Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan
pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya
pembangunan nasional adalah dengan menjamin dan mewujudkan kesejahteraan
tenaga kerja. Salah satu bentuk terwujudnya kesejahteraan tenaga kerja adalah
terpenuhinya jaminan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional sehingga harus mempunyai
acuan yang jelas tentang arah tujuan yang dapat dipedomani oleh seluruh
komponen pelaku pembangunan1
Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan
tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak asasi manusia,
perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang
berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlindungan pekerja
ini mencakup :2
a. Norma keselamatan kerja
b. Norma kesehatan kerja
c. Norma Kerja

Negara dalam hal ini pemerintah telah berupaya untuk memberikan suatu
jaminan ataupun perlindungan khususnya dalam pembangunan ketenagakerjaan
melalui program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( JAMSOSTEK ) yang secara
khusus mengatur jaminan sosial bagi tenaga kerja. Sesuai dengan amanat Pasal 5
ayat ( 4 ) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, maka dapat dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial baru. Dalam

1 Ekowati retnaningsih, 2013. Akses Layanan Kesehatan. cetakan pertama, Raja Grafindopersada,
Jakarta, hlm 1

2 Kartasapoera, G, dan Rience Indraningsih. 1982. Pokok-Pokok Hukum


Perburuhan. Armico. Bandung
2

penjelasan Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang


Sistem Jaminan Sosial Nasional, pembentukan BPJS dimaksudkan untuk
menyesuaikan dengan dinamika perkembangan jaminan sosial dengan tetap
memberi kesempatan kepada Badan Penyelenggara Jaminan sosial yang telah ada
atau baru, dalam mengembangkan cakupan kepesertaan. Dengan demikian upaya
pemenuhan jaminan sosial yang adil dan merata untuk seluruh rakyat Indonesia
dapat terus dilaksanakan sejalan dengan program pembangunan nasional
Indonesia yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Pada hakekatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Disamping
itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek, antara lain:
a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya
b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya
beekerja

Negara dikatakan sejahtera (Welfare State) jika kalangan masyarakatnya,


baik pengusaha, buruh, petani, nelayan, pedagang kaki lima (PKL), sopir, tukang
ojek, kaum pengangguran yang terimbas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
bahkan para lanjut usia (lansia) bisa menikmati kehidupan yang jauh lebih baik
dari kondisi yang ada saat ini. Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
dalam rangka memberikan jaminan sosial kepada rakyat, pemerintah perlu
mengambil kebijakan berupa memobilisasi dana jangka panjang dalam jumlah
yang cukup besar secara bertahap kepada empat Badan Penyelenggara Jaminan
Nasional yang dalam hal ini diambil alih oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Melalui lembaga BPJS Ketenagakerjaan itulah, para tenaga kerja formal
seperti buruh atau tekerja informal seperti petani, nelayan dan lainnya
mendapatkan jaminan sosial berupa jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja,
3

jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Pemupukan modal untuk program


jaminan sosial, di samping sangat bermanfaat bagi rakyat terutama pekerja di
sektor informal, juga terbukti efektif mendukung program pembangunan
infrastruktur, memperluas lapangan kerja, menekan angka kemiskinan dan
meningkatkan daya tahan negara menghadapi badai krisis ekonomi keuangan
global.
Salah satu program BPJS Ketenagakerjaan yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) merupakan program yang patut dicermati disamping ketiga program yang
lain, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 9 ayat (2) UU. No. 24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jaminan Kecelakaan Kerja juga
telah diatur dalam Pasal 29 s.d Pasal 34 UU.No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional yang antara lain mengatur bahwa jaminan kecelakaan
kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Selain itu, besarnya iuran
jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase tertentu dari upah atau
penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh pemberi kerja (Pasal 34 ayat (1)
UU SJSN).
Berdasarkan Pasal 1 angka (6) UU Jamsostek Kecelakaan kerja itu sendiri
adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang
ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Sedangkan menurut UU
BPJS, terdapat sedikit perbedaan mengenai definisi kecelakaan kerja. Dalam pasal
Pasal 1 angka (14) UU BPJS, Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
4

Pada awal tahun 2014. BPJS Ketenagakerjaan meluncurkan inovasi terbaru


yaitu program Return To Work (RTW). Program RTW ini merupakan penguatan
ataupun penyempurnaan dari program Jaminan Kecelakaan Kerja, sehingga
keduanya bisa disandingkan menjadi JKK-RTW. Dengan dilatarbelakangi oleh
UU No. 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat dan UU No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, JKK-RTW Berkomitmen untuk memberikan pelayanan
kepada pekerja yang mengalami cacat akibat kecelakaan kerja. Secara garis besar
kedua UU tersebut (UU No. 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat dan UU No
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ) memiliki content serupa yaitu setiap
tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama, termasuk penyandang
cacat. Program ini merupakan salah satu program unggulan yang telah
dipersiapkan dalam menyongsong BPJS Ketenagakerjaan yang beroperasi penuh
pada 1 Juli 2015, untuk menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja.
Dengan mengikuti program JKK-RTW, sebenarnya perusahaan sebagai
pemberi kerja juga berkomitmen untuk menjaga aset berharga, yakni pekerja dan
sebagai wujud tanggung jawab kepada pekerja yang mengalami cacat akibat
kecelakaan kerja. Kepedulian perusahaan kepada para pekerjanya secara langsung
juga bisa menjaga loyalitas dan semangat para pekerja yang pada akhirnya dapat
memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri.
Hadirnya program JKK-RTW sebetulnya bertujuan untuk memastikan
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dapat kembali bekerja tanpa
menghadapi risiko pemutusan hubungan kerja karena cacat atau sakit yang
dialaminya. Dibalik segudang manfaat program JKK-RTW, pemerintah dan pihak
BPJS Ketenagakerjaan juga masih perlu menyosialisasikan program ini untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya perlindungan bagi para
pekerja. Terutama bagi pekerja yang bekerja di tempat-tempat yang rawan
kecelakaan
Dari beberapa penjelasan diatas, Penulis memiliki keinginan untuk
mengangkat topic mengenai Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work karena
program penyempurnaan Jaminan Kecelakaan Kerja tersebut memiliki manfaat
5

yang besar bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Sehingga
harapannya bukan hanya kaum praktisi yang faham mengenai JKK-RTW, tapi
juga kami kaum akademisi dimana keduanya dapat saling bahu-membahu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini adalah para pekerja.
Penulis mengangkat judul Implementasi Program Return To Work Sebagai
Penguatan Jaminan Kecelakaan Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 10
tahun 2016

1.2. Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk memahami proses berjalannya program
Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work oleh BPJS Ketenagakerjaan yang
antara lain meliputi:
1.2.1. Untuk mengetahui mekanisme keikutsertaan dan manfaat program JKK
RTW berdasarkan PerMen No. 10 Tahun 2016
1.2.2. Untuk mengetahui prosedur pengajuan klaim bagi peserta JKK-RTW
sejak awal terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan PerMen No. 10 Tahun
2016
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai melalui karya tulis ini yaitu
manfaat akademis teoritis dan manfaat yang bersifat praktis, seperti berikut:
1.3.1. Manfaat Teoritis
Bagi kepentingan akademisi, penulisan ini dapat memberikan kontribusi
berupa pengetahuan akan program unggulan dari BPJS Ketenagakerjaan,
yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work atau kembali kerja.
1.3.2. Manfaat Praktisi
a. Bagi masyarakat, penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan pembelajaran terkait program unggulan BPJS
Ketenagakerjaan, JKK-RTW
b. Bagi Pemerintah Indonesia, hasil penulisan ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi, khususnya terhadap BPJS
Ketenagakerjaan selaku Badan Usaha Milik Negara dalam
memaksimalkan kinerja
6

c. Bagi praktisi hukum adalah sebagai masukan (input) bagi pihak


Pemerintah Negara Indonesia agar hasil penulisan nantinya dapat
bermanfat dalam pengembangan ilmu hukum dan pembinaan
hukum.

1.4. Pelaksanaan Praktek Kuliah Lapangan


Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada :
1.4.1. Instansi:BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang
Pemuda
1.4.2. Subbagian :Bagian SDM & Umum (Kearsipan) dan Bagian
Pemasaran
1.4.3. Alamat :Jalan Pemuda Nomor 130, Kota Semarang, Jawa
Tengah, 50132 Telp (024) 3520 281, Fax (024) 355
3712
1.4.4. Waktu : Dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2016 26 Agustus
2016
Adapun penjabaran dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah
sebagai berikut :
1.4.5. Proses perizinan pada Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Semarang Pemuda pada bulan Mei dengan alokasi waktu pelaksanaan
PKL pada bulan Agustu 2016. Kami mendapatkan balasan dari pihak
instansi mitra pada bulan Juni
1.4.6. Pembekalan PKL yang diselenggarakan oleh UPT PKL bersama
jurusan terkait pada 14-15 Juli 2016
1.4.7. Pelaksanaan PKL di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Semarang
Pemuda dimulai pada Senin, 18 Juli 2016 s/d Jumat, 26 Agustus 2016,
pada jam kerja sebagai berikut : Senin Jumat : 07.30 17.00
WIB
1.4.8. Pembuatan Laporan Hasil Kerja PKL
Pembuatan laporan hasil kerja PKL dilaksanakan dalam beberapa
tahap. Yaitu tahap pertama pemilihan tema yang akan dibahas dalam
laporan. Selanjutnya pengajuan tema kepada Pembimbing Lapangan.
Selanjutnya melakukan bimbingan dengan pembimbing lapangan serta
melakukan permintaan data untuk mendukung penulisan laporan.
7

Pembuatan laporan hasil kerja PKL dilaksanakan selama kegiatan PKL


berlangsung.

1.5. Metode Pengumpulan Data


Dalam membuat laporan ini, difokuskan terhadap praktek substansi
hukum yang dicita-citakan (ius constituendum).
1. Metode studi kepustakaan,pendekatan yang akan digunakan dalam laporan ini
adalah pendekatan yang bersifat kepustakaan, yaitu cara atau prosedur yang
digunakan dengan bersumber pada data primer di lapangan
2. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah salah satu
cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Sedagkan
menurut Sugiyono, dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang
8

BAB II
Paparan Laporan

2.1.Gambaran Umum dan Kegiatan Khusus Kantor Cabang BPJS


Ketenagakerjaan Semarang Pemuda
2.1.1. Makna dan Logo BPJS Ketenagakerjaan

Gambar 1. Logo BPJS Ketenagakerjaan


A. HIJAU
Warna hijau melambangkan kesejahteraan
Warna hijau diharapkan dapat merepresentasikan nilai-nilai
pertumbuhan, harmoni, kesegaran, stabilitas dan keamanan.
B. PUTIH
Warna putih melambangkan integritas
9

Warna putih diharapkan dapat merepresentasikan kemurnian,


kebersihan dan kesempurnaan sebagai simbil kebaikan.
C. KUNING
Warna kuning melambangkan optimism
Warna kuning diharapakn dapat merepresentasikan optimisme,
pencerahan dan kebahagiaan serta memberi harapan akan masa depan
yang lebih baik.

D. BIRU
Warna biru melambangkan keberlanjutan
Warna biru diharapkan dapat merepresentasikan kepercayaan,
kesetiaan, kebijaksanaan, kepercayaan diri, keahlian dan ketahanan
jangka panjang.

E. Tipologi Huruf J Yang Membelah Lingkaran

Melambangkan cita-cita BPJS Ketenagakerjaan yang terus bergerak


naik dan semakin memberikan banyak manfaat bagi pekerja.

Melambangkan sebagai puncak pencapaian yaitu universal coverage


bagi kesejahteraan seluruh tenaga kerja di Indonesia.

2.1.2. Gambaran Umum BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang Pemuda


2.1.2.1..................................................Dasar Hukum dan Kedudukan
Kedudukan Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Semarang Pemuda
sesuai dengan Undang - Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.3 Instansi ini berkantor di Jl. Pemuda

3 Undang-Undang No.24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan


Jaminan Sosial
10

No.130 , Kota Semarang, Jawa Tengah 50132 Telp (024) 3520 281,
Fax (024) 355 3712. Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dipimpin oleh
PEPEN S ALMAS selaku kepala Kantor Cabang BPJS Semarang
Pemuda.
2.1.2.2............................................................................................Visi
Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kebanggan Bangsa,
yang Amanah, Bertatakelola Baik serta Unggul dalam Operasional
dan Pelayanan.

2.1.2.3...........................................................................................Misi
Melalui Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS
Ketenagakerjaan
berkomitmen untuk :
1. Melindungi dan Menyejahterahkan seluruh pekerja dan
keluarganya
2. Meningkatkan produktivitas dan daya saing bekerja
3. Mendukung pembangunan dan kemandirian perekonomian
nasional
2.1.2.4. Nilai-Nilai BPJS Ketenagakerjaan Semarang Pemuda
1. Iman
2. Ekselen
3. Teladan
4. Harmoni
5. Integritas
6. Kepedulian
7. Antusias
8. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan
seluruh kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi, hubungan
antar tugas, wewenang. Adapun struktur organisasi BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Pemuda , yaitu :
A. Kepala Kantor Cabang
B. Kepala Bidang
1. Bidang Pemasaran PPU
a. Marketing Officer
b. Relationship Officer
11

c. Penata Madya Aministrasi PPU


2. Bidang Pemasaran PBPU
a. Penata Madya PBPU
b. Penata Madya Administrasi PBPU
c. Penata Madya KP
3. Bidang Umum & SDM
a. Penata Madya SDM
b. Penata Madya UMUM
c. Penata Madya Arsip
d. Staf Umum
e. Sekretaris K C
4. Bidang Keuangan & IT
a. Penata Madya Keuangan
b. Penata Madya TI
5. Bidang Pelayanan
a. Manajer Kasus KK dan P
b. Penata Madya PJHT dan JP
c. Penata Madya JKK dan JK
d. Customer Service
6. Petugas Pemeriksa
12

Gambar 2. Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang


Semarang Pemuda

2.1.3. Kegiatan Khusus di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Semarang


Pemuda
2.1.3.1. Proses Induksi
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan pada Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Pemuda dilaksanakan selama 6 Minggu
(tiga puluh hari kerja) terhitung sejak Senin, 18 Juli 2016 s/d Jumat,
26 Agustus 2016. Jangka waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Adapun tahapan-
tahapan yang dilalui penulis dalam pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan diantaranya sebagai berikut yang akan dijelaskan dalam
tahapan- tahapan di bawah ini
2.1.3.2. Proses Perijinan
Pengumuman pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan diberitahukan oleh
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang pada bulan Mei 2016.
Setiap mahasiswa wajib membentuk kelompok dan menentukan
instansi yang akan dituju untuk pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
selama satu bulan lamanya. Adapun instansi yang dituju oleh penulis
beserta kelompoknya adalah Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Semarang Pemuda Setelah menentukan instansi yang ingin dituju
penulis beserta kelompok mendatangi Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Pemuda untuk menanyakan seputar
13

Praktik Kerja Lapangan. Setelah menemui Pak Didik bagian surat


meyurat di BPJS Ketenagakerjaan Semarang Pemuda selaku penerima
PKL, kami meminta surat permohonan PKL kepada Gugus PKL ,
Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Setelah surat
diberikan, maka kami mengajukan surat permohonan PKL kepada
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Pemuda
Setelah surat permohonan PKL diterima, dan kami meminta pihak
BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Pemuda untuk memberikan
surat balasan atas surat permohonan kami. Setelah itu kami
memberikan konfirmasi ulang untuk pelaksanaan PKL pada bulan
Juni 2016 kepada Gugus PKL. Pada Senin , 18 Juli 2016 kami
melaksanakan Penerjunan PKL didampingi oleh Dosen Pembimbing
Lapangan.
2.1.3.3. Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan Semarang Pemuda ditempatkan pada
Bidang Umum tepatnya dibagian kearsipan dan pemasaran
Adapun tugas-tugas yang diemban selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan, antara lain :
a. Diberikan pengarahan mengenai tatacara penyimpanan arsip di
BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Pemuda.
b. Diajarkan bagaimana melakukan Pengkatalogan Arsip di sistim
Teknologi SIAR
c. Mendata arsip yang masih merupakan arsip berjalan dan arsip
aktif.
d. Diskusi mengenai kesulitan kearsipan yang dialami BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Semarang Pemuda.
e. Mengikuti program Edukasi Pasar Rakyat yang berlokasi di Pasar
Jatingaleh.
f. Mendesain Tata Ruang Arsip di ruang Kearsipan
g. Mendesain Poster sebagai media Sosialisasi di ruang Arsip
h. Membuat Mekanisme untuk mempermudah pengarsipan data
14

i. Mengecek kepesertaan di sistem BPJS Ketenagakerjaan secara


online melalui SIJSTK

2.2. Analisa Hasil Kerja


2.2.1. Mekanisme keikutsertaan dan manfaat program JKK-RTW berdasarkan
PerMen No. 10 Tahun 2016
Sebelum membahas mengenai mekanisme keikutsertaan Jaminan
Kecelakaan Kerja Return To Work, perlu di fahami terlebih dahulu apa
definisi dari kecelakaan kerja, jaminan kecelakaan kerja, manfaatnya serta
prosedur pendaftarannya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Kecelakaan
kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja
atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Pasal
1 angka (14) UU BPJS). Sedangkan jaminan kecelakaan kerja adalah suatu
jaminan yang memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai
tiba kembali di rumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja.
Untuk sasaran dari program jaminan kecelakaan kerja ini ada 2,
yaitu pekerja didalam hubungan kerja (formal), pekerja yang rutin
mendapatkan gaji dari atasan, dan pekerja diluar hubungan kerja (informal)
yaitu pekerja yang melakukan kegiatan berwirausaha secara mandiri seperti
tukang ojek, pedagang pasar, petani, nelayan dll. Pekerja informal dalam
program BPJS Ketenagakerjaan disebut sebagai pekerja Bukan Penerima
Upah (BPU). Adapun persyaratan administrasi untuk mengkuti program
JKK antara pekerja formal dan informal terdapat sedikit perbedaan,
diantaranya :
2.2.1.1. Syarat-Syarat Peserta BPJS Tenaga Kerja sektor formal
a. Fotokopi dan aslinya SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
b. Fotokopi dan aslinya NPWP Perusahaan
c. Fotokopi dan aslinya Akta Perdagangan Perusahaan
d. Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) masing-masing karyawan
e. Fotokopi KK (Kartu Keluarga) karyawan/pekerja yang akan di daftar,
f. Pas Foto berwarna Karyawan/pekerja ukuran 23, 1 Lembar
15

2.2.1.2. Syarat-Syarat Peserta BPJS Tenaga Kerja Luar Hubungan


Kerja (informal/BPU)
a. Surat izin usaha dari RT/RW/Kelurahan setempat
b. Fotokopi KTP Pekerja
c. Fotokopi KK masing-masing Pekerja
d. Pas Foto berwarna masing-masing Pekerja ukuran 23, 1 Lembar

Setelah dijabarkan mengenai persyaratan administrasi Jaminan


Kecelakaan Kerja, Berikut penulis uraikan manfaat dari Jaminan Kecelakaan
kerja itu sendiri :
2.2.1.3. Biaya Transportasi (Maksimum)
a. Darat/sungai/danauRp750.00
b. Laut Rp1.000.000
c. Udara Rp2.000.000
2.2.1.4. Sementara Tidak Mampu Bekerja
a. Empat (4) bulan pertama, 100% x gaji sebulan
b. Empat (4) bulan kedua, 75% x gaji sebulan
c. Seterusnya 50% x gaji sebulan
2.2.1.5. Biaya Pengobatan
a. Perawatan Rp20.000.000 (maksimum)
b. Pergantian gigi tiruan Rp2.000.000 (maksimum)
2.2.1.6. Santunan Cacat
a. Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan gaji
b. Total-tetap: Sekaligus: 70% x 80 bulan gaji
c. Berkala (24 bulan) Rp200.000,- per bulan
2.2.1.7. Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan gaji
a. Santunan Kematian
b. Sekaligus 60% x 80 bulan gaji
c. Berkala (24 bulan) Rp200.000 per bulan
d. Biaya pemakaman Rp2.000.000
2.2.1.8. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus
dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS
Umum Pemerintah dan ditambah 40% dari harga tersebut, serta biaya
rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp2.000.000 Prothese/alat
penganti anggota badanAlat bantu/orthose (kursi roda)
2.2.1.9. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya
pengobatan/biaya perawatan sama dengan poin ke-2 dan ke-3.
16

Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan


(untuk sektor formal ). Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis
usaha sebagaimana tercantum pada iuran. Sedangkan besaran iuran untuk
sektor informal/BPU dikategorikan berdasarkan pendapatan rata-rata peserta
perbulan (dijelaskan dalam lampiran).

No. Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase


1. tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan
2. tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan
3. tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan
4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan
5. tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan

Tabel 1. Besaran Iuran JKK untuk sektor Formal

Untuk pengajuan klaim, antara pekerja formal dan informal tidak


ditemukan perbedaan. Apabila terjadi kecelakaan kerja, pengusaha wajib
mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan
mengirimkan kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam
terhitung sejak terjadinya kecelakaan. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh
atau meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi
form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada BPJS
Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan
sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan menghitung dan
17

membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga
kerja atau ahli waris.
Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan
permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:

a. Fotokopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan


b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS
Ketenagakerjaan 3b atau 3c
c. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

Seperti yang telah dijelaskan diatas, program JKK-RTW merupakan


penguatan ataupun perluasan dari program jaminan kecelakaan kerja. Oleh
karena, persyaratan untuk mengikuti program JKK-RTW juga perluasan dari
persyaratan JKK. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang
pekerja yang hendak mengikuti program JKK-RTW, tercantum dalam Pasal 5
ayat PerMen No. 10 Tahun 2016 yang berbunyi :
Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan/atau penyakit
akibat kerja dapat memperoleh manfaat program kembali kerja dengan
persyaratan :
a. Terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan dalam program
JKK
b. Pemberi kerja tertib membayar iuran
c. Mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang
mengakibatkan kecacatan
d. Adanya rokemendasi dokter penasehat bahwa pekerja perlu
difasilitasi dalam program kembali kerja; dan
e. Pemberi kerja dan pekerja bersedia menandatangani surat
persetujuan mengikuti program kembali kerja
Manfaat program Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work ini
sangat penting untuk diketahui mengingat dari sinilah calon peserta
mempertimbangkan untuk nantinya dapat mendaftarkan dirinya di program
18

JKK-RTW. Manfaaat-manfaat tersebut berdasarkan PerMen No. 10 Tahun


2016 diantaranya :
1. Setiap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan / atau penyakit
akibat kerja dapat memperoleh manfaat progam kembali kerja (Pasal 2)
2. Manfaat program kembali kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
dapat diberikan berdasarkan romekendasi dokter penasehat (pasal 3 ayat
(1))
3. rokemendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan (pasal 3
ayat (2)):
a. dalam proses pengobatan dan perawatan ; atau
b. setelah pekerja dinyatakan sembuh dengan kecacatan yang dapat
diberikan program kembali kerja
4. Manfaat program kembali kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
diberikan seara komprehensif mulai dari pelayanan kesehatan, rehabilitasi,
dan pelatihan kerja (Pasal 4 ayat(1))
5. pemberian manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan, fasilitas rehabilitasi, dan fasilitas pelatihan kerja baik
milik pemerintah, pemerintah daerah dan/atau milik swasta yang
memenuhi persyaratan dan menjalin kerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan (pasal 4 ayat (2))

2.2.2. Prosedur pengajuan klaim bagi peserta JKK-RTW berdasarkan PerMen No.
10 Tahun 2016
secara garis besar, pengajuan klaim JKK-RTW dapat dilaksanakan
sesaat setelah peserta mengalami kecelakaan kerja, peserta akan
mendapatkan penanganan kuratif di trauma center di rumah sakit.
Penanganan kuratif adalah terapi spesifik atau pengobatan yang diarahkan
untuk pemberantasan satu atau lebih penyebab kondisi pasien. Apabila
peserta dinyatakan cacat maka bisa mengikuti rehabilitasi setelah
perusahaan dan peserta yang cacat memberikan persetujuan secara tertulis.
Selanjutnya, Manajer Kasus Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja akan
19

mendampingi peserta dalam proses "return to work", memantau pengobatan


dan perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien, serta memfasilitasi
percepatan pemulihan/rehabilitasi.
Setelah pengobatan dan rehabilitasi tuntas, Manajer Kasus Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat Kerja memberikan pelatihan pasca kecacatan dan
motivasi kepada peserta yang bertujuan memastikan peserta dapat bekerja
kembali secara normal. Apabila upaya-upaya tersebut telah dilakukan,
kemudian tidak memungkinkan bagi peserta yang bersangkutan untuk
bekerja kembali pada posisi yang sama sebelum mengalami kecelakaan,
Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja akan
mencarikan solusi lain dengan cara memberikan pelatihan dan keterampilan
khusus yang sesuai agar peserta dapat bekerja di unit kerja atau bidang lain
pada perusahaan yang sama.
Untuk lebih jelasnya berikut langkah-langkah yang patut dicermati
bila terjadi kecelakaan kerja yang berpotensi mendapatkan jaminan JKK-
RTW :
1. Pemberi kerja wajib melaporkan kecelakaan kerja ke BPJS
Ketenagakerjaan dan Dinas Ketenagakerjaan selama 2x24 jam sejak
terjadinya kecelakaan kerja dengan menggunakan formulir baik secara
tertulis maupun elektronik sesuai yang telah ditetapkan
2. Manajer kasus dari pihak BPJS Ketenagakerjaan memverifikasi dengan
koordinasi dengan Dokter Penasehat
3. Berdasarkan verifikasi dari BPJS Ketenagakerjaan , dokter penasehat
memberikan rokemendasi kepada peserta untuk memperoleh program
kembali kerja
20

Gambar 3. Prosedur Pelayanan Return To Work

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
21

3.1.1. Selama Praktek kerja lapangan, penulis diberi tugas untuk fokus pada
bidang kearsipan. Dimulai dari awal dokumen masuk, memilah Nomor
Pendaftaran Perusahaan (NPP) hingga proses masuknya dokumen arsip di
ruang kearsipan dan sistem informasi arsip secara online. Hal tersebut
diupayakan untuk meminimalisir waktu pencarian dokumen bila nantinya
dibutuhkan. Selain di bidang arsip, penulis juga ditugaskan di bagian
pemasaran dimana pada minggu kedua ditugasi untuk mengikuti Edukasi
Pasar Rakyat di pasar Jatingaleh kota Semarang. Dan masih banyak
kegiatan lain yang tentunya dapat penulis petik suatu ilmu didalamya
3.1.2. Program RTW kependekan Return To Work yang merupakan pertambahan
manfaat dari program BPJS Ketenagakerjaan Jaminan Kecelakaan Kerja
yang di wujudkan dalam bentuk pendampingandari mulai terjadinya
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kecacatan hingga dapat bekerja
kembali. Pengajuan klaim JKK-RTW dimulai sejak peserta mengalami
kecelakaan kerja. Kemudian secara langsung dirujuk ke rumah sakit mitra
BPJS Ketenagakerjaan, dari situlah dokter menentukan apakah peserta
mengalami cacat atau tidak. Pihak perusahaan dalam 2x24 jam melaporkan
kejadian ke BPJS Ketenagakerjaan. Manajer kasus dari BPJS TK
mengkonfirmasi dengan pihak rumah sakit. Langkah selanjutnya adalah
dibuatnya persetujuan tertulis dari peserta dan perusahaan untuk mengikuti
tahap berikutnya yaitu rehabilitasi. Kemudian proses rehabilitasi
dilaksanakan dengan didampingi oleh manajer kasus dari BPJS TK,
pelatihan kepada peserta hingga diterima kembali bekerja di suatu
perusahaan

A. Saran
Pelaksanaan JKK-RTW oleh BPJS Ketenagakerjaan harus didukung
semua pihak. Sosialisasi yang hendaknya masif dilaksanakan diharapkan mampu
22

mengedukasi masyarakat calon peserta program untuk sadar betapa pentingnya


jaminan akan kehidupan dirinya. Pemerintah juga dituntut untuk menerbitkan
regulasi yang baik dan tepat agar program yang ada terimplementasi sesuai
harapan. Terlebih program ini sangat strategis untuk mendukung program
pemerintah yang lain terutama program untuk penyandang cacat
23

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Zaenal, dkk. 2008. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Raja Graffindo Press.
Jakarta
Ekowati, Retnaningsih, 2013. Akses Layanan Kesehatan. Raja Grafindopersada,
Jakarta
Pustaka Yustisia. 2010. Kompilasi Hukum Ketenagakerjaan dan Jamsostek. Pustaka
Yustisia Press. Yogyakarta
Wijayanti, Asri. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Sinar Grafika.
Jakarta
Sutedi. Adrian. 2011. Hukum Perburuhan. Sinar Grafika. Jakarta
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
Peraturan Menteri No 10 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali
Kerja Serta Kegiatan Promotif Dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja Dan
Penyakit Akibat Kerja
24

LAMPIRAN
25

Lampiran 1. Pembekalan PKL

Lampiran 2. Pengerjaan Arsip


26
27

Lampiran 3. Kegiatan Edukasi Pasar Rakyat

Lampiran 4. Pengelolahan Arsip Aktif dan Inaktif


28

Lampiran 5. Hasil Pencetakan Kartu BPJS

Lampiran 6. Perayaan HUT RI Ke-71


29

Lampiran 7. Hasil Desain Poster Arsip


30

Lampiran 8. Penarikan Mahasiswa PKL ......................................................... 24


31
32

Lampiran 9. Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Tata Cara


Pemberian Program Kembali Kerja Serta Kegiatan Promotif
Dan Preventif Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja

Anda mungkin juga menyukai