Anda di halaman 1dari 23

REFARAT

KECELAKAAN LALU LINTAS

Oleh
Rizki Ratnasari (18174068)

Desi Ratnasari (18174030)

Pembimbing:

dr. Hery Wijadmoko,SpF,DFM

DEPARTEMEN/ KSMILMU FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
BLUD RSUD MEURAXA
BANDA ACEH
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2

2.1 Definisi .......................................................................................................... 2

2.2 Klasifikasi ………………………………………………………………….2

2.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan ............................................................. 2

2.4 Insidensi keceelakaan lalu lintas ................................................................... 3

2.5 Pola trauma secara umum ............................................................................. 3

2.6 Pola Luka Akibat Kecelakaan Luka Lalu lintas ......................................... 6

2.7 Penyebab Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas ..................................... 13

2.8 Pemeriksaan Forensik Pada Kecelakaan Lalu-Linta ...................................... 14

2.9 Bunuh Diri Atau Pembunuhan Menggunakan Kendaraan Bermotor ……….16

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan waktu untuk
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas refaratini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan tugas laporankasus yang berjudul
“kecelakaan lalu lintas” ini adalah untuk memenuhi tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen/KSM Ilmu forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Abulyatama, BLUD RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembimbing dr.
Hery Wijadmoko,SpF,DFM yang telah membimbing, memberi saran, dan kritik
sehingga terselesaikannya tugas ini, juga kepada teman-teman dokter muda yang
turut membantu dalam pembuatan tugas ini.

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini, kritik, dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian untuk kesempurnaan tulisan
ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Maret2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti
Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan
lalu lintas yang cenderung semakin meningkat.Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun)
dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.Lebih dari 80%
pasien yang masuk ke ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang
ditabrak. Sisanya merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari
ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban kekerasan. 1,

Di negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban


kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara
dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang, sebagaian besar kematian terjadi
pada pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum. Di
Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah
pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan
berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua
jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. 1

Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut


wilayah secara geografi.Lebih dari separuh kematian karena kecelakaan lalu
lintas jalan terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka
tertinggi kecelakaan terjadi di wilayah Afrika. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal
1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.1

2.2 Klasifikasi

Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan lalu
lintas sendiri menjadi 3, yaitu: 1

1. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan


kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka


ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu merupakan kecelakaan yang


mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

2.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan 2


Secara umum ada tiga faktor utama penyebab kecelakaan; Faktor
Pengemudi (Road User), Faktor Kendaraan (Vehicle), Faktor Lingkungan Jalan
(Road Environment). Kecelakaan yang terjadi pada umumnya tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan hasil interaksi antar faktor lain.
Hal-hal yang tercakup dalam faktor-faktor tersebut antar lain:
a. Faktor Pengemudi; kondisi fisik (mabuk, lelah, sakit, dsb), kemampuan
mengemudi, penyebrang atau pejalan kaki yang lengah, dll.
b. Faktor Kendaraan; kondisi mesin, rem, lampu, ban, muatan, dll.
c. Faktor Lingkungan Jalan; desain jalan (median, gradien, alinyemen, jenis
permukaan, dsb), kontrol lalu lintas (marka, rambu, lampu lalu lintas), dll.
d. Faktor Cuaca; hujan, kabut, asap, salju, dll.
Pada dasarnya faktor-faktor tersebut berkaitan atau saling menunjang bagi
terjadinya kecelakaan. Namun, dengan diketahuinya faktor penyebab
kecelakaanyang utama dapat ditentukan langkah-langkah penanggulangan
untuk menurunkan jumlah kecelakaan.

2.4 Insidensi keceelakaan lalu lintas

Berdasarka penelitian Felicia R. Kepel,dkk Bagian Kedokteran Forensik


dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2017 kasus KLL
terbanyak didapatkan pada kelompok usia 26-35 tahun yaitu dewasa awal. Hal ini
didukung dengan mobilitas darikelompok usia dewasa awal ini lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok usialain. Kelompok usia 26-35 juga merupakan
usia yang produktif dimana pada usia ini memiliki intensitas terbanyak di luar
rumah.Hasil ini juga sesuai dengan data WHO tahun 2011, yaitu sebanyak 67
persen korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yakni 22-50
tahun.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah korban kasus kecelakaan lalu
lintas didominasi oleh laki-laki dengan 30 kasus (78,9%) sedangkan pada
perempuan hanya didapatkan 8 kasus (21,1%). Hal ini disebabkan oleh para
pengendara laki-laki usia muda memiliki kecenderungan untuk melakukan
pelanggaran terhadap peraturan dalam berkendara seperti kecepatan tinggi,
mengambil jarak pendek, melanggar aturan lalu lintas, tidak memakai sabuk
pengaman, menyalip kendaraan berisiko tanpa memperhatikan konsekuensi yang
akan ditanggungnya.
2.5 Pola trauma secara umum

Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan trauma / tanda kekerasan
yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :

a. Trauma akibat kekerasan pertama oleh kendaraan (first impact)Trauma


ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan kendaraan dengan
tubuh.Perhatikan bentuk / gambaran luka serta letaknya. Bagian kendaraan
yang sering menyebabkan trauma pertama ini biasanya bumper, kaca spion,
pegangan pintu dan spakbor.Trauma biasanya berupa luka lecet jenis tekan.
b. Trauma akibat terjatuh
Pada tubuh korban dapat ditemukan traumalain yang terjadi akibat
terjatuhnya korban setelah pesentuhan pertama dengan kendaraan. Trauma
biasanya merupakan luka lecet jenis geser dan atau luka robek.
c. Trauma akibat terlindas ( rollover )
Trauma akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran cermat
terhadap jejas ban ini, seringkali dapat membantu pihak yang berwajib untuk
mengidentifikasi jenis kecelakaan yang menyebabkan kecelakaan. Deskripsi
ban baik mengenai coraknya maupun ukurannya dengan sketsa atau foto.

Kekerasan benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
trauma, antara lain :

a. Memar (kontusi)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.Kerusakan tersebut
diakibatkan oleh pecahnya kapiler sehingga adarah keluar dan meresap ke
jaringan sekitarnya. Luka memar tidak hanya pada kulit, tapi mungkin juga
ditemukan pada organ dalam, seperti paru-paru, jantung ,otak dan otot.
Misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
yang terdapat tekanan justru tidak menunjukan kelainan.
b. Luka lecet (abrasi)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
- Bentuk luka tidak terartur
- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang ditemukan sedikit pendarahan
- Permukaan ditutupi oleh krusta ( serum yang telah mengering )
- Warna coklat kemerahaan
- Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang
masih ditutupi epitel dan raksi jaringan ( inflamasi )

Dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet yang tertekan pasa tubuh korban seringkali merupakan
cetakan dari ban kendaraan tersebut.

c. Luka terbuka (robek)


luka terbuka atau robek adalah luka yang disebabkan karena bersentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan dibawahnya, yang ciri-cirinya sebagai berikut:
 bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata
 bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagian jaringan hancur)
 tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan
 disekitar garis batas luka ditemukan memar
 lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
(misalnya dalam daerah kelapa, muka atau ekstremitas)

Pelukisan yang cermat dari luka robek sangat membantu penyidik


khususnya sewaktu dilakukan rekonstruksi. Bila luka robek salah satu tepinya
membuka kearah kanan, kekerasan datang dari arah kiri ;jika membuka
kearah depan maka benda tumpul datang dari arah belakang.

d. Patah tulang (fraktur)


Kekerasan benda tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang.
Adany patah tulang dapat diketahui, apabila dijumpai tanda-tanda:
 terdapat kelainan bentuk dibandingkan normal
 terdapat perbedaan ukuran panjang, terutama bila terjadi pada
anggota gerak.
 Bila digerakan dapat terdengar delik (krepitasi)
 Pola patah tulang yang terjadi tergantung letak patah tulang,
apakah terjadi pada kepala dan wajah, tulang belakang, dada,
pinggul dan anggota gerak.

