Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PENCEGAHAN

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyakit Tidak Menular

Dosen pengampu : Ibu Dini Justian, S.St.,M.Kes

Disusun Oleh :

Junnica Nur Alfiyaneu D 2010104627

Karin Nanda Azizah 2010104628

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS APRIL


TAHUN 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang sangat mendadak sehingga tidak terduga dan
terkendali, bahkan juga tidak dapat diramalkan. Sekitar 90% disebabkan oleh faktor manusia
(human factor).
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta
orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian
global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan. (Yusherman, 2008).
Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda
motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala
merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. Proporsi
disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi
yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana
penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah sampai di
sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan kesehatan yang
lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan karena kecacatan yang secara
bersama menyebabkan keluarga korban menjadi miskin dan hal ini biasanya terjadi di negara-
negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana epidemiologi kecelakaan lalu lintas (KLL)?
2. Bagaimana identifikasi masalah kasus KLL ?
3. Bagaimana perhitungan besarnya masalah kasus KLL ?
4. Bagaimana distribusi masalah kasus KLL ?
5. Bagaimana peranan epidemiologi dalam kasus KLL ?
6. Bagaimana upaya pencegahan KLL ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan deskripsi mengenai :
1. Epidemiologi kecelakaan lalu lintas (KLL)
2. Identifikasi masalah kasus KLL
3. Perhitungan besarnya masalah kasus KLL
4. Distribusi masalah kasus KLL
5. Peranan epidemiologi dalam kasus KLL
6. Bagaimana upaya pencegahan KLL
BAB II
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI

2.1 Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas (KLL) dapat terjadi di darat, di laut maupun di udara. Yang menonjol
dan prevalen adalah KLL di darat, sementara KKL laut dan udara cenderung menigkat sesuai
dengan perkembangan frekuensi lalu lintas di laut dan udara.
1. KLL DARAT
KLL di darat di tandai dengan tabrakan atau bentuk persentuhan dari semua bentuk
kendaraan maupun hal-hal terkait dengan kendaraan di darat. KLL Di darat bisa berupa
sentuhan antar pejalan dengan kendaraan darat yang berlalu lalang.
2. KLL LAUT
Keadaan kecelakaan di laut melibatkan berbagai jenis kapal : kapal penumpang, kapal
barang, kapal tanker. Korban dan kecelakaan yang terjadi terkait dengan jenis kapal itu. Jika
mengenai kapal penumpang maka akan menimpa banyak orang yang menjadi penumpang.
Jika kecelakaan mengenai sebuah tanker minyak maka kecelakaan laut bisa berwujud
pencemaran minyak
3. KLL UDARA
Bentuk-bentuk KLL udara bisa seperti Pesawat jatuh, pesawat tabrakan,
pembajakan/terorisme, penyanderaan dan sebagainya.
Faktor Resiko
Berbagai faktor terlibat dalam KLL, mulai manusia sampai sarana jalan yang tersedia. Secara
garis besar ada 5 faktor yang berkaitan dengan peristiwa KLL, yaitu pengemudi, penumpang,
pemakai jalan, kendaraan, jalan dan lingkungan. Ditemukan konstribusi masing-masing
faktor : manusia 75%, 5% faktor kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan
faktor lainnya.
a. faktor manusia
Pengemudi adalah faktor paling dominan dalam kecelakaan lalu lintas, seperti pengemudi.
Faktor pengemudi memberi kontribusi sekitar 75 persen hingga 80 persen terhadap
kecelakaan lalu lintas yang biasanya diawali oleh pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.
Pelanggaran rambu lalu lintas terkait dengan beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan
tentang lalu lintas karena ketiadaan surat izin mengemudi. Seorang pengemudi yang memiliki
surat izin mengemudi pasti akan mengetahui rambu-rambu lalu lintas karena salah satu proses
untuk mendapat surat izin mengemudi adalah tes tertulis tentang lalu lintas. Selain faktor
pengetahuan rambu lalu lintas juga terkait dengan ketrampilan mengemudi, situasi
mengantuk saat mengemudi, gangguan kesehatan saat mengemudi, kelelahan saat
mengemudi, juga biasanya mabuk saat mengemudi. Faktor lainnya terkait dengan usia
pengemudi seperti dibawah 17 tahun atau diatas 50 tahun.
Penumpang, misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang
berlebih. Secara psikologi ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.
Pemakai jalan. Pemakai jalan di Indonesia bukan saja terjadi dari kendaraan. Disana ada
pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu jalan raya dapat menjadi tempat numpang
pedagang kaki lima, peminta-minta dan semacamnya. Hal ini membuat semakin
semerawutnya keadaan di jalanan.
b. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan memiliki andil terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas seperti pecah ban,
rem tidak berfungsi, peralatan kendaraan yang sudah aus karena lama pemakaian dan
penyebab lainnya yang berhubungan dengan teknologi kendaraan. Kendaraan yang dirawat
dengan rutin serta pengujian kendaraan bermotor secara reguler dapat menghindari terjadinya
kendaraan yang disebabkan oleh faktor kendaraan. beberapa jenis kendaraan dapat dibagi atas
kendaraan tidak bermotor seperti becak, sepeda, gerobak, delman/bendi, dan semacamnya.
Sedangkan kendaraan bermotor contohnya adalah sepeda motor, motor tiga roda, mobil, bus,
truk, dan sejenisnya yang menggunakan bahan bakar.
c. Faktor jalanan
Jalan turut menjadi faktor terjadinya kecelakaan, baik dari segi geometrik jalan, ketiadaan
pagar pengaman pada jalan berkelok dan jalan berbukit, ketiadaa rambu jalan, ketiadaan
median jalan, jalan berlobang/rusak, maupun dari kondisi permukaan jalan secara umum.
Selain daya tampung kendaraan diatas jalan perlu menjadi perhatian, utamanya jalan di
perkotaan yang padat kendaraan bermotor.
d. Faktor lingkungan
Asap, kabut, hujan adalah beberapa diantaranya yang dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Itulah yang disebut faktor lingkungan yang berkaitan dengan cuaca.
Ketika hujan atau kabut atau asap, maka jarang pandang menjadi terbatas dan jalan menjadi
licin. Pada kondisi ini, jarak pengereman diatur sejauh mungkin dan menghindari
pengereman mendadak. Kabut dan asap lebih sering terjadi pada daerah pegunungan,
sedangkan cuaca hujan dapat terjadi dimana saja.
2.2 Identifikasi Masalah
Kecelakaan maut bus Sumber Kencono ini terjadi beberapa jam setelah malam pergantian
tahun baru. Minggu tanggal satu bulan januari dini hari bus Sumber Kencono menabrak
sepeda motor dan warung di Jalan Raya Madiun-Surabaya di Desa Jeruk Gulung, Kecamatan
Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Akibat kecelakaan itu, 6 orang tewas.
Saksi mata di lokasi kejadian menyebutkan sebelum kejadian laju bus Sumber Kencono
bernomor polisi W 7727 UY sangat kencang. Sebelum menabrak sepeda motor dan warung,
diduga bus naas itu terlibat saling salip dengan bus Sumber Kencono lainnya.

