Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Definisi

Ikterus adalah suatu keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh

pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak

terkonjugasi yang berlebih.ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi

baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl2 (IDAI, 2010, h.147).

Ikterus patologi adalah suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin

didalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa

akan berwarna kuning.Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ikterus,

yaitu kerusakan otak akibat perlekatan bilirubin indirek pada otak (Hidayat,

2011, h. 3).

Ikterus patologi adalah Ikterus yang biasanya tampak dalam 24 jam

setelah lahir, dan ditandai dengan peningkatan cepat bilirubin serum. (fraser

dan cooper, 2009, h. 844).

Ikterus patologi adalah suatu kondisi yang terlihat dalam 24 jam,

ketika kadar bilirubin meningkat sebanyak 5 mg/dL dalam 24 jam, ketika

bilirubin > 15 mg/dL, ketika peningkatan kadarnya berlangsung lebih dari 1

minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari 2 minggu pada bayi prematur,

atau ketika bayi menjadi letargis dan kemampuan menyusu buruk (Sinclair

dkk, 2010, h. 360).

Ikterus patologi jika ditemukan adanya kuning pada hari kedua setelah

lahir, atau ditemukan pada hari ke 14 atau juga ditemukan pada bayi kurang

bulan, feses berwarna pucat serta daerah lutut dan siku juga tampak sekali

berwarna kekuningan (Hidayat, 2009, h. 75).

10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
11

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ikterus

patologis adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar

bilirubinnya meningkat,ditemukan dengan adanya tanda secara fisik, kuning

pada konjungtiva, kulit dan mukosa disetai feses berwarna kuning dan

pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan kadar bilirubin yang sangat

cepat sehingga berakibat terjadi kerusakan pada otak.

2. Etiologi

a. Ikterus

Ada beberapa penyebab ikterus diantaranya sebagai berikut:

1) Turunnya intake kalori

2) Terdapat inhibitor konjugasi bilirubin dalam ASI

3) Meningkatnya sirkulasi bilirubin melalui enterohepatik (Manuaba,

2007, hal. 349).

b. Ikterus patologis

Faktor-faktor yang menyebabkan ikterus patologis

1) Meningkatnya produksi bilirubin dan sirkulasi entero-hepatik yang

menyebabkan menurunnya bilirubin didalam hati.

2) Asal etnik, mereka yang berasal dari korea, cina serta jepang dan

indian Amerika memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi

3) Bayi dari ibu diabetes melitus (IDM)

4) Peningkatan destruksi sel darah merah (SDM)

(a) Isoimunisasi inkompatibilitas ABO atau Rh

(b) Defek metabolisme sel darah merah (SDM) : defek enzim sel

darah merah (SDM) menganggu fungsi eritrosit dan

memperpendek rentang hidup sel merah (SDM).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
12

(c) Hemoglobinopati : sekelompok penyakit yang mengenai eritrosit

akibat adanya satu atau lebih molekul hemoglobin yang berbentuk

abnormal (misal anemia sel sabit, talasemia) (haws, 2009, h. 202-

203).

5) Pertama kali diberi susu >12 jam setelah bayi lahir, dan pemberian

susu <8x dalam 24 jam. Sehingga bayi mengalami dehidrasi yang

akan meningkatkan risiko ikterus karena fungsi hati bayi yang

terganggu akibat hipoperfusi dan kurangnya volume ASI yang masuk

ke usus dan merangsang defekasi

6) Prematuritas : karena hati bayi masih imatur sehingga kurang mampu

untuk membuang kelebihan bilirubin

7) Saudara kandung mengalami ikterus lebih cenderung mengalami

peningkatan kadar bilirubin.

8) Polisitemia, darah mengandung terlalu banyak sel darah merah

seperti transfusi maternofetal

9) Sepsis, dapat menyebabkan peningkatan pemecahan hemoglobin

10) Obat-obatan (vitamin K, novobioson, sulfa) : obat bersaing dengan

bilirubin memperebutkan tempat mengikat albumin.

11) Induksi oksitosin : obat ini akan diangkut ke hati dengan cara

berikatan dengan albumin, artinya hanya sedikit molekul albumin

untuk berikatan dengan bilirubin dan akibatnya hanya sedikit bilirubin

yang diproses.

12) Berat badan lahir rendah, pada bayi BBLR lebih sering mendapat

ikterus dibandingkan dengan bayi yang berat badannya sesuai

dengan masa kehamilannya. Hal ini mungkin disebabkan gangguan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
13

pertumbuhan hati, hati pada bayi dismatur beratnya kurang

dibandingkan dengan bayi biasa.

13) Jenis kelamin laki-laki, kadar bilirubin indirek lebih tinggi pada bayi

laki-laki,

14) Pengeluaran tinja terlambat, pada bayi mekonium kaya akan bilirubin,

sehingga jika tidak dikeluarkan resirkulasi enterohepatik akan terus

berlangsung, (Sinclair, 2010, h. 359 - 360).

15) Hipotermi, asidosis, atau hipoksia dapat mengganggu kemampuan

mengikat-albumin

16) Dehidrasi, kelaparan, hidoksia, dan sepsi (oksigen dan glukosa

diperlukan untuk konjugasi). (Cooper, 2009, h. 844).

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari ikterus patologis antara lain adalah :

a. Ikterus prahepatik

Ikterus yang terjadi akibat produksi bilirubin yang meningkat, yang

terjadi pada hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Kapasitas sel

hati untuk mengadakan konjugasi terbatas apalagi bila disertai oleh

adanya disfungsi sel hati. Akibatnya bilirubin indirek akan meningkat dan

akan segera diekskresikan ke dalam saluran pencernaan, sehingga akan

didapatkan peninggian kadar urobilinogen di dalam tinja.

Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:

1) Kelainan pada sel darah merah

2) Infeksi seperti malaria, sepsis dan lain-lain

3) Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti obat-obatan, maupun

yang berasal dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi

tranfusi dan eritroblastosis fetalis (FKUI, 2007, h. 521).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
14

b. Ikterus pascahepatik (Obstruktif)

Ikterus yang diakibatkan karena bendungan dalam saluran

empedu yang akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi yang

larut dalam air. Sebagai akibat bendungan, bilirubin ini akan mengalami

regurgitasi kembali ke dalam sel hati dan terus memasuki peredaran

darah. Selanjutnya akan masuk ke ginjal dan diekresikan oleh ginjal

sehingga kita akan menemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena

ada bendungan, maka pengeluaran bilirubin ke dalam saluran

pencernaan akan berkurang, sehingga akibatnya tinja akan berwarna

dempul karena tidak mengandung sterkobilin. Urobilinogen dalam tinja

dan dalam air kemih akan menurun. Akibat penimbunan bilirubin direk,

maka kulit dan sklera akan berwarna kuning kehijauan. Kulit akan terasa

gatal. Penyumbatan empedu (kolestasis) dibagi dua, yaitu intrahepatik

bila penyumbatan terjadi antara sel hati dan duktus koledokus dan

ekstrahepatik bila sumbatan terjadi di dalam duktus koledukus (FKUI,

2007, h. 521).

c. Ikterus hepatoseluler (hepatik)

Ikterus terjadi karena kerusakan sel hati yang akan menyebabkan

konjugasi bilirubin terganggu, sehingga bilirubin direk akan meningkat.

