Anda di halaman 1dari 22

• Norma-norma dalam masyarakat :

– Norma agama : sekumpulan peraturaan hidup yang sumbernya berasal


dari Tuhan dan diwahyukan oleh Rasul untuk disebarkan kepada dunia.
Setiap manusia harus menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
larangannya. Pelaksanaan norma ini bergantung pada masing-masing
jaran agama yang dianut. Sanksi dari pelanggaran norma ini adalah
tidak konkret (surga/ neraka)
– Norma kesusilaan : merupakan peraturan social yang berasal dari hati
nurani. Hati nurani berfungsi dalam mengarahkan pada perilaku mana
yang baik dan yang buruk sehingga tercipta ketertiban antar umat
manusia. Norma ini merupakan norma tidak tertulis dan
pelaksanaannya bergantung hati nurani masing-masing individu.
Sanksi dari pelanggaran norma ini adalah rasa penyesalan karena
perbuatan yang menentang hati nurani. Contoh : ketika seseorang
berbohong, hati nuraninya sebenarnya menyuarakan kebenaran
– Norma sopan santun : peraturan yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Norma bersumber dari tata
kehidupan atau budaya yang berupa kebiasaan masyarakat dalam
mengatur kehidupan berkelompoknya (berdasarkan kesepakatan
bersama). Norma kesopanan ini bersifat relative dan berbeda-beda di
berbagai tempat, lingkungan, dan waktu. Sanksi dari pelanggaran
norma ini : teguran baik lisan atau tulisan, dikucilkan.
– Norma hukum : peraturan tentang tingkah laku manusia dalam
pergaulan masyarakat yang diatur oleh badan-badan esmi negara,
bersifat memaksa dan harus ditaati oleh seluruh masyarakat dalam
wilayah kekuasaan tersebut. Contoh : kewajiban membayar pajak bagi
warga Indonesia. Sanksi dari pelanggaran : tuntutan atau ganti rugi
menurut peraturan yang berlaku.
1. Persamaan:
a.Memiliki perintah untuk berbuat kebaikan
b.Keharusan seseorang untuk tidak melakukan tindakan tertentu .
c. Bertujuan mengatur kehidupan manusia.
d. Ditujukan untuk kebaikan manusia bersama.]
e. Memiliki dasar untuk mewujudkan ketertiban masyarakat.
f. Memiliki Sanksi.
2. Perbedaaan:
a. Jenis sanksi setiap norma yang berbeda .
b. Sumber norma: wahyu Tuhan(Norma Agama), hati( Norma
Kesusilaan), pergaulan (Norma Kesopanan), penguasa negara yang
berwenang (Norma Hukum).
c. Kekuatan aturannya: norma hukum memiliki kekuatan yang paling
tinggi, karena bersifat memaksa.
d. Hal-hal yang diatur: norma hukum memiliki aturan yang lebih
terperinci.
e. Kelanggengan norma : norma hukum bersifat dinamis mengikuti
perkembangan zaman.
Tingkatan hukum di Indonesia
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
1. Merupakan hierarki tertinggi
2. Ditetapkan oleh MPR, yg terdiri dr DPR dan DPD
3. Memuat jaminan HAM bagi setiap warga negara, prinsip dan dasar negara, tujuan
negara, dsb.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
1. Ditetapkan oleh MPR
2. Terdiri dari Ketetapan MPR sementara dan Ketetapan MPR yang masih berlaku
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
1. Ditetapkan oleh presiden dalam situasi kegentingan yang memaksa
2. Rancangan UU disetujui oleh DPR dan presiden
3. Yang harus diatur:

4. Muatan sama dengan muatan undang-undang


4. Peraturan Pemerintah;
a. Ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya
5. Peraturan Presiden;
a. Ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan
perundang-undangan yg lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan
b. Berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang, materi untuk
melaksanakan peraturan pemerintah, atau materi untuk
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
a. Rancangan Perda Provinsi disetujui oleh DPRD Provinsi dan gubernur
b. Berisi muatan penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yg lbh tgg
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
a. Rancangan disetujui DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota
b. Berisi muatan penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yg lbh tgg
Prinsip Umum Etik Profesi Kedokteran
• Respect for person/ autonomy : prinsip menghormati harkat dan martabat
manusia sebagai insan yang bebas untuk memutuskan apa yang terjadi
pada tubuhnya (tindakan medis yang akan dilakukan)sesuai dengan
kesadarannya sendiri tanpa adanya paksaan atau campur tangan pihak
lain. Komponen yang termasuk dalam prinsip ini adalah penerapan dalam
inform consent (persetujuan setelah pasien diberikan informasi yang
jelas), Veracity (kejujuran terhadap pasien mengenai segala prosedur
medis yang akan dilakukan), confidentiality (menjamin semua kerahasiaan
medis pasien), dan empati (ikut merasakan penderitaan yang dialami
pasien)
• Beneficence : Merupakan prinsip berbuat baik, dengan dilandasi niat yang
baik, dan dilakukan dengan cara yang baik, sehingga dapat memberikan
hasil yang baik. Prinsip ini menghendaki seorang dokter untuk selalu
memberikan manfaat yang maksimal kepada pasien atas segala tindakan
yang dilakukan.
• Non maleficence : prinsip menghindari terjadinya kerusakan/ kerugian
kepada pasien. Dimana apabila seorang dokter tidak dapat melakukan
suatu tindakan yang bermanfaat maka sebaiknya menghindarkan pasien
dari kerugian yang akan dideritanya.
• Justice : merupakan prinsip keadilan dalam melakukan pelayanan. Prinsip
ini menghendaki seorang dokter dalam melakukan pelayanan tidak
membeda-bedakan pasien berdasarkan suku, ras, agama, gender, maupun
status ekonomi
Isi lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian sebelum memperoleh
persetujuan :
1. Pemberian penjelasan atau informasi yang adekuat adalah hal yang sangat
fundamental dalam pengambilan informed consent . informasi dikatakan adekuat
apabila meliputi :
2. Tujuan dari penelitian
3. Tindakan/ prosedur yang direncanakan
4. Prosedur alternative apabila ada
5. Kepentingan dan manfaat dari penelitian tersebut
6. Prosedur pelaksanaan atau cara kerja peneliti dalam prosedur tersebut
7. Risiko yang mungkin terjadi atau efek samping yang terkandung dalam
pelaksanaan penelitian
8. Masalah yang akan terjadi bila tidak dilakukan penelitian
9. Konfirmasi pemahaman subjek terhadap informasi yang disampaikan hingga
mampu mengambil keputusan
10. Kesukarelaan subjek dalam memberikan persetujuan
11. Kompensasi atau asuransi bila timbul suatu risiko dalam penelitian yang hendak
dilaksanakan
12. Jaminan kerahasiaan atas jati diri subjek
Prinsip etik penelitian dengan menggunakan hewan coba :
Rumusan NIH-USA dalam penggunaan hewan coba untuk penelitia banyak dirujuk sebagai acuan
penelitian di berbagai negara. Secara teknis diatur bagaimana :
• Memilih spesies yang akan dipakai (harus spesies terendah dalam ontogeny)
• Merawat hewan coba
• Besar sampel harus seminimal mungkin
• Tindakan yang dapat/ dihindari dalam penelitian
• Memilih hewan coba yang dipakai untuk penelitian apakah dapat dipertahankan hidup atau
terpaksa dibunuh dengan cara yang bermartabat
sejak tahun 1980 digunakan prinsip 3R untuk meningkatkan mutu penelitian dengan hewan coba yaitu
Replacement, Reduction, Refinement. Sarana 3R digunakan untuk menghilangkan prinsip inhumane
pada penggunaan hewan percobaan

Replacement : mulai menggunakan hewan yang paling rendah tingkatannya atau apabila
memungkinkan menggunakan metoda in vitro atau simulasi kmputer. Walaupun metoda in vitro tidak
menunjukan hasil yang sama dengan metoda in vivo

Reduction : apabila tidak ada pilihan lain dan harus menggunakan hewan percobaan maka harus dikaji
dengan baik jumlah hewan yang akan digunakan. Jumlah hewan harus dikaji dengan menggunakan
berbagai macam perhitungan sehingga digunakan jumlah hewan yang sedikit tanpa menghilangkan arti
dari suatu penelitian.

Refinement : peneliti harus meperhatikan perlakuan pada hewan percobaannya dengan melihat azas
kesejahteraan hewan (animal welfare) yang diseingkat menjadi 5F :
• Freedom from hunger and thirst
• Freedom from pain
• Freedom from distress and feeling discomfort
• Freedom from Injury and disease
• Freedom to Express their normal behavior
DASAR ETIK KEDOKTERAN
1. Hippocratic Oath (400 SM)
a. Modifikasi dari sumpah ini jelas tidak bisa kita hindari. Hippocrates adalah seorang yang
sangat memegang prinsip metode ilmiah dan sangat teliti dalam mengamati lingkungan
berkaitan dengan manusia dan penyakit. Maka Hippocrates pasti akan memaklumi dan
menyetujui perubahan sumpah demi menjaga perkembangan ilmu medis dunia. Selama
dokter menjaga prinsip-prinsip dasar Sumpah Hippocrates.
b. Dan akan selalu ada perdebatan. Apakah memang masih pantas dan sesuai bila sumpah
Hippocrates asli ini digunakan? Seperti pada bagian “teaching the master’s sons the secrets
of medicine without fees and the promise not to bring a knife to another’s body”, jelas
tidak lagi relevan dimana pendidikan sekolah kedokteran kini menjadi industri.
c. Begitu juga dengan spesialisasi yang semakin berkembang, tidak mungkin kita tidak
menggunakan pisau dalam melaksanakan operasi bedah. Kemudian lafal selanjutnya
seperti : ” neither will I administer a poison to anybody when asked to do so, not will I
suggest such a course” dan selanjutnya “And likewise I will not give a woman a destructive
pessary” (Pessary : alat yang dulu terbuat dari rendaman tampon wool yang dimasukkan ke
dalam vagina untuk menginduksi aborsi).
d. Kontroversi ini semakin hangat karena beberapa kolega dokter, yang melaksanakan aborsi
dan euthanasia legal di bawah undang-undang negaranya, juga menyatakan
ketidaksetujuannya dengan ide ‘back to original oath’. Sangat sulit bagi mereka meletakkan
larangan untuk aborsi dan euthanasia pada sumpah dokter modern, karena di negaranya,
kedua hal tersebut rutin dan legal dilakukan.
e. Atau bagaimana kita menjaga kerahasiaan pasien bila kini organisasi kesehatan
membutuhkan informasi pasien untuk dokumentasi? Bahkan banyak industri dan asuransi
juga membutuhkan rekam medik untuk kualifikasi mereka. Bagaimana dengan etika
penelitian dimana hal ini tidak disertakan dalam Sumpah Hippocrates aslinya ? Dalam
penelitian tertentu kita juga membutuhkan beberapa rekam medik pasien dan tentunya
juga untuk publikasi hasil penelitian
2. Deklarasi Geneva (WMA, 1948)
• Inilah naskah terakhir dari Deklarasi Jenewa. Dan mungkin paling mungkin menjadi sumber adaptasi
Sumpah Dokter di Indonesia. Lafal Sumpah Dokter Indonesia pertama kali digunakan pada 1959 dan
diberikan kedudukan hukum dengan Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1960. Sumpah mengalami
perbaikan pada 1983 dan 1993
3. Lafal Sumpah Kedokteran Indonesia (Depkes, 1981)
a. Kendati adanya banyak perubahan dalam sumpah Hipokrates, penggunaan sumpah ini
sering dipandang penting bagi profesi yang berkomitmen dengan standar moral yang
sangat luhur dan etis. Survei pada tahun 1993 yang disinggung di atas mendapati bahwa
kebanyakan sumpah yang digunakan berfokus pada komitmen para dokter kepada pasien
mereka, menuntut para calon dokter agar berjanji untuk mengurus pasien-pasien mereka
sebaik-baiknya. Dengan membuat pernyataan demikian, perhatian dipusatkan pada prinsip-
prinsip moral tinggi yang mendasar bagi bidang medis.
b. Jika dibandingkan lafal sumpah Hippokrates dengan lafal sumpah dokter Indonesia, maka
dapat dilihat bahwa lafal sumpah dokter Indonesia mengandung intisari yang berakar dari
lafal sumpah Hippokrates. Lafal sumpah Hippokrates itu mengandung butir-butir yang
berkaitan dengan larangan melakukan euthanasia aktif, abortus provocatus, dan melakukan
pelecehan seksual. Juga mengandung kewajiban melakukan rujukan jika tidak mampu dan
memelihara rahasia pekerjaan dokter. Secara lebih rinci lafal sumpah Hippokrates
mengandung perlakuan yang selayaknya terhadap guru-uru beserta anaknya, bahkan jika
perlu membagikan harta kepada gurunya, yang tentunya disaat guru membutuhkannya.
c. Sumpah dokter adalah sumpah profesi kesehatan yang tertua didunia. Sesuai dengan
perkembangan ilmu kedokteran / kesehatan, maka jenis tenaga kesehatanpun bertambah.
Kini tenaga kesehatan terdiri dari dokter, dokter gigi, sarjana keperawatan, sarjana
kesehatan masyarakat, apoteker, paramedik dan sebagainya. Lafal sumpah / janji tenaga-
tenaga kesehatan selain dokter, umumnya mengacu kepada lafal sumpah dokter.

4. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI-IDI, 2002)
5. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI, 2000)
a. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di
rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik
Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI). Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat
rangkaian nilai-nilai dan norma-norma moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan
pedoman dan pegangan bagi setiap insane yang terlibat dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus
ditaati oleh setiap rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang
baik, bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi
kedokteran.
b. Pada umumnya pedoman yang termuat dalam KODERSI berupa garis besar atau nilai-
nilai pokok yang masih memerlukan penjabaran yang lebih rinci dan teknis. Untuk
menjabarkan KODERSI dan menerapkannya dalam kebijakan rumah sakit maka setiap
rumah sakit dianjurkan membentuk Komite Etik Rumah Sakit (KERS). Sedangkan di
tingkat pengurus cabang/pusat, badan etik rumah sakit Indonesia dinamakan Majelis
Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI). Dalam rangka melengkapi KODERSI
maka perlu dibuat acuan dasar procedural dalam bentuk Pedoman Pengorganisasian
Komite Etik Rumah Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(selanjutnya disingkat Pedoman). Dengan adanya pedoman ini diharapkan penerapan
KODERSI dalam pelayana perumahsakitan menjadi kenyataan sehingga rumah sakit di
Indonesia mampu mengemban misi luhur dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai