Oleh
Rizki Ratnasari (18174068)
Pembimbing:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan waktu untuk
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas refaratini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan tugas laporankasus yang berjudul
“kecelakaan lalu lintas” ini adalah untuk memenuhi tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen/KSM Ilmu forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Abulyatama, BLUD RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembimbing dr.
Hery Wijadmoko,SpF,DFM yang telah membimbing, memberi saran, dan kritik
sehingga terselesaikannya tugas ini, juga kepada teman-teman dokter muda yang
turut membantu dalam pembuatan tugas ini.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini, kritik, dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian untuk kesempurnaan tulisan
ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti
Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan
lalu lintas yang cenderung semakin meningkat.Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun)
dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.Lebih dari 80%
pasien yang masuk ke ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang
ditabrak. Sisanya merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari
ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban kekerasan. 1,
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal
1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.1
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan lalu
lintas sendiri menjadi 3, yaitu: 1
Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan trauma / tanda kekerasan
yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
Kekerasan benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
trauma, antara lain :
a. Memar (kontusi)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.Kerusakan tersebut
diakibatkan oleh pecahnya kapiler sehingga adarah keluar dan meresap ke
jaringan sekitarnya. Luka memar tidak hanya pada kulit, tapi mungkin juga
ditemukan pada organ dalam, seperti paru-paru, jantung ,otak dan otot.
Misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
yang terdapat tekanan justru tidak menunjukan kelainan.
b. Luka lecet (abrasi)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
- Bentuk luka tidak terartur
- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang ditemukan sedikit pendarahan
- Permukaan ditutupi oleh krusta ( serum yang telah mengering )
- Warna coklat kemerahaan
- Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang
masih ditutupi epitel dan raksi jaringan ( inflamasi )
Dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet yang tertekan pasa tubuh korban seringkali merupakan
cetakan dari ban kendaraan tersebut.
Pada tulang tengkorak kepala, patah tulang yang sering terjadi berupa fraktur
impresi, yaitu ada bagian tulang yang patah dan terdesak kedalam. Hal ini
dapat mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan
epidural, subdural, sub-arachnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak
Pada kasus kecelakaan lalu lintas, maka patah tulang yang terjadi dapat
memberikan informasi arah datangnya kendaraan yang mengenai tungkai
korban. Bila ditabrak dari belakang, tulang yang patah akan terdorong kedepan
dan dapat merobek otot serta kulit didaerah tungkai bagian depan, hal yang
sebaliknya terjadi bila korban ditabrak dari depan. Dengan demikian
berdasarkan sifat-sifat patah tulang dapat diperkirakan dari mana kekerasan itu
datang dan mengenai tubuh korban, ini perlu untuk rekonstruksi peristiwa
selain luka akibat benda tumpul, sebagian luka pada kecelakaan lalu lintas jua
dapat disebabkan karena benda tajam, misal luka iris akibat terkena ujung plat
nomor kendaraan sepeda motor.
4. Mekanisme Cedera
Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan.
Pada kecepatan yang konstan, bagaimanapun cepatnya, tidak akan menimbulkan
efek apapun seperti pada perjalanan keluar angkasa atau rotasi pada bumi. Adanya
perbedaan perpindahan geraklah yang traumatis, yaitu akselerasi dan deselerasi.
Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi.
Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleris perubahan ini sangat
tergantung dari arah datang gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa
tidak menimbulakan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G
masih bisa tidak menimbulkan cedera bila datangnya dari sudut yang tepat pada
sumbu panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan 8000G tanpa frakur, tulang
mandibular dan rongga thoraks dapat menahan hingga 800G. Misalnya, seorang
pengendara mobil dengan kecepatan 80 km/jam, kepala terbentur kaca seluas 10
cm2 maka kerusakan yang terjadi pasti lebih parah dibandingkan pengemudi
memakai sabuk pengaman sehingga efek tabrakan berkurang.
Luka berat terjadi dikarenakan kontak fisik antara korban dengan bagian dalam
kendaraan seperti setir. Penumpang yang umumnya duduk didepan terluka oleh
benturan dengan dashboard dan kaca depan, sedangkan penumpang yang duduk
dibelakang terluka akibat benturan dengan kursi depan atau terlempar ke bangku
depan dan mengenai struktur depan mobil atau menghantam penumpang di
bangku depan.
Benturan frontal paling sering pada kecelakaan lalu lintas. Pada benturan
dari samping, tidak ada sandaran kepala yang berfungsi sebagai bantalan, dan
penyebab utama dari perlukaan adalah akibat ekstensi leher yang berlebihan. Pada
kejadian benturan dari samping, tidak ada perbedaan dalam hal frekuensi maupun
lokasi antar penumpang yang duduk di bangku depan maupun di bangku
belakang, walaupun biasanya pengemudi lebih jarang mengalami luka yang fatal
di banding penumpang lainnya. Luka kepala pada penumpang depan terjadi pada
tiga dari lima kecelakaan, sedangkan fraktur tulang kepala terjadi dua kali lebih
sering pada pengendara disbanding pada penumpang depan ini dapat diterangkan
sebagai berikut: pada penumpang depan yang kepalanya mengenai kaca depan
lebih lama terjadi deselerasi sedangkan pada pengemudi jarang terjad benturan
pada kaca depan karena ada setir yang menghalangi, sehingga benturan yang
dialami adalah kerangka atap mobil atau rangka jendela yang lebih keras
mengakibatkan fraktur tulang kepala.
Abdomen terlukapada sepertiga kasus, dimana organ limpa dan hati adalah
yang paling sering terluka. Fraktur femur sering terjadi pada penumpang bangku
depan akibat benturan lutut ke dashboard dan struktur mobil bagian depan.
Sedangkan pada pengemudi lebih jarang terjadi karena adanya setir yang
menghalangi benturan lutut.Bila pengemudi menginjak rem sebelum terjadi
benturan, sering menyebaban fraktur dari tibia dan fibula.
Ejeksi menyebabkan luka berat yang multipel, dan ini merupakan penyebab
tersering kedua yang menyebabkan luka parah setelah luka akibat benturan
dengan setir. Bila pada kecelakaan pintu depan kendaraan terbuka, satu dari tiga
penumpang pasti terlempar keluar dari mobil. Perbandingan resiko terjadinya luka
yang fatal antara ejeksi dan non ejeksi adalah 5:1.
Luka akibat sabuk pengaman dapat dibedakan menurut tipe yang digunakan :
1. Lap belts :
Lumbal (fraktur kompresi, subluksasio, fraktur prosesus artikularis, lamina
dan pedikel, fraktur prosesus transversus, fraktur rotasiona, fraktur diskus,
robeknya ligament posterior)
Fraktur tulang ekstremitas
Fraktur pelvis
Memar pada limpa, pancreas, uterus, uretram dan arteri iliaka
2. Shoulder restrains :
Fraktur iga, spinal segmen servikal, lumbal dan sternum
Luka pada kulit dan jaringan subkutan berupa abrasi memar dan
hematoma
Lesi organ dalam seperti laring, hati, limpa, ginjal, pembuluh darah besar
dan diafragma
3. Three-point belts :
Fraktur iga, sternum, atau klavikula
Luka abdomen (perforasi dupdenum atau jejunum)
Abrasi dan memar pada dinding dada, bahu, leher, dan punggung
Kelaianan yang terjadi pada pejalan kaki dapat dibagi menurut mekanismenya :
1. Luka pada impak primer, yaitu benturan yang pertama terjadi antara
korban dan kendaraan.
2. Luka karena impak sekunder, yaitu benturan korban yang kedua kalinya
karena kendaraan.
3. Luka sekunder, yaitu luka yang terjadi setelah korban jatuh ke atas jalan.
Luka yang terjadi umumnya ringan, tetapi kadang- kadang dapat berbahaya
dan menyebabkan patah tulang atau cedera jaringan lunak yang berat. Perlukaan
disebabkan gesekan antara kulit tubuh dan permukaan tanah, dan pada udara yang
panas dapat membakar kulit terutama yang sensitive seperti anak-anak.Bila
sepeda tertabrak kendaraan bermotor maka impak primer terjadi ketika tabrakan
dan impak sekunder didapat saat sepeda dan pengendara jatuh mengenai tanah.
Luka yang sering terjadi adalah luka kompresi pada bagian kaki bagian malleolus
mediales atau lateralis, tendon achiles atau bagian lateral dari kaki.
Cedera yang sering terjadi pada kendaraan motor adalah “tail gating
accident”. Gambaran cedera tipe ini adalah pada saat pengendara motor sedang
berada di belakang truk, dan menabrak truk dari belakang, yang terjadi kemudian
adalah motor menyelip di bwah truk, tetapi kepala pengendara mengenai bamper
belakang truk, cedera yang terjadi berupa dekapitasi, cedera kepala dan leher..2
Kerusakan yang hebat pada saat roda melewati pelvis, abdomen, ataupun
kepala, walaupun disertai cedera permukaan yang ringan, berat dari kendaraan
tersebut dapat menghancurkan tulang tengkorak dan sering disertai keluarnya otak
dari luka laserasi, patah tulang simpisis, terputusnya sendi sakroiliaka, pada organ
dalam dapat terjadi fraktur iga yang dapat melukai paru dan jantung.2
Luka yang dialami pejalan kaki akibat tabrakan motor tidaklah berbeda
dengan luka yang didapat akibat tabrakan mobil. 6
2.7Penyebab Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas
Kematian karena luka parah lebih mudah dijelaskan, misalnya luka parah pada
bagian kepala yang kemudian mengalami gegar otak dan pendarahan. Seringkali
cidera yang berbeda-beda lebih sulit untuk dipelajari, namun dalam kasus-kasus
yang umum orang umumnya akan menganggapnya sebagai „cidera beragam
(multiple injuries), karena cidera yang dialami oleh korban bermacam-macam
6
bentuknya. Saat kematian terjadi akibat kecelakaan di jalan, atau korban
kemudian tewas setelah bertahan beberapa saat setelah ditabrak, biasanya akan
terdapat kerusakan mukuloskeletal atau organ, hemorrhage parah, blokade aliran
udara dari darah, atau asfiksia traumatis dari fiksasi bagian dada yang disebabkan
oleh benturan dengan bagian kendaraan.
A. Pemeriksaan Forensik
Dalam rangka membantu proses peradilan dalam hal menyelesaikan kasus hukum
mengenai kecelakaan lalu lintas, seorang dokter adalah seorang ahli yang tepat
bagi penegak hukum untuk memeriksa barang bukti yang berupa mayat, orang
hidup, bagian tubuh manusia, atau sesuatu yang berasal dari tubuh manusia. 10
Kegiatan otopsi secara umum identik dengan prosedur yang biasanya berlaku
tetapi ditambah dengan perhatian khusus pada hal-hal berikut ini:
a) Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan toksikologi ditujukan untuk mencari data apakah pada korban
terdapat obat, yang mampu menimbulkan ganguan kapabilitas didalam
mengemudikan kendaraan. Adapun zat yang sering didapatkan pada pemeriksaan
toksikologi ini antara lain :
Alcohol
Carbonmonoksida
Sianida
Feniotiazin
Salisilat
2. Pemeriksaan histopatologis
Bunuh diri dengan kendaraan bermotor adalah salah satu hal yang sulit dalam
praktek forensik. Kecuali situasi dan bukti-bukti jelas. Cara dan posisi kematian
pada pemeriksaan forensic sangat penting bagi pihak perusahaan asuransi dalam
hal klaim terhadap asuransi tersebut.8
Beberapa fakta dan penemuan yang biasanya dapat membantu menegakkan
bunuhdiri dengan kendaraan bermotor:8
1. Adanya percobaan bunuh diri pada beberapa waktu sebelumnya
2. Adanya riwayat depresi pada korban
3. Adanya bukti kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi
4. Tidak adanya bukti melakukan pengereman.
5. Tabrakan dengan pohon, jembatan, atau benda-benda keras lain yang
mengenai sudut mati pada tengah-tengah bagian depan kendaraan.
6. Adanya catatan sebelum kematian yang menyebutkan bahwa ingin bunuh
diri.Pada kasus pembunuhan dengan kendaraan bermotor, pembunuhan dapat
dilakukan melalui 4 cara:
a) Pembunuhan terencana pejalan kaki dengan menggunakan kendaraan.
Investigasi situasi seperti ini tidaklah sulit jika pembunuhan tersebut terdapat
saksi disekitar tempat kejadian perkara. Jika pengendara mobil meninggalkan
lokasi dan tidak ada bukti adanya perencanaan sebelumnya, maka kejadian
seperti ini dapat diklasifikasikan sebagai tabrak lari. 8
b) Tabrak lari. Hal ini mungkin merupakan salah satu tindakan kriminal dengan
kendaraan yang menyebabkan cidera serius ataupun kematian. Pengendara
“secara tidak sengaja” membunuh ataupun melukai seseorang dan
meninggalkan lokasi untuk melarikan diri dari hukum.8
Luka ringan adalah luka yang tidak menyebabkan sakit atau halangan
dalam melakukan pekerjaan (jabatan atau pencarian). Luka sedang adalah
luka/cedera diantara luka berat dan luka ringan (misalnya vulnus laceratum,
vulnus scissum, atau fraktur) yang tidak mengancam nyawa. Dengan kata
lain, luka sedang merupakan luka yang menyebabkan penyakit atau
menghalangi pekerjaan untuk sementara waktu. Luka yang termasuk luka
berat dirinci dalam KUHP pasal 90 antara lain adalah jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau
yang menimbulkan bahaya maut.11
Dalam hal tabrak lari, dalam kasus ini pengendara akan dikenai pasal
berlapis, pasal 312 UU No. 22 Tahun 2009. Dalam pasal ini hukuman yang
akan didapat pengendara akan jauh lebih berat.5Pemeriksaan yang teliti dari
TKP, tubuh, dan pengumpulan bukti adalah hal yang penting. Beberapa
barang yang harus dikumpulkan misalnya: pakaian termasuk sepatu, darah,
urin, rambut dari kepala dan kelamin, kotoran, kaca, oli dan karat pada
pakaian dan tubuh.8
c) Kecelakaan palsu untuk menyebunyikan tindakan kriminal. Kejadian ini
sangat jarang ditemukan, tetapi bukan berarti tidak ada. Seseorang bisa saja
dibunuh dengan suatu maksud, kemudian tubuhnya diletakan didalam
kendaraan dan kemudian didorong ke jalan raya agar terlihat seperti
kecelakaan. Ketelitian yang tinggi dibutuhkan dalam mengidentifikasi kasus
seperti ini. Pemeriksaan terhadap seluruh luka dan penyebab kematian dapat
membantu dalam proses identifikasi.8
d) Menyembunyikan tindakan kriminal dengan membakar korban di dalam
mobil. Pada kasus seperti ini dapat dilakukan tes CO, karena pada kasus
menyembunyikan korban di dalam mobil dan dibakar, kadar
carboxyhemoglobin pada darah akan rendah. Pemeriksaan otopsi lainnya juga
dapat ditemukan adanya luka-luka lain yang dapat menyebabkan kematian
selain luka bakar.8
BAB III
KESIMPULAN
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti
Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan
lalu lintas yang cenderung semakin meningkat.
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal
1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.