Kerusakan sel hati juga akan menyebabkan bendungan didalam hati

sehingga bilirubin dalam darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam

sel hati yang kemudian akan menyebabkan peninggian kadar bilirubin

konjugasi di dalam aliran darah. Bilirubin direk ini larut didalam air

sehingga mudah diekskresikan oleh ginjal ke dalam air kemih. Adanya

sumbatan intrahepatik akan menyebabkan penurunan ekskresi bilirubin

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
15

dalam saluran pencernaan yang kemudian akan menyebabkan tinja

berwarna pucat, karena sterkonilinogen menurun.

Kerusakan hati terjadi pada keadaan:

1) Hepatitis oleh virus, bakteri, parasit

2) Sirosis Hepatitis

3) Tumor

4) Bahan kimia seperti fosfor, arsen

5) Penyakit lain seperti hemokromatosis,hipertiroidi dan penyakit

nieman pick (FKUI, 2007, h. 521).

Faktor predisposisi lain dari ikterus

a. Faktor ibu

1) Hipertensi

Preeklamsi dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada

kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero

plasenta, hipolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel

pembuluh darah plasenta. Sehingga menimbulkan dampak pada

janin yaitu fetal distress, intrauterine growth restriction (IUGR) dan

oligohidramnion, solusio plasenta, perdarahan intraventrikular, dan

sepsis. Dampak tersebut dapat memicu terjadinya ikterus pada bayi

(Saifuddin, 2008, h. 541-558).

2) Diabetes maternal

Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering

menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap janin. Bayi baru

lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus (DM) biasanya lebih besar,

dan bisa juga terjadi pembesaran dari organ-organnya (hepar,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
16

kelenjar adrenal, dan jantung). Ibu hamil dengan penyakit Diabetes

Melitus (DM) yang tidak terkontrol dengan baik dapat meningkatkan

resiko terjadinya keguguran atau bayi lahir mati. Jika sudah

terdiagnosa sebelum hamil namun tidak terkontrol dengan baik dapat

beresiko terjadinya kelainan kongenital. Salah satu komplikasi dari

diabetes melitus pada kehamilan yaitu dapat memicu terjadinya

ikterus patologis. (Saifuddin, 2008, h. 851-852).

b. Faktor bayi

1) Prematuritas

Prematuritas merupakan faktor pemicu ikterus karena fungsi

hati yang belum matang (Saifuddin, 2008, h. 376-377).

2) Sefalhematom

Perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan

periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah

melampaui batas sutura garis tengah. Kelainan ini akan menghilang

dalam waktu (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat

menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan

hemoglobin, hemotokrit, dan bilirubin (Saifuddin, 2008, h. 400).

Jenis kelamin

Jenis kelamin laki-laki merupakan faktor predisposisi dari

hiperbilirubinemia indirek (Sinclair, 2010, h. 360).

4. Patofisiologi

Bilirubin merupakan salah satu hasil pemecahan hemoglobin yang

disebabkan oleh kerusakan sel darah merah (SDM). Ketika sel darah merah

(SDM) dihancurkan, hasil pemecahannya terlepas ke sirkulasi, tempat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
17

hemoglobin terpecah menjadi dua fase fraksi: heme dan globin. Bagian

globin (protein) digunakan lagi oleh tubuh, dan bagian heme diubah menjadi

bilirubin tidak terkonjugasi, suatu zat tidak larut yang terikat pada albumin.

Rata-rata, bayi baru lahir memproduksi dua kali lebih banyak bilirubin

dibandingkan orang dewasa karena lebih tingginya kadar eritrosit yang

beredar dan lebih pendeknya lama hidup sel darah merah (SDM) (hanya 70

sampai 90 hari, dibandingkan 120 hari pada anak yang lebih tua dan orang

dewasa) (wong, 2008, h. 322).

Dihati bilirubin dilepas dari moleku albumin dan, dengan adanya

enzim glukuronil transferase, dikonjugasikan dengan asam glukoronat

menghasilkan larutan dengan kelarutan tinggi, bilirubin glukuronat

terkonjugasi,yang kemudian di ekskresi dalam empedu. Di usus, kerja bakteri

mereduksi bilirubin terkonjugasi menjadi urobilinogen, pigmen yang memberi

warna khas pada tinja, sebagian besar bilirubin terreduksi diekskresikan ke

feses; sebagian kecil dieliminasi ke urine (Wong, 2008, h. 322).

Akan tetapi, usus bayi yang steril dan kuramg motil pada awalnya

kurang efektif dalam mengekresikan urobilinogen. Pada usus bayi baru lahir ,

enzim β-glucuronidase mampu mengonversi bilirubin terkonjugasi, yang

kemudian diserap oleh mukosa usus dan ditranfor ke hati. Proses ini dikenal

sebagai sirkulasi atau pirau enterohepatik (Wong, 2008, h. 322).

Bagan. 2.1 patofisiologi Bilirubin sampai terjadi Ikterus

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
18

Diagram Metabolisme Bilirubin

5. Tanda dan gejala

Ikterus patologi memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

1) Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam

2) Setiap peningkatan kadar bilirubin serum memerlukan fototerapi.

3) Peningkatan kadar bilirubin total serum>0,5 mg/dl/jam (IDAI, 2010, h.

148)

4) Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi

kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan,

infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah (Surasmi, 2003,

h. 57)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
19

5) Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi muntah,

letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea,

takipnea atau suhu yang tidak stabil.

6) Persistensi ikterus klinis selama 7-10 hari pada bayi aterm atau 2 minggu

pada bayi prematur (Cooper, 2009, h. 844).

Penilaian

Menilai kira-kira kadar bilirubin

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya

buatan. Paling baik pengamatan ikterus dilakukan dalam cahaya matahari

dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan

warna pengaruh sirkulasi darah.

Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang

merupakan resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin bebas;

kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan di bawah sinar

biasa (day-light).

Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apabila

fasilitas memungkinkan dapat dilakukan secara klinis (Prawirohardjo, 2008, h.

382)

Tabel. 2.1 Rumus Kramer

Daerah / Kadar bilirubin


Luas Ikterus
Kramer (mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 (+) badan bagian atas 9

3 Daerah 1,2 (+) badan bagian bawah dan 11


tungkai
4 Daerah 1,2,3 (+) lengan dan kaki dibawah 12
lutut
5 Daerah 1,2,3,4 (+) tangan dan kaki 16

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
20

Sumber : Prawirohardjo, 2008, h. 382.

Gambar. 2.1 Pembagian derajat ikterus menurut Kramer (Sumber: Asrining


Surasmi, Perawatan bayi Risiko Tinggi, EGC, 2003, hlm.60)

Gejala klinis pada permulaanya tidak jelas tetapi dapat disebutkan

diantaranya seperti :

a. Mata berputar

b. Letargis

c. Kejang

d. Tak mau menghisap

e. Leher kaku (FKUI,2007; h.1102)

f. Tangisan lemah dan melengking

g. Leher dan punggung melengkung

h. Hipertonia/ hitonia (Tonus otot jelas meningkat atau menurun). (Davies,

Mc Donald; 2011, h.315)

6. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menetapkan atau memperjelas diagnosa ikterus pada bayi

baru lahir tidak mudah dan memerlukan beberapa pemeriksaan laboratorium

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
21

yang membutuhkan tenaga ahli dan biyaya yang tidak sedikit. Beberapa

pemeriksaan yang perlu dilakukan, baik pada bayi maupun pada ibu.

Bayi

a. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada

saat lahir.

b. Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah

tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang

dibutuhkan.

c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam

pertama kelahiran. (Depkes RI, 2005, h. 5-16)

d. Uji Coombs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal pada sel

darah merah (SDM) janin

e. Uji Cooms indirek untuk mendeteksi adanya antibodi maternal dalam

serum

f. Menghitung retikulosit-meningkat akibat hemolisis saat sel darah merah

(SDM) baru diproduksi

g. Golongan darah ABO dan tipe rhesus negative (Rh) terhadap

kemungkinan inkompatibilitas

h. Taksiran hemoglobin/ hematokrit untuk mengkaji anemia

i. Menghitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi

j. Sampel serum untuk imunoglobulin spesifik guna melihat adanya infeksi

TORCH

k. Assay glukosa-6 fosfat dehidrogenase (G6PD)

l. Zat dalam urine, misalnya galaktosa (Cooper, 2009, h. 851-852)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
22

Untuk menilai Ikterus agar kadar bilirubin transkutan dapat di ketahui

dapat dilakukan penilaian menggunakan alat spektometri reflektans dan

bekerja tanpa dipengaruhi oleh beragam jenis pigmentasi kulit bayi.

Spektrometri reflektans memiliki banyak keuntungan dibandingkan

dengan pemeriksaan serum, yaitu:

a. Tidak terlalu invasif

b. Mengurangi jumlah pengambilan sampel darah

c. Tidak menimbulkannyeri fisik pada bayi

d. Lebih tidak mencemaskan bagi orang tua

e. Bayi tidak terpajan resiko insisi tumit berulang, yang mencakup atrofi

jaringan, pembentukan kista dan osteomielitis

f. Akurat dalam menentukan kadar bilirubin serum bayi cukup bulan atau

bayi hampir cukup bulan. (Davies, Mc Donald, 2011, h. 316)

Pengkajian fisik dapat meliputi pengamatan sebagai berikut:

a. Ketidakstabilan suhu

b. Letargis atau tidak mau menyusu, dehidrasi, kelaparan, hipotermia,

asidosis, atau hipoksia

c. Brakikardia atau takikardia, dan adanya apnea

d. Pengeluaran urine dan feses serta adanya muntah

e. Tanda-tanda sistem saraf pusat yang memerlukan pemeriksaan

neurodevelopmental lengkap. (Cooper, 2009, h. 855)

7. Penatalaksanaan medis

Pengkajian fisik, pengkajian ini meliputi pengamatan terhadap :

a. Luasnya perubahan kulit dan warna sklera

b. Progesi ikterus di sefalo-kaudal

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
23

c. Tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan keinginan untuk

menyusu (makan)

d. Urine gelap atau feses pucat

e. Adanya dehidrasi, kelaparan, hipotermia, asidosis, atau hipoksia

f. Muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada tinggi (Cooper, 2009, h.

851).

Penanganan ikterus patologi yang dapat dilakukan oleh bidan atas

Advice dokter Specialis anak adalah sebagai berikut:

Strategi fototerapi yang dilakukan untuk mengatasi ikterus patologi:

a. Fototerapi

Merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang

menggunakan lampu, dan lampu yang digunakan sebaikanya tidak lebih

dari 500 jam untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh

lampu. (Hidayat, 2005; h. 95). Tujuan dari pemberian fototerapi adalah

untuk mencegah konsentrasi bilirubin tak-terkonjugasi dalam darah

sehingga mencapai kadar yang menyebabkan terjadinya neurotoksisitas.

(Cooper, 2009; h. 852). Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter

biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari

10%, sebelum transfusi tukar atau setelah transfusi tukar.(Surasmi dkk,

2003, h. 63).

Fototerapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar

blue-green spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan

paling kurang 30 uW/cm² (diperiksa dengan radiometer, atau diperkirakan

dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit bayi

yang terpajan lebih luas) (IDAI, 2010, h. 164).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
24

Indikasi untuk fototerapi, pemberian fototerapi didasarkan pada

kadar bilirubin serum dan kondisi individu setiap bayi, terutama jika ikterus

terjadi dalam 12-24 jam pertama :

1) Untuk bayi prematur <1500 gram – antara 85 dan 140 µmol / L (5 dan

8 mg/dl)

2) Untuk bayi prematur >1500 gram, bayi sakit dan bayi dengan

hemolisis antara 140 dan 165 µmol / L (8 dan 10 mg/dl)

3) Untuk bayi aterm sehat yang ikterus setelah 48 jam antara 280 dan

365 µmol / L (17 dan 22 mg/dl)

Faktor individu tersebut, kadar bilirubin serum di bawah 215 µmol /

L (13 mg/dl), biasanya diterima sebagai tanda perlunya menghentikan

fototerapi. Meskipun kadar bilirubin dapat meningkat setelah fototerapi,

bayi sehat tidak memerlukan uji lebih lanjut hanya untuk mengidentifikasi

efek balik ini (Cooper, 2009, h. 852).

Teknik melakukan Fototerapi adalah sebagai berikut :

1) Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi terkena sinar

2) Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang memantulkan

cahaya

3) Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm

4) Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali

5) Lakukan pengukuran suhu tubuh setiap 4-6 jam sekali

6) Berikan atau sediakan lampu masing masing-masing 20 watt

sebanyak 8-10 buah yang disusun secara pararel

7) Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan ASI, bayi

dikeluarkan dari tempat terapi dan dipangku (posisi menyusui),

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
25

penutup mata dibuka, serta diobservasi ada tidaknya iritasi. (Hidayat,

2005; h.95).

Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar antara lain :

1) Peningkatan „ insensible water loss‟ pada bayi

2) Frekuensi defekasi yang meningkat

3) Timbulnya kelainan kulit yang sering disebut „ flea bite rash „ di

daerah muka, badan dan ekstremitas

4) Gangguan retina

5) Gangguan pertumbuhan

6) Kenaikan suhu

7) Beberapa kelainan lain seperti gangguan minum, letargi, iritabilitas

kadang-kadang ditemukan pada penderita (FKUI, 2007, h. 1114).

b. Transfusi tukar

Merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan mencegah

peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pemberian transfusi tukar

dilakukan apabila kadar bilirubin indirek 20 mg%, kenaikan kadar bilirubin

yang cepat yaitu 0,3-1 mg/jam, anemia berat dengan gejala gagal jantung

dan kadar hemoglobin tali pusat 14 mg, dan uji Coombs direk positif.

(Hidayat, 2005, h. 95). Transfusi tukar akan dilakukan akan dilakukan oleh

dokter pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek sama dengan atau

lebih tinggi dari 20 mg% atau secara lebih awal sebelum bilirubin

mencapai kadar 20mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat

lebih dari 4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg%,

peningkatan kadar bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah yang digunakan

sebagai darah pengganti (darah donor) ditetapkan berdasarkan penyebab

hiperbilirubinemia.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
26

Sebelum transfusi tukar, label darah harus diperiksa apakah sudah

sesuai dengan permintaan dan tujuan transfusi tukar. Darah yang

digunakan usianya harus kurang dari 72 jam. Darah yang akan

dimasukan harus dihangatkan dulu, dua jam sebelum transfusi tukar bayi

dipuasakan, bila perlu dipasang pipa nasogastrik, lalu bayi dibawa ke

ruang aseptik untuk menjalani prosedur transfusi tukar.

Prosedur transfusi tukar

1) Bayi ditidurkan rata di atas meja dengan fiksasi longgar.

2) Pasang monitor jantung, alarm jantung diatur di luar batas 100-180

kali/ menit.

3) Masukan kateter ke dalam vena umbilikalis

4) Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan.

Kemudian darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan ke dalam

tubuh bayi. Setelah menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi

sebanyak 20 cc dan dikeluarkan. Kemudian dimasukan darah

pengganti dengan jumlah yang sama, demikian siklus penggantian

tersebut diulangi sampai selesai.

5) Kecepatan menghisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi

yang diperkirakan 1,8 cc/kg BB. Jumlah darah yang ditransfusi tukar

berkisar 140- 180 cc/kg BB bergantung pada tinggi- rendahnya kadar

bilirubin sebelum transfusi tukar (Surasmi dkk, 2003, h. 66)

Pada bayi yang lebih kecil, sakit atau sangat prematur, bayi

dengan hemolisis atau terjadi atau terjadi ikterus dalam 12-24 jam

pertama, transfusi tukar dapat dipertimbangkan pada kadar bilirubin

serum dengan rentang yang lebih rendah :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
27

1) 255 µmol / L (15 mg/dl) untuk bayi prematur <1500 gram

2) 300-400 µmol / L (17-23 mg/dl) untuk bayi sakit dan prematur >1500

gram, dan bayi dengan hemolisis

3) 400-500 µmol / L (23-29 mg/dl) untuk bayi sehat aterm

Efek samping transfusi tukar. Komplikasi dapat terjadi akibat

prosedur dan produk darah. Bayi dengan masalah medis lain dengan

cenderung mengalami komplikasi berat, seperti hipoklasemia,

trombositopenia, dan angka kematian menjadi lebih tinggi. Enterokolitis

nekrotikans (NEC) juga meningkat dengan transfusi tukar menyimpulkan

bahwa, pada bayi sakit, transfusi tukar harus ditunda hingga resiko

kernikterus sebesar resiko prosedur (Cooper, 2009, h. 853).

c. Terapi obat

Ada beberapa obat yang mungkin digunakan dan beberapa lebih

lazim digunakan dalam terapi Ikterus patologi.

1) Obat yang menghambat degradasi heme sehingga mengurangi kadar

bilirubin antara lain metaloporfirin, D-penisilamin, dan inhibitor peptida

2) Obat yang meningkatkan konjugasi bilirubin antara lain fenobarbital,

klofibrat dan ramuan herbal cina

3) Peningkatan asupan oral bayi

4) Pemberian arang atau agar per oral menurunkan resirkulasi entero-

hepatik bilirubin

5) Infus albumi memperbanyak lokasi pengikatan, mengurangi risiko

bilirubin bebas melintasi sawar darah-otak dan dapat digunakan bila

orang tua dapat menolak transfusi darah atau ketika tidak ada produk

darah yang cocok .

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
28

Efek samping terapi ikterus patologis bagi bayi terhadap ibu

mencakup :

1) Rasa cemas; ibu dapat berpikir bahwa tindakan mereka

menyebabkan terjadinya ikterus

2) Rasa cemas akibat pengambilan sampel darah bayi dan nyeri serta

reaksi yang diperlihatkan bayi

3) Ketakutan bila kadar bilirubin terus meningkat, bahkan dengan terapi,

akan efek jangka panjang yang mungkin timbul

4) Rasa cemas akan dampak pada sang bayi yang diinkubator, disinari

cahaya dan menggunakan pelindung mata, serta kemungkinan

bahwa pelindung akan bergeser dan mencekik bayi.

5) Ketakutan terhadap kesehatan bayi, bahkan sesudah terapi lam

dihentikan

6) Stres karena berada didalam fasilitas medis

7) Kecenderungan mereka untuk memilih merawat bayi di rumah

sehingga bayi dapat berkumpul dirumah bersama keluarga,

mencegah timbulnya masalah seputar biaya transportasi ke unit dan

perawatan anak, dll. (Davies dan Mc Donald, 2011, h. 320)

8. Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan Ikterus Patologi

a. Perencanan

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ikterus patologi yaitu :

1) Observasi ikterus

2) Lakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan

3) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
29

4) Berikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu

tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau pengluaran dan turgor

kulit.

5) Pantau suhu tubuh bayi dan suhu inkubator

6) Pantau area bokong dan feses

7) Upayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan kondisi kulit

tiap 8 jam dan pada saat perawatan

8) Ubah posisi tiap 2 jam

9) Berikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi

10) Siapkan bayi untuk transfusi tukar

11) Bantu pemasukan kateter

12) Bantu pengumpulan contoh darah

13) Periksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah

14) Hangatkan darah sesuai prosedur (Surasmi, 2003, h. 69)

b. Pelaksanaan

1) Mengobservasi ikterus dengan Kramer yaitu :

a) Kramer 1 : kepala sampai leher

b) Kramer 2 : kepala, badan sampai dengan umbilicus

c) Kramer 3 : kepala, badan, paha sampai dengan lutut

d) Kramer4: kepala, badan, ekstremitas sampai dengan

pergelangan tangan dan kaki

e) Kramer 5 : kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan

ujung jari

2) Melakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan,

pemeriksaan ini dilakukan sebelum fototerapi karena dapat

mengurangi akurasi instrumen ini.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
30

3) Memantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui Rh dan

kadar bilirubin (bayi aterm >12,5 mg/dL, bayi prematur >15 mg/dL).

4) Memberikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila

perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau haluaran dan

turgor kulit.

5) Melaksanakan fototerapi sesuai anjuran dokter, biasanya diberikan

pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek >10 mg%

6) Menidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm di bawah lampu

7) Memasang penutup mata, untuk mencegah kerusakan retina. Setiap

4 jam matikan lampu lepaskan penutup mata untuk memantau kondisi

mata dan memberi rangsangan visual pada neonatus. Memantau

iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.

8) Memantau suhu tubuh bayi dan suhu incubator. Suhu tubuh diukur 4-

6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu

9) Memantau area bokong dan feses

10) Mengupayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan kondisi

kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan

11) Mengubah posisi tiap 2 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas

mungkin.

12) Memberikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi dan melepas

pelindung mata untuk memfasilitasi proses pelekatan.

13) Menyiapkan bayi untuk transfusi tukar, apabila terjadi

hiperbilirubinemia berat dan penanganan pilihan untuk

hiperbilirubinemia dan hidrops fetalis yang diakibatkan oleh

inkompatibilitas Rh.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
31

14) Membantu pemasukan kateter ke dalam vena umbilikalis. Melalui

kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan. Kemudian

darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi.

15) Membantu pengumpulan contoh darah

16) Memeriksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah

17) Menghangatkan darah sesuai suhu temperatur ruang. Pemanasan

darah dapat merusak eritrosit yang akan menghemolisis dan

menghasilkan bilirubin. Pemanasan tidak boleh dilakukan secara

langsung dan tidak boleh menggunakan microwave. Darah

dihangatkan dengan koil penghangat yang dirancang untuk tujuan

tersebut

c. Evaluasi

1) Tidak terjadi kernikterus pada neonatus

2) Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara

4) Integritas kulit baik/utuh bayi menunjukkan partisipasi terhadap

rangsangan visual

5) Terjalin interkasi bayi dan orang tua

d. Data perkembangan I

Tanggal… Jam...

S : ibu mengatakan bayi BAB berapa kali sehari dan warnanya, BAK

berapa kali sehari dan warnanya, bayi menghisapnya lemah/kuat.

Bayi telah diberikan ASI/PASI.

O : pada pemeriksaan fisik, kulit bayi berwarna kuning pada bagian

tubuh bayi dan hasil pemeriksaan laboratorium

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
32

A : bayi Ny. …umur 0 – 24 jam dengan ikterus patologi

P : 1. Lakukan observasi keadaan umum dan kesadaran bayi

2. Lakukan observasi pola eliminasi pada bayi

3. Lakukan observasi reflek menghisap bayi lemah/kuat

4. Lakukan observasi aktivitas bayi, tangisannya lemah/keras

melengking

5. Pemberian ASI/PASI secara adekuat

6. Lakukan observasi derajat ikterus

9. Komplikasi

Komplikasi dari ikterus adalah terjadinya cern-icterus. Cern- icterus

adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup

bulan dengan ikterus berat (bilirubin indirect lebih dari 20 mg%) dan disertai

penyakit hemolitik berat dan pada autopsi ditemukan bercak bilirubin di otak.

Cern- icterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf spastis yang terjadi

secara kronik (Surasmi, 2003, h. 57-58). Gejala klinis pada permulaannya

tidak jelas tapi dapat disebutkan ialah mata yang berputar, letargis, kejang,

tak mau menghisap,gumoh, tonus otot meninggi, leher kaku dan opistotonus

(IKA, 2007, h. 1102).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

Manjemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari

pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan,

dan evaluasi (PP IBI, 2006, h. 126).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
33

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan tanggung jawab dalam

memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhkan/masalah

dalam kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta

keluarga berencana (PP IBI, 2006, h. 126).

Manajemen asuhan kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yaitu

sebagai berikut :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi

ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan

fisik dan panggul sesuai idikasi, meninjau kembali proses perkembangan

keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali

data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar

yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang

berkaitan dengan kondisi bayi baru lahir. Bidan mengumpulkan data dasar awal

lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru lahir mengalami komplikasi yang

mengharuskan mereka mendapat konsultasi dokter sebagai bagian dari

penatalaksanaan kolaborasi (Varney, 2007, h. 27).

Langkah II : Menginterpretasi Data

Menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau

diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang di identifikasi khusus. Kata

masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena beberapa masalah tidak

dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan

dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.

Masalah sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
34

tentang diagnosisnya dan ini sering kali diidentifikasi berdasarkan pengalaman

bidan dalam mengenali masalah seseorang (Varney, 2007, h. 27).

Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

Berdasarkan masalah diagnosis saat ini, langkah ini adalah langkah yang

sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman.

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

untuk melakukan kolaborasi/konsultasi

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

penatalaksanaan kebidanan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan

primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan

perawatan berkelanjutan. Beberapa data mengindikasi situasi kedaruratan, yang

mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan

nyawa ibu dan bayinya (Varney, 2007, h. 27).

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu

pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan

masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik saat ini maupun yang dapat di

antisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan

dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan

untuk melengkapi data dasar. Rencana perawatan menggambarkan petunjuk

antisipasi bagi ibu atau orang tua adalah pihak yang nantinya melaksanakan

atau tidak melaksanakan rencana yang telah dibuat bersama. Oleh karena itu,

setiap tugas yang dilakukan pada setiap langkah ditetapkan setelah dirumuskan

dan didiskusikan bersama orang tua sekaligus sebagai upaya mengonfirmasi

persetujuan klien (Varney, 2007, h. 27).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
35

Langkah VI : Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh

Langkah ini dapat dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau

dilakukan sebagian oleh orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. pada

keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi kontribusi terhadap

penatalaksanaan perawatan klien dan dengan komplikasi, bidan dapat

mengambil tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan kolaborasi

yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan

biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen

implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara berkala,

akurat, dan menyeluruh (Varney, 2007, h. 27).

Langkah VII : Evaluasi

Langkah terakhir ini merupakan tindakan untuk memeriksa apakah

rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu

memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang

masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut

menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua tindakan dalam rencana dan

menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi (Varney, 2007, h. 28).

Metode Pendokumentasian secara SOAP meliputi :

S : Subyektif : Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu atau keluarganya

O : Obyektif : Pernyataan yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh bidan

sewaktu melakukan pemeriksaan

A : Asesment : Kesimpulan dari data-data subyektif dan obyektif yang didapat

P : Planning : Rencana yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi data

diatas.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
36

I. PENGKAJIAN

Merupakan pengumpulan data tentang status data klien yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, data tersebut diperoleh

dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang.

A. Data Subyektif

1. Identitas Pasien

Nama : Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus

jelas dan lengkap, nama depan, nama tengah (bila

ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrab

supaya tidak ada kesalahan dalam pemberian asuhan

kebidanan (Matondang, 2009, h. 5).

Umur : Umur harus jelas dan dilengkapi tanggal lahir, usia

anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan

apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal

sesuai dengan umurnya (Matondang, 2009, h. 5),

ikterus patologis timbul pada umur 24 jam sedangkan

pada bayi prematur menetap sampai umur 2 minggu

(Sinclair, 2010, h. 360).

Identitas penanggung jawab:

Nama : Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan

dengan jelas agar tidak salah dalam memanggil nama

dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama

yang sama. Bila ada, titel yang bersangkutan harus

disertakan (Matondang, 2009, h. 6).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
37

Suku : Suku perlu di kaji untuk menilai perilaku tentang

kesehatan dan penyakit yang berhubungan dengan

kebiasaan dan tradisi yang dapat menunjang atau

menghambat perilaku sehat (Muttaqin, 2008, h. 430).

Suku bangsa harus jelas karena pada beberapa

etnik/suku (seperti ,Korea, Cina, jepang, dan indian

Amerika) merupakan salah satu faktor resiko

terjadinya ikterus (Haws, 2008, h. 202).

2. Alasan datang :

3. Keluhan utama: Menanyakan keluhan utama dengan jelas dan lengkap

yaitu keluhan yang menyebabkan pasien dibawah ke rumah sakit

(Matondang, 2009, h. 6). Bayi mengalami kuning pada bagian

konjungtiva, kulit dan mukosa (Hidayat, 2011, h. 3).

4. Riwayat kesehatan:

a. Riwayat kesehatan bayi sekarang

Orang tua bayi mengatakan bayinya mengalami muntah, letargis,

malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea

atau suhu yang tidak stabil (Cooper, 2009, h. 844).

b. Riwayat kesehatan ibu dahulu

Keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya

penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit

tersebut (Matondang, dkk, 2009; h. 5-16). Penyakit pada ibu yang

berpengaruh pada peningkatan ikterus misalnya diabetes mellitus

(Haws, 2008, h. 202), kadar glukosa yang tinggi pada ibu hamil sering

menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap janin. Bayi baru

lahir dari ibu dengan sel darah merah (DM) biasanya lebih besar, dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
38

bisa juga terjadi pembesaran dari organ-organnya (hepar, kelenjar

adrenal, dan jantung). Salah satu komplikasi dari diabetes pada

kehamilan yaitu dapat memicu terjadinya ikterus. (Saifuddin, 2008, h.

851-852)

c. Riwayat kesehatan keluarga

Dengan adanya riwayat penyakit hemolitik (inkompatibilitas

rhesus, inkompatibilitas ABO) dalam keluarga atau saudara kandung

yang ikterus atau predisposisi etnik atau suku terhadap ikterus atau

penyakit keturunan (Cooper, 2009, h. 851)

5. Riwayat Obstetri (Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu)

Hal yang harus ditanyakan kepada ibu pertama kali adalah

riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. (Muttaqin, 2008, h.

431) Riwayat persalinan ibu meliputi tanggal persalinan, jenis

persalinan dan keadaan bayi segera setelah lahir. Jenis persalinan

seperti vakum dapat menyebabkan trauma lahir dan keadaan bayi

bila terjadi asifiksia, lahir prematur, serta adanya infeksi neonatal. Hal

ini dapat menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi (FKUI, 2007, h.

1102)

6. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola intake nutrisi

Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI pada umur

anak tertentu (Muttaqin, 2008, h. 431). Mengetahui nutrisi yang

didapatkan oleh bayi. Pemberian ASI yang adekuat akan mengurangi

terjadinya ikterus. Pada bayi yang diberi susu formula cenderung

mengeluarkan bilirubin yang lebih banyak dibandingkan dengan yang

diberi ASI (IDAI, 2010, h. 153). Bayi dengan ikterus patologi menyusu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
39

buruk, sehingga pola nutrisi bayi terganggu (Davies dan McDonald,

2011, h. 315).

b. Pola eliminasi

1) BAK

Pada bayi yang mengalami ikterus patologi air kemih

berwarna kuning gelap seperti air teh (Matondang, 2009, h. 13-

14). Hal ini disebabkan karena usus bayi yang steril dan kurang

motil sehingga gagal dalam mengubah bilirubin menjadi urobilin,

sehingga tidak dapat mengekresikan urobilinogen dalam urine

(Davies dan McDonald, 2011, h. 310).

2) BAB

Pada bayi yang mengalami ikterus patologi feses berwujud

padat (Matondang, 2009, h. 13-14). Hal ini disebabkan karena

usus bayi yang steril dan kurang motil sehingga gagal dalam

mengubah bilirubin menjadi urobilin, sehingga tidak dapat

mengekresikan sterkobilinogen dalam feses (Davies dan

McDonald, 2011, h. 310).

3) Aktivitas

Tonus otot akan sedikit menurun, iritabilitas atau

menangis dengan nada tinggi (Cooper, 2009, h. 851) Keadaan

tersebut disebabkan karena dehidrasi dan kelaparan (Cooper,

2010, h. 843)

4) Pola istirahat

Menggambarkan berapa lama bayi beristirahat. Pola

istirahat pada bayi ikterus patologi terganggu karena aktivitas

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
40

tangisannya yang keras dan melengking (Davies dan McDonald,

2009, h. 315).

B. Data Obyektif

1. Keadaan umum

Bayi baru lahir dapat terlihat dalam keadaan tidur, bangun

terdiam atau menangis (Matondang, dkk, 2009; h. 24). Pada bayi

dengan ikterus patologis keadaan umumnya cukup (IDAI, 2010, h.

147-148)

2. Tingkat kesadaran

Neonatus dan bayi kecil normal belum dapat memberikan

respons terhadap stimulus tertentu, dalam keadaan ini kesadaran

disimpulkan dari kemampuan bayi memberi respon terhadap stimulus

yang sesuai dengan tingkat perkembangannya (Matondang, dkk,

2009; h. 25). Keadaan bayi ikterus patologi somnolen (bayi

mengantuk) (Davies dan McDonald, 2011, h. 315)

3. Tanda vital

a. Detak Jantung

Mendengarkan bunyi jantung dengan meletakkan stetoskop

di ruang antar iga. Bunyi jantung bayi baru lahir normalnya 110-160

kali per menit (Davies dan McDonald, 2011, h. 33). Pada bayi

ikterus umumnya bunyi jantung normal selagi tidak disertai

komplikasi penyakit lainnya.

b. Suhu

Menggambarkan suhu tubuh bayi. Suhu tubuh bayi diukur

pada rektum. Suhu bayi normal adalah di antara 36,5-37,5 derajat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
41

Celsius (Matondang, dkk, 2009, h. 150). Pada bayi ikterus patologi

mengalami ketidakstabilan suhu (Varney, 2008, h. 943).

c. Respirasi

Pemeriksaan harus mencakup laju pernapasan, irama atau

keteraturan, kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan. Frekuensi

napas sebesar 40-60 kali per menit dianggap normal pada bayi

baru lahir (Davies dan McDonald, 2011, h. 33-34). Terkadang pada

bayi ikterus mengalami hipoksia sehingga adanya apnea, takipnea

(Cooper, 2009, h. 855)

4. Atropometri

a. Berat badan

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan

akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram

dan berta badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada

akhir bulan ke-6 (Hidayat, 2008, h. 15). Pada bayi ikterus patologi

berat badan bayi akan menurun/kehilangan berat badan (IDAI,

2010, h. 153).

b. LILA

Lingkar lengan pada bayi normalnya yaitu 10 - 11 cm. LILA

pada bayi ikterus patologi normal selain apabila ada penyakit

penyerta lainnya (Matondang, dkk, 2009, h. 33-34) Pada bayi

prematur, status gizi kurang, atau BBLR dapat menyebabkan

terjadinya ikterus (Fraser dan Cooper, 2009, h. 843)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
42

5. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Untuk menilai lingkar kepala bayi apakah normal atau tidak,

status gizi, benjolan, luka, sutura (Matondang, 2009, h.34).Warna

kulit kepala bayi yang ikterus kuning dan terdapat benjolan atau

luka akibat trauma lahir (Saifuddin, 2008, h. 385)

b. Muka

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai apakah ada

kelainan atau tidak seperti asimetri wajah (Matondang, 2009, h.

50). Apabila pada bayi ikterus warna kulit kuning (Saifuddin, 2008,

h.385)

c. Mata

Pemeriksaan mata dilakukan untuk melihat adanya

kesimetrisan dan warna pada sklera (Hidayat, 2008; h. 68). Pada

bayi yang terkena ikterus terlihat warna skelera kuning (IDAI, 2010,

h. 147)

d. Telinga

Pemeriksaan telinga dilakukan untuk menilai adanya

gangguan pendengaran dan melihat kesimetrisan telinga (Hidayat,

2008, h. 68). Pada bayi dengan ikterus terlihat warna kuning pada

telinga (Saifuddin, 2008, h. 385).

e. Mulut

Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menilai ada kelainan

pada mulut, warna lidah, dan kemampuan reflek menghisap

(Hidayat, 2008; h. 68). Pada ikterus ada kelaianan tetapi untuk

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
43

ikterus patologis didapati reflek menghisap kurang (Cooper, 2009,

h. 843)

f. Hidung

Untuk menilai bentuk hidung, sekret, dan gerakan cuping

hidung (Matondang, 2009, h.56) Pada bayi dengan ikterus kurang

bulan didapati adanya cuping hidung (IKA, 2007, h. 1053)

g. Leher

Menilai adanya pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tyroid,

dan bendungan vena jugularis, kaku kuduk, dan kelainan

(Matondang, 2009, h. 64) Pada bayi dengan ikterus akan didapati

warna kuning pada leher yang menandakan batas kramer 1

(Saifuddin, 2008, h.285)

h. Dada

Mengetahui adanya retraksi dinding dada dan kesimetrisan

(Matondang, 2009, h.68). Warna pada bayi ikterus warna kulit

dada kuning dan terdapat retraksi dinding dada pada bayi kurang

bulan (IKA, 2007, h. 1202)

i. Abdomen

Menilai bentuk abdomen, dinding perut, gerakan dinding

dada, auskultasi, dan perkusi (Matondang, 2009, h. 96-99). Pada

ikterus patologis dijumpai bentuk perut buncit karena adanya

pembesaran hati selain itu juga menilai keadaan tali pusat, dan

peristaltik usus (Hidayat, 2008, h.69) warna abdomen pada bayi

ikterus berwarna kuning sebagai batas kramer 2 (Saifuddin, 2008,

h. 385)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
44

j. Punggung

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya

kelainan bentuk tulang belakang (Matondang, 2009, h. 101) Warna

punggung bayi dengan ikterus adalah kuning (Saifuddin , 2008, h.

385)

k. Ekstremitas

Menilai ekstremitas atas dan bawah meliputi keutuhan jari,

gerakan, warna kuku (Matondang, 2009, h. 121). Warna kuku dan

kulit pada bayi ikterus adalah kuning (Saifuddin, 2008, h. 385)

pada ikterus patologi gerakan lemah (IKA, 2007, h. 1102).

l. Genetalia

Genetalia harus diperiksa untuk memastikan jenis kelamin

bayi. Memastikan bayi sudah berkemih. Pada bayi laki-laki

memastikan bahwa testis sudah turun dalam skrotum, terdapatnya

lubang uretra. Skrotum bayi aterm diselimuti oleh rugae, lipatan,

dan kerutan. Pada bayi perempuan labia mayora harus menutupi

labia minora (Davies dan McDonald, 2011, h. 38-39). Pada bayi

ikterus patologi genetalia normal, testis sudah turun dalam skrotum

untuk bayi laki-laki dan untuk bayi perempuan labia mayora telah

menutupi labia minora.

m. Anus

Anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya

mekonium pada bayi baru lahir karena pengeluaran tinja terlambat

merupakan factor predisposisi ikterus patologi (Davies dan

McDonald, 2011, h. 24-35). Pada ikterus patologi anus normal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
45

n. Kulit

Warna kulit pada neonatus normal adalah kemerahan.

Pada umumnya kulit pada bayi ikterus patologi berwarna kuning.

Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa

pada mukosa (Matondang, dkk, 2009, h. 37).

Menilai warna kulit apabila pada bayi dengan ikterus

berwarna kuning yaitu sebagai berikut:

Kramer 1 : Kepala dan leher

Kramer 2 : Kramer dan bahan bagian atas

Kramer 3 : Kramer 1, 2, dan badan bagian bawah serta

tungkai

Kramer 4 : Kramer 1, 2, 3 dan lengan serta kaki

dibawah dengkul

Kramer 5 : Kramer 1, 2, 3, 4 dan tangan serta kaki

adanya vernic ceseosa, elastisitas, tipis/

transparant, dan tanda lahir (Saifuddin,

2008; h. 385)

o. Reflek

1) Morro

Reflek ini adalah suatu reaksi kejutan dengan

menimbulkan perasaan jatuh pada bayi. Reaksinya bayi akan

kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan

tangan terbuka dengan gerakan abduksi dan fleksi (Davies

dan McDonald, 2011, h. 34-45). Pada bayi ikterus patologi

reflek morro berlebihan (Varney, dkk, 2002, h. 284).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
46

2) Rooting

Bayi akan memutar kearah sumber rangsangan dan

membuka mulut, bersiap untuk menyusu jika disentuh di pipi

atau tepi mulut (Cooper, 2009, h. 722). Pada bayi ikterus

patologi normal.

3) Sucking

Reflek ini berkembang dengan baik pada bayi yang

normal dan terkoordinasi dengan pernapasan. Reflek ini

sangat penting artinya bagi proses pemberian makan dan

kecukupan nutrisi (Fraser dan Cooper, 2009, h. 722). Pada

bayi ikterus patologi dalam menyusu buruk (Davies dan

McDonald, 2011, h. 315).

4) Walking

Pada reflek ini, jika disangga pada posisi tegak dengan

kakinya menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba

berjalan. Jika digendong dengan tibia menyentuh ujung meja,

bayi akan mencoba menaiki meja tersebut (Cooper, 2009, h.

722). Pada bayi ikterus patologi terdapat gerakan mengayuh

sepeda (Davies dan McDonald, 2011, h. 315).

5) Tonick neck

Reflek ini dilakukan dengan bayi posisi telentang,

kepala digaris tengah dan anggota gerak dalam posisi fleksi,

apabila kepala ditengokkan ke kanan, maka akan terjadi

ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan, dan sebaliknya

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
47

(Matondang, dkk, 2009, h. 142). Pada bayi ikterus patologi

terjadi gejala leher kaku (FKUI, 2007, h. 1102).

6) Babinski

Reflek genggaman telapak tangan dapat dilihat

dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi. Jari

atau pensil itu akan digenggam dengan mantap. Respons

yang sama juga ditunjukkan dengan cara menyentuh bagian

bawah jari kaki/genggaman telapak kaki (Cooper, 2009, h.

722). Pada bayi ikterus patologi reflek ini terganggu karena

adanya tangisan yang melengking, hipertotonus, dan

opistotonus (Surasmi, 2003, h. 60).

p. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar

bilirubin dan darah, darah tepi, kadar enzim G-6-PD, uji coombs,

dan memgetahui penyebab ikterus, inkompatabilitas darah ABO

(Cooper, 2009, h. 852)

II. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa kebidanan

Bayi Ny. …umur 0 - 24 jam dengan ikterus patologi.

