TINJAUAN PUSTAKA
13
14
2. Saat berkendara
a. Mamatuhui selalu rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan
yang ada. Rambu dan marka jalan dibuat untuk kelancaran
dan keamanan seluruh pemakai jalan.
b. Menghormati pengguna jalan lain, jangan berkendara
secara sembarangan atau ugal-ugalan. Jalan raya
merupakan fasilitas umum yang digunakan oleh masyarakat
luas. Kecerobohan dalam berkendara dapat menyebabkan
orang lain celaka.
c. Saat berkendara pastikan dapat memandang kondisi
didepan dan belakang dengan jelas. Minimalkan blind spot,
jangan mendahului jika tidak bisa melihat kondisi depan
dengan jelas. Dan juga hindari membelok secara mendadak
atau memotong jalur kendaraan lain.
d. Saat berkendara dimalam hari, pastikan lampu motor
menyala dengan baik. Lampu motor tidak hanya berfungsi
sebagai penerang bagi pengendara tapi juga sebagai
penanda bagi pengendara lain.
e. Nyalakan lampu motor pada malam maupun siang hari
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
f. Para pengendara motor diwajibkan untuk selalu
menggunakan lajur sebelah kiri, ketentuan ini terdapat
dalam pasal 108 ayat (3) UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009
yang berbunyi “sepeda motor, kendaraan bermotor yang
kecepatannya lebih rendah, mobil barang dan berkendara
tidak bermotor berada pada laju kiri jalan”.
g. Saat hujan jalanan menjadi licin, kurangi kecepatan terlebih
apabila ban yang digunakan sudah mulai gundul, pastikan
juga masih dapat melihat kondisi jalan dengan jelas, apabila
tidak jangan memaksakan berkendara.
h. Salah satu hal yang penting saat berkendara adalah
penglihatan atau pandangan, oleh karena itu lindungi mata
21
meliputi kaca spion, lampu utama, lampu rem, lampu petunjuk arah, alat
pemantul cahaya, alat ukur kecepatan, knalpot dan kedalaman ban, yang
semuanya diatur dalam pasal 106 Ayat (3).
2.3.2. Perilaku cara berkendara bersepeda motor di jalan raya
Banyaknya korban yang berjatuhan akibat kecelakaan yang
melibatkan pengendara sepeda motor ini disebabkan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat akan etika berlalu lintas dan pentingnya
perlengkapan keselamatan dalam mengendarai sepeda motor. Untuk
berkendara sepeda motor dengan selamat, yang perlu diperhatikan
adalah penguasaan kendaraan (handling) yang benar, antara lain
sebagai berikut :
1. Posisi tubuh
a. Pastikan posisi tubuh senyaman mungkin. Kepala lurus
tegap ke depan, pandangan lurus ke depan. Tangan
mampu mengendalikan sepeda motor, bukan untuk
menopang tubuh. Duduk dekat dengan ssetang agar
dapat mudah menjangkau dan membelokkan stang
dengan baik.
b. Posisi tangan dalam meghandel gas ialah dengan
menahan handel dengan kuat dan biarkan pergelangan
tangan ada dibawah dan bagian jari berada diatas.
c. Posisi kaki harus pada pijakan kaki dan dekat dengan
pedal rem serta persneling. Sedangkan posisi lutut harus
erat pada tangki bahan bakar.
2. Membelok
Batasi kecepatan saat belok, turunkan gigi sebelum
membelok. Jaga posisi tubuh dengan posisi kepala tegak dan
pandangan mengarah ke depan/arah jalan.
3. Posisi jalan
Pada tikungan, arahkan kendaraan pada jalur yang dituju
agar dapat melihat tikungan dengan jelas. Sedangkan pada
perempuan jalan, melajulah dengan hato-hati karena jika ada
25
arah dengan sepeda motor dalam posisi tegak. Jaga posisi gas
secara stabil dan hindari pengurangan kecepatan atau
mengerem saat melintasi kereta.
11. Berkendara saat malam hari.
Kurangi kecepatan saat malam hari, terutama jika tidak
begitu mengenal jalan. Pastikan menggunakan pakaian dan
perlengkapan yang membuat terlihat bagi pengendara lain.
Demikian juga dengan fungsi kaca spion, lampu motor, dan
indicator lainnya harus dalam keadaan baik. Tingkatkan
penglihatan dengan menggunakan lampu jauh, kecuali pada
saat kondisi berkabut, karena cahaya akan memantul kembali
dan menghalangi pandangan.
12. Memboncengi penumpang dan mengangkut barang
Saat membonceng, posisi duduk pengendara tidak boleh
lebih maju ke depan dari pada biasanya. Penumpang juga di
wajibkan untuk memakai perlengkapan yang aman dan dapat
melindunginya. Instruksikan penumpang untuk duduk
senyaman mungkin tanpa mengganggu pengendara,
berpegangan pada pegangan tangan di motor atau pada si
pengendara, tumpukan kedua kaki pada pijakan kaki yang
tersedia, duduk sejajar dengan pengendara, hindari pergerakkan
atau pembicaraan yang tidak penting. Saat membawa barang,
letakkan barang secara seimbang pada tempat duduk belakang
atau pada sisi motor agar tidak mengganggu penglihatan dan
ikat dengan baik. (Ditjen perhubungan darat, 2005).
2.3.3. Perilaku yang berbahaya safety riding bersepeda motor di jalan
Mudahnya manuver sepeda motor dalam mengatasi kemacetan dan
kepadatan jalan, membuat pengendara lupa akan beberapa perilaku
berbahaya yang dapat berakibat fatal, diantaranya:
1. Pada dasarnya sepeda motor adalah kendaraan yang dirancang
untuk memuat dua orang, baik dewasa maupun anak-anak.
Akan tetapi fenomena yang terjadi adalah banyak pengendara
28
pengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari
luar subyek (Notoatmodjo, 2005).
Dalam teori Reason Action dikembangkan oleh Fesbein dan
Ajzen,1980 dalam buku Notoatmodjo (2010) menekankan pentingnya
peranan dari faktor penentu perilaku, selanjutnya ditentukan oleh :
a. Sikap
Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang
akan bisa diambil.
b. Norma Subjektif
Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui
atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan diambil
tersebut.
c. Pengendalian Perilaku
Bagaimana persepsi tehadap konsekuensi atau akibat dari
perilaku yang akan diambilnya.
Teori Lawrence Green (1980) dalam sokidjo Notoatmodjo (2010)
menganalisa bahwa faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama,
yaitu faktor prediposisi (presdisposing factors), faktor pemungkin (enabling
factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2010, perilaku
manusia terbentuk dari 3 faktor yaitu:
a. Predisposing factors (faktor predisposisi, faktor dari diri sendiri)
adalah faktor-faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan
pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
persepsi, usia dan jenis kelamin.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan hasil ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri
32
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penelaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
7. Percobaan (trial)
Individu sudah mencoba perilaku baru.
8. Pengangkatan (adoption)
Individu telah memiliki perilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.
b) Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
yaitu :
1. Pendidikan
Suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga
mengandung du aspek yaitu aspek positif dan negative.
Kedua aspek inilah yang khirnya akan menentukkan sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2. Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan normal
formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
34
c) Proses pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam
diri seseorang terjadi proses berurutan yaitu (Notoatmodjo,
2007) :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-menimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang, belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Oppenheim dalam Suharsimi Arikunto, (2004)
karakter atau watak seseorang dapat diamati dalam dua hal,
yaitu sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Jadi sikap
sesorang termasuk anak-anak, tidak dapat diketahui apabila
tidak ada rangsangan dari luar.
c. Persepsi
Persepsi adalah merupakan proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses
sensoris (Bimo walgito, 2010).
36
a. Pengalaman Berkendara
Pengalaman adalah ukuran tentang lama waktu yang telah
ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu
pekarjaan dan telah melaksanakan dengan baik
(Ranupandojo,2004).
Menurut Geller (2001) menyebutkan faktor pengalaman
pada tugas yang sama dan lingkungan yang sudah dikenal dapat
mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus
berlaku karena menyenangkan, nyaman , serta menghemat waktu
dan perilaku ini cenderung berulang.
b. Fasilitas dan sarana berkendara aman (safety riding)
Menurut teori Green (1980) dalam buku Notoatmodjo,
2010 menjelaskan bahwa salah satu faktor pendukung yang
mempengaruhi perilaku adalah ketersedian sumber daya. Dalam
kontek keselamatan berkendara aman, ketersediaan sumber daya
seperti fasilitas yang mendukung pekerjaan misalnya APD, saran
dan prasarana helm, masker, jaket, sarung tangan dan sepatu.
Ketersedian sarana dan prasarana memiliki peran penting
diantara fakto-faktor yang mempengaruhi perilaku berkendara
aman (safety riding).
c. Kepemilikan SIM
SIM dibuat atau diterbitkan sebagai upaya kepolisian
untuk mengatur lalu lintas dijalan raya. Dengan melakukan
“seleksi” terhadap kepemilikan SIM. SIM C sesuai peraturan
perundangan No. 22 tahun 2009 pasal 81 dibuat atau sepeda
motor diharapkan pengguna kendaraan khususnya sepeda motor
memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup sehingga
tidak membahayakan orang lain ketika mengemudi (Siahaan,
2011).
c. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang menentukan
apakah tindakan keselamatan mendapatkan dukungan. Pada program
38
Predisposing Factors :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. persepsi
4. Usia
5. Jenis kelamin
Reinforcing Factors:
1. Dukungan keluarga
2. Peran teman sebaya
3. Motivasi
Tabel. 2.1
1. Septy Chairunisya Penerapan safety Variabel dependen : Hasil penelitian yang diperoleh Penelitian ini
riding pengguna penerapan safety riding. menunjukkan bahwa penerapan safety menggunakan dengan
sepeda motor pada Variabel independen : riding pada penelitian ini belum memenuhi desain penelitian
mahasiswa perlengkapan berkendara Undang-undang No.22 tahun 2009. cross Sectional.
universitas esa (APD), kondisi
unggul tahun 2016 pengendara, kondisi
kendaraan, pengentahuan
peraturan lalu lintas,
pegetahuan rambu-rambu
lalu lintas.
46
2. Novaliana Hubungan persepsi Variabel Hasil penelitian ini yang diperoleh Penelitian ini bersifat
risiko dengan dependen : menunjukkan hasil uji statistik chi square p- kuantitatif dengan
perilaku persepsi resiko value sebesar <α (0,05) yang menunjukkan menggunakan desain cross
keselamatan Variabel ada hubungan yang signifikan antara sectional
berkendara sepeda independen : persepsi risiko dengan perilaku keselamatan
motor pada perilaku berkendara pada mahasiswa/mahasiswi di
mahasiswa/mahasis keselamatan universitas gunadarma bekasi.
wi di universitas berkendara
gunadarma bekasi, sepeda motor
2016
47
3 Putri handayani Pengaruh persepsi Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
risiko keselamatan dependen : perilaku keselamatan berkendara terkait dengan desain penelitian cross
terhadap perilaku pengaruh dengan persepsi risiko keselamatan (p-value Sectional.
keselamatan persepsi risiko < α (0,05).
berkendara pada keselamatan
pengguna kendaraan Variabel
roda dua, 2015 independen :
perilaku
keselamatan
berkendara
48
4. Putri handayani Analisis persepsi Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
risiko keselamatan dependen : persepsi responden telah cukup baik namun dengan desain penelitian cross
berdasarkan persepsi risiko masih perlu adanya peningkatan. Dimensi Sectional.
Sembilan paradigma keselamatan penerimaan secara sukarela dipersepsikan
psikometri pada Variabel tinggi, berarti bahwa pekerja mau menerima
pengguna kendaraan independen : segala risiko yang ada diperkerjaannya
roda dua di Sembilan
universitas esa paradigma
unggul, 2016 psikometri pada
pengguna
kendaraan roda
dua
49
5. Wilton wahab Studi tingkat disiplin Variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
pengendara sepeda dependen : 61,18% perilaku keselamatan berkendara dengan desain penelitian cross
motor (studi kasus tingkat disiplin tergolong pada tingkat kurang baik hal ini Sectional.
jalan gajah mada pengendara dipengaruhi oleh rendahnya tingkat disiplin
dan kampus ITP sepeda motor. pengendara sepeda motor dalam
padang, 2013) Variabel menerapkan safety riding yaitu
independen : perlengkapan pribadi (safety gear)
perlengkapan perlengkapan sepeda motor dan
pribadi safety pengetahuan tentang peraturan lalu lintas.
gear saat
berkendara,
perlengkapan
seped motor,
pengetahuan
tentang peraturan
lalu lintas.
50
6. Eni mahawati dan Pola interaksi Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
jaka prasetya determinan perilaku dependen : terdapat 8 determinan perilaku yang eksplanatori research dengan
“safety riding” perilaku safety berpengaruh terhadap safety riding pada metode survey dengan
dalam upaya riding mahasiswa dan remaja, sebanyak 42% pendekatan cross sectional.
eliminasi gangguan Variabel responden memiliki penerapan safety riding
kesehatan & indpenden : yang kurang baik.
kecelakaan lalu kepercayaan,
lintas guna persepsi, sikap,
meningkatkan dukungan,
kualitas hidup fasilitas
generasi muda, 2013
51