Pada tulang tengkorak kepala, patah tulang yang sering terjadi berupa fraktur
impresi, yaitu ada bagian tulang yang patah dan terdesak kedalam. Hal ini
dapat mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan
epidural, subdural, sub-arachnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak

Pada kasus kecelakaan lalu lintas, maka patah tulang yang terjadi dapat
memberikan informasi arah datangnya kendaraan yang mengenai tungkai
korban. Bila ditabrak dari belakang, tulang yang patah akan terdorong kedepan
dan dapat merobek otot serta kulit didaerah tungkai bagian depan, hal yang
sebaliknya terjadi bila korban ditabrak dari depan. Dengan demikian
berdasarkan sifat-sifat patah tulang dapat diperkirakan dari mana kekerasan itu
datang dan mengenai tubuh korban, ini perlu untuk rekonstruksi peristiwa
selain luka akibat benda tumpul, sebagian luka pada kecelakaan lalu lintas jua
dapat disebabkan karena benda tajam, misal luka iris akibat terkena ujung plat
nomor kendaraan sepeda motor.

2.6 . Pola Luka Akibat Kecelakaan Luka Lalu lintas

1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas dibedakan menjadi 2, yaitu : “Motor-Vesicle traffic


accident” dan “non-motor vesicle accident”. Motor vesicle traffic accident adalah
setiap kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya. Non-motor vesicle traffic
adalah setiap kendaraan yang terjadi dijalan raya, yang melibatkan pemakai jalan
untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang
bukan kendaraan bermotor

2. Penyebab Kecelakaan Kendaraan Bermotor


- Alcohol atau intoksikasi obat narkotika dan sedative
- Factor manusia (kecepatan, kecerobohan, tertidur)
- Factor alam (jalanan basah, perbaikan jalan, kabut dll)
- Penyakit (stroke, infark miocard)

3. Derajat Luka Pada Kecelakaan Lalu Lintas

Terdapat lima derajat luka pada kecelakaan lalu lintas, yaitu :

1. terdapat kerusakan pada benda : derajat 1


2. terdapat luka non visible : derajat 2
3. terdapat luka minor visible : derajat 3
4. terdapat luka serius visible : derajat 4
5. terdapat korban tewas : derajat 5

4. Mekanisme Cedera
Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan.
Pada kecepatan yang konstan, bagaimanapun cepatnya, tidak akan menimbulkan
efek apapun seperti pada perjalanan keluar angkasa atau rotasi pada bumi. Adanya
perbedaan perpindahan geraklah yang traumatis, yaitu akselerasi dan deselerasi.
Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi.
Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleris perubahan ini sangat
tergantung dari arah datang gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa
tidak menimbulakan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G
masih bisa tidak menimbulkan cedera bila datangnya dari sudut yang tepat pada
sumbu panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan 8000G tanpa frakur, tulang
mandibular dan rongga thoraks dapat menahan hingga 800G. Misalnya, seorang
pengendara mobil dengan kecepatan 80 km/jam, kepala terbentur kaca seluas 10
cm2 maka kerusakan yang terjadi pasti lebih parah dibandingkan pengemudi
memakai sabuk pengaman sehingga efek tabrakan berkurang.

5. Pembagian Arah Benturan


kematian karena kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi 4 kategori
tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan. Bagaimanapun, selama
tabrakan atau kecelakaan, kombinasi dari 4 tipe bisa juga terjadi.
a. Arah Depan
Ini adalah tipe yang paling umum, kira-kira 80 % dari semua tabrakan
kendaraan bermotor. Terjadi bila 2 kendaraan bertabrakan dua-duanya atau bila
bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok
atau tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari kendaraan
bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman) dan terjadi
benturan pada kemudi atau dashboard, kaca depan , ataupun lampu depan
kendaraan.
b. Arah Samping
Biasanya terjadi dipersimpangan kendaraan lain menabrak dari arah samping
atau pun mobil terpelanting dan sisinya menghantam benda tidak bergerak dapat
terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan termasuk robeknya
aorta dan fraktur robeknya dan fraktur basis cranii. Bila benturan terjadi pada sisi
kendaraan pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri dan
penumpang depan akan mengalmi perlukaan yang lebih sedikit karena pengemudi
bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi
adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang
c. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan dibandingkan dengan tabrakan dari arah
samping terutama bila tidak dipakainya sabuk pengaman dan penumpang
terlempar keluar.Bila terlempar semuanya beberapa perlukaan dapat terbentuk
pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras. Pada beberapa kasus
korban yang terlempar bias ditemukan hancur atau terperangkap di bawah
kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah asfiksisa
traumatic.
d. Arah Belakang
Hal ini dapat menyebabkan acceleration injuries dan sangat jarang
menimbulkan kematian.Perlukaan yang paling umum adalah whiplash injury dari
leher. Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh
bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang yang dengan demikian
memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan
mengancam jiwa.

6. Pola Luka Pada Berbagai Jenis Kecelakaan

a. Luka Pada Pengendara Mobil


 Luka Tabrakan Tanpa Ejeksi

Luka berat terjadi dikarenakan kontak fisik antara korban dengan bagian dalam
kendaraan seperti setir. Penumpang yang umumnya duduk didepan terluka oleh
benturan dengan dashboard dan kaca depan, sedangkan penumpang yang duduk
dibelakang terluka akibat benturan dengan kursi depan atau terlempar ke bangku
depan dan mengenai struktur depan mobil atau menghantam penumpang di
bangku depan.

Benturan frontal paling sering pada kecelakaan lalu lintas. Pada benturan
dari samping, tidak ada sandaran kepala yang berfungsi sebagai bantalan, dan
penyebab utama dari perlukaan adalah akibat ekstensi leher yang berlebihan. Pada
kejadian benturan dari samping, tidak ada perbedaan dalam hal frekuensi maupun
lokasi antar penumpang yang duduk di bangku depan maupun di bangku
belakang, walaupun biasanya pengemudi lebih jarang mengalami luka yang fatal
di banding penumpang lainnya. Luka kepala pada penumpang depan terjadi pada
tiga dari lima kecelakaan, sedangkan fraktur tulang kepala terjadi dua kali lebih
sering pada pengendara disbanding pada penumpang depan ini dapat diterangkan
sebagai berikut: pada penumpang depan yang kepalanya mengenai kaca depan
lebih lama terjadi deselerasi sedangkan pada pengemudi jarang terjad benturan
pada kaca depan karena ada setir yang menghalangi, sehingga benturan yang
dialami adalah kerangka atap mobil atau rangka jendela yang lebih keras
mengakibatkan fraktur tulang kepala.

Abdomen terlukapada sepertiga kasus, dimana organ limpa dan hati adalah
yang paling sering terluka. Fraktur femur sering terjadi pada penumpang bangku
depan akibat benturan lutut ke dashboard dan struktur mobil bagian depan.
Sedangkan pada pengemudi lebih jarang terjadi karena adanya setir yang
menghalangi benturan lutut.Bila pengemudi menginjak rem sebelum terjadi
benturan, sering menyebaban fraktur dari tibia dan fibula.

 Luka Tabrakan dengan Ejeksi

Ejeksi menyebabkan luka berat yang multipel, dan ini merupakan penyebab
tersering kedua yang menyebabkan luka parah setelah luka akibat benturan
dengan setir. Bila pada kecelakaan pintu depan kendaraan terbuka, satu dari tiga
penumpang pasti terlempar keluar dari mobil. Perbandingan resiko terjadinya luka
yang fatal antara ejeksi dan non ejeksi adalah 5:1.

 Luka Akibat Penggunaan Sabuk Pengaman

Penggunaan sabuk pengaman mengurangi luka yang terjadi akibat benturan


dengan bagian kendaraan dan akibat ejeksi.Tetapi sabuk pengamanan juga dapat
menyebabkan luka.

Deselerasi dapat mendorong usus kecil ke dalam rongga pelvis sehingga


terjadi obstruksi usus transien atau dapat meningkatkan tekanan
intraluminal.Dapat juga terjadi terpotongnya usus secara parsial maupun komplit
pada penggunaan sabuk pengaman yang tidak benar. Pada penggunaan yang
benar, umumnya perlukaan terjadi pada abdomen bagian bawah, dan yang paling
sering adalah perforasidari usus kecil, rupture kandung kencing, atau kolon
sigmoid dan perlukaan pada spinal segmen lumbal. Memar pada dinding abdomen
dapat menimbulkan ileus paralitik.

Luka akibat sabuk pengaman dapat dibedakan menurut tipe yang digunakan :

1. Lap belts :
 Lumbal (fraktur kompresi, subluksasio, fraktur prosesus artikularis, lamina
dan pedikel, fraktur prosesus transversus, fraktur rotasiona, fraktur diskus,
robeknya ligament posterior)
 Fraktur tulang ekstremitas
 Fraktur pelvis
 Memar pada limpa, pancreas, uterus, uretram dan arteri iliaka
2. Shoulder restrains :
 Fraktur iga, spinal segmen servikal, lumbal dan sternum
 Luka pada kulit dan jaringan subkutan berupa abrasi memar dan
hematoma
 Lesi organ dalam seperti laring, hati, limpa, ginjal, pembuluh darah besar
dan diafragma
3. Three-point belts :
 Fraktur iga, sternum, atau klavikula
 Luka abdomen (perforasi dupdenum atau jejunum)
 Abrasi dan memar pada dinding dada, bahu, leher, dan punggung

b. Luka Pada Pejalan Kaki

Kelaianan yang terjadi pada pejalan kaki dapat dibagi menurut mekanismenya :

1. Luka pada impak primer, yaitu benturan yang pertama terjadi antara
korban dan kendaraan.
2. Luka karena impak sekunder, yaitu benturan korban yang kedua kalinya
karena kendaraan.
3. Luka sekunder, yaitu luka yang terjadi setelah korban jatuh ke atas jalan.

Korban dewasa umumnya tertabrak dari belakang atau samping sehingga


umumnya luka hebat terjadi ditungkai bawah,dapat sampai terjadi fraktur tertutup
maupun terbuka. Korban yang tergeletak dijalan dapat terlindas dan menimbulkan
trauma berupa jejas ban atau “tyre marks.” Bila kendaraan yang menabrak
termasuk kendaraan berat maka dapat terjadi “crush injuries” atau “compression
injuries” dimana tubuh seluruhnya hancur dan sukar dikenali. Pada daerah lipatan
kulit bila terlindas maka kulit akan teregang sehingga menimbulkan kelainan yang
disebut “striae like tears” dimana sebenarnya daerah yang terlindas bukan
dilipatan kulit tersebut melainkan didaerah yang berdekatan.

Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan menimpa pejalan kaki termasuk


diantaranya adalah pada kondisi cuaca yang buruk, penerangan pada jalan dan
pada kendaraan yang tidak adekuat, dan pada korban yang menyebrang jalan
sembarangan.

c. Kecelakaan pengendara sepeda

Luka yang terjadi umumnya ringan, tetapi kadang- kadang dapat berbahaya
dan menyebabkan patah tulang atau cedera jaringan lunak yang berat. Perlukaan
disebabkan gesekan antara kulit tubuh dan permukaan tanah, dan pada udara yang
panas dapat membakar kulit terutama yang sensitive seperti anak-anak.Bila
sepeda tertabrak kendaraan bermotor maka impak primer terjadi ketika tabrakan
dan impak sekunder didapat saat sepeda dan pengendara jatuh mengenai tanah.
Luka yang sering terjadi adalah luka kompresi pada bagian kaki bagian malleolus
mediales atau lateralis, tendon achiles atau bagian lateral dari kaki.

d. Kecelakaan pengendara sepeda motor

Seperti diketahui sepeda motor merupakan sebuah alat transportasi yang


ditopang oleh dua buah roda yang sejajar sehingga mempunyai tingkat kestabilan
yang rendah dibanding kendaraaan roda empat. Mengakibatkan kecelakaan yang
menghasilkan suatu cedera berat pada sepeda motor tetapi mungkin hanya
kecelakaan ringan pada kendaraan rongga empat lain.
Pada umunya korban selalu terlempar dari kendaraannya sehingga adapat
mengenai seluruh anggota tubuh khususnya kepala, extremitas atas, bawah dada,
dan abdomen. Penyebab kecelakaan motor adalah alcohol, obat-obatan, faktor
lingkungan (terselip oli, lubang, gundukan dijalan), cara mengendarai dan
kegagalan kendaraan lain untuk melihat motor.

Cedera yang sering terjadi pada kendaraan motor adalah “tail gating
accident”. Gambaran cedera tipe ini adalah pada saat pengendara motor sedang
berada di belakang truk, dan menabrak truk dari belakang, yang terjadi kemudian
adalah motor menyelip di bwah truk, tetapi kepala pengendara mengenai bamper
belakang truk, cedera yang terjadi berupa dekapitasi, cedera kepala dan leher..2

e. Cedera jaringan lunak:

Mempunyai gambaran cedera mulai dari abrasi, laserasi, memar, luka


remuk.Gambaran tersering adalah flying injury yaitu berupa luka lecet serut yang
luas dikarenakan korban terseret di jalanan, dimana terjadi oleh efek benturannya
roda dari kendaraan yang merobek kulit dan otot dari tubuh atau kepala. Jika
mobil melindas abdomen atau pelvis dapat mengkibatkan striae parallel multipel
atau laserasi yang dangkal oleh karena tekanan yang merobek pada kulit. 2

f. Kerusakan tubuh bagian dalam :

Kerusakan yang hebat pada saat roda melewati pelvis, abdomen, ataupun
kepala, walaupun disertai cedera permukaan yang ringan, berat dari kendaraan
tersebut dapat menghancurkan tulang tengkorak dan sering disertai keluarnya otak
dari luka laserasi, patah tulang simpisis, terputusnya sendi sakroiliaka, pada organ
dalam dapat terjadi fraktur iga yang dapat melukai paru dan jantung.2

Luka yang dialami pejalan kaki akibat tabrakan motor tidaklah berbeda
dengan luka yang didapat akibat tabrakan mobil. 6
2.7Penyebab Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas

Kematian karena luka parah lebih mudah dijelaskan, misalnya luka parah pada
bagian kepala yang kemudian mengalami gegar otak dan pendarahan. Seringkali
cidera yang berbeda-beda lebih sulit untuk dipelajari, namun dalam kasus-kasus
yang umum orang umumnya akan menganggapnya sebagai „cidera beragam
(multiple injuries), karena cidera yang dialami oleh korban bermacam-macam
6
bentuknya. Saat kematian terjadi akibat kecelakaan di jalan, atau korban
kemudian tewas setelah bertahan beberapa saat setelah ditabrak, biasanya akan
terdapat kerusakan mukuloskeletal atau organ, hemorrhage parah, blokade aliran
udara dari darah, atau asfiksia traumatis dari fiksasi bagian dada yang disebabkan
oleh benturan dengan bagian kendaraan.

Korban yang sempat bertahan hidup namun kemudian meninggal dapat


disebabkan oleh terjadinya pendarahan yang tanpa henti, hemorrhage sekunder,
kegagalan renal akibat hipotensi dan/atau kerusakan otot yang ekstensif,
embolisme lemak, infeksi lokal, infeksi dada atau sistemik lainnya, infarksi
myokardial atau serebral dan sequeale lainnya. 6
Adanya penyakit alami juga menjadi pertimbangan yang penting di dalam
kematian akibat kecelakaan lalu-lintas, seperti kemungkinan adanya kematian
yang disebabkan oleh penyakit yang diderita korban. Sedangkan kerusakan pada
indera penglihatan atau pendengaran dapat pula menyebabkan kecelakaan,
meskipun hal demikian hampir tidak pernah dimasukkan ke dalam catatan otopsi.
6

2.8 Pemeriksaan Forensik Pada Kecelakaan Lalu-Lintas

A. Pemeriksaan Forensik

Dalam rangka membantu proses peradilan dalam hal menyelesaikan kasus hukum
mengenai kecelakaan lalu lintas, seorang dokter adalah seorang ahli yang tepat
bagi penegak hukum untuk memeriksa barang bukti yang berupa mayat, orang
hidup, bagian tubuh manusia, atau sesuatu yang berasal dari tubuh manusia. 10
Kegiatan otopsi secara umum identik dengan prosedur yang biasanya berlaku
tetapi ditambah dengan perhatian khusus pada hal-hal berikut ini:

