Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Diajukan kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD dan Rawat Inap)
dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan)
Disusun oleh:
dr. Raden Irwanto Adinugroho
i
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS KEGAWATDARURATAN
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS KEGAWATDARURATAN
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Jalan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga penulis
telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul “Peritonitis”.
Dalam penyelesaian portofolio laporan kasus ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. dr.Hendryk Kwandang, M.Kes selaku dokter pembimbing instalasi gawat darurat
dan rawat inap
2. dr. Benediktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat jalan
3. dr. Antarestawati, dr. Anita Ikawati, dr. Janny Fajar Dita, dan dr. Yudha Perdana
4. Serta paramedis yang selalu membimbing dan membantu penulis.
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan
hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik
yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
4
5
DAFTAR ISI
6
BAB 1 LATAR BELAKANG
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena disebabkan oleh
beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi, Adhesi/Perlengketan,
Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing. Sehingga terjadi penyumbatan
pada saluran usus.1
Ileus Obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60–70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-
ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di
bidang diagnostik kelainan abdominalis.1
Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat
disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus akibat
pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal dengan uremia
sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah adanya sumbatan/hambatan lumen usus
akibat perlekatan atau massa tumor. Akan terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai
usaha untuk mengatasi hambatan. Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik
misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Ileus
dinamik dapat disebakan oleh paralisis pada peritonitis umum.1,2
Obstruksi usus dapat terjadi akut (dalam jam) atau kronis (dalam minggu). Pada
obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi. Obstruksi
sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada
strangulasi ada pembuluh darah terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. 1,3
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus
mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askaris adalah
obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.1 Penyebab tersering
obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana
(51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%). Hernia strangulata adalah salah satu
7
keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab
obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh
hernia eksterna yang mengalami strangulasi.
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan
terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan
salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen
merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang
memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi.
Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%. Ileus adalah
keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus timbul saat
udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena berbagai sebab baik
karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical obstruction) atau paralisis (non
mechanical obstruction atau pseudo ileus).4
8
BAB 2 LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesa
(Autoanamnesa)
Keluhan utama : Tidak bias BAB dan kentut
Pasien mengeluh tidak bias BAB dan kentut sejak 2 hari yang lalu. Nyeri (+) hilang timbul,
kembung (+), muntah (2x).
Riwayat darah tinggi (-), riwayat kencing manis (-), riwayat BAK pasien normal, riwayat
pijat perut (+) tiap dua bulan sekali.
Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien pernah operasi tumor kandungan 25 tahun yang lalu.
Riwayat Keluarga.
Tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.
Riwayat Pengobatan.
Pasien berobat ke rumah sakit swasta dan diberikan obat pereda nyeri kemudian dirujuk ke
UGD RSUD Kanjuruhan .
9
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (13 April 2017)
Deskripsi umum
1. Keadaan umum
Tampak sakit : sedang
GCS : 456
2. Tanda vital
Kesadaran : compos mentis, GCS 456
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 92x/menit, regular
Pernafasan : 22 x/menit, regular, simetris
Temperatur aksilla : 36,9°C
3. Kepala/Leher
Konjungtiva anemis -/-
Ikterik -/-
Edema Palpebra -/-
4. Thoraks
Pulmo:
Statis simetris, dinamis simetris
Stem Fremitus D=S
D=S
D=S
Perkusi Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Suara nafas
V V Rh: - - Wh : - -
V V - - - -
10
V V - - - -
Cor:
Ictus invisible, palpable pada ICS V MCL Sinistra
RHM ~ SL dextra, LHM ~ ictus
S1 S2 tunggal murmur (-), gallop (-)
5. Abdomen
Inspeksi : dinding abdomen distended.
Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metallic sound (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba.
Perkusi : nyeri saat perkusi (-), timpani, meteorismus (+), shifting dullness (-),
6. Extremitas
Akral hangat kering, capillary refill time <2 detik, pitting edema (-), anemi (-), ikterik (-),
sianosis (-).
7. Rectal toucher
Spinchter ani normal, tidak teraba massa, darah (-), feses(-)
Kimia Klinik
SGOT 52u/L <36u/L
11
SGPT 75 u/L <36 u/L
12
2.4.2 USG Abdomen
13
1. Sugestif peritonitis
2. Ileus, kesan ileus
paralitik
3. Renal cyst dextra
14
2.4.2 Foto klinis dan BOF
15
2.5 Diagnosis dan Tatalaksana
Diagnosis kerja : ileus obstruktif + sepsis
Planning:
Pasang NGT dekompresi
Pasang DC
IVFD RL 20 tpm
Inj.Ondancentron 3x8mg iv
Inj.Omeprazole 1x40mg
Konsul dr.Deddy Sp.B :
- inj.Ceftriaxone 2x1gr iv
- inj. Esomeprazole 1x1amp
- inj. Antrain 3x1gr
- extra fleet enema 1x
- USG Abdomen cito
- Konsul Sp.PD
- Pasien dipuasakan
Konsul dr.Nurike Sp.PD : inj.ceftriaxone 2x1gr ganti inj.Meropenem 3x1gr
IVFD RL ganti dengan aminofluid ; D5% 1:1 ~ 20tpm
2.5 Follow up
13 april 2017 08.00
GCS 456
TD120/80, N: 87x/menit Tax 37,2 C, RR 18x/menit
Keluar cairan kecoklatan (feses) . lapor dr.deddy Sp.B
Pasien dirujuk ke IGD RSSA dengan diagnosa ileus ec. Peritonitis + septic condition
proevaluasi dokter bedah digestive.
16
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
17
c. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5
m. Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium
ileosekalis yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula
bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk
a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal
apendiks.25 Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada
ujung sekum.23 Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang berisi
jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.25
18
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga
divisi.
iii. Kolon desenden: merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di
rektum.
19
Gambar 1.1. Sistem pencernaan manusia26
Keterangan gambar :
1. Kelenjar ludah 15. Saluran empedu
2. Parotis 16. Kolon
3. Submandibularis (bawah rahang) 17. Kolon transversum
4. Sublingualis (bawah lidah) 18. Kolon ascenden
5. Rongga mulut 19. Kolon Descenden
6. Amandel 20. Ileum
7. Lidah 21. Sekum
8. Esofagus 22. Appendiks
9. Pankreas 23. Rektum
10. Lambung 24. Anus
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Duodenum
1
Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan –
bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses
pencernaan dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas
yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana.
Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan
pH optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih
luas bagi kerja lipase pankreas.23
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang
terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf
autonom dan hormon.15 Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang
dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, sekresi usus, dan pergerakan peristaltik
mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk
absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.23
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas ; hasilnya
bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian memasuki
membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi, melepaskan
garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus, dan asam lemak serta monogliserida
ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali trigliserida dan digabungkan dengan
kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel
dan memasuki lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung
menuju ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam
ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung empedu,
sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24
jam.27,28
2
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis.
Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin,
dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein,
menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa
dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk diabsorpsi.28
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum
menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik
dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan klorida diabsorpsi
dengan pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif. Kalsium diabsorpsi
melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon
parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi secara difusi pasif.28
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air
dan elektrolit serta mencegah dehidrasi. Gerakan retrograd dari kolon memperlambat
transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental
merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini
menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik.
3
dari darah, dan produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein
dan karbohidrat yang tidak tercerna. 28
3.2 Definisi
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen
usus tersebut.23
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus. Contohnya amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.11
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik).15 Suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebahagian maupun total. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari.11,30,31
4
2.5. Klasifikasi Ileus Obstruktif
33
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
34
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
3.4 Patofisiologi
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada bagan 1.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70%
dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat
5
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan
dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan
absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan
usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis,
disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik
untuk menyebabkan bakteriemia.23
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi
timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik
melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan
nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang
peristaltik lebih sering timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10
menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung
usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif.
Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan
akhirnya tidak ada.27
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah dan
mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan
muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium,
klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang
tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar,
muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik
dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume
intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam
perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan
syok.27
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada usus
mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang
mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga
gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga
dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang
normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk
toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan
6
dalam aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar
rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding
usus ke dalam cavitas peritonealis.27
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus
cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat menyebabkan
kematian.27
Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung
usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus obstruksi yang
lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan
gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat
melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini,
sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan
intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena. 27
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus) dibandingkan
ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi cairan dan hanya
menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul
penumpukan cairan yang cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma
yang berhubungan dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena
obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi
dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon
terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan ruptura pada
tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace,
yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada tekanan tertentu
apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu. Sehingga karena diameter
kolon melebar di dalam sekum, maka area ini yang biasanya pecah pertama.27
7
2.7. Faktor Risiko Ileus Obstruktif
8
inguinalis, femoralis ataupun umbilikalis dan penyakit Crohn. Obstruksi pada
pasien umur lanjut sering disebabkan karsinoma usus besar, divertikel, hernia
strangulasi, tinja membatu, perlengketan dinding usus dan volvulus.32
Anak-anak
Hirschsprung
Orang tua
9
2.7.1. Perlengketan/Adhesi
Bila terdapat suatu defek pada dinding rongga perut, maka akibat tekanan
intraabdominal yang meninggi, suatu alat tubuh dapat terdorong keluar melalui
defek itu. Misalnya : sebagian lambung dapat terdesak keluar ke rongga perut
melalui suatu defek pada diafragma masuk ke dalam rongga dada. Hernia yang
tidak tampak dari luar disebut “internal hernia”. Ditemukan lebih banyak “ekterna
hernia”, yaitu yang tampak dari luar seperti hernia umbilical, hernia inguinal, dan
hernia femoral.
Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk lagi dan
disebut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi disebut incarcerata. Pada keadaan
ini terjadi bendungan pembuluh-pembuluh darah yang disebut dengan
strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan
setempat yang disebut infark. Hernia yang menunjukkan strangulasi pembuluh
darah dan tanda-tanda incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala ileus.33
10
2.7.3. Pankreas anulare
2.7.4. Invaginasi
d.2. entero-colics : ileum masuk ke dalam coecum atau colon, jenis ini paling
sering ditemukan
intussusceptium akan ikut tertarik dan pembuluh darah akan terjepit hingga
kolon melawan peristaltik ileum. Pada orang dewasa disebabkan karena adanya
didorong ke bagian distal dan dalam gerakan ini dinding usus ikut tertarik.33
2.7.5. Volvulus
11
Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula dengan torsi
usus halus, pada obstisipasi yang menahun, terutama pada sigmoid, pada hernia
tumor dalam dinding usus atau tumor dalam mesentrium. Akibat volvulus terjadi
Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis atau atresia dari
sebagian saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai
menyusui. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya kanalisasi
saluran pencernaan dalam perkembangan embrional dan keadaan ini dapat
terjadi pada usus dimana saja. Atresi ialah buntu sama sekali dengan tanda-
tanda obstruksi total sedangkan stenosis hanya merupakan penyempitan dengan
gejala-gejala obstruksi yang tidak total.12
12
2.7.8. Radang kronik
2.7.9. Askariasis
2.7.10.. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Kebanyakan tumor jinak di usus halus tidak
menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup. Kadang-kadang gejalanya
tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak terdeteksi kecuali apabila ada
penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan komplikasi, pendarahan, dan
obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh tumornya sendiri ataupun secara
tidak langsung oleh invaginasi.12
Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang yang
pernah mengalami operasi pengangkatan sebagian atau penuh dari perut
(gastrektomi). Obstruksi biasanya terjadi pada daerah anastomosis. Obstruksi
lain, yang jarang ditemukan, dapat terjadi setelah makan banyak sekali buah-
buahan yang mengandung banyak serat yang menyebabkan obstruksi di ileum
terminal, seperti serat buah jeruk atau biji banyak yang ditelan sekaligus dengan
buah tertentu yang berinti.12
13
2.7.12. Divertikulum meckel
Divertikulum meckel adalah sisa dari kantung telur embrional yang juga
disebut ductus omphalo-mesentricus yang dalam kehidupan fetal
menghubungkan pusat (umbilicus) dengan usus. Pada orang dewasa terletak
pada ileum lebih kurang 100 cm proksimal perbatasan ileo-cekal, sedangkan
pada anak-anak lebih kurang 40 cm. Jika hubungan antara umblikus dan usus
(ductus omphalo-mesentricus) tidak menghilang, dapat terjadi fistula pada pusat
yang mengeluarkan isi usus. Bila hanya sebagian yang menghilang dan
ditengah-tengah tetap, maka akan dapat terbentuk suatu kista. Bila tidak
menghilang sempurna, maka sisanya menyerupai tali yang padat, yang dapat
mengakibatkan terbelitnya usus pada tali itu (strangulasi).35,36
2.7.14. Bezoar
14
3.5 Manifestasi Klinis
2.8.1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung
lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai
demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus
yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus yang
meningkat dan metabolic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal.
15
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan
pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula
Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi
sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada
pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus
akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada
auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya
strangulasi.
3.6 Diagnosis
3.6.1 Gejala
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
Nyeri biasanya datang dengan onset yang tiba-tiba.9 Seiring dengan berjalannya
penyakit, nyeri dirasakan terus-menerus, tidak ada henti-hentinya, rasa seperti terbakar
dan timbul dengan berbagai gerakan. Nyeri biasanya lebih terasa pada daerah dimana
terjadi peradangan peritoneum. Menurunnya intensitas dan penyebaran dari nyeri
menandakan adanya lokalisasi dari proses peradangan, ketika intensitasnya bertambah
meningkat diserta dengan perluasan daerah nyeri menandakan penyebaran dari
peritonitis.10
Anoreksia, mual, muntah dan demam
Pada penderita juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti
dengan muntah. Penderita biasanya juga mengeluh haus dan badan terasa seperti
demam sering diikuti dengan menggigil yang hilang timbul. Meningkatnya suhu tubuh
biasanya sekitar 38OC sampai 40 OC.10
Facies Hipocrates
Pada peritonitis berat dapat ditemukan fascies Hipocrates. Gejala ini termasuk
ekspresi yang tampak gelisah, pandangan kosong, mata cowong, kedua telinga menjadi
dingin, dan muka yang tampak pucat.2
Penderita dengan peritonitis lanjut dengan fascies Hipocrates biasanya berada
pada stadium pre terminal. Hal ini ditandai dengan posisi mereka berbaring dengan lutut
di fleksikan dan respirasi interkosta yang terbatas karena setiap gerakan dapat
menyebabkan nyeri pada abdomen.10
16
Tanda ini merupakan patognomonis untuk peritonitis berat dengan tingkat
kematian yang tinggi, akan tetapi dengan mengetahui lebih awal diagnosis dan
perawatan yang lebih baik, angka kematian dapat lebih banyak berkurang.2
Syok
Pada beberapa kasus berat, syok dapat terjadi oleh karena dua factor.
Pertama akibat perpindahan cairan intravaskuler ke cavum peritoneum atau ke lumen
dari intestinal. Yang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalisata.2
Yang utama dari septicemia pada peritonitis generalisata melibatkan kuman
gram negative dimana dapat menyebabkan terjadinya tahap yang menyerupai syok.
Mekanisme dari fenomena ini belum jelas, akan tetapi dari penelitian diketahui bahwa
efek dari endotoksin pada binatang dapat memperlihatkan sindrom atau gejala-gejala
yang mirip seperti gambaran yang terlihat pada manusia.2
17
Tanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya distensi
dari abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak menyingkirkan
diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal dari perjalanan
penyakit, karena dalam 2-3 hari baru terdapat tanda-tanda distensi abdomen. Hal ini
terjadi akibat penumpukan dari cairan eksudat tapi kebanyakan distensi abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.2 Pemeriksa juga perlu mengamati adakah jaringan parut
bekas operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, serta perlu melihat adanya
jejas post trauma pada abdomen yang dapat menimbulkan laserasi ogan intra
abdominal yang dapat menyebabkan peritonitis.
Auskultasi
Dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus. Suara
usus dapat bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai
hampir tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus. Pasien
dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal
ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut
lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising usus
3,7
dapat terdengar normal. Adanya suara borborygmi dan peristaltic yang terdengar
tanpa stetoskop lebih baik daripada suara perut yang tenang. Ketika suara bernada
tinggi tiba-tiba hilang pada abdomen akut, penyebabnya kemungkinan adalah perforasi
dari usus yang mengalami strangulasi.2
Perkusi
Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan
pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan
menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas dalam
cavum peritoneum yang berasal dari intestinal yang mengalami perforasi.7,8 Biasanya
ini merupakan tanda awal dari peritonitis.2
Palpasi
Palpasi adalah bagian yang terpenting dari pemeriksaan abdomen pada
kondisi ini. Palpasi harus selalu dilakukan terlebih dahulu di bagian lain dari abdomen
yang tidak dikeluhkan nyeri sebelum berpindah pada daerah yang dicurigai terdapat
nyeri tekan. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri
dengan bagian yang nyeri. Penemuan yang paling penting adalah adanya nyeri tekan
yang menetap lebih dari satu titik.
Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses
inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni
adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi
18
kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.3,5 Otot dinding perut menunjukkan defans
muskular secara involunter untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari
gerakan atau tekanan setempat sehingga membuat otot perut terlihat seperti papan.
1,5,10
Nyeri tekan lepas juga dapat timbul akibat iritasi dari peritoneum oleh suatu proses
inflamasi. Proses ini dapat terlokalisir pada apendisitis dengan perforasi lokal, atau
dapat menjadi menyebar seperti pada pancreatitis berat. Nyeri tekan lepas dapat hanya
terlokalisir pada daerah tersebut atau menjalar ke titik peradangan yang maksimal.2
Codok dubur
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan
pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan
1,7
diagnosis. Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum doglasi kurang
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan
adanya kelainan di daeah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Nyeri
pada semua arah menunjukkan general peritonitis. Colok dubur dapat pula
membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus, karena pada paralisis
dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula
biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk kemungkinan
kelainan pada alat kelamin dalam perempuan. 1,2
19
3.7.2 Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya mencakup foto
thorak PA dan lateral serta foto polos abdomen. Pada foto thorak dapat memperlihatkan
proses pengisian udara di lobus inferior yang menunjukkan proses intraabdomen. Dengan
menggunakan foto polos thorak difragma dapat terlihat terangkat pada satu sisi atau
keduanya akibat adanya udara bebas dalam cavum peritoneum daripada dengan
menggunakan foto polos abdomen.2
Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, yaitu :3
1. Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh
abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35 x 43 cm.3
Sebelum terjadi peritonitis, jika penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus)
obstruktif maka pada foto polos abdomen 3 posisi didapatkan gambaran radiologis antara
lain:3
1. Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya
penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah
obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone
appearance),
a.
Gambar 4. Herring Bone Appearance
20
2. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air
fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti
ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang – panjang kemungkinan gangguan di
kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan
air fluid level.
22
Gambar 8. Free Air Intra Peritonial
Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal.2,5
23
peritonitis adalah apendisitis, pankreatitis, gastroenteritis, kolesistitis, salpingitis, kehamilan
ektopik terganggu.4
24
Pemberian antibiotik secara empiris dilakukan sebelum didapatkan hasil
kultur dan dapat diubah sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitivitas jika masih
terdapat tanda infeksi. Jika penderita baik secara klinis yang ditandai dengan
penurunan demam dan menurunnya hitung sel darah putih, perubahan antibiotik harus
dilakukan dengan hati-hati meskipun sudah didapatkan hasil dari uji sensitivitas.2
Efek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung kondisi-kondisi seperti:
(1) besar kecilnya kontaminasi bakteri, (2) penyebab dari peritonitis trauma atau
nontrauma, (3) ada tidaknya kuman oportunistik seperti candida. Agar terapi menjadi
lebih efektif, terpai antibiotik harus diberikan lebih dulu, selama dan setelah operasi.10
Pada umumnya Penicillin G 1.000.000 IU dan streptomycin 1 gram harus
segera diberikan. Kedua obat ini merupakan bakterisidal jika dipertahankan dalam dosis
tinggi dalam plasma. Kombinasi dari penicillin dan streptomycin juga memberikan
cakupan dari bakteri gram negatif. Penggunaan beberapa juta unit dari peniillin dan 2
gram streptomycin sehari sampai didapatkan hasil kultur merupakan regimen terpai
yang logis. Pada penderita yang sensitif terhadap penicillin, tetracycline dosis tinggi
yang diberikan secara parenteral lebih baik daripada chloramphenicol pada stadium
awal infeksi.2
Pemberian clindamycin atau metronidazole yang dikombinasi dengan
10
aminoglikosida sama baiknya jika memberikan cephalosporin generasi kedua.
Antibiotik awal yang digunakan cephalosporin generasi ketiga untuk gram
negatif, metronidazole dan clindamycin untuk organisme anaerob.9
Daya cakupan dari mikroorganisme aerob dan anerob lebih penting daripada
pemilihan terapi tunggal atau kombinasi. Pemberian dosis antibiotikal awal yang kurang
adekuat berperan dalam kegagalan terapi. Penggunaan aminoglikosida harus diberikan
dengan hati-hati, karena gangguan ginjal merupakan salah satu gambaran klinis dari
peritonitis dan penurunan pH intraperitoneum dapat mengganggu aktivitas obat dalam
sel. Pemberian antibiotik diberikan sampai penderita tidak didapatkan demam, dengan
hitung sel darah putih yang normal.9
Oksigen dan Ventilator
Pemberian oksigen pada hipoksemia ringan yang timbul pada peritonitis
cukup diperlukan, karena pada peritonitis terjadi peningkatan dari metabolism tubuh
akibat adanya infeksi, adanya gangguan pada ventilasi paru-paru. Ventilator dapat
diberikan jika terdapat kondisi-kondisi seperti (1) ketidakmampuan untuk menjaga
ventilasi alveolar yang dapat ditandai dengan meningkatnya PaCO2 50 mmHg atau
lebih tinggi lagi, (2) hipoksemia yang ditandai dengan PaO2 kurang dari 55 mmHg, (3)
adanya nafas yang cepat dan dangkal.10
Intubasi, Pemasangan Kateter Urin dan Monitoring Hemodinamik
25
Pemasangan nasogastric tube dilakukan untuk dekompresi dari abdomen,
mencegah muntah, aspirasi dan yang lebih penting mengurangi jumlah udara pada
usus. Pemasangan kateter untuk mengetahui fungsi dari kandung kemih dan
pengeluaran urin. Tanda vital (temperature, tekanan darah, nadi dan respiration rate)
dicatat paling tidak tiap 4 jam. Evaluasi biokimia preoperative termasuk serum elektrolit,
kratinin, glukosa darah, bilirubin, alkali fosfatase dan urinalisis.10
26
harus diaspirasi karena dapat menghambat mekanisme pertahanan lokal dengan
melarutkan benda asing dan membuang permukaan dimana fagosit menghancurkan
bakteri.9
Peritoneal Drainage
Penggunaan drain sangat penting untuk abses intra abdominal dan peritonitis
lokal dengan cairan yang cukup banyak. Drainase dari kavum peritoneal bebas tidak
efektif dan tidak sering dilakukan, karena drainase yang terpasang merupakan
penghubung dengan udara luar yang dapat menyebabkan kontaminasi. Drainase
profilaksis pada peritonitis difus tidak dapat mencegah pembentukan abses, bahkan
dapat memicu terbentuknya abses atau fistula. Drainase berguna pada infeksi fokal
residual atau pada kontaminasi lanjutan. Drainase diindikasikan untuk peradangan
massa terlokalisasi atau kavitas yang tidak dapat direseksi.9
3.10 Komplikasi
Komplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi komplikasi lokal
dan sistemik. Infeksi pada luka dalam, abses residual dan sepsis intraperitoneal,
pembentukan fistula biasanya muncul pada akhir minggu pertama postoperasi.
1. Sepsis1,10
Sepsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan shock serta kegagalan organ yang
multipel yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun. 9 Pasien dengan
kondisi ini memerlukan penanganan intensif di ICU. Sepsis abdominal mengakibatkan
mortalitas sekitar 30-60%. Faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas adalah :
- Usia
- Penyakit kronis
- Wanita
- Sepsis pada daerah upper gastrointestinal
- Kegagalan menyingkirkan sumber sepsis.
27
2. Abses intraabdominal atau peritonitis abdominal persisten. 10,11
Demam tinggi yang persisten, edema generalisata, peningkatan distensi abdomen,
apatis yang berkepanjangan merupakan indikator adanya infeksi abdomen residual. Hal ini
perlu pemeriksaan CT-scan abdomen dengan kontras luminal (khususnya apabila terdapat
anastomosis in-situ). Re-laparotomi diperlukan apabila terdapat peritonitis generalisata.
Drainase perkutaneus dengan antobiotik pilihan terbaik merupakan terapi pada tempat yang
terlokalisir. Terapi antibiotik disesuaikan dengan kultur yang diambil dari hasil drainase.
3. Adhesi
Dapat menyebabkan obstruksi intestinal atau volvulus.
3.11 Prognosa
Prognosis untuk peritonitis local, ulkus perforata atau apendisitis, pada usia muda,
pada pasien dengan sedikit kontaminasi bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih
awal9 dan ringan adalah baik, tingkat mortalitas hanya sekitar 10%.
Sedangkan pada peritonitis generalisata tingkat mortalitas adalah sekitar 40%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat mortalitas antara lain tipe penyakit
primer dan durasinya, keterlibatan kegagalan organ multipel sebelum pengobatan, serta
usia dan kondisi kesehatan awal pasien.
28
BAB 4 PEMBAHASAN
29
Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang
mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Nyeri tekan lepas juga dapat timbul akibat
iritasi dari peritoneum oleh suatu proses inflamasi. Pada perkusi tidak didapatkan adanya
shifting dullness dan pekak hepar tetap ada, sehingga kemungkinan penyebab peritonitis
bukan karena perforasi organ berongga.
Pada saat datang pasien juga telah membawa hasil USG abdomen yang
menyimpulkan tak tampak lesi laserasi hematom pada solid organ serta kesan tampak
intraperitoneal fluid collection volume lumayan banyak dengan densitas campuran (internl
bleeding yang sebagian sudah menjadi clot?). Pada pasien ini tidak perlu lagi dilakukan
pemeriksaanfoto polos abdomen 3 posisi karena diagnosis sudah tegak melalui USG
abdomen, lagipula menurut teori pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya
tidak jelas pada foto polos abdomen. Gambaran akan lebih jelas pada pemeriksaan USG
(ultrasonografi). Hasil laboratorium pasien juga memunjukkan ada anemia serta leukositosis,
yang menunjukkan terjadinya perdarahan dan inflamasi.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah
Pasanng NGT
IVFD NS 0,9% 20 tpm
Inj Ceftriaxon 2x1 g IV
Inj Ketorolac 3x30 mg IV
Inj Metronidazole 3x500 mg IV
Inj Ranitidine 2x50 mg IV
Serta dilakukan laparotomi explorasi
Antibiotik awal cephalosporin generasi ketiga untuk gram negatif yang digunakan
pada pasien ini adalah ceftriaxone dan metronidazole untuk mengatasi organisme anaerob.
Pemberian ini dilakukan karena penyebab peritonitis hampir selalu polimikrobial, yang
merupakan campuran antara bakteri aerob dan anaerob dimana yang lebih dominan adalah
bakteri gram-negatif, yaitu Escherichia coli (60%).
30
BAB 5 KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.
2. Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari
Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 489 – 493
3. Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7, alih
bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.
4. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita
Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
5. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997.Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu
Bedah; 221-239, EGC, Jakarta.
6. Price, Sylvia. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
7. Philips Thorek, Surgical Diagnosis,Toronto University of Illnois College of
Medicine,third edition,1997, Toronto.
8. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I.1999.Abdomen Akut, dalam Radiologi
Diagnostik, Hal 256-257, Gaya Baru, Jakarta.
9. Rotstein. O. D., Simmins. R. L., 1997, Peritonitis dan Abses Intra-abdomen dalam
Terapi Bedah Mutakhir, Jilid 2, Ed.4, alih bahasa dr. Widjaja Kusuma, Binarupa
Aksara, Jakarta
10. Rosalyn Carson-De Witt MD, Peritonitis Health Article,
http://www.css/healthlinestyles.v1.01.css
11. Putz R & Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia:Sobotta, jilid.2.Jakarta :EGC
12. http://www.google.co.id/imgres?q=peritoneum+anatomy&hl=en&biw=1024&bih=456
&tbm=isch&tbnid=kVlqe7wt9F-
yUM:&imgrefurl=http://www.radiologyassistant.nl/en/p4a252c5303035/peritoneum-
and-mesentery-part-i-anatomy.html&docid=__fv5Xl60-
32
q7gM&imgurl=http://www.radiologyassistant.nl/data/bin/a5097979750a1d_overzicht.j
pg&w=500&h=503&ei=dgxHUZCqDY7zrQfbv4DQBw&zoom=1&sa=X&ved=0CHAQ
hBwwCA&ved=1t:3588,r:8,s:0,i:112&iact=rc&dur=2450&page=1&tbnh=176&tbnw=1
75&start=0&ndsp=10&tx=88&ty=117
33