2.3 Perhitungan Besarnya Masalah


Kecelakaan Lalu lintas yang terjadi tersebut merupakan salah satu dari puluhan kecelakaan
lalu lintas. Sepanjang tahun 2012, angka kecelakaan 7.817 kasus. Angka tersebut, lebih
rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8.144 kasus.
Artinya, jumlah kasus kecelakaan tahun 2012 mengalami penurunan hingga 3,66 persen atau
297 kasus. Hal ini diungkapkan Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno.

2.4 Peranan Epidemiologi


1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kecelakaan seperti tempat
kecelakaan, korban jiwa dan korban luka-luka/cidera.
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan untuk
menindaklanjuti kasus-kasus kecelakaan yang terjadi
3. Membantu melakukan evaluasi terjadinya suatu kecelakaan.
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan orang dalam upaya untuk
mengatasi bertambahnya kejadian kecelakaan.
BAB III
UPAYA PENCEGAHAN

3.1 Primordial Prevention


Pencegahan tingkat pertama yaitu pemantapan status kesehatan (Underlying
Condition) seperti :
1. Pelarangan orang sakit dalam mengendara
2. Realisasi peraturan
3. Tidak mengendarai kendaraan pada saat mabuk, ngantuk, maupun letih
4. Pembatasan kecepatan kendaraan
5. Perbaikan fasilitas

3.2 Health Promotion


Pencegahan tingkat kedua yaitu promosi kesehatan, misalnya:
1. Pendidikan dan penyebaran informasi mengenai lalu lintas
2. Pendidikan pada usia sekolah seperti pemberian informasi kecelakaan dan dampaknya bagi
pelajar.
3. Sosialisasi kecelakaan lalu lintas melalui media elektronik maupun media cetak.
4. Penyebarluasan informasi mengenai lalu lintas pada iklan layanan masyarakat.
5. Pendirian pamplet, pemasangan spanduk larangan ugal-ugalan dan kehati-hatian dalam
berkendara.

3.3 Spesific Protection


Pencegahan tingkat ketiga yaitu pencegahan khusus, misalnya:
1. Perlindungan pengendara terhadap bahaya (memakai helmet, sarung tangan, dsb)
2. Pemakaian sabuk pinggang atau sabuk pengaman (seat belt)
3. Perbaikan jembatan penyeberangan.

3.4 Early Diagnosis


Pencegahan tingkat keempat yaitu diagnosis awal dan pengobatan tepat, misalnya: penjajakan
kasus ( case finding ), dan pemberian obat yang rational dan efektif pada pengendara yang
mengalami kecelakaan.
3.5 Prompt Treatment
Pencegahan tingkat kelima yaitu pembatasan kecacatan (Disability Limitation) misalnya:
pemasangan pin pada tungkai yang patah pada anggota tubuh pengendara yang mengalami
kecelakaan.

3.6 Rehabilitation
Pencegahan tingkat keenam yaitu rehabilitasi, misalnya:
1. Rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protese pada pengendara yang
kecelakaan (cacat).
2. Pemberian jaminan kecelakaan untuk pemulihan dan penggantian dana akibat kecelakaan.
3. Bantuan berupa kasih sayang, dan perawatan diluar rumah sakit oleh keluarga menjadi aspek
penting dalam pemulihan akibat kecelakaan.
BAB IV
KESIMPULAN

Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang sangat mendadak sehingga tidak terduga dan
terkendali, bahkan juga tidak dapat diramalkan namun dapat dicegah dengan berbagai tingkat
pencegahan yaitu primordial prevention, health promotion, spesific protection, early
diagnosis, prompt treatment, dan rehabilitation.
Aspek pendekatan epidemiologi dapat digunakan dalam kasus kecelakaan dengan
menjabarkan faktor resiko kecelakaan, identifikasi, perhitungan besarnya kasus, distribusi
dan peranan epidemiologi dalam kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai