PROPOSAL TESIS
Oleh :
Fathul Hadi
NIM: 20302200020
secara faktual mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, yang diakui atau
daerah di Indonesia1.
besarnya porsi masyarakat kelas menengah dan bawah di Indonesia. Data dari
2019, Dari total sekitar 265 juta penduduk, 40% merupakan masyarakat kelas
kurang lebih 25,67 juta jiwa dikategorikan sebagai penduduk miskin atau
potensi terjadinya sengketa dengan anggota atau para pihak yang terlibat
dalam sebuah akad yang dilakukan oleh Koperasi Syariah. Setiap jenis
1
bidang ekonomi mikro syariah membutuhkan pemecahan dan penyelesaian
secara cepat dengan hasil penyelesaian yang mampu memenuhi rasa keadilan
nasabah, namun tak jarang upaya tersebut mengalami jalan buntu, maka
menempuh jalur peradilan (litigasi) adalah cara terakhir yang tentu akan
lainnya.
litigasi tak jarang membutuhkan waktu yang lama dan tentu biaya yang tak
efektif melalui apa yang disebut small claim court atau lazim disebut gugatan
2
Sederhana serta PERMA No.14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian
jaminan sertifikat tanah atas akad yang disepakati antara Koperasi Syariah
eksekusi.
yang disepakati.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Syariah?
3
3. Bagaimanakah Efektifitas penggunaan model penyelesaian sengketa
C. Tujuan Penelitian
Koperasi Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan
4
untuk dilakukannya pengembangan penelitian selanjutnya pada topic ini
sebagai syarat memperoleh gelar strata dua (S2) pada Program Magister
Koperasi Syariah.
E. Kerangka Konseptual
1. Wanprestasi
disepakati;
5
c. membayar kewajiban dengan jumlah yang sesuai dengan kesepakatan
e. meliputi arfiara lain tidak menunaikan kewajiban baik berupa utang (al-
menjadi hak LKS maupun kerugian akibat dari tidak jadinya akad yang
2. Hak Tanggungan
Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
yang Berkaitan Dengan Tanah, Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas
arti, bahwa jika debitur cidera janji, kreditur pemegang hak tanggungan
2
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No: 129/DSN-
MUI/VII/2019 Tentang Biaya Riil Sebagai Ta’widh Akibat Wanprestasi
3
Undang-undang No. 4 Tahun 1996, Pasal 1 angka 1.
6
berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan
3. Fiat Eksekusi
Pasal 224 H.I.R. dan Pasal 258 R.Bg. adalah ketentuan eksekusi yang
dan grosse acte pengakuan hutang. Kedua grosse acte tersebut memang
murah, tanpa mengikuti aturan dalam hukum acara perdata dan tanpa
Peradilan Agama.
7
4. Koperasi Syariah
syariah tumbuh sangat beragam dengan variasi nama yang tidak seragam,
Usaha Syariah (KSUS) dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 4 dan
F. Kerangka Teoritis
Akad berasal dari bahasa arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut
al-uqud yang berarti ikatan atau ”tali sampul”. Pengertian akad secara
antara beberapa ujung sesuatu. Dalam arti luas, akad dapat dapat diartikan
4
Thalis Noor Cahyadi, Pengawasan dan Perlindungan Hukum atas Dana Masyarakat yang
Disimpan di KSUS BMT ISRA, Tesis Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta
Program Pascasarjana FH UII, 2012, hal.35.
5
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h.
21.
8
sebagai ikatan antara beberapa pihak. Makna linguistik ini lebih dekat
dengan makna istilah fiqh yang bersifat umum, yakni keinginan seseorang
untuk melakukan sesuatu, baik keinginan itu bersifat pribadi seperti talaq,
perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak
syariah yaitu perbuatan hukum yang dilakukan dua pihak atau lebih atas
syariah8.
9
Dengan ungkapan lain, akad merupakan keterkaitan antara keinginan
kedua pihak yang dibenarkan oleh syara dan akan menimbulkan implikasi
hukum tertentu10.
sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu
bahwa, pertama akad merupakan keterkaitan ijab dan kabul yang berakibat
satu pihak dan kabul yang menyatakan kehendak pihak lain. Ketiga tujuan
akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum berupa hak dan
kewajiban.
10
a. Asas kebebasan berakad (al-h}urriyyah) artinya suatu prinsip hukum
yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apa
peraturan syari’ah.
terpeliharanya harta.
d. Asas keadilan (al-’adalah) artinya akad harus adil bagi semua pihak.
g. Asas janji itu mengikat. Hal ini sesuai dengan انLLد كLLوأوفوا بالعهد ان العه
مسئوال14
Ekonomi Syari’ah.
14
QS. Al-Isra (17) : 34
11
h. Asas menepati janji (ama>nah) yaitu setiap akad wajib dilaksanakan
oleh para pihak sesuai dengan kesepakan yang ditetapkan oleh yang
j. Asas tidak berubah (luzum) yaitu setiap akad dilakukan dengan tujuan
yang jelas dan perhitungan yang cermat yaitu sehingga terhindar dari
l. Asas kesetaraan (taswiyah) yaitu para pihak dalam setiap akad memiliki
seimbang.
o. Asas kemudahan (taysir) yaitu setiap akad dilakukan dengan cara saling
12
p. Asas itikad baik yaitu akad dilakukan dalam rangka menegakan
lainnya.
q. Asas sebab yang halal yaitu tidak bertentangan dengan hukum, tidak
syarat yaitu adanya persesuaian antara ijab dan qabul atau dengan kata
dapat diserahkan, objek tertentu atau dapat ditentukan dan objek dapat
ditransaksikan.
a. Akad yang sah adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya.
15
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian, h. 97-98. Hal ini sesuai dengan pasal 1320 KUH
Perdata, yang menjelaskan tentang syarat sahnya perjanjian adalah kecakapan, kata sepakat, objek
perjanjian dan klausa yang halal.
16
Pasal 28 Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum
Ekonomi Syari’ah. Lihat juga, Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2000), h. 238. Menjelaskan berdasarkan keabsahannya akad terbagi menjadi dua yaitu akad sahih
(nafiz dan mauquf) dan akad tidak sahih (batil dan fasid).
13
b. Akad yang fasad adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat-
syaratnya, tetapi terdapat segi atau hal lain yang merusak akad tersebut
c. Akad yang batal adalah akad yang kurang rukun dan atau syarat-
syaratnya.
macam yaitu tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang
dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis. Sedangkan perjanjian lisan
adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan
bersangkutan saja.
pihak.
c. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notariel.
antara dua pihak yang diungkapkan dalam suatu ijab dan qobul untuk
17
Salim H.S, Hukum Kontrak : Teori dan Teknik Penyusunan, Cet. V (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), h. 42-43. Lihat juga, Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di
Indonesia, Buku Kesatu, Cet. IV (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.32-33.
18
Ibid.
14
melakukan maupun tidak melakukan sesuatu, serta menimbulkan hak dan
1. Mudharabah
bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh, yang berasal dari
labanya.20
disepakati oleh para mudjtahidin, begitu juga Imam Malik, Ahmad dan
uang (bukan mata uang perak) adalah tidak sah. Sedangkan Asyhab dan
19
Nurlailiyah Aidatus Sholihah dan Fikry Ramadhan Suhendar, “Konsep Akad Dalam
Lingkup Ekonomi Syariah”, Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 4, No. 12, (Desember 2019), h. 140 pp
137-150.
20
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah (ttp.: Dar al-Fikr, 1984), h.212.
21
Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi, Hukum-hukum Fiqih Bulan Bintang, Jakarta, 1970, h. 426.
15
mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan
hukum tersendiri.22
tersebut.
16
produk-produk pembiayaan modal kerja pada bidang jasa dan
perdagangan
2. Musyarakah
(Imam Hanafi), syirkah berarti akad antara orang Arab yang berserikat
syirkah adalah percampuran hak dari dua (lebih) orang menjadi satu,
a. Syirkah Amlak adalah lebih dari satu orang memiliki suatu jenis
bersangkutan.
24
Ibid.,
25
Ibid.,
26
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah (Jakarta: Alvabet, 2002), h. 20.
27
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 294.
28
Ikhtiari adalah bahwa dua orang dihibahkan/diwariskan sesuatu, kemudian mereka
menerrima, maka barang yang dihibahkan/diwariskan milik mereka berdua. Sedangkan jabari
adalah sesuatu yang berstatus sebagai milik lebih dari satu orang (umum), tanpa adanya usaha dari
mereka dalam proses pemilikan barang tersebut. Misalnya: harta warisan, syirkah berlaku untuk
barang warisan, tanpa ada usaha dari pemilik. Ibid, h. 294.
17
b. Syirkah ‘Uqud adalah bahwa dua orang (lebih) melakukan akad
wujuh.30 Adapun rukun dari dari syirkah adalah ijab dan qabul.31
3. Wadiah
18
meninggalkannya kepada orang yang menerima titipan.32 Wadi’ah
adalah amanat yang ada pada orang yang dititipkan, sehingga dia
pemiliknya.
account).35
4. Jual beli
32
Ibid. h. 235.
33
Ibid.
34
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994), h.179.
35
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, h. 24.
19
1) Murābahah (defered payment sale)
Credit (L/C).
2) Salam
36
Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, h.25.
37
Mustafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan
Hery Noer Aly (Semarang: Toha Putra, 1986), h. 27-28.
20
Secara etimologis, salam berarti salaf (pendahuluan). Sedangkan
3) Istishna’
38
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 171.
39
Ibid., h.172.
40
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah , h.27.
21
akan diperjualbelikan harus terlebih dahulu ditentukan kriterianya
5. Jasa-Jasa
bentuk yang kedua digunakan untuk para staf ahli atau para
41
Ibid., h 28.
42
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 198.
43
Ibid, h. 198.
44
Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, h. 29-
30.
22
pekerja usaha-usaha tertentu. Secara garis besar, nash-nash al-
dianggap.
modal pinjaman.46
23
yang baik. Sumber dana untuk pemberian pinjaman tunai
c) Waka>lah (Deputyship)
d) Kafalah (Guaranty)
47
Ibid, h. 33-34.
48
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h 226.
49
Ibid, h. 226.
50
Ibid, h. 226.
51
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 283.
24
adalah menggabungkan dua tanggungan dalam
permintaan/hutang.52
e) Sharf
mata uang lainnya. Menjual emas dengan emas atau perak dengan
52
Istilah-istilah dalam kafalah di antaranya kafiil, ashiil, makful lahu dan makful bihi.
Kafiil adalah orang yang berkewajiban melakukan makful bihi (penanggung) dan semua urusan
harta berada di tangannya. Kemudian ashiil adalah orang yang berhutang (yang ditanggung).
Sedangkan makful lahu adalah orang yang menghutangkan dan makful bihi adalah
orang/barang/pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh makful lahu. Ibid.
53
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 283-284.
54
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, h. 369-370.
25
muhal’alaih.55Islam membenarkan hiwālah dan membolehkannya
jika diperlukan.
G. Metode Penelitian
sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan
1. Jenis Penelitian
55
Muhil adalah orang yang berhutang, sedangkan muhal adalah orang yang
mengutangkan, dan muhal’alaih adalah orang yang melakukan pembayaran hutang. Sayyid Sabiq,
Fiqh as-Sunnah, h.217.
56
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Banyubiru
publishing, 2006, h. 46.
26
based, focusing on reading and analysis of the primary and secondary
materials. Jika demikian, maka lebih tepat digunakan istilah kajian ilmu
van de rechtstheorie.57
2. Metode Pendekatan
perundang-undangan lainnya.
57
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Banyumedia
Publishing, 2006), h. 46.
58
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010,
h. 93.
27
a. (The Statue Approach) peraturan perundang-undangan merupakan titik
fokus dari penelitian tersebut dan karena sifat hukum yang mempunyai
hirarkis.
Pendekatan konsep dalam ilmu hukum dapat dijadikan titik tolak atau
28
pendekatan bagi analitis penelitian hukum, karena akan banyak muncul
3. Objek Penelitian
4. Sumber Data
umum bahan hukum yang akan dikumpulkan adalah bahan hukum yang
59
Hadari Nawawi dan Hilmi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1996), h.175.
60
Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 14.
29
seperti, buku, jurnal, essai, karya ilmiah dan bahan hukum dari berbagai
61
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), h. 82.
30
ilmu hukum, jurnal hukum, laporan penelitian hukum, tesis, disertasi
akan penjelasan data dari bahan hukum primer dan sekunder, antara
Indonesia.
Bahan hukum yang dikaji dan yang dianalisis dalam penelitian hukum
a. Pada tahap awal, selain akan dilakukan studi kepustakaan yakni dengan
literatur lain sebagai sumber data sekunder yang berkaitan dengan fokus
31
dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan relatif menyeluruh,
6. Analisa Data
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehinga
dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang tidak menggunakan angka,
66
Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, h. 19.
67
Ronny Hanitijio, Metodologi Penelitian Hukum dan Juri Metri, (Jakarta: Ghalia, 1998), h.
98.
32
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab pokok
ini serta agar penelitian ini tersusun secara terstuktur dan sistematis.
masalah. Agar tujuan dan manfaat penelitian ini tercpai maka harus
menggunakan metode yang sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu normatif
hukum.
menyajikan landasan teori yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti
yaitu mengenai model fiat eksekusi terhadap anggota yang wanprestasi pada
lokasi penelitian data dan teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
33
Pada bab IV, berisikan pemaparan data dan pembahasan data dengan
Temanggung.
I. Jadwal Penelitian
1 Perencanaan &
Pembuatan
Proposal
2 Pelaksanaan
3 Analisa Data
4 Finishing
Daftar Pustaka
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, Jakarta: Rineka Cipta,
1994.
34
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Citra Media, 2006.
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2004.
Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi, Hukum-hukum Fiqih Bulan Bintang, Jakarta, 1970.
Dimyauddin Djuwaeni, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No:
129/DSN-MUI/VII/2019 Tentang Biaya Riil Sebagai Ta’widh Akibat
Wanprestasi
Hadari Nawawi dan Hilmi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1996.
Hasanudin, Bentuk-bentuk Perikatan dalam Ekonomi Syari’ah, Jakarta: Pusdiklat
Mahkamah Agung RI, 2006.
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Banyubiru publishing, 2006.
Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1999.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang,
1974.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Yogyakarta:
UII Press, 2002.
Mustafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar
dan Hery Noer Aly, Semarang: Toha Putra, 1986.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.
Nurlailiyah Aidatus Sholihah dan Fikry Ramadhan Suhendar, “Konsep Akad
Dalam Lingkup Ekonomi Syariah”, Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 4, No. 12,
Desember 2019.
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 02 tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah (KHES)
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Ronny Hanitijio, Metodologi Penelitian Hukum dan Juri Metri, Jakarta: Ghalia,
1998.
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1998.
35
Salim H.S, Hukum Kontrak : Teori dan Teknik Penyusunan, Jakarta: Sinar
Grafika, 2008.
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Buku
Kesatu, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang:
Yayasan, 1990.
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, ttp.: Dar al-Fikr, 1984.
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah : Studi Tentang Teori Akad dalam
Fikih Muamalat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Thalis Noor Cahyadi, Pengawasan dan Perlindungan Hukum atas Dana
Masyarakat yang Disimpan di KSUS BMT ISRA, Tesis Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta Program Pascasarjana FH UII,
2012.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Alvabet, 2002.
36