Anda di halaman 1dari 23

XV

POLRI DAN PRINSIP GOOD


GOVERNANCE
A. Standar Kepolisian yang baik (Good Police
Standard)
Materi sebelumnya telah banyak membahas tentang tugas dan
wewenang POLRI yang dibebankan oleh Undang-Undang.

Jika dipahami secara mendalam tugas-tugas POLRI sangatlah


mulia dan baik, tetapi tugas tersebut akan menjadi sebaliknya
apabila pelaksanaannya tidak mengindahkan norma-norma yang
ada di dalam masyarakat, baik norma hukum, kesopanan, sosial
dan agama.

Fungsi Kepolisian yang menyelenggarakan keamanan dan


ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, harus tertuju
pada tetap menjaga berlakunya dan ditaatinya norma-norma yang
ada di dalam masyarakat, sehingga kehidupan dalam masyarakat
menjadi aman, tentram, tertib, damai dan sejahtera.
 Tugas-tugas Kepolisian akan terselenggara dengan baik
apabila dijalankan oleh kepolisian yang berorientasi pada
pelayanan masyarakat dengan baik, bentuk realisasinya
berkaitan dengan organisasi kepolisian orientasi lembaga
kepolisian sbb :

1. Organisasi kepolisian
Organisasi kepolisian harus ideal, artinya tugas-tugas kepolisian
diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat yang aman
dan tertib, dan bertitik tolak pada demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berpedoman kepada asas-asas
sbb :

a. Legitimasi, artinya dalam menjalankan tugas kepolisian


mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
b. Accountability (Akuntabilitas), artinya tugas dan wewenang
kepolisian dalam keberhasilan maupun kegagalannya
dipertanggungjawabkan kepada rakyat, berdasarkan UU No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
c. Dalam penyelenggaraan tugas kepolisian wajib menjunjung
tinggi hak azasi manusia.
d. Kekuasaan kepolisian sebagai kekuasaan yang mandiri.
e. Menjamin adanya pengawasan dari masyarakat.

2. Orientasi lembaga kepolisian


Orientasi lembaga kepolisian harus berfungsi efektif dan efisien
dalam upaya mencapai tujuan organisasi kepolisian. Oleh
karenanya dalam penegakan hukum harus memperhatikan
asas-asas yang melekat dalam fungsi kepolisian, yaitu :

f. Asas legalitas, adalah segala tindakan kepolisian harus


berdasarkan hukum atau kuasa Undang-Undang.
g. Asas kewajiban, adalah bahwa tugas kepolisian merupakan
kewajibannya yang diemban, sehingga dalam
pelaksanaannya harus dengan penuh keikhlasan, dedikasi,
tanpa adanya pamrih, dan semata-mata untuk kepentingan
tugas.
c. Asas partisipasi, adalah tindakan kepolisian diupayakan
mendapat dukungan dari masyarakat, karena tugas-tugas
kepolisian tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan
d. Asas preventif, adalah tindakan kepolisian yang lebih
nengutamakan pencegahan dari pada penindakan.
e. Asas subsidiaritas, yaitu kepolisian dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya mengadakan bantuan, hubungan, dan
kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam negeri maupun
di luar negeri yang bersifat fungsional.

Di negara manapun di dunia, masyarakatnya ingin memiliki


kepolisian yang baik, artinya penyelenggaraan fungsi kepolisian
harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, sehingga
dibutuhkan syarat kepolisian yang ideal.
Di negara manapun di dunia, masyarakatnya menginginkan
memiliki kepolisian yang baik, artinya di dalam
menyelenggarakan fungsi kepolisian harus sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat, sehingga dibutuhkan syarat kepolisian
yang ideal.
Menurut Atmasasmita (2001:192-193) dalam membentuk
kepolisian yang ideal dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
yang dilayani, ada 5 (lima) rumusan yang telah disepakati dunia
yaitu :

a. Well Motivated, maksudnya untuk mendapatkan mutu polisi


yg baik, seorang calon polisi harus memiliki motivasi yang
baik ketika menjatuhkan pilihannya untuk menjadi polisi. Hal
ini dapat dipantau sejak awal rekruitmennya.

