BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kewajiban negara adalah melindungi setiap warga negaranya baik secara fisik,
mental, sosial dan ekonomi sebagai imbal balik kesetiaan warga negara kepada negara baik
dalam bentuk pembayaran pajak secara rutin atau ketundukan pada peraturan hukum di
negara tersebut. Poin tersebut juga tercakup dalam Pancasila dan UUD 1945 sebagai
konstitusi negara Indonesia yang merupakan buah pemikiran bangsa ini sejak awal
kemerdekaan. Realisasi perlindungan tersebut dalam konteks perlindungan, asuransi atau
jaminan sosial
Asuransi merupakan lembaga ekonomi yang berfungsi sebagai salah satu bentuk
penanggulangan resiko. Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia, asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. Asuransi sosial tenaga
kerja merupakan salah satu jenis kegiatan asuransi yang memberikan perlindungan jaminan
sosial bagi tenaga kerja di sektor formal seperti jamina kecelakan kerja, jaminan hari tua atau
pensiun, jaminan kematian, dan jaminan kesehatan.
Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional meningkat dengan disertai berbagai
tantangan risiko yang dihadapi. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan
perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya
akan dapat meningkatkan produktivitas nasional.
Bentuk perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan dimaksud
diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) yang bersifat
dasar, dengan berazaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong royong. Pada dasarnya
program ini menekan pada perlingdungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai
kedudukan yang lebih rendah. Oleh karena itu pengusaha memikul tanggung jawab utama
dan secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlingdungan dan
kesejahteraan tenaga kerjanya. Disamping itu, sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga
berperan aktif dan ikut bertanggungjawab atas pelaksanaan program jamsostek.
Penyelenggaraan program jamsostek merupakan sebagian dari tugas pokok pemerintah di
bidang ketenaga kerjaan sebagaimana diatur dalam UU No. 14 tahun 1969 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja khususnya pasal 10 dan pasal 15.
Untuk menjamin pelaksanaan program jamsostek, PT. JAMSOSTEK sebagai Badan Usaha
Millk Negara secara prinsip telah di tunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
program jamsostek yang merupakan penjabaran pasal 25 UU No .3 tahun 1992 dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.
Dalam pelaksanaan program jamsostek tidak sedikit hambatan yang dihadapi, sehingga
dalam upaya peningkatan kepesertaannya PT. JAMSOSTEK perlu membenahi diri baik
secara intern organiaasi, sumber daya manusia, pemberdayaan, peraturan dan perundang-
undangan maupun esktern (peningkatan profesionalisme pelayanan).
RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia secara umum meliputi
penyelengaraan program-program Jamsostek, Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan
program Jamsostek didasarkan pada UU No 3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada
PP No 25 Tahun 1981, program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program
Asabri didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan pada
UU No 6 Tahun 1966. Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia berbasis kepesertaan,
yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta, pegawai negeri sipil (PNS),dan
anggota TNI/Polri (Lihat Tabel 1).
Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) sebagaimana didasarkan pada UU No 3 Tahun 1992,
pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja (yang mempunyai hubungan
industrial) beserta keluarganya. Skema Jamsostek meliputi program-program yang terkait
dengan risiko, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan
kesehatan, dan jaminan hari tua, dan pada dasarnya program Jamsostek merupakan sistem
asuransi sosial, karena penyelenggaraan didasarkan pada sistem pendanaan penuh (fully
funded system), yang dalam hal ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut
secara teori merupakan mekanisme asuransi. Penyelengaraan sistem asuransi sosial biasanya
didasarkan pada fully funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap
diwajibkan untuk berkontribusi terhadap penyelengaraan sistem asuransi sosial, atau paling
tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan penyelengara apabila mengalami
defisit. Di sisi lain, apabila penyelenggara program Jamsostek dikondisikan harus dan
memperoleh keuntungan, pemerintah akan memperoleh deviden karena bentuk badan hukum
Persero.
Dasar hukum jamsostek adalah :
1. UU No.3 tahun 1992 tentang Jamsostek.
2. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelengaraan Jamsostek.
3. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
4. Permenaker No. 5/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaraan, Pembayaran Iuran,
Pembayaran Santunan, dan Pelayanan.
http://respectardi.blogspot.com/2013/04/jamsostek.html
2. SEJARAH JAMSOSTEK
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban
Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan
kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang
lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan
funded social security
, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja
di sektor formal. Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang
panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk
usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan
Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),
diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis
proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan
dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara
penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program
asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha
swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang
pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya
adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK).Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan
penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan
dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial. Selanjutnya
pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan
perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah
mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja
sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di
Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan
4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi
seluruh tenaga kerja dan keluarganya. Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program
Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif
dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan
perkembangan masa depan bangsa.
http://www.scribd.com/doc/232432413/Makalah-Hukum-Ketenagakerjaan
Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya
iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.
Kelompok I = Premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan
Kelompok II = Premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan
Kelompok III = Premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan
Kelompok IV = Premi sebesar 1,27% x upah sebulan
Kelompok V = Premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan
b. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja, untuk itu program ini memberikan
pelayanan berupa rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan
persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan khusus dan gawat darurat bagi tenaga kerja dan
keluarganya yang menderita sakit.
Setiap tenaga kerja yang mengikuti program JPK, akan mendapatkan Kartu Pemeliharaan
Kesehatan (KPK) sebagai bukti diri untuk mendapat pelayanan kesehatan.
Cakupan pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah :
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umu atau dokter gigi di Puskesmas, klinik,
balai pengobatan atau dokter praktek.
Pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dokter
kesehatan yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap
Rumah Sakit
Pelayanan Persalinan
Pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga kerja wanita berkeluarga/ istri tenaga
kerja peserta program JPK maksimum sampai persalinan ketiga
Pelayanan Khusus
Pelayanan rehabilitasi atau manfaat yang diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh
Gawat Darurat
Pelayanan yang memberikan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat
membahayakan jiwa
Adapun iuran yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut :
3 % dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja lajang
6% dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja berkeluarga
Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp 1.000.000,-
Premi jaminan hari tua (JHT) yang dibayar pemberi kerja tidak dimasukkan sebagai
penghasilan karyawan (tidak menambah penghasilan bruto karyawan). Pengenaan pajaknya
akan dilakukan pada saat karyawan yang bersangkutan menerima Jaminan Hari Tua dari PT.
Jamsostek.
Premi jaminan hari tua yang dibayar sendiri oleh karyawan merupakan pengurang
penghasilan bruto bagi karyawan dalam perhitungan PPh karyawan tersebut.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah
dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:
Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa
tunggu 1 bulan
Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI
Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan
jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian
dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala.
http://www.gajimu.com/main/tips-karir/kiat-pekerja/program-jaminan-sosial-dari-jamsostek
BAB III
KESIMPULAN