Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Lalu Lintas

2.1.1. Definisi kecelakaan lalu lintas


Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah
suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan
korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan.
Gangguan akibat kecelakaan dan cedera saat ini menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena tingginya angka
kejadian dan kematian akibat kecelakaan. Setiap tahun kejadian
kecelakaan lalu lintas (KLL) menewaskan hampir 1,2 juta jiwa di seluruh
dunia dan menyebabkan cedera lebih dari jutaan orang. Hasil Riskesdas
menunjukan adanya peningkatan proporsi kecelakaan akibat transportasi
darat sebanyak hampir dua kali lipat pada tahun 2013 (47,7%) dari tahun
2007 (25,9%). Kecelakaan transportasi darat merupakan penyebab utama
cedera di masyarakat (Dirjen P2PL 2014).
Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas
jalan yang. tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan
dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan,
kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).
2.1.2. Penggolangan kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu
lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

13
14

1. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, yaitu kecelakaan yang


mengakibatkan kerusakan kendaraan dan atau barang.
2. Kecelakaan Lalu Lintas Sedang, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang.
3. Kecelakaan Lalu Lintas Berat, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
2.1.3. Dampak kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang
Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat
diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan
meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam
jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
2. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya
menderita cacat atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam
jangka waktu yang lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan.
Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat jika sesuatu anggota
badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak
dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.
3. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka
yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di
rumah sakit dari 30 hari.
2.1.4. Faktor resiko kecelakaan lalu lintas
Secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan diantaranya
adalah :
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan
dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului
dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat
terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti
aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
15

diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Selain itu, manusia


sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal-ugalan
dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu
lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan
mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna
jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk
balapan (Rahardjo,2014).
Faktor manusia disini termasuk pejalan kaki, penumpang
sampai pengemudi. Faktor pengemudi ditemukan memberikan
konstribusi 75-80% terhadap kecelakaan lalu lintas. Faktor
manusia yang berada di belakang pengemudi ini memegang
peranan penting. Karakteristik pengemudi berkaitan dengan
keterampilan mengemudi, gangguan kesehatan (ngantuk, mabuk,
letih, dll), dan kepemilikan SIM (Bustan, 2007).
Badan kesehatan dunia (WHO), pernah merilis bahwa dari
seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya, faktor kelalaian
manusia (human error) memiliki konstribusi paling tinggi.
Persentasenya mencapai 80-90% disbanding faktor ketidaklaikan
sarana kendaraan yang berkisar antara 5-10%, ataupun akibat
kerusakan infrastruktur jalan sebesar 10-20% (Abubakar, 2012).
2. Kendaraan
Dalam hal ini adalah kendaraan tidak bermotor (sepeda,
becak, gerobak, delman) dan kendaraan bermotor (sepeda motor,
bemo, oplet, sedan, bus, truk) (Bustan, 2007).
Kondisi kendaraan yang kurang handal, juga bisa menjadi
penyebab kecelakaan. Faktor kendaraan yang paling sering terjadi
adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya,
kelelahan logam yang mengakibatkkan bagian kendaraan patah.
Bisa juga peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya (Abubakar, 2012).
Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi
16

faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan,


disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian
kendaraan bermotor secara reguler (Rahardjo, 2014).
3. Faktor jalan
Faktor lain yang tak kalah perannya dalam setiap kasus
kecelakaan adalah masih buruknya infrastruktur jalan. Seperti
kondisi jalan yang rusak dan berlubang. Terlebih memasuki musim
penghujan, dimana banyak dijumpai jalan rusak yang seringkali
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan (Abubakar, 2012).
Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan,
geometrik jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan, ada
tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan,
jalan yang rusak atau berlubang sangat membahayakan pemakai
jalan terutama bagi pemakai sepeda motor (Rahardjo, 2014)
4. Faktor cuaca
Faktor cuaca disini dapat diduga dengan adanya kabut, hujan,
jalan licin, yang akan membawa resiko kecelakaan lalu lintas
(Bustan, 2007).
Faktor cuaca seperti hujan mempengaruhi kerja kendaraan
seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih
licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak
bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan
jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang terutama di daerah pegunungan
(Rahardjo, 2014).
2.2. Keselamatan Berkendara (safety riding)

2.2.1. Definisi keselamatan berkendara (safety riding)

Keselamatan berkendara atau safety riding merupakan suatu usaha


yang dilakukan untuk meminimalisir tingkat bahaya dan mamaksimalkan
keamanan dalam berkendara baik bagi pengendara itu sendiri maupun bagi
pengendara lainnya. (Destya, 2013).
17

Keselamatan berkendara atau safety riding adalah mengendarai


sepeda motor dengan cara yang aman, tidak ugal-ugalan dan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Inti dari safety riding sendiri adalah mengutamakan
keselamatan diri dan keselamatan pengguna jalan lain. Pengendara sepeda
motor harus selalu mengingat bahwa jalan raya merupakan sebuah fasilitas
umum yang digunakan bersama-sama dengan pengguna jalan lain sehingga
kecerobohan sesaat dapat mencelakaan orang lain ( Wandiy, 2015).
Safety riding dibentuk karena melihat tingginya angka kejadian
lalu lintas serta tingginya kasus pelanggaran yang terjadi dijalan raya.
Safety riding adalah sebuah program untuk menekan angka kecelakaan lalu
lintas yang terjadi. (Puspitasari, 2013).
a. Melengkapi kendaraan dengan kelengkapan kendaraan yaitu
spion, lampu send an lampu rem.
b. Kelengkapan keselamatan yaitu menggunakan helm berstandar
nasional dan juga memastikan helm tersebut berbunyi klik saat
di gunakan.
c. Bagi kendaraan roda dua menggunakan lajur kiri saat
berkendara di jalan raya.
d. Menyalakan lampu sepeda motor pada siang hari.
Dijelaskan dalam buku petunjuk tata cara bersepeda motor
diindonesia yang dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Darat (2009)
perilaku keselamatan berkendara atau safety riding, meliputi pengendara
kendaraan bermotor yang diwajibkan memiliki SIM, mematuhi hukum
yang telah di tentukan Undang-undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, persiapan berkendara dan perlengkapan yang
tepat untuk keselamatan pengendara, serta mampu mengendalikan
kecepatan dan keseimbangan dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Keselamatan berkendara mengacu kepada perilaku berkendara
yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup baik bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain, agar terhindar dari kecelakaan lalu
lintas (UU RI No.22 Tahun 2009). Diperlukan sebuah sistem yang lebih
menyeluruh sehingga pengendara kendaraan bermotor benar-benar sadar
18

dan paham akan pentingnya menjaga dan membudayakan keselamatan di


jalan raya.
Langkah-langkah dalam perilaku berkendara aman (safety riding)
untuk memastikan berkendara bermotor, dilakukan pengecekan sebelum
berkendara dan sesudah berkendara (Kusmagi,2010) :
1. Sebelum berkendara
a. Memeriksa kelengkapan sepeda motor, memastikan semua
peralatan di sepeda motor seperti lampu depan, lampu
belakang, lampu sein dan rem berfungsi dengan baik.
b. Membawa identitas diri seperti SIM dan STNK, dua
dokumen ini selain sebagai identitas diri juga dapat
menunjukkan bahwa seseorang berhak membawa
kendaraan serta untuk mencegah tuduhan membawa
kendaraan yang tidak sah.
c. Memakai alat-alat keselamatan diri untuk melindungi diri
apabila kecelakaan saat berkendara, seperti helm, sarung
tangan, jaket, dan sepatu. Helm yang digunakan dalam
berkendara harus berstandar Nasional Indonesia (SNI) yaitu
nyaman dan pas dengan kepala, helm yang baik adalah
helm yang terasa menekan dibagian pipi, rahang dan bagian
atas kepala. Apabila helm tidak menekan pada bagian-
bagian tersebut dan mudah dibuka, walaupun sudah
dipasang pengaitnya helm tersebut masih terlalu longgar
dan dapat berisiko. Disarankan juga agar menggunakan
helm yang melindungi seluruh bagian kepala dengan baik,
selain itu lebih baik yang memiliki double visor atau
memiliki dua macam kacamata (bening dan gelap). Kaca
gelap sangat membantu saat berkendara diterik matahari
sedangkan yang bening memudahkan melihat dikegelapan
atau saat hujan, cari helm yang memiliki ventilasi sehingga
menghindari terjadinya embun disaat hujan karena embun
dapat menggangu pandangan, ventilasi juga memberikan
19

kenyamanan saat berkendara lain lebih awas dengan


keberadaan kita.
d. Memeriksa kondisi ban, kondisi ban yang tidak prima dapat
menyebabkan pecahnya ban saat berkendara atau ban dapat
kehabisan angin (kempes) sehingga nantinya dapat berisiko
saat berkendara.
e. Atur posisi kaca spion kanan dan kiri agar bisa mengamati
kondisi dibelakang tanpa menghalangi bagian badan atau
penumpang lain.
f. Jika membawa barang bawaan harus tahu batas maksimum
kempauan sepeda motor
g. Seandainya berkendara dengan anak, jangan
menempatkannya didepan. Menempatkan anak didepan
dapat mengganggu dalam mengontrol lajur motor, apabila
saat mengerem mendadak saat kondisi seperti itu
pengendara dihadapkan pada dua situasi yang sama-sama
tidak enak, memegang anak dengan satu dengan atau
memilih untuk mengendalikan sepeda motor. Jika memilih
memegangi anak maka konsekuensinya adalah pengendara
akan kesulitan untuk mengendalikan motor dan
kemungkinan terjatuh menjadi lebih besar. Tapi seandainya
tetap memilih untuk mengendalikan motor ada
kemungkinan anak tersebut terlempar kedepan.
h. Membelikan anak-anak helm dan peralatan berkendara
yang sesuai dengan ukurannya. Jangan memakaikan anak
dengan helm ukuran dewasa karena tidak bisa melindungi
kepalanya dengan baik bahkan bisa terlepas saat terjatuh.
i. Apabila berencana membonceng seseorang, beritahu untuk
tidak khawatir saat berbelok tajam, jangan melawan arah
gravitasi saat menikung karena dapat mengganggu
keseimbangan motor dan dapat berakibat kecelakaan.
20

2. Saat berkendara
a. Mamatuhui selalu rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan
yang ada. Rambu dan marka jalan dibuat untuk kelancaran
dan keamanan seluruh pemakai jalan.
b. Menghormati pengguna jalan lain, jangan berkendara
secara sembarangan atau ugal-ugalan. Jalan raya
merupakan fasilitas umum yang digunakan oleh masyarakat
luas. Kecerobohan dalam berkendara dapat menyebabkan
orang lain celaka.
c. Saat berkendara pastikan dapat memandang kondisi
didepan dan belakang dengan jelas. Minimalkan blind spot,
jangan mendahului jika tidak bisa melihat kondisi depan
dengan jelas. Dan juga hindari membelok secara mendadak
atau memotong jalur kendaraan lain.
d. Saat berkendara dimalam hari, pastikan lampu motor
menyala dengan baik. Lampu motor tidak hanya berfungsi
sebagai penerang bagi pengendara tapi juga sebagai
penanda bagi pengendara lain.
e. Nyalakan lampu motor pada malam maupun siang hari
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
f. Para pengendara motor diwajibkan untuk selalu
menggunakan lajur sebelah kiri, ketentuan ini terdapat
dalam pasal 108 ayat (3) UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009
yang berbunyi “sepeda motor, kendaraan bermotor yang
kecepatannya lebih rendah, mobil barang dan berkendara
tidak bermotor berada pada laju kiri jalan”.
g. Saat hujan jalanan menjadi licin, kurangi kecepatan terlebih
apabila ban yang digunakan sudah mulai gundul, pastikan
juga masih dapat melihat kondisi jalan dengan jelas, apabila
tidak jangan memaksakan berkendara.
h. Salah satu hal yang penting saat berkendara adalah
penglihatan atau pandangan, oleh karena itu lindungi mata
21

dari gangguan yang bisa mengganggu pandangan, gunakan


helm full face atau pelindung mata lain seperti kacamata,
jangan sampai saat berkendara pandangan terganggu karena
ada debu atau benda-benda mengganggu penglihatan.
(Kusmagi, 2010).
2.2.2. Regulasi berlalu lintas untuk motor
Undang – undang lalu lintas No. 22 tahun 2009 pasal 81
menyebutkan bahwa untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM)
setiap orang harus memenuhi persyaratan yaitu :
1. Syarat usia
a. Usia 17 tahun untuk SIM A, SIM C, SIM D
b. Usia 20 tahun untuk SIM B1
c. Usia 21 tahun untuk SIM B II
2. Syarat administrative
a. Identitas diri berupa kartu tanda penduduk (KTP)
b. Pengisian formulir permohonan
c. Rumusan sidik jari
3. Syarat kesehatan
a. Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter
b. Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologi
4. Syarat lulus ujian
a. Ujian teori
b. Ujian praktik
c. Ujian keterampilan melalui simulator.
2.3. Perilaku
Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan
dengan lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu
rangsangan yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi. Jadi, suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi berupa perilaku tertentu
(Adnani,2011)
Terbentuknya perilaku oleh berbagai faktor refleksi kejiwaan seperti
pengetahuan, minat, sikap dan nilai yang termasuk faktor lingkungan, juga
22

faktor keturunan yang merupakan konsepsi dasar atau modal untuk


perkembangan perilaku (Sarwono,2005).
Perilaku manusia merupakan sebuah refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti : keinginan, pengetahuan, persepsi, kehendak, motivasi,
sikap, minat dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia dapat
dilihat dan sebagainya. Perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu
aspek sosial, fisik dan psikis. Namun dari ketiga aspek tersebut sulit untuk
menyimpulkan dengan tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia
(Notoatmodjo, ilmu perilaku kesehatan, 2010).
2.3.1. Perilaku Berkendara
Jotin Khisty (2006) menyebutkan bahwa perilaku berkendara
adalah sebuah proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang
pengendara meliputi rantai klasik yang terdiri dari proses pengindra,
menerima, menganalisa, memutuskan dan menanggapi. Secara singkat
pengendara menggunakan sistem untuk berpindah dari satu titik ke titik
lain dalam suatu periode waktu tertentu, dengan memperhitungkan
keselamatan, kenyamanan dan kemudahan.
Kedua yaitu pengendara bertindak sebagai petunjuk dan sistem
kendali bagi kendaraan. Untuk dapat melakukan hal tersebut pengendara
harus mendeteksi dan menseleksi informasi dari lingkungan sekitarnya,
termasuk bentuk geometris dari jalan raya, lalu menterjemahkan
keputusannya kedalam bentuk tindakan terhadap kendaraan
(Pamungkas, 2014).
a. Indicator safety riding
Berikut merupakan indicator dalam safety riding menurut
standar keselamatan dalam berkendara :
1. Memperhatikan kelengkapan kendaran bermotor standar,
seperti kaca spion wajib ada dua (kiri dan kanan), lampu
depan, lampu rem, dan klakson berfungsi dengan baik.
2. STNK dan SIM selalu siap/tidak expired dan plat nomor
depan belakang.
23

3. Memakai perlengkapan safety riding paling aman apabila


tanpa disengaja terjebak dalam situasi terburuk :
a. Sarung tangan
Sebaiknya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua
belah tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat
serta tidak licin saat memegang grip/handle motor,
(disarankan yang disertai pelindung kerasnya atau hard
protector, berlaku untuk pengemudi dan penumpang).
b. Jaket
Sebaiknya mampu melindungi seluruh bagian tubuh
baik dari terapan angina maupun efek neatif kala terjadi
benturan baik kecil maupun besar,(disarankan untuk
memilih atau menggunakan jaket berwarna terang atau
cerah, sehingga membuat pandangan pengemudi
kendaraan lain menjadi focus terhadap keberadaan kita
khususnya jika berkendara dimalam hari).
c. Helm
Mengemudi sebaiknya mengenakan helm full face
berstandar SNI sedangkan penumpang diharapkan
mengenakan minimal helm open face berstandar SNI
sehingga memberikan proteksi lebih kepada kepala,
poin ini yang terkadang selalu dilewatkan oleh tipikal
bikers pengguna helm catok atau helm proyek dan
sejenisnya.
d. Sepatu
Haruslah mapu memberikan kenyamanan serta
keamanan bagi seluruh lapisan kaki,memakai sepatu
yang tertutup hingga tumit atau jenis boot berlaku untuk
pengemudi dan penumpang. (Ditjen perhubungan darat,
2009).
Berdasarkan UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, diwajibkan memenuhi persyaratan teknis dan jalan yang
24

