PENDAHULUAN
Terdapat
perbedaan pola luka pada setiap kasus kecelakaan lalu lintas. Analisis pola luka
berperan dalam menentukan cara kematian seseorang. Sedikit sekali penelitian
yang menggambarkan jenis dan lokasi luka pada pejalan kaki dan pengendara
sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Dalam sebuah disertasi
disebutkan bahwa pada pengendara sepeda motor lokasi tersering yang mengalami
luka adalah ekstremitas (72,0%) dan cedera kepala (34,1%). Penelitian lain
menyebutkan trauma kepala dan ekstremitas bawah merupakan lokasi trauma
tersering pada pengendara sepeda motor.5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kecelakaan Lalu Lintas
2.1.1
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan, agar tindakan
korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan upaya preventif lebih
lanjut kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan merupakan tindakan tidak
direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau
radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera (Heinrich, 1980). Menurut
D.A. Colling (1990) yang dikutip oleh Bhaswata (2009) kecelakaan dapat
diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat
disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasikombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat
menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property
ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana
dan Lalu lintas Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak disangka sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta
benda. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa
di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau
kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan
yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau
kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban) (WHO, 1984). Menurut F.D.
Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009) mengungkapkan kecelakaan lalu lintas
merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya.
Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian.
1. Kecelakaan
2. Kecelakaan
3. Kecelakaan
1. Angle
3.
4.
1. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran ramburambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,
ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat
ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu, kelelahan fisik
bahkan penggunaan alkohol ataupun obat-obat terlarang.
2. Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan
teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Data resmi yang dikeluarkan Dishub Kota Depok mencatat, saat ini jumlah
angkot yang beroperasi melayani penumpang di 40 trayek atau rute yang ada
berjumlah 7.504 unit kendaraan. Dari jumlah itu sebanyak 3.752 unit atau 50
persennya tidak layak beroperasi. Keberadaan angkot tak layak jalan itu pun
kerep menimbulkan persoalan. Seperti, terjadinya kebakaran akibat konsleting
listrik. Dan mogok ditengah jalan sehingga menggangu arus lalu lintas.
3. Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman didaerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang
dan
kondisi
permukaan
jalan.
Jalan
yang
rusak/berlobang
sangat
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama didaerah pegunungan.4
2.1.4
2.1.6
Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana terjadinya luka akibat kecelakaan lalu
lintas yang meliputi daerah kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tubuh
bagian depan, dan tubuh bagian belakang.
Fakta fisika dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena
kecelakaan lalu lintas. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari
pergerakan. Pada kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak
akan menimbulkaan efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi
bumi. Adanya perbedaan perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwa
traumatis yaitu, akselerasi dan deselerasi.
Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force.
Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah
datangnya gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak
menimbulkan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun
masih bisa tidak menimbulkan cedera, bila datangnya gaya tepat pada sudut yang
tepat pada sumbu panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan gaya 800G tanpa
fraktur dan mandibula 400G, demikian juga dengan rongga thoraks.
Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan
tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang
tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang
sama. Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80
km/jam dan 10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih
parah dibandingkan dengan gaya yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang
sabuk pengaman.
Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti
sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.
Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan
mengurangi G force yang akan diterima dari penumpang kendaraan. Nilai dari G
forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana V = kecepatan
(km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C adalah konstanta
0.034.
Kecelakaan kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi empat kategori
tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :
1. Arah Depan
Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari
semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua
kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau
bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti
tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak,
penumpang dari kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak
memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan lokasi luka
akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.
2. Arah Samping
Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari
arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam
benda tidak bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan
tabrakan dari arah depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari
kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi
kiri, dan penumpang depan akan mengalami perlukaan yang lebih sedikit
karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi pada
sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak
ada penumpang.
3. Terguling
Pola Luka pada Kecelakaan Lalu Lintas Page 8
kap mobil, lampu atau kaca depan (impak sekunder) sebagai kelanjutannya
korban dapat jatuh dari kendaraan ke jalan, dan ini menimbulkan luka (luka
sekunder).
Gambar 2: tire marks pada lengan dan dada akibat terrlindas truk
Bila kendaraan yang menabrak tadi termasuk kendaraan berat, seperti truk
atau bis, kelainan pada korban dapat sangat hebat, tubuh seluruhnya dapat
hancur atau sukar dikendali; keadaan ini dikenal sebagai crush injuriesatau
compression injuries. Jika bagian bawah dari kendaraan sangat rendah, tubuh
korban dapat terseret dan terputar , sehingga terjadi pengelupasan kulit dan otot
yang hebat keadaan ini dikenal sebagai rolling injuries. Luka lecet serut dapat
ditemukan, dimana pada awal luka lecet, tampak batas yang lebih tegas
sedangkan pada akhir luka lecet, batas tidak tegas dan terdapat penumpukan
kulit ari yang tergeser.
Pada daerah dimana terdapat lipatan kulit seperti daerah lipat paha, jika
daerah tersebut terlindungi, kulit akan teregang sehingga menimbulkan
kelainan yang disebut striae like tears, dimana sebenarnya daerah yang
terlindas bukan di lipatan kulit tersebut, tetapi di daerah yang berdekatan.
pada tengkorak sebagai akibat luka sekunder tersebut dapat mudah diketahui,
yaitu dari sifat garis patahnya, dimana terdapat garis patas linier (fraktur
linier), sedangkan pada keadaan lain, misalnya kepala dipukul dengan palu
yang berat, frakturnya adalah fraktur kompresi. Dengan demikian terdapat
perbedaan kelainan fraktur tengkorak yaitu bila korban (kepala), bergerak
mendekati benda tumpul (jalan), dengan bila kepala diam akan tetapi benda
tumpulnya yang dating mendekati kepala. Pemakaian helm dimaksudkan
untuk meredam benturan pada kepala. Perlu diketahui bahwa bagi
pembonceng kendaraan sepeda motor tidak ditemukan kelainan yang
khusus.7,8
DAFTAR PUSTAKA
1.
WHO. Global status report on road safety 2015. 2015; Available from:
http://www.who.int/violence_injury_prevention/road_safety_status/2015/e
2.
n/)
Merdeka. Hingga September 2015, ada 23 ribu kasus kecelakaan di
Indonesia.
2015;
Available
from:
http://www.merdeka.com/otomotif/hingga-september-2015-ada-23-ribu-
3.
kasus-kecelakaan-di-indonesia.html
Republika. Indonesia Urutan Pertama Peningkatan Kecelakaan Lalu
Lintas.
2014;
Available
from:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/4/11/06/nem9nc-
4.
indonesia-urutan-pertama-peningkatan-kecelakaan-lalu-lintas
Universitas Sumatera Utara. Tinjauan Pustaka Kecelakaan Lalu Lintas.
Available
5.
from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34939/4/Chapter II.pdf
Indriarini, Dini. Pola Luka Korban Kecelakaan Lalu Lintas pada Pejalan
Kaki
dan
Pengendara
Sepeda
Motor.
2015;
Available
from:
6.
7.
Available
from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37365/3/Chapter II.pdf
Universitas Sumatera Utara. POLA LUKA PADA KECELAKAAN LALU
LINTAS. Available from: https://www.scribd.com/doc/277270241/pola-
8.
luka-kecelakaan-lalu-lintas
Universitas Sumatera Utara. Kecelakaan Lalu Lintas. Available from:
https://www.scribd.com/doc/45757744/Bab-2-Kll-Forensik