1. Data Subyektif

a. Pernyataan ibu mengenai alasan datang dan tanggal kelahiran.

b. Pernyataan ibu mengenai keluhan utama : bayi terlihat kuning

pada bagian tertentu, malas menetek, berat badan menurun,

letargis, dan muntah.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
48

2. Data Objektif

a. Keadaan umum cukup dan kesadaran bayi rendah dengan

ditandai bayi tampak mengantuk, tidak responsif, dengan stimulus

yang diberikan.

b. Riwayat kelahiran : adanya trauma lahir, bayi dengan asfiksia,

lahir prematur, dan adanya infeksi neonatal

c. Pemeriksaan fisik ditemukan warna kulit kuning pada bagian

tubuh bayi, selaput lendir, urin berwarna seperti teh, letargis,

tremor, dan kejang

d. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan

darah (untuk mengetahui kadar bilirubin total, darah tapi untuk

mengetahui adanya sel abdnormal, penentuan golongan darah

dan Rh untuk kemungkinan adanya inkompatibilitas, pemeriksaan

kadar enzim G-6-PD, mendeksi adanya antibody dalam sel darah

merah yang baru diproduksi, taksiran hemoglobin untuk mengkaji

anemia, hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi dan urine

(untuk mendeteksi misal galaktosa) (FKUI, 2007, h. 1108)

B. Masalah

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Potensial terjadi Kern icterus

Antisipasi kolaborasi dengan dokter spesialis anak

IV. ANTISIPASI, IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA, KONSULTASI DAN

KOLABORASI

Konsultasi dengan dokter spesialis anak untuk menentukan penanganan

yang tepat dan sesuai dengan kadar bilirubin total (IDAI, 2010, h.158)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
49

V. PERENCANAAN

Ikterus Patologi

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ikterus patologi yaitu :

1. Observasi ikterus

2. Lakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan

3. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium

4. Berikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu

tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau haluaran dan turgor kulit.

5. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu inkubator

6. Pantau area bokong dan feses

7. Upayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan kondisi kulit tiap

8 jam dan pada saat perawatan

8. Ubah posisi tiap 2 jam

9. Berikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi

10. Siapkan bayi untuk transfusi tukar

11. Bantu pemasukan kateter

12. Bantu pengumpulan contoh darah

13. Periksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah

14. Hangatkan darah sesuai prosedur (Surasmi, 2003, h. 69)

VI. PELAKSANAAN

A. Ikterus Patologi

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Ikterus Patologi yaitu :

1. Mengobservasi ikterus dengan Kramer yaitu :

a. Kramer 1 : kepala sampai leher

b. Kramer 2 : kepala, badan sampai dengan umbilicus

c. Kramer 3 : kepala, badan, paha sampai dengan lutut

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
50

d. Kramer4: kepala, badan, ekstremitas sampai dengan pergelangan

tangan dan kaki

e. Kramer 5 : kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan

ujung jari

2. Melakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan,

pemeriksaan ini dilakukan sebelum fototerapi karena dapat

mengurangi akurasi instrumen ini.

3. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui Rh dan

kadar bilirubin (bayi aterm >12,5 mg/dL, bayi prematur >15 mg/dL).

4. Memberikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila

perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau haluaran dan

turgor kulit.

5. Melaksanakan fototerapi sesuai anjuran dokter, biasanya diberikan

pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek >10 mg%

6. Menidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm di bawah lampu

7. Memasang penutup mata, untuk mencegah kerusakan retina. Setiap

4 jam matikan lampu lepaskan penutup mata untuk memantau kondisi

mata dan memberi rangsangan visual pada neonatus. Memantau

iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata..

8. Memantau suhu tubuh bayi dan suhu incubator. Suhu tubuh diukur 4-

6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu

9. Memantau area bokong dan feses

10. Mengupayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan kondisi

kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan

11. Mengubah posisi tiap 2 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas

mungkin.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
51

12. Memberikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi dan melepas

pelindung mata untuk memfasilitasi proses pelekatan.

13. Menyiapkan bayi untuk transfusi tukar, apabila terjadi

hiperbilirubinemia berat dan penanganan pilihan untuk

hiperbilirubinemia dan hidrops fetalis yang diakibatkan oleh

inkompatibilitas Rh.

14. Membantu pemasukan kateter ke dalam vena umbilikalis. Melalui

kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan. Kemudian

darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi.

15. Membantu pengumpulan contoh darah

16. Memeriksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah

17. Menghangatkan darah sesuai suhu temperatur ruang. Pemanasan

darah dapat merusak eritrosit yang akan menghemolisis dan

menghasilkan bilirubin. Pemanasan tidak boleh dilakukan secara

langsung dan tidak boleh menggunakan microwave. Darah

dihangatkan dengan koil penghangat yang dirancang untuk tujuan

tersebut

VII. EVALUASI

1. Tidak terjadi kernikterus pada neonatus

2. Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara

4. Integritas kulit baik/utuhbayi menunjukkan partisipasi terhadap

rangsangan visual

5. Terjalin interkasi bayi dan orang tua

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
52

Data perkembangan I

Tanggal… Jam...

S : ibu mengatakan bayi BAB berapa kali sehari dan warnanya, BAK

berapa kali sehari dan warnanya, bayi menghisapnya lemah/kuat. Bayi

telah diberikan ASI/PASI.

O : pada pemeriksaan fisik, kulit bayi berwarna kuning pada bagian tubuh

bayi dan hasil pemeriksaan laboratorium

A : bayi Ny. …umur 0 – 24 jam dengan ikterus patologi

P : 1. Lakukan observasi keadaan umum dan kesadaran bayi

2. Lakukan observasi pola eliminasi pada bayi

3. Lakukan observasi reflek menghisap bayi lemah/kuat

4. Lakukan observasi aktivitas bayi, tangisannya lemah/keras

melengking

5. Pemberian ASI/PASI secara adekuat

6. lakukan observasi derajat ikterus

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Bidan dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak harus

sesuai dengan kewenanganannya. Adapun kewenagan bidan dalam kasus ini

yaitu :

1. Berlandaskan hukum baik undang-undang maupun Kepmenkes

1464/MENKES/PER/X/2010 pada :

a. Pasal 9 huruf B yaitu pelayanan kesehatan anak

b. Pada pasal 11 ayat 2 huruf B yaitu pelayanan antenatal pada kehamilan

normal

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013
53

2. Standar pelayanan kebidanan yang mengatur tugas pokok dan kompetensi

bidan

a. Kompetensi ke-6 pada nomor 8 yaitu komplikasi yang lazim terjadi pada

bayi baru lahir normal seperti hypoglikemia, hypotermi, dehidarsi, diare

dan infeksi, ikterus

b. Kompetensi ke-7 nomor 12 yaitu melaksanakan tindakan, kolaborasi atau

merujuk secara cepat sesuai keadaan bayi dan anak yang mengalami

cidera dan kecelakaan) serta wewenang bidan sesuai kasus yang

diambil.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013

Anda mungkin juga menyukai