b. Well Educated, artinya untuk mendapatkan calon anggota


Polri yang baik harus dididik untuk menjadi polisi yang baik.
Hal ini menyangkut sistem pendidikan, kurikulum dan
proses belajar mengajar yang cukup rumit dan kompleks.
c. Well Trained, artinya untuk memperoleh polisi yang baik
perlu adanya pelatihan melalui proses manajerial yang
ketat agar pendidikan dan pelatihan sinkron serta mampu
menjawab berbagai tantangan kepolisian aktual dan
tantangan di masa depan.

d. Well Equipment, maksudnya menyangkut peralatan


kepolisian yang meliputi sarana dan prasarana serta
teknologi kepolisian harus terpenuhi.

e. Wellfare, yakni dibutuhkannya kesejahteraan prajurit polisi


yang cukup memadai.

Disamping 5 (lima) rumusan kepolisian ideal yang disepakati


dunia tersebut, menurut Sadjijono, et.al. (2005 : 236-237) perlu
adanya penambahan terutama yang berkaitan dengan
pengorganisasian kepolisian dan pengawasan.
Merujuk pada definisi tersebut, untuk mutu polisi yang ideal
di Indonesia meliputi persyaratan sbb :
a. Motivasi dan moralitas yang baik dari calon anggota Polri,
yang ditelusuri dari sejak rekruitmen hingga dinas di
kepolisian.
b. Dasar pendidikan umum sesuai dengan tuntutan tugas,
sedangkan pendidikan Polri sesuai dengan kurikulum
yang bereorientasi pada tugas utama Polri dan tantangan
tugas dimasa datang.
c. Melakukan pelatihan secara rutin dan berkelanjutan.
d. Memiliki dan mampu menggunakan peralatan yang
memadai sesuai dengan perkembangan teknologi dan
masyarakat.
e. Pemberian kesejahteraan yang cukup berdasarkan
kebutuhan normal dalam masyarakat yang berorientasi
pada golongan kepangkatan dan masa berdinas.
f. Pengorganisasian secara efektif yang berorientasi pada
tugas, wewenang dan struktur ketatanegaraan untuk
mewujudkan Polri yang benar-benar mandiri.
g. Adanya pengawasan yang baik dalam sistem organisasi
kepolisian.
 Baik dan tidaknya Polri sebagai fungsi atau
pelaksana tugas atau lembaga, ditentukan oleh :
a. Sumber daya manusia,
b. Sistem organisasi, dan
c. Sarana prasarana yang seimbang (balance) dan dengan standar
yang baik.

a. Sumber Daya Manusia


1) Setiap anggota Polri harus memiliki moral yang baik (jujur,
benar, adil), dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memahami dan menjiwai doktrin-doktrin Polri.
3) Memiliki dedikasi, tanggung jawab dan kesadaran akan
tugas dan wewenangnya utk kepentingan masyarakat.
4) Memiliki pengetahuan & kemampuan profesional Polri.
5) Bekerja atas dasar kewajiban.
6) Mengindahkan norma-norma dalam masyarakat (agama,
kesopanan, sosial, dan hukum)
7) Bersikap ramah, sopan, tidak otoriter dan kejam.
8) Patuh dan taat terhadap hukum.
9) Bersikap impresial (berlaku adil) dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya.
10)Kesadaran belajar dan berlatih untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya.
11)Menjunjung tinggi dan menjaga budaya dan moral
bangsa serta adat istiadat masyarakat yang ada.

 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


penegakan hukum, al:

1) Faktor Sarana atau Fasilitas


Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak
mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan
lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain
mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau
hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan
hukum akan mencapai tujuannya.
2) Faktor Masyarakat
Warga masyarakat rata-rata mempunyai pengharapan
agar polisi dapat menanggulangi masalah yang dihadapi
tanpa memperhitungkan apakah polisi tersebut baru saja
menamatkan pendidikan kepolisian, atau merupakan
polisi yang sudah berpengalaman.
Pengharapan tersebut tertuju kepada polisi yang
mempunyai pangkat terendah sampai dengan yang
mempunyai pangkat tertinggi, karena orang-orang yang
berhadapan dengan polisi tidak “sempat” memikirkan
taraf pendidikan yang pernah dialami oleh polisi dengan
pangkat terendah atau tertinggi.

3) Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan yg sebenarnya bersatupadu dengan
faktor masyarakat, krn sistem nilai-nilai adalah inti dari
kebudayaan spiritual. Sedangkan hukum sebagai suatu
sistem (atau subsistem dari sistem kemasyarakatan),
mencakup :
a) Struktur, b) Substansi, dan c) Kebudayaan sbb :
a) Struktur mencakup wadah dari sistem, umpamanya
mencakup tatanan lembaga-lembaga hukum formal,
hubungan antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak,
kewajibannya, dst.

b) Substansi/aturan mencakup isi norma-norma hukum


beserta perumusannya maupun acara untuk
menegakkannya yang berlaku bagi pelaksana hukum
maupun pencari keadilan.

c) Kebudayaan (sistem) hukum mencakup nilai-nilai


yang mendasari hukum yang berlaku, merupakan
konsep abstrak mengenai apa yang dianggap baik
sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk
sehingga dihindari.
4) Faktor penegak hukum
Secara berurut peranan yang ideal dan peranan yang
diharuskan dari kalangan penegak hukum adalah sbb :

a) UU No. 13 Thn 1961 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Kepolisian Negara :

 Peranan yang ideal :


Pasal 1 (2) : “Kepolisian Negara dalam menjalankan
tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak asasi
rakyat dan hukum negara”.

 Peranan yang seharusnya :


Pasal 1 (1) : “Kepolisian Negara Republik Indonesia,
selanjutnya disebut Kepolisian Negara, ialah alat
negara penegak hukum yang terutama bertugas
memelihara keamanan di dalam negeri”.
 Pasal 2 : Dalam melaksanakan ketentuan pasal 1 maka
Kepolisian Negara mempunyai tugas :

(1) a. Memelihara ketertiban dan menjamin


keamanan umum;
b. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-
penyakit masyarakat;
c. Memelihara keselamatan negara terhadap gangguan
dari dalam;
d. Memelihara keselamatan orang, benda dan
masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan
pertolongan; dan
e. Mengusahakan ketaatan warga negara dan
masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara.
(2) Dalam bidang peradilan mengadakan penyidikan atas
kejahatan dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan
dalam UU HAP dan lain-lain peraturan negara;
(3) Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat
membahayakan masyarakat dan negara;
(4) Melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan
kepadanya oleh suatu peraturan negara”.
Kendala yang dihadapi oleh Polri saat ini adalah
keterbatasan personel, armada, dan juga jangkauan wilayah.
Salah satu contohnya, Polsek yang berada di pedesaan,
dalam Polsek tersebut hanya memiliki 12 personel,
sementara jangkauan terjauh dari Kantor Polsek, seperti ke
ujung wilayah, memerlukan waktu sekitar satu jam,
sehingga mengakibatkan kurangnya optimalisasi dalam
proses penyelidikan maupun penyidikan yang dilakukan
oleh petugas Polri.
b. Sistem Organisasi
1) Organisasi dengan struktur yang efektif dan efisien
(miskin struktur kaya fungsi)
2) Memperbesar dan mengefektifkan sistem pengawasan.
3) Memperluas peluang belajar dan berlatih bagi anggota.
4) Efektifitas pemberian reward dan punishment.
5) Pembagian bidang tugas dan wewenang yang jelas.
6) Efektifitas kerjasama antar bidang.
7) Pertanggungjawaban tugas dan wewenang secara
berjenjang.
8) Kesejahteraan personil yang layak dan memadai.

