Replacement : mulai menggunakan hewan yang paling rendah tingkatannya atau apabila
memungkinkan menggunakan metoda in vitro atau simulasi kmputer. Walaupun metoda in vitro tidak
menunjukan hasil yang sama dengan metoda in vivo
Reduction : apabila tidak ada pilihan lain dan harus menggunakan hewan percobaan maka harus dikaji
dengan baik jumlah hewan yang akan digunakan. Jumlah hewan harus dikaji dengan menggunakan
berbagai macam perhitungan sehingga digunakan jumlah hewan yang sedikit tanpa menghilangkan arti
dari suatu penelitian.
Refinement : peneliti harus meperhatikan perlakuan pada hewan percobaannya dengan melihat azas
kesejahteraan hewan (animal welfare) yang diseingkat menjadi 5F :
• Freedom from hunger and thirst
• Freedom from pain
• Freedom from distress and feeling discomfort
• Freedom from Injury and disease
• Freedom to Express their normal behavior
DASAR ETIK KEDOKTERAN
1. Hippocratic Oath (400 SM)
a. Modifikasi dari sumpah ini jelas tidak bisa kita hindari. Hippocrates adalah seorang yang
sangat memegang prinsip metode ilmiah dan sangat teliti dalam mengamati lingkungan
berkaitan dengan manusia dan penyakit. Maka Hippocrates pasti akan memaklumi dan
menyetujui perubahan sumpah demi menjaga perkembangan ilmu medis dunia. Selama
dokter menjaga prinsip-prinsip dasar Sumpah Hippocrates.
b. Dan akan selalu ada perdebatan. Apakah memang masih pantas dan sesuai bila sumpah
Hippocrates asli ini digunakan? Seperti pada bagian “teaching the master’s sons the secrets
of medicine without fees and the promise not to bring a knife to another’s body”, jelas
tidak lagi relevan dimana pendidikan sekolah kedokteran kini menjadi industri.
c. Begitu juga dengan spesialisasi yang semakin berkembang, tidak mungkin kita tidak
menggunakan pisau dalam melaksanakan operasi bedah. Kemudian lafal selanjutnya
seperti : ” neither will I administer a poison to anybody when asked to do so, not will I
suggest such a course” dan selanjutnya “And likewise I will not give a woman a destructive
pessary” (Pessary : alat yang dulu terbuat dari rendaman tampon wool yang dimasukkan ke
dalam vagina untuk menginduksi aborsi).
d. Kontroversi ini semakin hangat karena beberapa kolega dokter, yang melaksanakan aborsi
dan euthanasia legal di bawah undang-undang negaranya, juga menyatakan
ketidaksetujuannya dengan ide ‘back to original oath’. Sangat sulit bagi mereka meletakkan
larangan untuk aborsi dan euthanasia pada sumpah dokter modern, karena di negaranya,
kedua hal tersebut rutin dan legal dilakukan.
e. Atau bagaimana kita menjaga kerahasiaan pasien bila kini organisasi kesehatan
membutuhkan informasi pasien untuk dokumentasi? Bahkan banyak industri dan asuransi
juga membutuhkan rekam medik untuk kualifikasi mereka. Bagaimana dengan etika
penelitian dimana hal ini tidak disertakan dalam Sumpah Hippocrates aslinya ? Dalam
penelitian tertentu kita juga membutuhkan beberapa rekam medik pasien dan tentunya
juga untuk publikasi hasil penelitian
2. Deklarasi Geneva (WMA, 1948)
• Inilah naskah terakhir dari Deklarasi Jenewa. Dan mungkin paling mungkin menjadi sumber adaptasi
Sumpah Dokter di Indonesia. Lafal Sumpah Dokter Indonesia pertama kali digunakan pada 1959 dan
diberikan kedudukan hukum dengan Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1960. Sumpah mengalami
perbaikan pada 1983 dan 1993
3. Lafal Sumpah Kedokteran Indonesia (Depkes, 1981)
a. Kendati adanya banyak perubahan dalam sumpah Hipokrates, penggunaan sumpah ini
sering dipandang penting bagi profesi yang berkomitmen dengan standar moral yang
sangat luhur dan etis. Survei pada tahun 1993 yang disinggung di atas mendapati bahwa
kebanyakan sumpah yang digunakan berfokus pada komitmen para dokter kepada pasien
mereka, menuntut para calon dokter agar berjanji untuk mengurus pasien-pasien mereka
sebaik-baiknya. Dengan membuat pernyataan demikian, perhatian dipusatkan pada prinsip-
prinsip moral tinggi yang mendasar bagi bidang medis.
b. Jika dibandingkan lafal sumpah Hippokrates dengan lafal sumpah dokter Indonesia, maka
dapat dilihat bahwa lafal sumpah dokter Indonesia mengandung intisari yang berakar dari
lafal sumpah Hippokrates. Lafal sumpah Hippokrates itu mengandung butir-butir yang
berkaitan dengan larangan melakukan euthanasia aktif, abortus provocatus, dan melakukan
pelecehan seksual. Juga mengandung kewajiban melakukan rujukan jika tidak mampu dan
memelihara rahasia pekerjaan dokter. Secara lebih rinci lafal sumpah Hippokrates
mengandung perlakuan yang selayaknya terhadap guru-uru beserta anaknya, bahkan jika
perlu membagikan harta kepada gurunya, yang tentunya disaat guru membutuhkannya.
c. Sumpah dokter adalah sumpah profesi kesehatan yang tertua didunia. Sesuai dengan
perkembangan ilmu kedokteran / kesehatan, maka jenis tenaga kesehatanpun bertambah.
Kini tenaga kesehatan terdiri dari dokter, dokter gigi, sarjana keperawatan, sarjana
kesehatan masyarakat, apoteker, paramedik dan sebagainya. Lafal sumpah / janji tenaga-
tenaga kesehatan selain dokter, umumnya mengacu kepada lafal sumpah dokter.
•
4. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI-IDI, 2002)
5. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI, 2000)
a. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di
rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik
Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI). Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat
rangkaian nilai-nilai dan norma-norma moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan
pedoman dan pegangan bagi setiap insane yang terlibat dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus
ditaati oleh setiap rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang
baik, bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi
kedokteran.
b. Pada umumnya pedoman yang termuat dalam KODERSI berupa garis besar atau nilai-
nilai pokok yang masih memerlukan penjabaran yang lebih rinci dan teknis. Untuk
menjabarkan KODERSI dan menerapkannya dalam kebijakan rumah sakit maka setiap
rumah sakit dianjurkan membentuk Komite Etik Rumah Sakit (KERS). Sedangkan di
tingkat pengurus cabang/pusat, badan etik rumah sakit Indonesia dinamakan Majelis
Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI). Dalam rangka melengkapi KODERSI
maka perlu dibuat acuan dasar procedural dalam bentuk Pedoman Pengorganisasian
Komite Etik Rumah Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(selanjutnya disingkat Pedoman). Dengan adanya pedoman ini diharapkan penerapan
KODERSI dalam pelayana perumahsakitan menjadi kenyataan sehingga rumah sakit di
Indonesia mampu mengemban misi luhur dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia