Anda di halaman 1dari 31

Case Report Session

Hari/ tanggal: Sabtu / 17 Desember 2016

NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi

Nama Dokter Muda : Teda Faadhila P 1985 A


Muhammad Bintang Ilhami P 1984 A
Nama Perseptor : dr. Shinta Brisma, Sp. KJ

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 SKIZOAFEKTIF
3.1.1 Definisi

Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki


gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki
gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu tipe
manik dan tipe depresif. Skizofrenia adalah gangguan otak yang mendistorsi cara
seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan realitas, dan
berhubungan dengan orang lain. Depresi adalah penyakit yang ditandai dengan
perasaan sedih, tidak berharga, atau putus asa, serta masalah berkonsentrasi dan
mengingat detail. 1

3.1.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%,
berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan
perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua
dibanding anak muda. Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia
awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.
Laki-laki engan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku
antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. 2
3.1.3 Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu
banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif
mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi mengenai
gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab
gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual
telah diajukan, yaitu:

1
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau
suatu tipe gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan afektif
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun
gangguan afektif
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan yang pertama.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan


tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobtanan
jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang.2
3.1.5 Manifestasi Klinis.
Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Skizofrenia
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa (PPDGJ-III):3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

2
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan


pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap


perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara


berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:

3
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.6

Depresi
 Nafsu makan yang berkurang
 Pengurangan berat badan
 Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )
 Agitasi
 Merasa tidak ada semangat
 Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari
 Merasa tidak ada harapan

4
 Selalu merasa bersalah
 Tidak dapat berkonsentrasi
 Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri

3.1.6 Diagnosis
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik
skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik
untuk gangguan skizoafektif (Tabel 3) mencerminkan perubahan yang telah
terjadi di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.
Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)5
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik
episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang
memenuhi kriteria A untuk skizofrenia
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya
2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari
lama total periode aktif dan residual dari penyakit
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: Jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresi berat)
Tipe depresif: Jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat
Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorders.Ed. 4.Hak cipta American
Psychiatric Association. Washington. 1994

Tabel 4. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-


III6
 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif dama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai

5
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik atau depresif.
 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbedah.
 Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
 Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain
mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33)

3.1.7 Diagnosis Banding


Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis
lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi
yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu
dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin
dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis
secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood
yang bersama-sama.1 Selain itu, apabila pasien menunjukkan gejala klinis lain
seperti aktivitas motorik katatonia yang khas, dapat pula didiagnosis banding
dengan skizofrenia katatonik. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis
perlu didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk
menyingkirkan kelainan anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan
setiap gangguan yang mungkin.1,4
3.1.8 Terapi
Farmakoterapi
Beberapa obat dapat diberikan pada pasien skizoafektif tipe depresi diantaranya:
1. Antipsikotik
Antipsikotik dapat diberikan utuk meringankan dan menghilangkan gejala
psikotik pada pasien baik gejala positif dan gejala negatif. Obat
antipsikotik yang diberikan berupa obat antipsikotik golongan atipikal
maupun tipikal.
2. Antidepresan

6
Antidepresan diberikan pada pasien skizoafektif tipe depresif, tetapi harus
dengan perhatian yang ketat karena dapat terjadi pergeseran gejala dari
episode depresif menjadi episode manik pada pemberian antidepresan.
Antidepresan lini pertama yang diberikan adalah golongan SSRI, karena
selain cukup efektif, obat ini juga memiliki sedikit efek samping pada
sistem kardiovaskular. Pasien skizoafektif dengan gejala agitasi atau
insomnia lebih berespon dengan obat golongan trisiklik.

Psikoterapi
Pada pasien skizoafektif selain menggunakan farmakoterapi, pengobatan juga
dapat dilakukan dengan psikoterapi kepada pasien maupun keluarga pasien.
1. Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan
yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang
semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan
segera mendapatkan pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk
menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
2. Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala
dan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya,
diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan mencegah
kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin

7
timbul pada pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien
kontrol dan minum obat secara teratur.

8
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama (inisial) : Ny. R


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat & tanggal lahir / Umur : 2 Februari 1951 / 67 tahun
Status perkawinan : Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minangkabau
Negeri Asal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jalan Tunggang, Pasar Ambacang,
Kataping

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah


ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 8 Agustus 2018
2. Alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 8 Agustus 2018

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain

2. Sebab Utama
Emosi pasien tidak stabil dan mengeluhkan sering lupa sehingga beberapa
kegiatan sehari-hari terganggu.

9
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien mengeluhkan dirinya sering lupa, terutama hal-hal yang baru-baru
terjadi. Pasien juga sering menangis karena tersinggung oleh perlakuan
keluarga (adik pasien).

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien mulai mengeluhkan banyak lupa sejak 5 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Selain lupa, pasien juga mengeluhkan sering bingung dan sulit
menangkap hal baru maupun perkataan orang lain. Karena sakitnya, kedai yang
selama ini dikelola pasien ditutup dan pasien tidak ada bekerja lagi. Selain itu,
pasien juga tidak lagi dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti memasak
dan membersihkan rumah. Pasien juga mengeluhkan bahwa ia sempat
melupakan bacaan dan gerakan sembahyang. Namun, pasien masih dapat
membersihkan dan merawat diri (mandi, dan lain-lain). Sebelum berobat,
pasien juga sempat merasakan sulit tidur dan nafsu makan berkurang.
Semenjak awal sakit, pasien menjadi sering menangis dan emosinya tidak
stabil, yaitu pasien sering marah-marah dan mudah tersinggung. Terkadang
pasien marah sambil berteriak-teriak dan berkata kasar, sampai mengusir
suaminya.
Setelah berobat yang pertama, kira-kira 1 bulan yang lalu, pasien sudah
mengalami perubahan berupa berkurangnya keluhan lupa; pasien kembali
dapat menjalankan kegiatan ibadah dengan lancar, tidur dan nafsu makan
pasien juga kembali membaik.
Hingga kini, emosi pasien masih belum stabil.
Pasien menjalani pengobatan yang kedua ke poli RSJ Prof. H.B. Saanin Padang
pada tanggal 8 Agustus 2018.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Keluhan pertama dimulai sekitar 5 bulan sebelum berobat ke rumah sakit,
tidak jelas pencetusnya. Sudah berobat ke poli pertama kali sekitar 1 bulan
yang lalu. Setelah berobat pasien mengalami perbaikan.
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak merokok dan tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi,
teh, maupun minuman berenergi. Pasien juga tidak memiliki riwayat
mengonsumsi alkohol maupun penyalahgunaan obat-obatan.

5. Riwayat keluarga

10
a) Identitas orang tua/ penganti

IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan


Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan Tamat SD Tamat SD
Pekerjaan Pedagang IRT

Umur (Alm.) (Almh.)


Alamat

Hubungan pasien* Akrab Akrab


Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain :- :-
`Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku orang tua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ),
Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).

Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )


Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( ),
Penj udi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ),
Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).

c) Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke-5

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr ( 36 tahun) 2. Lk/ Pr ( 33 tahun) 3. Lk/ Pr (meninggal)
4. Lk/ Pr ( 27 tahun) 5. Lk/Pr (25 tahun)

11
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*

Saudara Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan


ke dengan saudara (akrab/
biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Akrab
2 Biasa, suka bergaul Akrab
3 Biasa, suka bergaul Akrab
4. Biasa, suka bergaul Akrab

Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas
tingkah laku hubungan (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)

Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :

Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit


keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara 1 - - -
2 - - -
3 - - -
Nenek - - -
Kakek - - -
Dan lain- - - -
lain

Skema Pedegree

12
Keterangan : : Pria : Pasien

: Wanita : Meninggal

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal Tenang Cocok Nyaman Tidak
nyaman
1. Rumah orang tua Tenang Cocok Nyaman
i) Dan lain-lain

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.


- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
 Kesehatan Fisik : Baik
 Kesehatan Mental : Baik
- Keadaan melahirkan :
 Aterm ( ), partus spontan ( ), partus tindakan ( ) sebutkan
jenis tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan ( )
 Jenis kelamin anak sesuai harapan ( )

b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak


 Pertumbuhan Fisik :
 Minum ASI :
 Usia mulai bicara :
 Usia mulai jalan :
 Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ),
gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas

13
terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan
lain-lain.....

c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada


masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di
tempat tidur (- ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ),
masturbasi (- ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.

d) Toilet training
Umur :
Sikap orang tua:
Perasaan anak untuk toilet training ini:

e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ),


kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain.

f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ),


menarik diri ( - ), kurang suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ), dan
lain-lain.

g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur - - -
Prestasi* Sedang Sedang Sedang

Aktifitas Sekolah* Kurang Kurang Kurang

Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik

Sikap Terhadap Guru Kurang Kurang Kurang

Kemampuan Khusus (Bakat)


Tingkah Laku

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),


kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa
(-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),
gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu

14
** ( ) diisi (+) atau (-)

i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai berkerja 19 tahun, kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja ( -
), pekerjaan yang pernah dilakukan Pedagang
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: baik (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga


 Mimpi basah (sudah/ belum), usia berapa.... tahun, persepsi......
 Awal pengetahuan tentang seks …. tahun, sikap orang tua…
 Hubungan seks sebelum menikah (-)
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)
 Keterangan pribadi istri
Nama :
Umur :
Suku :
Kebangsaan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status sosial/ ekonomi:menengah*

 Perkawinan didahului dengan pacaran (-), kawin terpaksa (-),


kawin paksa (-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin
lari (-), sekarang ini perkawinan yang ke -. Kepuasaan dalam
hubungan suami istri: sering, sesekali, tidak pernah (ai) *, Kelainan
hubungan seksual (-) ai (bila ada jelaskan di halaman kiri).
 Kehidupan rumah tangga: rukun (-), masalah rumah tangga ()
Pasien sangat dimanja oleh orang tuanya.
 Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran
dan pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-).
 Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (-), istri saja (-) suami
saja (-), selain orang tua sebutkan
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.

15
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi

l) Perihal anak-anak pasien meliputi:


N Sex Umur Pendidikan Sikap&peril Kesehatan Sikap pada anak
o akui
Fisik Mental

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis


Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun(-),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( -
),cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( -), keterbatasan kehidupan
afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur ( - ),
pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat (- ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan
( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-

16
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (-
), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang
membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas
( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian
( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan
dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya ()

6. Stresor psikososial (axis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ),
kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian
pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan
anak ( - ), persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ),
masalah dengan teman dekat ( + ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ),
mulai pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ),
persiapan masuk pensiun ( - ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah
di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( -
), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan

17
( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang (
- ), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan
hukum ( -), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki
usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus (
- ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik
atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh
pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ),
campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( -
), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap
atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ),
kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa
( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan (
- ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.

7. Pernah suicide ( + ), kemungkinan sebab suicide masalah dengan pacar

8. Riwayat pelanggaran hukum


Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam, pendidikan terakhir tamat SMK.

12. Persepsi Dan Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali

13. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien menyatakan ingin sembuh dan beraktivitas seperti biasa.

Ket: ( ) diisi (+) atau (-)

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Tahun 2016
Usia 25 tahun

18
Pasien mengamuk dan
mencoba bunuh diri.

III. STATUS INTERNUS


 Keadaan Umum : sakit sedang
 Kesadaran : CMC
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 72x/menit
 Nafas : 18x/menit
 Suhu : 36,7 C
 Tinggi Badan : 165 cm
 Berat Badan : 60 kg
 Status Gizi : Normoweight
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : Tidak ditemukan

IV. STATUS NEUROLOGIKUS


GCS : E4M5V6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
 Tremor tangan : tidak ada
 Akatisia : tidak ada
 Bradikinesia : tidak ada
 Cara berjalan : tidak ada
 Keseimbangan : tidak ada
 Rigiditas : tidak ada
 Kekuatan motorik : tidak ada
 Sensorik : tidak ada
 Refleks :-

V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum

19
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( ), stupor
( ), kesadaran berkabut ( ), konfusi ( ), koma ( ), delirium ( ),
kesadaran berubah ( ), dan lain-lain…..

2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( ), aneh ( ), sikap tegang ( ), kaku ( ),
gelisah ( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
 Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( ), tak menentu ( ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
 Kesehatan fisik :sehat ( + ), pucat ( ), lemas ( ), apatis ( ), telapak
tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).

3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( + ), lama ( - ).

4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda (
- ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( -
), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil (- ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.

5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor


 Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
 Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik (
- ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( -
), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme
( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( -
), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ),
chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia
( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).

Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara


 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak

20
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Isi pembicaraan* : sesuai / tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).

C. Emosi
 Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(lambat).

1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).

2. Mood
mood eutimik ( ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( + ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ), aleksitimia
( - ), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle
indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).

3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( + ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol
impuls ( - ).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( -
), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu,


( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat /lambat)

21
 Mutu proses pikir (jelas/tajam)

1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran


Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( + ), pikiran autistik (
- ), dereisme ( - ), berpikir magis ( + ), proses berpikir primer ( - ).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas (
- ), inkohenrensia ( + ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi (
- ), derailment ( - ), flight of ideas ( + ), clang association ( - ), blocking (
- ), glossolalia ( - ).