c. Sarana dan Prasarana


9) Jumlah dan efektifitas memadai.
10) Disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan
teknologi.
11) Dapat difungsikan sesuai kebutuhan.
12) Pemeliharaan dan perawatan yang cukup.
 Kepolisian yang baik harus mampu menunjukkan
gaya penampilan dalam penjabaran tugas dan
wewenangnya, dalam bidang penegakan hukum,
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban,
serta bidang pengayoman.

a. Bidang Penegakan Hukum


Dalam penegakan hukum, Polri melakukan penyelidikan
dan penyidikan perkara pidana dengan :

1) Berpegang pada etika profesi kepolisian (Kode Etik Profesi


Polri);
2) Bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan
norma-norma yang lain yakni norma agama, kesopanan,
dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3) Berpedoman pada azas legalitas, artinya sahnya tindakan
Polri harus memenuhi syarat yaitu :
a) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b) Tindakan dilakukan untuk memelihara ketertiban,
ketentraman dan keamanan umum.
c) Tindakan dilakukan utk melindungi hak-hak seseorang.
d) Bersikap adil, tidak memihak, jujur, dan objektif, serta
memiliki kemampuan legal reasioning (Penalaran hukum
sebagai kegiatan berpikir problematis tersistematis) yang
tinggi.
e) Harus berpegang pada asas-asas umum pemerintahan
yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur).

b. Bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban


Polri harus bertindak secara proaktif, berpegang pada asas
preventif dan asas kewajiban umum, yakni memelihara
keamanan dan ketertiban, mengembangkan asas partisipasi, dan
mampu menilai asas kepentingan umum (principle of public
service) secara objektif, serta mampu mentransformasikan dari
Polri tradisional menjadi Polri yang modern.
c. Bidang pengayoman
Perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat
menumbuhkan partisipasi masyarakat bahwa Polri berasal dari
rakyat untuk rakyat, dan dalam tindakannya bersikap jujur, adil,
serta mengutamakan kesamaam hak dalam mendapatkan
pengayoman, perlindungan dan pelayanan yang tidak
diskriminasi. Bertindak bijak (sapiently), terbuka (transparan)
dengan pendekatan persuasif tidak terkesan angkuh dan arogan
sebagai birokrat.
3. Mampu mengembangkan diri sebagai Polri modern
Dalam kedudukannya lembaga Polri harus berorientasi pada
penataan administrasi Polri yang modern serta dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya harus profesional & proporsional, artinya
dilaksanakan secara hati-hati, cermat, teliti, sesuai dengan
keahliannya, dan tidak mencampuradukkan kewenangannya sebagai
anggota Polri.

4. Memiliki organisaasi yang utuh


Polri adalah kesatuan yang utuh sebagai Kepolisian Nasional
yang secara organisatoris disusun secara berjenjang dari tingkat
pusat (MABES) sampai ke tingkat Daerah (POLDA) dan Resort
(POLRES) sampai dengan tingkat Sektor (POLSEK).
Semuanya menjalankan fungsi administrasi Polri yang harus
berpegang pada asas kesamaan dalam mengambil keputusan.
Tanggung jawab keputusan administrasi menjadi tanggung
jawab pada kesatuan yg mengeluarkan dan berjenjang secara
bottom up (dari bawah ke atas).
B. Usaha Mencapai Polri yang baik (Good
Police Effort)

Polri akan menjadi baik apabila ada usaha untuk menjadi baik.
Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan Polri
yang baik (Good Police Effort) dapat disistematisasi ke dalam
enam kelompok al :
1. Pembentukan Instrumen Hukum;
2. Dokrin-doktrin Polri;
3. Kesejahteraan Personil Polri;
4. Pembangunan dan Pembinaan kekuatan;
5. Reformasi Polri; dan
6. Seminar-seminar untuk meningkatkan sumber daya manusia
anggota Polri.

Pengertian Polri yang baik mengandung makna bahwa dalam


penyelenggaraan tugasnya harus berorientasi pada masyarakat
yang dilayani, profesional, bersih, simpatik, jujur, adil (tidak
diskriminatif), dan berorientasi pada adat istiadat daerah setempat,
serta berwibawa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai