Anda di halaman 1dari 3

Hasil

Dari 78 neonatus preterm (≤ 34 minggu) yang dirawat di NICU, 5 bayi baru lahir
dieksklusi karena kurangnya data, kelainan jantung kongenital yang berat, sindroma distress
pernapasan yang disertai sepsis, dan sindroma aspirasi mekonium. Populasi target terdiri dari
73 neonatus preterm yang terbagi dalam 3 kelompok (extremely preterm, very preterm, dan
moderate preterm). Ibu dari 7 neonatus (9,58%) memiliki preeklampsia. Ultrasonografi
kranial dilakukan pada 24 kasus. Semua data demografi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik demografi seluruh partisipan.

Variabel n (%)
Jenis persalinan
Seksio cesarea 40 (54,5)
Pervaginam 33 (45,5)
Jenis kelamin
Laki-laki 45 (61,9)
Perempuan 28 (38,1)
Berat badan
<1000 12 (16,4)
1000 – 1500 38 (52,5)
>1500 22 (30,1)
Usia gestasi
<28 minggu 13 (17,8)
28-32 minggu 38 (52,1)
32-34 minggu 22 (30,1)
Ventilasi mekanik
Tidak 48 (56,9)
Ya 25 (43,1)
Ibu dengan preeklampsia 7 (9,58)
Ultrasonografi kranial
Normal 24
Abnormal 2

Tabel 2. Perbandingan antara 3 kelompok

Usia Berat HC CC Panjang RDS Mortalitas Lama


badan Mean ± Mean ± badan n (%) masa
Mean ± SD Cm SD Cm Mean ± rawat
SD gr SD Cm Mean
± SD
(hari)
<28
minggu
28-32
minggu
32-34
minggu
nilai P

Terdapat hubungan positif antara pengukuran antropometri dan usia gestasi. Dari
semua partisipan, 42 kasus (65,5%) dengan rata-rata berat lahir 1464.7619 ± 478.05622 gram
mengalami sindroma distress pernapasan. Meskipun tidak ada korelasi yang signifikan pada
usia gestasi di 3 kelompok dengan sindroma distress pernapasan (p = 0,207), sindroma ini
lebih sering terjadi pada 2 kelompok dengan usia gestasi < 32 minggu dibandingkan dengan
usia gestasi 32-34 minggu (61% - 63% vs. 45%). Terdapat korelasi terbalik yang signifikan
antara usia gestasi dan angka kematian (p = 0,05, r = 0,01); 76,9% dari neonatus yang
preterm ekstrim meninggal pada masa neonatus. Tidak ditemukan adanya hubungan antara
sindroma distress pernapasan dan jenis kelamin atau berat lahir neonatus (p = 0,317, 0,065).
Tidak ada perbedaan pada kematian neonatus di kedua jenis kelamin (laki-laki; 56,5%,
perempuan 43,5%, nilai p = 0,137). Meskipun neonatus preterm ekstrim dirawat lebih lama
dibandingkan grup lainnya, perbedaan ini tidak signifikan (nilai p = 0,122) (Tabel 2).
Sehubungan dengan pemberian Betamethasone dosis tunggal dalam waktu sebelum kelahiran
bayi, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara neonatus sehat dan neonatus
dengan sindroma distress pernapasan (17,56 ± 30,57 vs. 22.44 ± 41.17 jam; nilai p = 0,676).
Di sisi lain, jarak antara pemberian kortikosteroid dengan persalinan secara signifikan lebih
lama pada neonatus yang hidup dibandingkan neonatus yang meninggal (27.92 ± 46.42, 9.35
± 11.98 jam, p = 0.048). Tidak ada korelasi yang ditemukan pada waktu pemberian
Betametasone dengan kebutuhan ventilasi mekanik (nilai p = 0,286). Korelasi antara
preeklampsia dengan sindroma distress pernapasan tidak signifikan secara statistik (p = 0,38).
Mann-Whitney Test juga menunjukkan tidak ada hubungan antara temuan ultrasonografi
abnormal pada otak dengan usia gestasi (nilai p = 0,067).

Diskusi
Karena sebagian besar kasus RDS terjadi pada bayi preterm, strategi kebidanan dan neonatus
dibutuhkan untuk mencegah persalinan prematur dan morbiditas serta mortalitas yang terkait.
Pada studi ini, kami mengulas insiden distress pernapasan pada bayi preterm. Berdasarkan
hasil yang kami temukan, 65,6% populasi memiliki riwayat RDS yang lebih tinggi dari studi
sebelumnya. Zhang menunjukkan sebesar 50% kasus RDS pada bayi prematur lahir sebelum
usia gestasi 30 minggu. Khattab juga melaporkan RDS sebagai penyebab 30-40% kasus
rawatan neonatus. RDS juga dilaporkan pada 23% neonatus yang dirawat di NICU dengan
usia gestasi > 28 minggu oleh Arit et al. Caner et al. menyatakan insiden RDS sebesar 40,6%
pada 613 bayi prematur yang dirawat di NICU. Perbedaan epidemiologi ini mungkin
berhubungan dengan perbedaan dalam mengkatekorikan usia gestasi dari partisipan. Tidak
adanya korelasi signifikan yang ditemukan pada 3 kelompok usia gestasi dengan frekuensi
RDS pada studi kami mungkin karena lebih kecilnya jumlah sampel kami. RDS lebih sering
pada neonatus dengan usia gestasi < 28 minggu dan 28-32 minggu dengan persentase 61%-
3% dan pada bayi baru lahir dengan usia gestasi 32-34 minggu dengan persentase 45%.
Temuan ini menunjukkan bahwa semua bayi preterm dengan usia gestasi ≤ 34 minggu
memiliki risiko yang sama untuk RDS. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang
terbalik antara usia gestasi dengan angka kematian.

Results showed an inversely correlation between gestational age and mortality rate. In compatible to our results
Arit demonstrated much of the mortality rate in neonates with low gestational age and low birth weight
[13]. Fidanovski also detected higher risk of mortality in infants with lower birth weight and shorter gestational
age in 126 premature infants hospitalized at Pediatric Intensive Care Unit [15].
According to the findings a longer term interval between corticosteroids administration and birth (27.92 ±
46.42 hours) significantly reduced mortality rate (p < 0.05). In consistent to our results, Morris et al. showed
that
antenatal corticosteroids prior to premature delivery have had a crucial impact on neonatal mortality. They
reported
the greatest benefit in neonates born between 1 and 7 days after receiving corticosteroids [1].
Several studies assessed the incidence of RDS in preterm infants but our study suggests that respiratory distress
from any cause may occur in more than half of preterm infants with gestational age ≤ 34 weeks. More over
this report provides evidences that RDS may relate other important factors like neonate’s weight, apgar score,
mode of delivery. However we suggest this topic should be considered in future studies. On the other hand this
study had some limitations. The number of our sample size was too small. We did not consider some other
factors
like apgar score, surfactant replacement therapy, number of antenatal corticosteroids doses administered
prior to birth. Several relevant clinical data were not available in the neonates’ hospital records that certainly
affected
on our results.

Anda mungkin juga menyukai