3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran


 Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (- )
 Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan
dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham
nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham
persekutorik ( - ), waham kebesaran ( - ), waham referensi ( + ), thought
of withdrawal ( - ), thought of broadcasting ( - ), thought of insertion ( -
), thought of control ( - ), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ),
waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia
fantastika ( - ), waham agama ( - ).
 Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia (
- ), fobia ( - )Ulat noesis ( - ), unio mystica ( - ).

E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual ( + ), halusinasi olfaktorik (
- ), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( -
), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination) (+), trailing phenomenon (
- ).
 Ilusi ( - )
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )

22
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)


G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( - ).
Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).

H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement :
 Judgment tes :tidak terganggu
 Judgment sosial :tidak terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya


 Rutin
Darah rutin
 Anjuran
Tes urin

VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya


(tulisan dan gambar di halaman belakang)

23
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Tn. A berusia 25 tahun, agama Islam, suku
Minang dan belum menikah. Pasien dirawat di bangsal Gelatik RSJ HB
Saanin Padang pada tanggal 13 Desember 2016 diantar oleh keluarga
dengan keluhan mencoba bunuh diri satu hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien sering melamun,menyendiri, murung serta mendengar bisikan yang
menyuruh pasien meminta maaf kepada semua orang. Selain itu pasien
juga terlihat berbicara sendiri namun pasien merasa berbicara dengan
seseorang yang ia panggil “uda”
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien laki-laki dengan
usia sesuai, perilaki tenang selama wawancara, sikap kooperatif terhadap
pemeriksa. Pembicaraan jelas dan spontan, mood hipotim, afek
appropriate,ditemukan adanya halusinasi visual, halusinasi auditorik,
halusinasi perintah dan waham referensi. Orientasi tidak terganggu dan tes
realitas tidak terganngu. Dari pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kelainan.

IX. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresi


Aksis II : Belum ada diagnosa
Aksis III : Belum ada diagnosa
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain
AksisV : GAF 20-11

X. Diagnosis Banding Axis I


- F15.5 Gangguan psikotik akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein
- F20.5 Skizofrenia Paranoid
XI. Daftar Masalah
 Organobiologik
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau riwayat kejang
sebelumnya.
 Psikologis
-
 Lingkungan dan psikososial
Pasien bertengkar dengan pacarnya.

24
XII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
 Risperidon 2 x 2 mg
 Lorazepam 1 x 2 mg
 Fluoxetin 1 x 20 mg

B. Non Farmakoterapi
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
 Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic
kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya.
 Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
 Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,
hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit
yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
 Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek
samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu,

25
juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat
secara teratur.

XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : dubia et bonam
Quo et sanctionam : dubia et malam

XIV. DISKUSI/ ANALISIS KASUS


Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana
ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan skizoafektif tipe depresi
sesuai dengan pedoman diagnostic berdasarkan PPDGJ III. Pada pasien saat ini
ditemukan gejala skizofrenia berupa halusinasi visual, halusinasi auditorik,
halusinasi perintah dan waham referensi. Pada pasien ini juga ditemukan gejala
depresi yaitu mudah meangis apabila teringat orang tua, sering melamun, murung,
menyendiri dan tidak mau makan. Gejala skizofrenia dan gejala depresi muncul
pada waktu yang bersamaan yaitu sekitar satu bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pada pasien diberikan, Risperidone 2 x 2 mg, lorazepam 1 x 2 mg dan
fkuoxetin 1 x 2 mg. Risperidoen merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua
dan juga merupakan mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan ; 1.
menghambat reseptor dopamin 2, mengurangi gejala positif psikosis dan
stabilisasi gejala afektif; 2. menghambat reseptor serotonin 2A, menyebabkan
peningkatan pelapasan dopamin di regio sentral otak sehingga mengurangi efek
samping motorik dan meningkatkan kognotif dan gejala afektif. Dosis yang biasa
diberikan 2-8 mg/hari. Lorazepam merupakan golongan benzodiazepin.
Lorazepam bekerja dengan; 1. berikatan dengan reseptor benzodiazepin pada
ligan GABA-A yng merupakan gerbang kompleks saluran klorida; 2.
meningkatkan efek inhibitor GABA;3. menghambat aktivitas neuronal di
amigdala yang bermanfaat untuk gangguan anxietas. Dosis yang biasa diberikan
adalah 2-6 mg/hari. Fluoxetine bekerja dengan meningkatkan neurotransmitter
serotonin menghambat pompa reuptake serotonin, desensitisasi resptor serotonin,
dan meningkatkan neurotransmisi serotonergik. Dosis yang biasa digunakan
adalah 20-80 mg untuk gangguan depresi dan anxietas. Untuk depresi inisial
dosisnya adalah 20 mg/hari di pagi hari.

26
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada
pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan
untuk memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan,
dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan
terhadap kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun
tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan
dilindungi.

Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri


AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 30 Desember 2016
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
- Assalamualaikum - Waalaikumsalam
Alvin, perkenalkan - Boleh kak Kooperatif
saya dokter muda
Teda dan ini teman
saya dokter muda
Bintang. Kami mau
memeriksa Alvin
sebentar, boleh?
- Siapa nama lengkap - Alvin Gunawan
Alvin?
- Bagaimana kabar - Takut kak.
Alvin hari ini?
- Apa yang Alvin - Takut aja melihat
takutkan? orang ramai-ramai
kak?
- Apakah Alvin merasa - Iya, kak. Waham referensi
bahwa orang-orang
tersebut
membicarakan
Alvin?
- Apa yang terjadi - Ngga ada kak
sebelum Alvin
dibawa kesini?
- Terus kenapa Alvin - Alvin nusuk-nusuk Ide untuk suicide
dibawa kesini? tangan pakai pena
kak
- Alvin mau bunuh - Iya kak. Ada orang
diri? Kenapa? yang tahu isi hati
alvin. Dia bisa
membaca isi hati
alvin.

27
- Kenapa bunuh diri - Ada jin di dalam
gara-gara itu? tubuh alvin ini kak.
- Oh ya? Dari mana - Terasa sama Alvin - Berpikir magis
alvin tahu kalau ada kak. Dia bisa masuk - Inkoherensia
jin di dalam tubuh ke tubuh Alvin.
Alvin? Tidak - Iya kak. Jin itu yang
mungkin itu. sakit kak, bukan
Alvin.
- Apa yang pernah - Oh, ada kak, Alvin - Halusinasi visual
Alvin rasa? pernah lihat
Pernahkah melihat bayangan-bayangan
bayangan-bayangan? di malam hari.
- Sejak kapan Alvin - Sekitar 1 bulan yang
sering melihat lalu kak.
bayangan putih itu?
- Apakah Alvin pernah - Kalau suara ada kak, -Halusinasi
mendengar suara- suara itu langsung auditorik
suara atau merasa masuk ke dalam hati
diraba-raba padahal kak. Suara orang
Alvin sedang sendiri? yang membaca isi
hati Alvin kak.
- Apa yang dia - Dia bilang kalau dia
katakan? tahu isi hati Alvin
kak.
- Apa yang kemudian - Alvin takut kak.
Alvin rasakan? Ap
tanggapan Alvin
terhadap suara
tersebut?
- Selain takut apa yang - Ada kak kalau ingat
Alvin rasakan? orang tua
Pernah kah merasa
bersedih?
- Sedihnya seperti apa? - Iya kak, sampai -mood hipotim
Sampai menangis menangis
kah?
- Sering menyendiri - Iya kak, Alvin takut
tidak? di sama orang ramai.
- Malas keluar rumah - Iya kak -depresi
kah?
- Sejak kapan itu - Satu bulan yang lalu
berlangsung? kak.
- Apakah bersamaan - Iya kak - Skizoafektif
dengan melihat
bayangan?
- Alvin tidurnya - Dulu Alvin ngga bisa
nyenyakkah? tidur kak, sekarang
sudah bisa.

28
- Pernah masuk rumah - Belum kak, tapi
sakit sebelumnya? kontrol ke poli sejak
20 hari yang lalu.
- Kenapa Alvin - Ya karena dimasuki
berobat ke poli? jin itu kak. Alvin
mau nya berobat
kampung kak.
Masalah seperti ini
tidak bisa dengan
medis.
- Setelah itu masih - Ada kak, tapi - putus obat
berobat? Pernah minumnya tidak
putus obat? teratur.
- Alvin pernah ada - Ngga kak.
masalah di keluarga?
- Kalau masalah di - Ngga ada kak.
tempat kerja?
- Alvin tahu sekarang - Di RSJ padang kak - Orientasi tempat
dimana? baik
- Alvin tahu kalau diri - Alvin ngga sakit kak, discriminative
Alvin sakit Alvin sehat kok. insight derajat I
Yang sakit itu jin
dalam tubuh Alvin
kak.
- Sekin dulu - Sama-sama kak.
wawancara kita ya
Alvin. Terima Kasih
banyak.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003
2. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket
Handbook of Psychiatric Drug Treatment
3. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II.
Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 33-46
4. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive
Textbook of Physchiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William &
Wilkins: 2009
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta;
2013.

30

Anda mungkin juga menyukai