1. Karena ketentuan pidana terlibat di dalam kasus kecelakaan lalu-lintas, maka


masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum seperti identitas mayat
dan kontinuitas bukti harus dipastikan. 6
2. Mayat harus dikenakan pakaian, jika kondisinya saat dibawa ke rumah sakit
telah tewas, shingga cidera yang ia derita dapat dicocokkan dengan kerusakan
pakaian yang dikenakannya. Seringkali hal demikian mustahil dilakukan,
khususnya jika korban tidak memungkinkan untuk dibawa dengan
mengenakan pakaian sebelum ia mengalami kecelakaan. 6
3. Sampel darah harus didapatkan dari golongan darah dan sekarang mungkin
disesuaikan dengan „sidik jari DNA‟ dalam kasus „tabrak-lari‟ yang di tempat
kejadiannya ditemukan bercak darah atau petunjuk-petunjuk lainnya. 8
4. Pemeriksaan eksternal, seperti untuk semua jenis kematian akibat trauma,
adalah hal yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara detil, akurat
dan tercatat semua. Ketinggian pola cidera di atas permukaan tungkai korban
harus ditandai, untuk membandingkannya dengan dimensi kendaraan
penabraknya. Semua jenis bukti dapat ditemukan oleh seorang ahli patologi,
dari bercak cat dan serpihan kaca hingga bagian-bagian dari struktur
kendaraan. 7
5. Otopsi yang menyeluruh harus dilakukan, bukan hanya menjadi semacam
katalog daftar cidera yang dialami oleh korban. Adanya kemungkinan
penyakit yang diderita oleh korban sebelum ia tewas tertabrak, maupun
penyakit yang mungkin diderita oleh si pengendara harus dipertimbangkan.
Lesi jantung dan serebral lama dan baru khususnya penting untuk dijadikan
petunjuk. 6,7
6. Pemeriksaan laboraturium pada korban kecelakaan lalulintas.

a) Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan toksikologi ditujukan untuk mencari data apakah pada korban
terdapat obat, yang mampu menimbulkan ganguan kapabilitas didalam
mengemudikan kendaraan. Adapun zat yang sering didapatkan pada pemeriksaan
toksikologi ini antara lain :

 Alcohol
 Carbonmonoksida
 Sianida
 Feniotiazin
 Salisilat

2. Pemeriksaan histopatologis

Pemeriksaan histopatologis yang bertujuan untuk mengetahui apa terdapat


penyakit tertentu pada korban yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.

Insiden terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kematian alamiah


pengemudi kendaraan adalah 6 dari 100.000.kemungkinana ini haruslah
dipikirkan apalagi bila pada pemeriksaan, luka tidak ditemukan atau sangat
minimal dan kendaraan yang teribat hanya rusak ringan. Penyebab tersering dari
kematian alamiah ini antara lain adalah penyakit kardiovaskuler seperti oklusi
arteri coroner, iskemi miokard, aritmia jantung, rupture dari aneurisma, penyakit
cerebro vaskuler, epilepsy, serangan hipoglikemik pada penderita diabetes atau
rupture dari aneurisma aorta.

2.9 Bunuh Diri Atau Pembunuhan Menggunakan KendaraanBermotor

Bunuh diri dengan kendaraan bermotor adalah salah satu hal yang sulit dalam
praktek forensik. Kecuali situasi dan bukti-bukti jelas. Cara dan posisi kematian
pada pemeriksaan forensic sangat penting bagi pihak perusahaan asuransi dalam
hal klaim terhadap asuransi tersebut.8
Beberapa fakta dan penemuan yang biasanya dapat membantu menegakkan
bunuhdiri dengan kendaraan bermotor:8
1. Adanya percobaan bunuh diri pada beberapa waktu sebelumnya
2. Adanya riwayat depresi pada korban
3. Adanya bukti kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi
4. Tidak adanya bukti melakukan pengereman.
5. Tabrakan dengan pohon, jembatan, atau benda-benda keras lain yang
mengenai sudut mati pada tengah-tengah bagian depan kendaraan.
6. Adanya catatan sebelum kematian yang menyebutkan bahwa ingin bunuh
diri.Pada kasus pembunuhan dengan kendaraan bermotor, pembunuhan dapat
dilakukan melalui 4 cara:
a) Pembunuhan terencana pejalan kaki dengan menggunakan kendaraan.
Investigasi situasi seperti ini tidaklah sulit jika pembunuhan tersebut terdapat
saksi disekitar tempat kejadian perkara. Jika pengendara mobil meninggalkan
lokasi dan tidak ada bukti adanya perencanaan sebelumnya, maka kejadian
seperti ini dapat diklasifikasikan sebagai tabrak lari. 8
b) Tabrak lari. Hal ini mungkin merupakan salah satu tindakan kriminal dengan
kendaraan yang menyebabkan cidera serius ataupun kematian. Pengendara
“secara tidak sengaja” membunuh ataupun melukai seseorang dan
meninggalkan lokasi untuk melarikan diri dari hukum.8
Luka ringan adalah luka yang tidak menyebabkan sakit atau halangan
dalam melakukan pekerjaan (jabatan atau pencarian). Luka sedang adalah
luka/cedera diantara luka berat dan luka ringan (misalnya vulnus laceratum,
vulnus scissum, atau fraktur) yang tidak mengancam nyawa. Dengan kata
lain, luka sedang merupakan luka yang menyebabkan penyakit atau
menghalangi pekerjaan untuk sementara waktu. Luka yang termasuk luka
berat dirinci dalam KUHP pasal 90 antara lain adalah jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau
yang menimbulkan bahaya maut.11
Dalam hal tabrak lari, dalam kasus ini pengendara akan dikenai pasal
berlapis, pasal 312 UU No. 22 Tahun 2009. Dalam pasal ini hukuman yang
akan didapat pengendara akan jauh lebih berat.5Pemeriksaan yang teliti dari
TKP, tubuh, dan pengumpulan bukti adalah hal yang penting. Beberapa
barang yang harus dikumpulkan misalnya: pakaian termasuk sepatu, darah,
urin, rambut dari kepala dan kelamin, kotoran, kaca, oli dan karat pada
pakaian dan tubuh.8
c) Kecelakaan palsu untuk menyebunyikan tindakan kriminal. Kejadian ini
sangat jarang ditemukan, tetapi bukan berarti tidak ada. Seseorang bisa saja
dibunuh dengan suatu maksud, kemudian tubuhnya diletakan didalam
kendaraan dan kemudian didorong ke jalan raya agar terlihat seperti
kecelakaan. Ketelitian yang tinggi dibutuhkan dalam mengidentifikasi kasus
seperti ini. Pemeriksaan terhadap seluruh luka dan penyebab kematian dapat
membantu dalam proses identifikasi.8
d) Menyembunyikan tindakan kriminal dengan membakar korban di dalam
mobil. Pada kasus seperti ini dapat dilakukan tes CO, karena pada kasus
menyembunyikan korban di dalam mobil dan dibakar, kadar
carboxyhemoglobin pada darah akan rendah. Pemeriksaan otopsi lainnya juga
dapat ditemukan adanya luka-luka lain yang dapat menyebabkan kematian
selain luka bakar.8
BAB III
KESIMPULAN

Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti
Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan
lalu lintas yang cenderung semakin meningkat.

Di negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban


kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara
dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang, sebagaian besar kematian terjadi
pada pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum.

Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal
1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.

Terdapat lima derajat luka pada kecelakaan lalu lintas, yaitu:1).terdapat


kerusakan pada benda : derajat 1. 2) Terdapat luka non visible : derajat 2. 3).
Terdapat luka minor visible : derajat 3. 4) Terdapat luka serius visible : derajat 4.
5) Terdapat korban tewas : derajat 5.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009


Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Available from:
www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4a604fffd43d3/parent/lt4a64
cfd406d
2.

Anda mungkin juga menyukai