Anda di halaman 1dari 31

Referat

Penilaian dan Tatalaksana Kegawatan Pada Anak

Oleh:
Arfan Gifari 1740312609
Afifah Aqilatul 1840312210
Khusnul Rahman 1840312615
Citra Husna Pratiwi 1840312258
Doa Vami 1840312297
Ramadhoni Mardi 1840312301
Nadia Larastri A 1840312306
Mayang Permata S 1840312415

Preseptor:
Dr. dr. Mayetti, Sp.A (K) IBCLC

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP. DR. M.DJAMIL PADANG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gawat adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi
lainnya yang mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi
tiba-tiba dan tidak diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang
segera atau mendesak.1 Tanda-tanda gawat darurat pada anak yang harus
diperhatikan adalah tersumbatnya jalan nafas, gangguan pernapasan berat,
sianosis sentral, tanda-tanda syok (ekstremitas dingin dengan waktu pengisian
kapiler > 3 detik dan denyut nadi lemah dan cepat), koma (atau tingkat kesadaran
berkurang), kejang atau pada anak yang mengalami diare (tanda-tanda dehidrasi).
4,5

Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan


segera untuk menghindari terjadinya kematian. Hal ini dapat dilakukan dengan
triase cepat dari semua anak yang tiba di rumah sakit untuk menentukan apakah
ada tanda-tanda kegawatdaruratan atau prioritas. Anak-anak yang datang dengan
tanda-tanda darurat ini adalah kelompok heterogen dengan beragam kondisi klinis
dan proses patofisiologis yang mendasarinya. Namun demikian, tiga presentasi
yang paling umum adalah gangguan pernapasan dan hipoksemia, sirkulasi yang
sangat parah atau syok dan kejang dengan kesadaran yang berubah.4,6
Kematian anak-anak di rumah sakit sering terjadi dalam 24 jam pertama
setelah pasien datang. Penyebab seringnya kematian pada pasien salah satunya
adalah keterlambatan penangan awal pasien sehingga terjadi perburukan.1
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Addis Ababa Ethiopia pada tahun 2018
didapatkan angka kematian pada anak di unit gawat darurat 4,1% (499 pasien)
dari 12.240 pasien. Berdasarkan penelitian Jofiro et al di Ethiopia, tiga penyebab
kematian terbanyak pada anak di departemen gawat darurat adalah pneumonia,
gagal jantung kongestif, dan sepsis.2 Penelitian di departemen gawat darurat
rumah sakit Guangzhou China didapatkan 230 pasien meninggal dari 43.925
pasien yang datang ke departemen gawat darurat dan jarak antara ketika pasien
datang ke unit gawat darurat dan waktu kematian dengan nilai tengah 1,5 jam.
Penyebab yang sering menyebabkan kematian adalah penyakit respirasi,
gangguan neuromuskular, penyakit kardiovaskular dan sepsis.3 Banyak dari
kematian pada anak dapat dicegah jika anak-anak yang sakit ketika tiba di fasilitas
kesehatan segera diidentifikasi dan segara mendapatkan perawatan yang tepat.
Pada setiap kegawatdaruratan medis pada bayi dan anak harus dilakukan
penilaian awal secara cepat dengan memakai tiga komponen dari The Pediatric
Assessment Triangle (PAT) dilanjutkan dengan langkah resusitasi ABCDE dan
memutuskan dilakukan transportasi atau tidak. Pada kasus yang mengancam
nyawa, anamnesis dan serta pemeriksaan fisik terinci dilakukan sesudah keadaan
stabil, sedangkan penilaian berkesinambungan diperlukan pada setiap kasus untuk
memantau respons pengobatan dan memandu intervensi selanjutnya. Penilaian ini
dilakukan untuk memutuskan tindakan selanjutnya, seperti meneruskan resusitasi,
pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut, atau merujuk pasien karena anak
dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan dan tatalaksana
kegawatdaruratan segera untuk menghindari terjadinya kematian.5,7

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka referat ini dibuat untuk lebih
memahami dan mendalami mengenai penilaian dan tatalaksana kegawatan pada
anak.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai penilaian kegawatdaruratan pada anak
dan tatalaksana.
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami penilaian kegawatdaruratan pada anak dan
tatalaksana.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk pada
berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Kegawatan


Anak-anak merupakan kelompok yang bervariasi dalam hal berat badan,
ukuran, bentuk, kemampuan intelektual dan respon emosi. Saat lahir, seorang
anak rata-rata berukuran 3.5 kg dengan panjang badan 50 cm dengan kemampuan
respirasi dan kardiovaskular yang terbatas dan sistem imun yang yang belum
sempurna. Pergerakan dan respon emosi anak terbatas dibandingkan dengan
dewasa. Anak dapat menerima respon nyeri walaupun tetap bergantung kepada
dewasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada akhir dari masa kanak-
kanak, rata-rata berat badan adalah 50 kg dan dengan tinggi badan 160 cm,
terlihat seperti dewasa, seringkali menunjukkan individu yang mandiri walaupun
masih membutuhkan dukungan pada beberapa aspek yang berbeda dengan
manusia dewasa.
Penilaian pada anak yang sakit atau cedera memerlukan pendekatan yang
sistematis, pengetahuan mengenai pertumbuhan dan pengenalan yang normal dan
pengetahuan mengenai perbedaan anatomi pada anak dan dewasa. Pendekatan
untuk mendapatkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik berbeda tergantung
usia anak dan keadaan klinis anak.
Mendekati anak yang sakit dapat meningkatkan rasa cemas anak tersebut,
berikan jeda sejenak sebelum menghampiri anak tersebut untuk menilai kesan
anak menggunakan pendengaran, penglihatan, dan Pediatric Assesment Triangle
atau PAT yang meliputi hal-hal yang harus dinilai yaitu penampilan, upaya
bernapas, dan sirkulasi. Penilaian dalam PAT menggambarkan kondisi sistem
respirasi, sirkulasi, dan persarafan. Abnormalitas dalam minimal satu dari ketiga
sistem tersebut menandakan kalau anak tersebut masuk ke dalam kelompok
“sick” dan membutuhkan tatalaksana segera. Perlu diingat kalau keadaan anak
dapat berubah sewaktu-waktu. Pasien yang awalnya terlihat “not sick” dapat
mengalami perburukan dan masuk ke dalam kelompok “sick”, maka dari itu perlu
dilakukan penilaian ulang secara berkala. PAT digunakan secara luas oleh tenaga
kesehatan dalam tindakan klinis untuk membedakan anak “sick” dan “not sick”.
2.1.1 Segitiga Penilaian Pediatrik (PAT =Pediatric Assessment Triangle)
Pediatric Assessment Triangle (PAT) atau segitiga penilaian pediatri
adalah suatu teknik yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan oleh tenaga medis
profesional untuk mengidentifikasi pasien dengan deteriorasi fisiologis, sehingga
dapat digunakan sebagai teknik yang ideal dalam triase pertama pasien pediatri di
IGD. Segitiga penilaian pediatri dikembangkan oleh American Academy of
Pediatrics di akhir 1990-an sebagai teknik dalam penilaian pertama pasien anak di
lingkungan prehospital.8
Penelitian di Spanyol mengenai validitas PAT sebagai tahap pertama
dalam proses triase pada pasien pediatrik di unit gawat darurat didapatkan bahwa
pada pasien dengan PAT yang abnormal teridentifikasi pada pasien dengan risiko
rawat inap yang lebih tinggi. Kegunaan segitiga penilaian pediatri selama triase
terlihat kuat, tapi harus digarisbawahi bahwa segitiga penilaian pediatri tidak
terdapat pengukuran yang objektif (seperti vital sign, usia, dll) sehingga teknik ini
sangat bergantung pada kemampuan observer.8
Pediatric Assessment Triangle tampaknya menjadi alat yang valid untuk
mengidentifikasi pasien yang paling parah sebagai langkah pertama dalam proses
triase. Teknik penilaian ini dilakukan tanpa memegang anak. Dengan melihat dan
mendengar, tanpa menggunakan alat, pemeriksa dapat mendapatkan kesan akan
kegawatan anak.6,8 Akan tetapi, PAT bukan merupakan alat diagnostik, teknik ini
didesain untuk menilai kesan umum anak, menentukan severitas dan kategori
patofisiologi, dan menentukan jenis dan urgensi intervensi.9
Pediatric Assessment Triangle terdiri atas tiga komponen yaitu
penampilan anak, upaya napas, sirkulasi kulit. Masing-masing komponen segitiga
penilaian pediatri dinilai secara terpisah. Ketiga komponen dari PAT
menggambarkan status fisiologi menyeluruh, atau status general dari oksigenasi,
ventilasi, perfusi dan fungsi otak.6,9
Pediatric Assessment Triangle telah disatukan sebagai instrumen yang
penting dalam menilai anak sakit, dibedakan dengan kursus bantuan hidup,
termasuk Advance Pediatric Life Support (APLS), Pediatric Education for
Prehospital Professionals (PEPP), Special Children’s Outreach and Prehospital
Education, dan Teaching Resource for Instructors in Prehospital Pediatrics.9
Kursus APLS bertujuan untuk manajemen awal anak anak dengan sakit
akut dan terluka melalui profesional kesehatan yang terlatih dan terdidik. APLS
berguna bagi residen anak dan merupakan bagian dari program melanjutkan
pendidikan menjadi dokter anak dan gawat darurat di Amerika Serikat. Saat ini
kursus APLS dapat ditemukan lebih dari 15 negara di dunia. Meskipun
penggunaan PAT tersebar luas, telah ada penelitian mengenai efektifitas
penggunaan PAT. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa lebih dari 80%
responden menunjukan bahwa mereka selalu menggunakan PAT pada praktik
klinis. Hampir semua responden mempercayai bahwa APLS termasuk kedalam
program pelatihan residen anak dan sangat diperlukan.9-11

Penampilan anak
Penampilan adalah komponen paling penting dalam menentukan seberapa
berat sakit atau injury, kebutuhan akan intervensi, dan respon terhadap terapi. Hal
ini menggambarkan adekuatnya ventilasi, oksigenasi, perfusi ke otak, homesotasis
tubuh, dan fungsi sistem saraf pusat.9 Namun demikian beberapa keadaan lain
dapat pula mempengaruhi penampilan anak seperti hipoglikemi, keracunan,
infeksi otak, perdarahan atau edema otak atau juga penyakit kronik pada susunan
saraf pusat.1 Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metode ‘ticls’
meliputi penilaian tonus (T=tone), interaksi (I=interactiveness), konsolabilitas
(C=consolability), cara melihat (L=look/gaze), dan berbicara atau menangis
(S=speech/cry).6

Tabel 1. Penilaian dengan Metode ‘Ticls’.6


Karakteristik Hal yang dinilai
Tone Apakah anak bergerak aktif atau menolak pemeriksaan
dengan kuat? Apakah tonus ototnya baik atau lumpuh?
Interactiveness Bagaimana kesadarannya? Apakah suara
mempengaruhinya? Apakah dia mau bermain dengan
mainan atau alat pemeriksaan? Apa anak tidak
bersemangat berinteraksi dengan pengasuh atau
pemeriksa?
Consolability Apakah dia dapat ditenangkan oleh pengasuh atau
pemeriksa? Atau anak menangis terus atau terlihat agitas
sekalipun dilakukan pendekatan yang lembut?
Look/gaze Apakah anak memfokuskan penglihatan pada muka?
Atau pandangan kosong?
Speech/cry Apakah anak berbicara atau menangis dengan kuat atau
lemah atau parau?

Upaya Napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak mengatasi gangguan
oksigenasi dan ventilasi. Karakteristik yang dinilai adalah suara napas
yang tidak normal, posisi tubuh yang tidak normal, retraksi, cuping
hidung.
Tabel 2. Penilaian Upaya Napas6
Karakteristik Hal yang dinilai
Suara napas yang tidak Mengorok, parau, stridor, merintih, mengi
normal
Posisi tubuh yang tidak Sniffing, tripoding, menolak berbaring
normal
Retraksi Supraklavikula, interkosta, substernal, head
bobbing
Cuping hidung Napas cuping hidung

2.1.1.3 Sirkulasi Kulit


Sirkulasi kulit mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi
ke organ vital. Hal yang dinilai pucat, mottling, dan sianosis.

Tabel 3. Penilaian sirkulasi kulit6


Karakteristik Hal yang dinilai
Pucat Kulit atau mukosa tampak kurang merah karena
kurangnya aliran darah ke daerah tersebut
Mottling Kulit bercak kebiruan akibat vasokonstriksi
Sianosis Kulit dan mukosa tampak biru
Penilaian ketiga hal ini, tanpa menyentuh anak telah dapat memberikan
gambaran kasar tentang kegawatan anak dengan cepat.6

Gambar 2.1. Pediatric Assessment Triangle 10

2.1.2 Penilaian ‘ABCDE’


Teknik ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada anak. Komponen
pemeriksaan:
Airway
Sekalipun dengan teknik ‘PAT’ telah diketahui adanya obstruksi
jalan napas, namun derajat obstruksi perlu lebih terinci, antara lain untuk
tindakan resusitasi. Menilai jalan napas (airway) pada anak dengan
kesadaran menurun dilakukan dengan teknik ‘look, listen, feel’ yaitu
membuka jalan napas dengan posisi sniffing, lalu melihat pengembangan
dada sambil mendengar suara napas dan merasakan udara yang keluar dari
hidung/mulut.1Pada anak yang sadar, dapat dinilai dari vokalisasisuara,
seperti menangis atau berbicara, yang mengindikasikan kemampuan
ventilasi dan patensi jalan napas. Setelah memastikan bahwa ventilasi
dapat dilakukan secara spontan, nilai kemungkinan obstruksi jalan napas
seperti adanya stridor, mengi, dan ronki.10
Penilaian jalan napas diekspresikan sebagai jalan napas bebas, jalan
napas bebas masih dapat dipertahankan, jalan napas harus dipertahankan
dengan intubasi, dan obstruksi total jalan napas.
Apabila tidak didapatkan adanya patensi jalan napas, lakukan
manuver chin lift atau jaw thrust. Evaluasi sesaat setelah maneuver
dilakukan. Jika maneuver ini gagal, dapat dibantu dengan penggunaan
jalan napas tambahan atau intubasi trakea.12

Breathing
Jalan napas yang paten belum menjamin ventilasi yang adekuat.
Dibutuhkan pusat pernapasan yang intak dan fungsi paru yang adekuat
ditambah dengan pergerakan diafragma dan dinding dada yang
terkoordinasi dengan baik.12 Kinerja napas dinilai dengan menghitung
frekuensi napas, menilai upaya napas dan penampilan anak. Sesuai tingkat
tumbuh-kembang anak, frekuensi normal berbeda-beda dengan perubahan
usia, dapat dilihat dari tabel 4.6,12,13 Frekuensi napas juga dipengaruhi oleh
berbagai keadaan. Pernapasan yang cepat dapat terjadi pada demam, nyeri,
ketakutan/kecemasan, atau emosi yang meningkat. Pernapasan yang
lambat dapat terjadi pada anak yang kelelahan akibat distress napas yang
tidak segera ditolong. Karena itu dalam menilai upaya napas perlu
diperhatikan nilai ekstrim. Frekuensi napas di atas 60 kali/menit untuk
semua usia, apalagi disertai retraksi dan kesadaran menurun segera
mungkin menandakan gagal napas. World Health Organisation (WHO)
menggunakan batas frekuensi 60 kali/menit untuk pneumonia pada bayi
dan anak kecil. Takipnu pada saat istirahat mengidikasikan kebutuhan
ventilasi lebih disebabkan adanya kelainan jalan napas atau paru, atau
keadaan asidosis metabolik.12,13 Frekuensi napas kurang dari 20 kali/menit
untuk anak di bawah 6 tahun dan 15 kali/menit untuk anak kurang dari 15
tahun juga harus mendapat perhatian khusus, yang dapat mengindikasikan
adanya kelelahan, depresi serebral, atau keadaan pre-terminal.6,12,13
Tabel 4. Rentang Pernapasan dan Tekanan Darah Normal pada Anak10

Penilaian upaya napas dilakukan dengan melihat, mendengar, juga


menggunakan stetoskop dan alat pulse-oxymetry, bila ada interpretasi
suara napas abnormal dapat dilihat dalam tabel berikut.6

Tabel 5.Interpretasi Suara Napas Abnormal6


Suara Penyebab Contoh diagnosis
Stridor Obstruksi jalan napas atas Croup, benda asing, abses
retrofiring
Mengi Obstruksi jalan napas Asma, benda asing,
bawah bronkiolitis
Merintih Oksigenasi tidak adekuat Kontusio paru, pneumonia,
(grunting) pada tenggelam, IRDS
ekspirasi
Ronkhi basah Cairan, lendir atau darah Kontusio paru, pneumonia
pada inspirasi dalam jalan napas
Suara napas  Obstruksi jalan napas  Benda asing, asma berat,
tidak ada dengan  Gangguan transmisi pneumotoraks,
upaya napas suara hemotoraks
yang meningkat  Efusi pleura, pneumonia,
pneumotoraks

Pulse-oxymetry merupakan alat sederhana untuk menilai kinerja


napas. Pembacaan di atas saturasi 94% secara kasar dapat menunjukkan
kecukupan oksigen. Pembacaan di bawah 90% pada anak dengan oksigen
100% dapat menunjukkan bahwa anak memerlukan ventilator. Interpretasi
pulse-oxymetry harus dilakukan bersama dengan penilaian upaya napas,
frekuensi napas, dan penampilan anak. Anak dengan gangguan napas
kadang-kadang masih dapat mempertahankan kadar oksigen darah dengan
work of breathing yang meningkat, yang ditunjukkan dengan adanya
pergerakan interkostal, subkostal, sternal, atau suprasternal. Pergerakan ini
normal apabila ditemukan pada bayi muda, namun jika ditemukan pada
anak di atas usia 6-7 tahun, ini dapat mengindikasikan adanya kelainan
pernapasan berat.6,11 Sementara itu, anak dengan kelainan jantung bawaan
biru dapat menunjukkan saturasi yang rendah tanpa distress napas. Efikasi
dari pernapasan dapat dinilai dengan mendengarkan suara napas dengan
auskultasi. Perhatikan suara napas yang berkurang, asimetris, dan apabila
tidak adanya suara napas “silent chest”.11, 13
Jenis-jenis pernapasan
1. Pernapasan normal.

Gambar x. Pernapasan normal. Ditemukan pergerakan dinding dada


dan abdomen yang simetris.

2. Pernapasan paradoks thorakoabdominal.


Pergerakan antara dinding dada dan abdomen terlihat paradoks.

Gambar x. Pernapasan paradoks thorakoabdominal. Defleksi ke atas


pada dinding dada diikuti dengan defleksi ke atas pada abdomen.

3. Pernapasan Kussmaul.
Tipe pernapasan kussmaul adalah tipe pernapasan yang cepat dan
dalam, keadaan ini didapatkan pada keadaan asidosis metabolik,
seperti dehidrasi, hipoksia, atau keracunan salisilat.

Gambar x. Pernapasan Kussmaul.


4. Pernapasan Apneustik

Gambar x. Pernapasan Apneustik

5. Pernapasan Cheyne-stokes
Pada bayi baru lahir, terutama prematur, kadang terdapat
pernapasan tipe Cheyne-stokes, yang ditandai dengan pernapasan yang
cepat dan dalam, diikuti oleh periode pernapasan yang lambat dan
dangkal, serta akhirnya periode apneu beberapa saat.

Gambar x. Pernapasan Cheyne-stokes.

6. Pernapasan Ataksik

Gambar x. Pernapasan Ataksik.

7. Pernapasan Biot
Tipe pernapasan biot ditandai dengan irama yang sama sekali tidak
teratur, dan biasanya merupakan petunjuk terdapatnya penyakit
sususan saraf pusat, seperti ensefalitis atau poilomielitis bulbaris.
Gambar x. Pernapasan Biot

8. Pernapasan Apneu Sentral

Gambar x. Pernapasan Apneu Sentral

Circulation
Penilaian sirkulasi dilakukan dengan menghitung denyut jantung,
perfusi organ dan tekanan darah. Denyut jantung normal sesuai usia.
Takikardi dapat merupakan tanda awal hipoksia atau perfusi yang buruk.
Namun dapat juga terjadi pada demam, nyeri, ketakutan dan emosi yang
meningkat. Bradikardi dapat memberikan indikasi hipoksia atau iskemia.6
Perfusi organ dapat dinilai dengan menilai denyut nadi perifer, capillary
refill time, dan tingkat kesadaran. Produksi urin juga merupakan indikator
yang baik, namun biasanya kurang diperhatikan pengasuh.6 Produksi urin
kurang dari 1 ml/kgBB/jam pada anak dan kurang dari 2 ml/kgBB/jam
pada bayi mengindikasikan perfusi renal yang tidak adekuat 4. Perhatikan
kualitas nadi, bila nadi brakial kuat, biasanya anak tidak mengalami
hipotensi. Bila denyut nadi perifer tidak teraba, cobalah meraba di femoral
atau karotis. Tidak adanya denyut nadi sentral merupakan indikasi untuk
segera dilakukan tindakan resusitasi. Capillary refill time normaladalah
kurang dari 2-3 detik. Namun demikian, capillary refill time dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, misalnya suhu udara yang dingin.
Gambar 1.Asesment Capillary Refill
Tekanan darah normal dapat dilihat pada tabel 4. Tekanan darah
dipengaruhi ukuran manset. Lebar manset yang benar adalah duapertiga
panjang lengan atas. Pemeriksaan tekanan darah membutuhkan kooperasi
anak. Tekanan darah tinggi pada anak yang tidak berkooperasi baik
mungkin dapat menyesatkan. Namun tekanan darah rendah menandakan
syok. Formula tekanan darah sistolik terendah :
Tekanan sistolik minimal = 70 + 2 x umur (dalam tahun)
Apabila tekanan darah anak kurang dari median sistolik, periksa tanda lain
dari kegagalan sirkulasi. Hipotensi (kurang dari persentil 5) adalah tanda
kegagalan sirkulasi yang sudah lambat dan pre-terminal. Ketika tekanan
darah sudah menurun, resiko henti jantung dapat terjadi. Hipertensi, pada
sisi lain, dapat menjadi penyebab terjadinya komadan peningkatan tekanan
intrakranial. Agitasi dan kecendrungan mengantuk pada anak yang
berujung pada penurunan kesadaran merupakan tanda terjadinya kegagalan
sirkulasi.12,13
Pada kondisi kegagalan jantung yang menyebabkan tidak
adekuatnya pernapasan, akan ditemukan sianosis yang tidak membaik
dengan pemberian oksigen, takikardi hebat, peningkatan tekanan vena
jugularis, bising jantung berupa gallop atau murmur, pembesaran hepar,
dan tidak adanya nadi femoralis.11
Pada anak dengan sirkulasi yang tidak adekuat, berikan oksigen
aliran tinggi melalui sungkup dengan kantong reservoa atau tabung
endoktrakeal apabila intubasi harus dilakukan untuk mengontrol jalan
napas atau napas yang tidak adekuat.12

Disability
Hipoksia dan syok dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Setiap
masalah pada ABC harus dievaluasi sebelum mencurigai penurunan
kesadaran yang disebabkan oleh kelainan neurologis primer. Pasien
dengan penurunan kesadaran atau kejang harus diperiksa gula darah
sewaktu menggunakan stik.4 Evaluasi neurologik meliputi fungsi korteks
dan batang otak. Fungsi korteks dinilai dengan skala AVPU. Anak dengan
penurunan skala AVPU pasti disertai kelainan penampilan pada skala
PAT. Anak dengan sakit atau cedera sedang dapat mengalami gangguan
penampilan pada skala PAT, namun mempunyai skala AVPU pada tingkat
A (A = Alert).6

Tabel 6. Skala AVPU6


Kategori Rangsang Tipe Respon Reaksi
Alert Lingkungan Sesuai Interaksi normal
normal untuk tingkat usia
Verbal Perintah sederhana  Sesuai  Bereaksi terhadap
atau rangsang nama
suara  Tidak sesuai  Tidak spesifik/
bingung
Painful Nyeri  Sesuai  Menghindari
rangsang
 Tidak sesuai  Mengeluarkan
 Patologis suara tanpa
tujuan atau dapat
melokalisasi
nyeri
 Posture
Unrespon Tak ada respon yang dapat dilihat terhadap semua rangsang
sive

Skala lain yang banyak digunakan untuk menilai fungsi korteks adalah
skala koma glasgow. Penggunaan skala koma untuk pasien gawat
dilapangan seringkali dianggap tidak praktis dan kontroversial.6

Tabel 7. Glasgow Coma Scale13


Untuk mengevaluasi fungsi batang otak dilakukan pemeriksaan pola napas
sentral, postur tubuh (dekortikasi/deserebrasi/flaccid), pupil dan reaksinya
terhadap cahaya dan evaluasi syaraf kranial lain. Refleks pupil dapat
menjadi tidak normal akibat hipoksia, obat-obatan, kejang atau herniasi
batang otak.6
Gambar 2.Postur (a) dekortikasi dan (b) deserebrasi 11

Exposure
Untuk melengkapi perlu juga dinilai hal lain yang dapat langsung
terlihat, umumnya dikulit anak, contoh : ruam akibat morbili, hematoma
akibat trauma, urtikaria pada reaksi alergi, purpura, petekie, dan memar
pada septicemia dan pelecehan anak, atau ruam berbentuk makulopapular
dan eritem pada sebagian kasus sepsis. Ketika melakukan pemeriksaan
jagalah agar anak (terutama bayi) agar tidak kedinginan.Suhu yang
meningkat (demam) dapat disebabkan oleh adanya infeksi, atau akibat
kejang atau menggigil yang berkepanjangan.6,11
Tabel 7. Ringkasan asesmen klinis pada bayi dan anak12

Respiratory

Penilaian sekunder

Penilaian sekunder dilakukan setelah fungsi vital dinilai dan


tatalaksana kondisi yang mengancam nyawa.

Tabel 8. Gejala dan tanda pada sistem respirasi12


Tatalaksana gawat darurat 6

Apabila terdengar bunyi bergelembung maka jalan napas penuh


dengan sekret yang mana membutuhkan pembersihan jalan napas dengan
‘suction’. Selain itu, jika terdengar bunyi stridor kasar dengan batuk
menggonggong dan distres pernapasan berat, pasien dicurigai mengalami
obstruksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh ‘croup’ berat,
dan harus diberikan nebulisasi adrenalin (dosis adrenaline 400 mcg/kgBB
atau 0.4 ml/kgBB dengan perbandingan 1:1000 di dalam oksigen
(maksimal 5ml). Jika terdapat stridor, pengeluaran air liur tidak terkendali
dan menurut anamnesis dicurigai epiglotitis atau trakeitis. Intubasi dapat
menjadi pilihan dan dapat dilakukan oleh ahli anestesi. Jangan
membahayakan jalan napas dengan melakukan tindakan-tindakan yang
invasif. Berikan cefotaxime atau ceftriaxone intravena setelah jalan napas
teratasi. Onset yang terjadi secara tiba-tiba curigai terdapat benda asing.
Jika prosedur ‘anak tersedak’ (heimleich manuver) tidak berhasil,
mungkin saja pasien membutuhkan laringoskopi. Namun, pada kasus
ekstrim atau yang mengancam nyawa, laringoskopi yang dilakukan segera
untuk menyingkirkan beda asing yang terlihat dengan forsep Magill
mungkin saja dibutuhkan. Stridor yang muncul setelah adanya paparan
alergen mengarahkan kepada anafilaksis. Anak-anak dengan keadaan ini
sebaiknya menerima adrenaline IM (10 mikrogram/kgBB atau 150
mikrogram (<6 tahun), 300 mikrogram (6-12 tahun) atau 500 mikrogram
(>12 tahun)). Anak dengan riwayat asma atau dengan mengi dan distres
pernapasan berat, menurunkan arus puncak ekspirasi dan/atau hipoksia
sebaiknya menerima terapi oksigen dan inhalasi beta 2 agonis, balita
dengan mengi dan distres pernapasan biasanya dapat dicurigai bronkiolitis
dan hanya membutuhkan oksigen jika terjadi hipoksia. Pada pernapasan
asidosis, ambil sampel darah untuk memeriksa keseimbangan asam-basa
dan gula darah. Tatalaksana ketoasidosis diabetik dengan normal salin dan
insulin intravena.
Sirkulasi

Penilaian sekunder

Berikut adalah gejala yang banyak terjadi pada sistem kardiovaskular.

Tabel 9. Gejala dan tanda sistem kardiovaskular6

Tatalaksana gawat darurat6

Perlu diberikan bolus cairan lanjutan pada anak dengan syok yang
tidak perbaikan setelah diberikan bolus pertama saat resusitasi.
Pertimbangkan inotropin, intubasi, dan monitoring tekanan vena sentral
dengan bolus ketiga. Pertimbangkan cefotaxime/ceftriaxone intravena
pada anak dengan syok tanpa kehilangan cairan, karena kemungkinan
sepsis. Jika pasien mengalami aritmia, ikuti protokol aritmia. Jika dicurigai
anafilaksis, berikan adrenalin intramuskular (10 mikrogram/ kg atau 150
mikrogram (<6 tahun), 300 mikrogram (6-12 tahun) atau 500 mikrogram
(>12 tahun)), sebagai bolus cairan. Berikan prostin jika dicurigai penyakit
kongenital misalnya pada neonatus yang tidak responsif atau syok. Konsul
bedah dan intervensi bedah mungkin harus dilakukan pada gawat darurat
gastrointestinal. Gejala berikut dapat menjadi penanda gawat darurat
gastrointestinal.

Tabel 10. Gejala dan tanda gawat darurat gastrointestinal6


Neurologis (disabilitas)

Tabel 11. Gejala dan tanda gawat darurat neurologis6

Tatalaksana gawat darurat6

Untuk kejang diberikan mengikuti protokol status epileptikus. Bila


ada peningkatan tekanan intrakranial (penurunan kesadaran, pupil
anisokor, postur abnormal dan atau refleks motorik mata yang abnormal
maka anak tersebut harus dilakukan intubasi dengan ventilasi, elevasikan
kepala 200, infus intravena cairan hipertonik ( NaCl 3% 3ml/kgBB atau
manitol 250-500 mg/kgBB dalam 15 menit dan diulangi jika perlu dengan
syarat osmolalitas serum dibawah 325 mOsm/L. Pada anak dengan
penurunan kesadaran atau kejang curigai meningitis atau ensefalitis,
berikan sefotaksim atau asiklovir. Pada anak somnolen dengan sighing
respiration periksa gula darah dan AGD. Atasi ketoasidosis diabetikum
dengan normal salin itravenda dan insulin. Pada anak yang tidak sadar
dengan pupil pinpoin curigai adanya keracunan opiat dan beri naloxon.
Exposure

Tabel 12. Gejala dan tanda eksternal

Tatalaksana gawat darurat

Pada anak dengan tanda dan gejala sirkulasi dan neurologis, adanya
purpura menandakan adanya sepsis atau meningitis. Pasien harus
diberikan sefotaksim atau seftriakson yang didahului oleh kultur darah
terlebih dahulu. Pada anak dengan kesulitan pernafasan atau sirkulasi,
urtika atau angioedem menandakan anfilaksis. Berikan adrenalin
intramuskular (10 mikrogram/kgBB atau 150 mikrogram (<6 tahun), 300
mikrogram (6-12 tahun) atau 500 mikrogram (>12 tahun).12,13
BAB 3
KESIMPULAN

Angka kematian anak dapat diturunkan dengan segera mengidentifikasi anak-


anak yang sakit ketika tiba di fasilitas kesehatan dan anak-anak tersebut segera
diberikan tatalaksana untuk kegawatadaruratannya. Identifikasi pada setiap
kegawatdaruratan medis pada bayi dan anak harus dilakukan penilaian awal
secara cepat dengan memakai tiga komponen dari The Pediatric Assessment
Triangle (PAT) dilanjutkan dengan langkah resusitasi ABCDE dan memutuskan
dilakukan transportasi atau tidak. Penilaian awal pada anak untuk melihat tanda-
tanda kegawatdaruratn agar anak dapat segera ditatalaksana dengan cepat dan
tepat untuk mengurangi angka kematian.
Penilaian penampilan anak seringkali merupakan cerminan kecukupan
ventilasi dan oksigenasi otak. Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai
skala. Metode ‘ticles’ meliputi penilaian tonus (T=tone), interaksi
(I=interactiveness), konsolabilitas (C=consolability), cara melihat (L=look/gaze),
dan berbicara atau menangis (S=speech/cry). Penilaian upaya napas merefleksikan
usaha anak mengatasi gangguan oksigenasi dan ventilasi. Penilaian Sirkulasi kulit
mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ vital.
DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Pediatri Gawat Darurat – IDAI. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat.
Jakarta : 2011
2. Jofiro G, Jemal K, Beza L, Heye TB. Prevalence and associated factors of
pediatric emergency mortality at Tikur Anbessa specialized tertiary
hospital : a 5 year retrospective case review study. BMC Pediatrics. 2018.
316(18) :4-6.
3. Zhu CP, Wu XH, Ma WC, Ren L. The mortality of patients in a pediatric
emergency departement at a tertiary medical center in China : An
observational study. World J Emerg Med. 2015. 6(3): 213-215.
4. World Health Organization. Pediatric emergency triage, assesment and
treatment. Geneva: 2016
5. Heather L. Crouse. Impact of an Emergency Triage Assessment and
Treatment (ETAT)-based triage prin the paediatric emergency department
of a Guatemalan public hospital. 2016
6. Komisi Resusitasi Pediatrik UKK PGD – IDAI. Kumpulan Materi
Pelatihan Resusitasi Pediatrik Tahap Lanjut. Jakarta: 2014.
7. Antonius H. Pudjiad. Pemeriksaan Anak pada Keadaan Gawat-Darurat.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2015
8. Fernández A, Ares MI, Garcia S, Martinez-Indart L, Mintegi S, Benito J.
The validity of the pediatric assessment triangle as the first step in the
triage process in a pediatric emergency department. Pediatric Emergency
Care. 2017: 33(4); 234–238
9. Fernandez A, Benito J. Is this child sick? usefulness of the pediatric
assessment triangle in emergency settings. J Pediatr (Rio J). 2017 Nov-
Dec; Suppl 1:60-7.
10. Horeczko T, Enriquez BL, McGrath NE, Gausche-Hill M, Lewis RJ. The
pediatric assessment triangle: accuracy of its application by nurses in the
triage of children. J Emerg Nurs. 2013 Mar:39(2):182-9.
11. Fuchs S, Terry M, Adelgais K, Bokholdt M, Brice J, Brown KM, et. al.
Definitions and Assessment Approaches for Emergency Medical Services
for Children. PEDIATRICS. 2016: 138(6); 1-7.
12. Blackwell, W. Advanced paediatric life support: a practical approach to
emergencies, Ed 6. West Sussex, Inggris: 2016.
13. Aehler B. PALS: pediatric advanced life support study guide. Edisi 4.
Burlington, Amerika: 2018: 3-25.

Anda mungkin juga menyukai