meliputi kaca spion, lampu utama, lampu rem, lampu petunjuk arah, alat
pemantul cahaya, alat ukur kecepatan, knalpot dan kedalaman ban, yang
semuanya diatur dalam pasal 106 Ayat (3).
2.3.2. Perilaku cara berkendara bersepeda motor di jalan raya
Banyaknya korban yang berjatuhan akibat kecelakaan yang
melibatkan pengendara sepeda motor ini disebabkan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat akan etika berlalu lintas dan pentingnya
perlengkapan keselamatan dalam mengendarai sepeda motor. Untuk
berkendara sepeda motor dengan selamat, yang perlu diperhatikan
adalah penguasaan kendaraan (handling) yang benar, antara lain
sebagai berikut :
1. Posisi tubuh
a. Pastikan posisi tubuh senyaman mungkin. Kepala lurus
tegap ke depan, pandangan lurus ke depan. Tangan
mampu mengendalikan sepeda motor, bukan untuk
menopang tubuh. Duduk dekat dengan ssetang agar
dapat mudah menjangkau dan membelokkan stang
dengan baik.
b. Posisi tangan dalam meghandel gas ialah dengan
menahan handel dengan kuat dan biarkan pergelangan
tangan ada dibawah dan bagian jari berada diatas.
c. Posisi kaki harus pada pijakan kaki dan dekat dengan
pedal rem serta persneling. Sedangkan posisi lutut harus
erat pada tangki bahan bakar.
2. Membelok
Batasi kecepatan saat belok, turunkan gigi sebelum
membelok. Jaga posisi tubuh dengan posisi kepala tegak dan
pandangan mengarah ke depan/arah jalan.
3. Posisi jalan
Pada tikungan, arahkan kendaraan pada jalur yang dituju
agar dapat melihat tikungan dengan jelas. Sedangkan pada
perempuan jalan, melajulah dengan hato-hati karena jika ada
25

pengendara lain mengerem secara mendadak, kita masih


memiliki kesempatan berhenti atau membelok.
4. Pengereman
Pengereman yang tepat adalah perpaduan antara menutup
handel gas dan melakukan pengereman pada kedua roda disaat
yang sama, ketika menurunkan posisi transmisi sebelum
berhenti. Lakukan pengereman dengan halus sebelum
memasuki tikungan. Gunakan keempat jari untuk meraih tuas
rem depan untuk mencegah jari terjepit diantara handel gas dan
tuas rem.
5. Berkendara menanjak
Gunakan rem depan untuk menahan sepeda motor.
Nyalakan mesin dan mulai pada posisi persneling satu,
kemudian ganti dengan rem belakang untuk menahan
kendaraan, lepaskan rem depan dapat agar dapat menggunakan
handel gs dengan tangan kanan.
6. Lampu utama
Nyalakan lampu utama saat berkendara di siang hari. Di
sarankan untuk menggunakan lampu dekat karena lampu jauh
dapat membuat pengendara lain silau.
7. Lampu indikator
Nyalakan lampu sein agak lama saat memasuki jalan
yang bercabang atau berindah jalur. Matikan lampu ketika
sudah tidak membutuhkan. Gunakan lampu rem di belakang
agar mudah terlihat. Injak pedal rem dengan lembut sebelum
memelankan kendaraan. Hal ini dapatt dilakukan saat berjalan
pelan atau membelok.
8. Penggunaan klakson
Gunakan klakson sebagai tanda atau peringatan dari
kemungkinan keadaaan berbahaya.
26

9. Menjaga jarak aman


a. Aman dengan kendaraan didepan
Jarak minimum kendaraan dengan kendaraan di
depannya adalah selama 2 detik atau lebih. Karena
semakin dekat dengan kendaraan di depan, maka
semakin besar kemungkinan melakukan pengereman
mendadak dan beresiko kehilangan kendali sepeda
motor. Waktu yang lebih lama dan jarak aman yang
lebih jauh diperlukan saat kondisi cuaca yang buruk dan
kemampuan pandang berkurang ( malam hari, hujan
atau berkabut), kondisi jalan basah/licin, kondisi jalan
buruk/dalam perbaikan.
b. Aman dengan kendaraan di samping
Lebih baik berpindah lajur untuk menambah jarak aman
dari kendaraan lain, selalu periksa kaca spion dan
kondisi di belakang sebelum berubah arah/jalur. Berada
disamping truk besar akan mempengaruhi pengendalian
karena hembusan angina.
c. Aman dengan kendaraan di belakang
Jika pengendara motor di belakang terlalu dekat, bila
memungkinkan, pindahlah ke jalur lain agar pengendara
yang di belakang dapat menyalip atau perlambatlah laju
kendaraan.
10. Permukaan jalan yang licin, tidak rata, bergelombang dan
miring
Jalan yang basah dari hujan maupun oli tumpah, jalan
berlubang, bertanah, berlumpur, jalanan dari besi (perlintasan
rel kereta api), adalah permukaan jalan yang tidak baik. Untuk
itu kurangi kecepatan, gunakan kedua rem, jangan melakukan
pergerakkan mendadak. Sebisa mungkin hindari jalan licin,
berjalanlah pada jejak jalan yang telah dibuat kendaraan lain
sebelumnya. Saat melintasi rel kereta, lewatlah dengan satu
27

arah dengan sepeda motor dalam posisi tegak. Jaga posisi gas
secara stabil dan hindari pengurangan kecepatan atau
mengerem saat melintasi kereta.
11. Berkendara saat malam hari.
Kurangi kecepatan saat malam hari, terutama jika tidak
begitu mengenal jalan. Pastikan menggunakan pakaian dan
perlengkapan yang membuat terlihat bagi pengendara lain.
Demikian juga dengan fungsi kaca spion, lampu motor, dan
indicator lainnya harus dalam keadaan baik. Tingkatkan
penglihatan dengan menggunakan lampu jauh, kecuali pada
saat kondisi berkabut, karena cahaya akan memantul kembali
dan menghalangi pandangan.
12. Memboncengi penumpang dan mengangkut barang
Saat membonceng, posisi duduk pengendara tidak boleh
lebih maju ke depan dari pada biasanya. Penumpang juga di
wajibkan untuk memakai perlengkapan yang aman dan dapat
melindunginya. Instruksikan penumpang untuk duduk
senyaman mungkin tanpa mengganggu pengendara,
berpegangan pada pegangan tangan di motor atau pada si
pengendara, tumpukan kedua kaki pada pijakan kaki yang
tersedia, duduk sejajar dengan pengendara, hindari pergerakkan
atau pembicaraan yang tidak penting. Saat membawa barang,
letakkan barang secara seimbang pada tempat duduk belakang
atau pada sisi motor agar tidak mengganggu penglihatan dan
ikat dengan baik. (Ditjen perhubungan darat, 2005).
2.3.3. Perilaku yang berbahaya safety riding bersepeda motor di jalan
Mudahnya manuver sepeda motor dalam mengatasi kemacetan dan
kepadatan jalan, membuat pengendara lupa akan beberapa perilaku
berbahaya yang dapat berakibat fatal, diantaranya:
1. Pada dasarnya sepeda motor adalah kendaraan yang dirancang
untuk memuat dua orang, baik dewasa maupun anak-anak.
Akan tetapi fenomena yang terjadi adalah banyak pengendara
28

yang mengangkut penumpang berjumlah rata-rata antara 3


hingga 4 orang diatas satu sepeda motor.
2. Sepeda motor yang dipaksakan untuk mengangkut lebih dari
dua orang, selain mengalami tekanan berlebih pada mesin,
keseimbangan dan kestabilan kendaraan yang telah
diperhitungkan perancang kendaraan menjadi terganggu,
sehingga membahayakan pengendara dan penumpangnya.
3. Dalam penggunaannya, sepeda motor adalah alat yang
diperuntukkan mengangkut orang, bukan untuk mengangkut
barang. Akan tetapi banyak masyarakat yang tidak
mengindahkan kenyataan itu bahkan memuat barang yang
berlebihan.
4. Beban yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan
motor, penguasaan pengendara akan kendaraannya dan
mengurangi kemampuannya untuk mengantisipasi kendaraan
lain.
5. Untuk memaksimalkan perlindungan dari kecelakaan, maka
pengendara sepeda motor wajib menggunakan alat keselamatan
tambahan yang dirancang untuk melindungi organ vital dari
pengendara (kaos tangan, pelindung siku tangan dan kaki).
6. Tidak mengendarai sepeda motor dengan kecepatan melebihi
ketentuan yang ada, tidak ngebut dan ugal-ugalan.
7. Rambu batas maksimal kecepatan yang ada di beberapa titik
jalan menyatakan batas kecepatan maksimal yang sudah
diperhitungkan dengan matang untuk menjaga keselamatan
pengendara.
8. Bila sepeda motor dipacu dengan kecepatan diatas ketentuan
yang ada, akan membahayakan pengendara itu sendiri dan
pengguna jalan lain karena sepeda motor menjadi sulit
dikendalikan dan menghindar dari benda yang ada di depannya.
9. Tidak mengendarai sepeda motor di lajur cepat dan lajur paling
kanan dan tidak menyalip kendaraan didepannya melewati
29

batas marka jalan yang tidak terputus (marka solid) ditengah


jalan.
10. Tetap waspada dan memperhatikan kendaraan dibelakangnya
lewat kaca spion ketika hendak membelok ataupun menyalip
kendaraan didepannya. Tidak menyalip kendaraan dari arah kiri
kendaraan didepannya.
11. Mengemudi dalam pengaruh alkohol dan narkoba dapat
megakibatkan seseorang tidak dapat berkonsentrasi dengan
baik bahkan seringkali timbul halusinasi yang berpengaruh
buruk pada menurunnya kemampuan seseorang
mempersepsikan kondisi jalan dan lingkungannya dengan baik
ketika mengemudi yang pada akhirnya meningkatkan resiko
terjadinya kecelakaan (Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika, 2013).
2.4. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,
perubahan psikologis, dan perubahan social.
Menurut WHO mendefinisikan remaja dalam sarlito sarwono
(2006) adalah suatu masa ketika :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.
2.4.1. Batasan usia remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada
upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai
30

kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa, menurut Jahja (2011) dibagi


tiga yaitu :
a. Remaja awal (12-15 tahun).
Masa awal biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif
singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja
sehingga sering kali masa ini disebut masa negatif dengan
gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja dan
pesimistis. Secara garis besar sifat-sifat negatif ini dapat dilihat
dari negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun
mental sedangkan negatif dalam sikap social, baik dalam
bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif positif) maupun
dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).
b. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk
hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami
dan menolongnya. Pada masa ini, sebagai masa mencari
sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi
dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja
(mendewa-dewakan) yaitu sebagai gejala remaja dan
menimbulkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya.
c. Remaja akhir (19-22 tahun)
Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada
dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah
terpenuhi tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu
menemukan pendirian hidup dan masuklah individu kedalam
masa dewasa.
2.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal)
dengan respon (faktor internal) dalam subyek atau orang yang berperilaku
tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subyek di
31

pengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari
luar subyek (Notoatmodjo, 2005).
Dalam teori Reason Action dikembangkan oleh Fesbein dan
Ajzen,1980 dalam buku Notoatmodjo (2010) menekankan pentingnya
peranan dari faktor penentu perilaku, selanjutnya ditentukan oleh :
a. Sikap
Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang
akan bisa diambil.
b. Norma Subjektif
Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui
atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan diambil
tersebut.
c. Pengendalian Perilaku
Bagaimana persepsi tehadap konsekuensi atau akibat dari
perilaku yang akan diambilnya.
Teori Lawrence Green (1980) dalam sokidjo Notoatmodjo (2010)
menganalisa bahwa faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama,
yaitu faktor prediposisi (presdisposing factors), faktor pemungkin (enabling
factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2010, perilaku
manusia terbentuk dari 3 faktor yaitu:
a. Predisposing factors (faktor predisposisi, faktor dari diri sendiri)
adalah faktor-faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan
pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
persepsi, usia dan jenis kelamin.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan hasil ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri
32

dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk


memecahkan masalah yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2010).
a) Tingkat pengetahuan di Dalam Domain kognitif dibagi menjadi
enam tingkatan (Notoatmodjo, 2010) yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelaajari ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (aapplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi rill (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemapuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata laian
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
33

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penelaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
7. Percobaan (trial)
Individu sudah mencoba perilaku baru.
8. Pengangkatan (adoption)
Individu telah memiliki perilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.
b) Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
yaitu :
1. Pendidikan
Suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga
mengandung du aspek yaitu aspek positif dan negative.
Kedua aspek inilah yang khirnya akan menentukkan sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2. Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan normal
formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
34

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam


media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televise, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentuk
opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
meneganai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
3. Social budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari
pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.
Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran suatu pengetahuan.
35

c) Proses pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam
diri seseorang terjadi proses berurutan yaitu (Notoatmodjo,
2007) :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-menimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang, belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Oppenheim dalam Suharsimi Arikunto, (2004)
karakter atau watak seseorang dapat diamati dalam dua hal,
yaitu sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Jadi sikap
sesorang termasuk anak-anak, tidak dapat diketahui apabila
tidak ada rangsangan dari luar.
c. Persepsi
Persepsi adalah merupakan proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses
sensoris (Bimo walgito, 2010).
36

Persepsi diartikan sebagai suatu yang diserap, diterima


dengan cara panca indra, seperti melihat, mendengar, merasai
ataupun sering diterjemahkan sebagai bayangan dalam angan-
angan, pendapat, pemandangan, sebutan atau reaksi yang pada
hakikatnya mengarah kepada apa yang ditanggapinya melalui
panca indra terbayang dalam angan-angannya (Hermawan,
2014).
d. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari
cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria
berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal,
sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan
perilaku pada wanita disebut feminim. (Donsu, 2017).
Iversen & Rundmo (2004), meyebutkan bahwa
berdasarkan kelompok umur, pengemudi remaja yang berjenis
kelamin laki-laki memiliki keampuan memperkirakan kondisi
di jalan dan lingkungan sekitar untuk meminimalisasi risiko
dibandingkan dengan pengemudi perempuan. Hal tersebut
menggambarkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak yang
mengendarai sepeda motor dibandingkan perempuan.
e. Usia
Dalam banyak kasus, secara empiris terbukti bahwa
umur menentukan perilaku seorang individu. Usia juga
menentukan kemampuan seorang untuk bekerja, termasuk
bagaimana dia merespons stimulus yang dilancarkan individu
atau pihak lain (Sopiah, 2008).
b. Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari sumber
daya yang diperlukan untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin
terdiri dari fasilitas penunjang (fasilitas dan sarana berkendara
bermotor, APD), Peraturan (kepemilikan SIM), kemampuan sumber
daya (pengalaman berkendara),
37

a. Pengalaman Berkendara
Pengalaman adalah ukuran tentang lama waktu yang telah
ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu
pekarjaan dan telah melaksanakan dengan baik
(Ranupandojo,2004).
Menurut Geller (2001) menyebutkan faktor pengalaman
pada tugas yang sama dan lingkungan yang sudah dikenal dapat
mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus
berlaku karena menyenangkan, nyaman , serta menghemat waktu
dan perilaku ini cenderung berulang.
b. Fasilitas dan sarana berkendara aman (safety riding)
Menurut teori Green (1980) dalam buku Notoatmodjo,
2010 menjelaskan bahwa salah satu faktor pendukung yang
mempengaruhi perilaku adalah ketersedian sumber daya. Dalam
kontek keselamatan berkendara aman, ketersediaan sumber daya
seperti fasilitas yang mendukung pekerjaan misalnya APD, saran
dan prasarana helm, masker, jaket, sarung tangan dan sepatu.
Ketersedian sarana dan prasarana memiliki peran penting
diantara fakto-faktor yang mempengaruhi perilaku berkendara
aman (safety riding).
c. Kepemilikan SIM
SIM dibuat atau diterbitkan sebagai upaya kepolisian
untuk mengatur lalu lintas dijalan raya. Dengan melakukan
“seleksi” terhadap kepemilikan SIM. SIM C sesuai peraturan
perundangan No. 22 tahun 2009 pasal 81 dibuat atau sepeda
motor diharapkan pengguna kendaraan khususnya sepeda motor
memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup sehingga
tidak membahayakan orang lain ketika mengemudi (Siahaan,
2011).
c. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang menentukan
apakah tindakan keselamatan mendapatkan dukungan. Pada program
38

pendidikan keselamatan berkendara (safety riding) meliputi dukungan


keluarga, peran teman sebaya dan motivasi
a. Peran Teman Sebaya
Perkembangan kehidupan social remaja juga ditandai
dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam
kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka.
Hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada
hubungan persahabatan. Pada prinsip nya hubungan peran
teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi
kehidupan remaja (Desmita, 2008).
b. Dukungan Keluarga
Dukungan orang tua, yang mencerminkan ketanggapan
orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat
penting bagi anak. Dukungan keluaraga sebagai interaksi yang
dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan,
kehangatan, persetujuan dan berbagai perasaan positif orang
tua tarhadap anak. Dukungan keluarga yang diberikan
membuat anak merasa nyaman terhadap kehadiran orang tua
dan menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima dan
diakui sebagai individu. Dan dalam dukungan yang diberikan
bisa dukungan emosi dan dukungan instrumental, dukungan
emosi mengarah emosi dalam relasi orang tua-anak yang
mencakup perilaku-perilaku yang secara fisik atau verbal
menunjukkan afeksi atau dorongan dan komunikasi yang
positif, sedangakn dukungan instrumental mencakup perilaku
yang tidak menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih
berkontribusi pada perasaan diterima dan disetujui yang
dirasakan anak (Lestari, 2012).
Menurut Reason (1997), yang mengatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor internal
seperti faktor yang berkaitan dengan diri pelaku, seperti :
39

kebutuhan, motivasi, kepribadian, harapan, pengetahuan dan


persepsi sedangkan faktor eksternal seperti faktor yang berasal
dari luar diri pelaku atau dari lingkungan sekitarnya seperti
kelompok, organisasi, atasan, teman, dan orang tua.
c. Motivasi
Pengertian motivasi menurut Stooner (1992) dalam
Notoatmodjo, 2010, adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan
yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang.
Menurut teori McGlelland yang dikutip oleh Sahlan
Asnawi (2002) dalam buku Notoatmodjo (2010), mengatakan
bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi yakni motif primer
atau motif yang tidak dipelajari, dan motif sekunder atau motif
yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan
orang lain.
Motivasi adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang
yang mendorong orng tersebut untuk bersikap dan bertindak
untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat berupa
kebutuhan dan cita-cita, motivasi diartikan dengan istilah
dorongan, dorongan tersebut merupakan gerak jiwa dan
jasmani untuk berbuat (Saleh,2006).
Salah teori terkenal yang membahas tentang kebutuhan
adalah teori Maslow yang mengklasifikasikan kebutuhan
menjadi lima tingkat yaitu kebutuhan fisiologis (fisiological
needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan cinta
kasih (love needs), kebutuhan akan penghargaan dari orang
lain/prestise (esteem needs), dan aktualisasi diri (self
actualization needs). Teori ini sangat berpengaruh dalam
psikologi industry dan organisasi sebagai teori motivasi kerja.
Dapat dikatakan kebutuhan-kebutuhan ini akan memotivasi
manusia untuk mencapai tujuan (Cushway & Lodge, 1993
dalam buku Notoatmodjo,2010).
40

Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan,


sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan yang harus dipuaskan
untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan,papann,
pakaian, udara untuk bernafas dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman : ketika kebutuhan fisiologis telah
dipuaskan, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan
akan keselamatan. Keselamatan ini termasuk merasa
aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan.
c. Kebutuhan cinta kasih atau social : cinta kasih dan kasih
saying yang diperlukan pada tingkat ini mungkin disadari
melalui hubungan antar-pribadi yang mendalam tetapi
juga yang akan dicerminkan dalam kebutuhan untuk
menjadi bagian berbagai kelompok social.
d. Kebutuhan penghargaan : percaya diri dan harga diri
mau pun kebutuhan akan pengakuan orang lain.
e. Keubutuhan aktualisasi diri : kebutuhan ini ditempatkan
paling atas pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan
keinginan pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain
sudah dipuaskan, seseorang ingin mencapai potensi
penuhnya. Tahap terakhir ini mungkin akan tercapai
hanya oleh beberapa orang.
2.6. Faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku keselamatan
berkendara aman (safety riding)
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki remaja SMA tentang keselamatan
berkendara bermotor diukur melalui pernyataan - pernyataan yang
mengungkapkan sejauh mana pengetahuan Remaja SMA tentang
keselamatan berkendara pada saat mengendarai sepeda motor.
Pengendara yang memiliki pengetahuan yang baik dalam berkendara
lebih cenderung berperilaku atau bertindak aman dalam berkendara
41

dibandingkan pengendara yang memiliki pengetahuan yang rendah


(Astuti, 2014).
Peneliti yang dilakukan oleh Ben Fauzi Ramadhan (2009),
menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi keselamatan
berkendara rendah adalah pengetahuan yang dimiliki oleh pengendara
sepeda motor kurang baik.
b. Sikap
Sikap dalam teori planned behavior dibentuk dari 2 (dua)
komponen, yaitu: behavior belief dan evaluation outcome. Komponen
behavior belief diartikan sebagai kepercayaan seseorang tentang hal-
hal atau konsekuensi yang ditimbulkan ketika seseorang melakukan
suatu perilaku. Sedangkan evaluation outcomes adalah evaluasi
terhadap hal-hal atau konsekuensi tersebut (positifnegatif, favorable-
unfavorable) (Yogatama, 2013).
Pengendara yang memiliki sikap yang baik dalam berkendara
lebih cenderung berperilaku atau bertindak aman dalam berkendara
yang memiliki sikap yang kurang baik (Astuti, 2014).
c. Kepemilikan SIM
Menurut undang-undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
angkutan jalan pasal 81 mengenai syarat kepemilikan SIM dan dalam
pasal 281 mengenai pidana akibat melanggar lalu lintas . Pengendara
sepeda motor memiliki SIM dengan alasan untuk kewajiban dan
keamanan berkendara, sehingga apabila tidak memiliki SIM,
masyarakat akan cenderung takut dengan sanksi. Ketidakpemilikan
SIM tersebut membuat adanya perasaan takut melanggar peraturan
karena sanksinya yang sangat mengikat
Pengendara sepeda motor memiliki SIM dengan alasan untuk
kewajiban dan keamanan berkendara, sehingga apabila tidak memiliki
SIM, masyarakat cenderung takut dengan sanksi. Ketidakpunyaan
SIM tersebut membuat adanya perasaan takut melanggar peraturan
pemerintah karena sanksinya yang sangat mengikat (Setiyarini, 2014).
42

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh asdar di SMA


Kabupaten pangkep tahun 2013 didapatkan bahwa dari 25 responden
yang telah memiliki SIM sedangkan dari 150 responden yang tidak
memiliki SIM (Asdar, 2013).
d. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga sangatlah terbukti berdampak positif
dirinya sendiri. Dukungan orang tua bertindak sebagai fasilitator bagi
anak untuk menyelesaikan masalah membuat pilihan dan menentukan
nasib sendiri, dalam dukungan ini orang tua sebanyak memberikan
instruksi, mengendalikan dan cenderung ambil alih (Lestari, 2012).
Keluarga merupakan paling dekat dengan anak, perilaku-
perilaku yang menjadi kebiasaan dalam keluarga biasanya menjadi
acuan bagi setiap anggota keluarga dalam kesehariannya. Dukungan
keluarga dalam sebagai berbagai hal sangat diperlukan bagi seorang
anak termasuk dalam perilaku keselamatan berkendara aman. Dari
hasil penelitian ditemukan bahwa dari keseluruhan responden yang
sebagian besar telah mendaaptkan dukungan dari keluarga dalam
perilaku keselamatan berkendara aman. Kemudian semua responden
yang mendapat dukungan dari keluarga sebagian besar telah
berperilaku safety riding baik. Sedangkan keseluruhan responden
yang tidak mendapat dukungan keluarga hanya sebagian kecil yang
berperilaku baik.(Asdar, 2013).
e. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang
mendorong orng tersebut untuk bersikap dan bertindak untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat berupa kebutuhan dan cita-
cita, motivasi diartikan dengan istilah dorongan, dorongan tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Dari penjelasan
diatas dikatakan bahwa tidak ada suatu motivasi apabila tidak
dirasakan adanya suatu kebutuhan, sehingga motivasi yang telah
tumbuh merupakan dorongan untuk mencapai tujuan guna memenuhi
kebutuhan (Saleh,2006).
43

Pada tahun 2009, Ben Fauzi Ramadhan melakukan penelitian


yang menunjukkan bahwa hampir sebagian siswa SMA di kota bogor
memiliki motivasi terhadap keselamatan berkendara dengan sampel
yang diteliti sebesar 239 responden, 59,95% memiliki motivasi yang
kurang baik terhadap keselamatan berkendara, sehingga menimbulkan
faktor kecelakaan berkendara bermotor.
44

2.7. Kerangka Teori

Predisposing Factors :

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. persepsi
4. Usia
5. Jenis kelamin

Enabling Factors : Perilaku keselamatan


1. Pengalaman berkendara berkendaraa aman (safety
2. Fasilitas dan sarana riding)
berkendara aman (APD)
3. Kepemilikan SIM

Reinforcing Factors:

1. Dukungan keluarga
2. Peran teman sebaya
3. Motivasi

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo (2010),


Hariza Adnani (2011), UU LLAJ No. 22 Tahun 2009, Departemen Perhubungan
(2009).
45

2.8. Penelitian yang terkait

Tabel. 2.1

Penelitian yang terkait

No. Nama Penelitian Judul Variabel Hasil Metode

1. Septy Chairunisya Penerapan safety Variabel dependen : Hasil penelitian yang diperoleh Penelitian ini
riding pengguna penerapan safety riding. menunjukkan bahwa penerapan safety menggunakan dengan
sepeda motor pada Variabel independen : riding pada penelitian ini belum memenuhi desain penelitian
mahasiswa perlengkapan berkendara Undang-undang No.22 tahun 2009. cross Sectional.
universitas esa (APD), kondisi
unggul tahun 2016 pengendara, kondisi
kendaraan, pengentahuan
peraturan lalu lintas,
pegetahuan rambu-rambu
lalu lintas.
46

No. Nama Penelitian Judul Variabel Hasil Metode

2. Novaliana Hubungan persepsi Variabel Hasil penelitian ini yang diperoleh Penelitian ini bersifat
risiko dengan dependen : menunjukkan hasil uji statistik chi square p- kuantitatif dengan
perilaku persepsi resiko value sebesar <α (0,05) yang menunjukkan menggunakan desain cross
keselamatan Variabel ada hubungan yang signifikan antara sectional
berkendara sepeda independen : persepsi risiko dengan perilaku keselamatan
motor pada perilaku berkendara pada mahasiswa/mahasiswi di
mahasiswa/mahasis keselamatan universitas gunadarma bekasi.
wi di universitas berkendara
gunadarma bekasi, sepeda motor
2016
47

No. Nama Penelitian Judul Variabel Hasil Metode

3 Putri handayani Pengaruh persepsi Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
risiko keselamatan dependen : perilaku keselamatan berkendara terkait dengan desain penelitian cross
terhadap perilaku pengaruh dengan persepsi risiko keselamatan (p-value Sectional.
keselamatan persepsi risiko < α (0,05).
berkendara pada keselamatan
pengguna kendaraan Variabel
roda dua, 2015 independen :
perilaku
keselamatan
berkendara
48

No. Nama Penelitian Judul Variabel Hasil Metode

4. Putri handayani Analisis persepsi Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
risiko keselamatan dependen : persepsi responden telah cukup baik namun dengan desain penelitian cross
berdasarkan persepsi risiko masih perlu adanya peningkatan. Dimensi Sectional.
Sembilan paradigma keselamatan penerimaan secara sukarela dipersepsikan
psikometri pada Variabel tinggi, berarti bahwa pekerja mau menerima
pengguna kendaraan independen : segala risiko yang ada diperkerjaannya
roda dua di Sembilan
universitas esa paradigma
unggul, 2016 psikometri pada
pengguna
kendaraan roda
dua
49

No. Nama Penelitian Judul Variabel Hasil Metode

5. Wilton wahab Studi tingkat disiplin Variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
pengendara sepeda dependen : 61,18% perilaku keselamatan berkendara dengan desain penelitian cross
motor (studi kasus tingkat disiplin tergolong pada tingkat kurang baik hal ini Sectional.
jalan gajah mada pengendara dipengaruhi oleh rendahnya tingkat disiplin
dan kampus ITP sepeda motor. pengendara sepeda motor dalam
padang, 2013) Variabel menerapkan safety riding yaitu
independen : perlengkapan pribadi (safety gear)
perlengkapan perlengkapan sepeda motor dan
pribadi safety pengetahuan tentang peraturan lalu lintas.
gear saat
berkendara,
perlengkapan
seped motor,
pengetahuan
tentang peraturan
lalu lintas.
50

No. Nama Penelitian Judul Variabel Hasil Metode

6. Eni mahawati dan Pola interaksi Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan
jaka prasetya determinan perilaku dependen : terdapat 8 determinan perilaku yang eksplanatori research dengan
“safety riding” perilaku safety berpengaruh terhadap safety riding pada metode survey dengan
dalam upaya riding mahasiswa dan remaja, sebanyak 42% pendekatan cross sectional.
eliminasi gangguan Variabel responden memiliki penerapan safety riding
kesehatan & indpenden : yang kurang baik.
kecelakaan lalu kepercayaan,
lintas guna persepsi, sikap,
meningkatkan dukungan,
kualitas hidup fasilitas
generasi muda, 2013
51

Anda mungkin juga menyukai