epigastrik, dan spigelian, area pelvis terdapat hernia obturator,
sciatic, dan perineal, dan area posterior terdapat hernia lumbar. Sebesar 75% hernia
abdominalis terjadi di inguinal dengan perbandingan lateral dan medial adalah 2:1.
9
Hernia inguinal dapat masuk ke dalam canalis inguinalis dan bila hernia panjang akan
masuk ke dalam skrotum sehingga dapat disebut hernia skrotalis. Pada kasus ini hernia
telah masuk ke dalam skrotum dextra.
Berdasarkan sifatnya, hernia dapat dibedakan menjadi ;
Reponibilis : isi hernia dapat keluar-masuk
Ireponibilis : isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga asalnya
Inkarserata : isi hernia terjepit cincin hernia dan tidak dapat dikembalikan ke
rongga asalnya, sehingga terjadi gangguan pasase usus
Strangulata : isi hernia terjepit cincin hernia, tidak dapat dikembalikan ke rongga
asalnya, terjadi gangguan vaskularisasi, nyeri hebat
Hernia inguinalis lateral (indirek) adalah hernia yang melalui anulus (cincin) inguinalis
interna yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menelusuri kanalis inguinalis,
dan keluar di anulus eksternal di atas krista pubis dengan diselubungi kantong korda. Pada
pasien ini hernia berawal dari hernia inguinalis lateral reponibilis 2 tahun lalu, membesar dan
menjadi ireponibilis, hingga akhirnya terus turun menjadi henia skrotalis ireponibilis.
Gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi dari asimtomatis hingga mengancam jiwa seperti
pada hernia inkarserata dan strangulata. Pasien biasa mengeluhkan benjolan pada selangkangan
atau kemluan yang dapat mengecil atau menghilang pada waktu berbaring dan muncul pada
saat mengejan dan mengngkat beban berat. Nyeri dapat diekeluhkan setelah terjadi komplikasi,
nyeri dapat muncul pada daerah epigastrik atau paraumbilikus dikarenakan adanya nyeri
visceral yang disebabkan oleh regangan pada mesentrium sewaktu segmen usus halus masuk
ke dalam kantong hernia. Pada hernia ireponibel, terdapat gejala lain yang menyertai seperi
nyeri abdomen, mual dan muntah.5 Gejala klinis yang dikeluhkan pasien hanya timbulan
benjolan yang membesar dan tidak dapt dimasukan kembali, tanpa nyeri dan keluhan lainnya
disangkal.
Dalam mendiagnosis hernia, yang dibutuhkan adalah anamnesis sesuai manifestasi
klinis, riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, riwayat penyakit atau kondisi yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdominal.
10
Pada pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
Hal ini dapat dilakukan untuk membedakan hernia inguinais lateralis atau medialis. Pada
palpasi, biasanya akan ditemukan adanya masa yang berfluktuasi dengan batas tegas. Untuk
dapat membedakan hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat dilakukan beberapa tes
khusus, diantara tes visibel, tes oklusi, tes taktil dan tes zieman. Pada tes visibel, hernia di
reposisi terlebih dahulu, lalu pasien diminta untuk mengedan atau batuk.6
Lalu dilihat, bila hernia keluar dari arah kraniolateral ke arah kaudomedial dan
berbentuk lonjong, maka hernia bisa berasal dari hernia inguinalis lateralis. Sedangkan bila
hernia langsung mucul pada daerah media dan berbentuk bulat, maka hernia dapat berasal
dari hernia inguinalis medialis.6
Pada tes oklusi dapat dilakukan dengan cara menutup angulus inguinalis dengan ibu
jari dan pasien diminta untuk mengedan. Bila benjolan tidak keluar maka benjolan berasal
dari hernia inguinalis lateralis dan bila benjolan keluar maka bisa disimpulkan hernia bisa
berasal dari hernia inguinalis medialis.6
Untuk tes taktil yang dilakukan adalah jari menyusuri kanalis ingunalis dan pasien
diminta untuk mengedan. Bila pada benjolan terasa pada bagian ujung jari maka hernia
dapat berasal dari hernia inguinalis lateralis, sedangkan terasa disamping atau sisi jari,
hernia berasal dari hernia inguinalis medialis.6
11
Gambar 6. Tes Taktil
Pada tes zieman, jari kedua berada di anulus internus, jari ketiga berada di anulus
eksternus dan jari keempat berada di fossa ovalis (1 cm diatas ligamentum inguinal). Bila
benjolan terasa pada jari kedua maka bisa disimpulkan hernia berasal dari hernia inguinalis
lateralis, sedangkan bila terasa pada jari ketiga hernia bisa berasal dari hernia inguinalis
medialis dan bila terasa paada jadi keempat kemungkinan hernia berasal dari hernia
femoralis.6
12
Pada auskultasi, peningkatan pada bising usus menandakan adanya ileus obstruktif
pada hernia inkaserata atau strangulata.6 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
bisa disimpulkan bahwa diagnosis sementara pasien ini adalah hernia skrotalis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah ultrasonografi dan CT-scan,
namun lebih berguna peeriksaan fisik secara langsung.
Pada penatalaksanaan hernia dapat dilakukan secara konservatif atau tindakan operatif.
Pada tindakan konservatif hanya dilakukan tindakan reposisi dan pemakaian penyangga
untuk mempertahankan isi hernia.6
Tindakan reposisi dapat dilakukan dengan posisi trendelenburg dan teknik bimanual
dengan cara tangan kiri memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan
mendorong isi hernia secara perlahan. Pemakaian penyangga hanya bertujuan untuk
mempertahankan hasil reposisi bukan untuk menyembuhkan hernia, sehingga bila tidak
dilakukan tindakan operatif, penggunaan penyangga dipakai secara seumur hidup.6
13
Gambar 9. Penyangga Hernia Inguinalis
Tindakan operatif yang dapat dilakukan terdiri atas beberapa macam teknik, yaitu ;7
Hernitomi : Eksisi kantong hernia
Herniorraphy : herniotomi dan menguatkan dinding posterior kanalis inguinals
dengan jahitan
o Bassini – menjahit conjoined tendon, transversus abdominis, dan otot internal
oblique ke ligamentum inguinal
o Shouldice – four layer tissue repair, dilakukan 4 lapis jahitan
o McVay – menjahit otot transversus abdominis ke ligamentum Cooper, berlanjut
ke tulang belakang pubis sampai akhir ligamen, dan menjahit tepi otot
transversus abdominis ke saluran iliopubik
Hernioplasty : Herniotomi dan menguatkan dinding posterior kanalis inguinalis
dengan pemasangan mesh
o Linchtenstein
o Plug and patch
Laparoscopic
o TEP (Total Extra Peritoneal)
o TAAP (Trans Abdominal PrePeritoneal)
14
Gambar 10. Pemasangan mesh dan pembuatan kembali cincin internal inguinal
15
2.2 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga dapat
menimbulkan obstruksi usus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi dan dapat
terjadi bendungan vena yang menyebabkan edema. Jepitan pada hernia semakin bertambah
dikarenakan edema. Isi hernia dapat mengalami nekrosis dan dapat menyebabkan perforasi
yang berujung pada peritonitis.1
Prognosis pada pasien hernia setelah dilakukan tindakan operatif pada umumnya baik.
Angka kekambuhan pada penyakit ini setelah dilakukan tindakan pembedahan adalah
kurang dari 3%.1
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010.
2. Bristol J. Distinguishing direct and indirect inguinal hernias. BMJ.
1980;280(6224):1189-1189.
3. Rawis, claudia G; Limpeleh, hilman P; Wowiling , Paul A.V. Pola Hernia inguinalis
Lateralis di RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado Periode Agustus 2012- Juli 2014.
Jurnal E-Clinic.
4. Ponka J. Hernias of the abdominal wall. Philadelphia: Saunders; 1980.
5. Shehata S, Shehata S, Wella H, Abouheba M, Elrouby A. Pediatric inguinal hernias,
are they all the same? A proposed pediatric hernia classification and tailored treatment.
Hernia. 2018;22(6):941-946.
6. Hudson R. Inguinal or Scrotal Hernia. The Veterinary Journal (1900). 1937;93(4):143-
144.
7. Rutkow I. Hernia repair. Philadelphia: W.B. Saunders Co.; 2003.
17