Anda di halaman 1dari 15

PERAN NYATA POLRI DALAM MENDUKUNG

PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN DIMASA PANDEMI


COVID-19 GUNA MEWUJUDKAN SITUASI KAMBTIMAS
YANG KONDUSIF DI WILAYAH HUKUM POLRES
TAPANULI TENGAH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini Negara-negara di belahan dunia termasuk Indonesia tengah dihadapkan pada
situasi yang sulit karena penyebaran pandemik virus corona (Covid-19). Infeksi Virus Corona
atau COVID-19 disebabkan oleh Corona Virus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi
sistem pernapasan, pada sebagian besar kasus corona virus hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti Pneumonia, MiddleEast Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kemenkes RI Maret 2020).
Setelah Corona Virus masuk di Indonesia pada diawal maret tahun 2020 yang lalu,
maka tanggal 31 Maret 2020 pemerintah (Presiden) mengumumkan status darurat kesehatan,
kemudian pada tanggal 13 April 2020 ditetapkan kembali status penyebaran Covid-19
sebagai bencana nasional. Berbagai langkah dan tindakan telah dilakukan pemerintah mulai
dari penerapan Social distancing, physical distancing sampai dengan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB). Kesemuanya ditempu oleh pemerintah dengan satu tujuan untuk
menekan angka penyebaran dan menghilangkan virus dari Indonesia. Sebagai wujud legalitas
bertindak dalam penanganan wabah pandemi, lahirlah Perpu No 1 Tahun 2020, sebelum
keluarnya Perpu No 1 Tahun 2020 yang spesifik mengatur subtansi keuangan penanganan
pandemi, Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
(SPRIPIM POLRI:2020) telah memberikan legalitas bagi pemerintah dalam mengambil
langkah yang tepat ditengah penyebaran virus corona demi kemaslahatan masyarakat
Indonesia.
Salah satu daerah yang juga mengalami penyebaran Pandemic Covid-19 adalah
Kabupaten Tapanuli Tengah. Kabupaten Tapanuli Tengah adalah salah satu kabupaten yang
ditetapkan sebagai zona merah di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan wilayah hukum
Polres Tapanuli Tengah tempat penulis bertugas. Data dari Gugus Tugas Covid -19
Kabupaten Tapanuli Tengah menunjukkan bahwa jumlah Orang yang terkonfirmasi Positif
Infeksi Virus Corona atau COVID-19 dari April Hingga Januari 2020 sudah mencapai 357
orang, yang terdiri dari 22 orang sedang dirawat (isolasi), 315 orang Sembuh dan 20 orang
dinyatakan meninggal dunia.
Penulis merupakan Petugas Polri yang bertugas di wilayah hukum Tapanuli Tengah
memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memutus mata rantai penularan Virus Corona
atau COVID-19 salah satunya melalui penegakan disiplin protocol kesehatan. Selama ini
penulis melihat banyaknya masyarakat yang belum peduli terhadap protokol kesehatan dan
belum memahami adaptasi kebiasaan baru (new normal) melalui pola 5M yakni memakai
masker ,mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi dan
interaksi. Hal itu dapat dijumpai hampir disetiap tempat di kawasan hukum tapanuli tengah
secara umum, dan di wilayah Polsek Pandan secara khusus. Disamping daerah Pandan
sebagai ibu kota tapanuli tengah, daerah ini juga merupakan wilayah tempat wisata yang
mengakibatkan banyaknya mobilisasi masyarakat baik warga sekitar maupun pengunjung,
kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penularan covid-19, bahkan kurangnya
edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan penularan covid-19 dan penerapan adaptasi
kebiasaan baru yang mengakibatkan kecamatan pandan menjadi daerah terbanyak masyarakat
yang terpapar positif covid-19.
Untuk mempercepat pemutusan rantai penularan Virus Corona atau COVID-19,
Pemerintah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Corona Virus melalui
Keputusan Presiden Republik Indonesia No 7 Tahun 2020 dan selanjutnya Surat Edaran
Kepala BNPB Nomor : Se-1/BNPB/03/2020 Tentang Pembentukan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) Tingkat Provinsi Dan Kabupaten/Kota
dan salah satu stake holder dalam Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 ini
adalah Polri. Pemerintah juga memperkuat kewajiban physical distancing melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
Peraturan Kementerian Kesehatan (Permenkes) No. 9 Tahun 2020. Aturan ini harus dipatuhi
dan untuk memastikan kepatuhan tersebut, Polri menjadi garda terdepan. Dalam konteks
inilah, selain tenaga medis, Polri dapat disebut sebagai garda terdepan dalam upaya
pencegahan penyebaran COVID-19. Disinilah letak persoalannya. Peran Polri yang demikian
krusial dan signifikan untuk mencegah penyebaran COVID-19 tentu menjadi tugas
“tambahan” yang tidak pernah diduga sebelumnya. Polri, pada satu sisi memiliki tugas-tugas
rutin sebagai aparat penegak hukum dan penjaga ketertiban umum, sementara di sisi lain
menjadi pihak yang diandalkan untuk menegakkan aturan Protokol Kesehatan. Pada saat
yang sama, seluruh personel Polri di lapangan juga harus meningkatkan kewaspadaan bagi
dirinya masing-masing karena kemungkinan tertular virus ini juga besar.
Berdasarkan masalah di atas, penulis mengangkat judul : “Peran Nyata Polri Dalam
Mendukung Penerapan Protokol Kesehatan Dimasa Pandemi Covid-19 Guna Mewujudkan
Situasi KambtimasYang Kondusif Di Wilayah Hukum Polres Tapanuli Tengah” sebagai
Naskah Karya Perorangan (NKP) Penulis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang Masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagaimanakah Kondisi Penyebaran COVID-19 di wilayah Hukum Polres Tapanuli
Tengah?
2. Langkah Konkrit apa yang Sudah dilakukan Polri dalam menegakkan aturan Protokol
Kesehatan di wilayah Hukum Polres Tapanuli Tengah?
3. Sasaran apa yang akan dicapai dari penegakkan aturan Protokol Kesehatan tersebut
ditinjau dari aspek Kambtimas di Wilayah Hukum Polres Tapanuli Tengah?
1.3. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, penullis menyusunn tujuan penelitiaan yakni:
1. Untuk mengetahui gambaran penyebaran COVID-19 di wilayah Hukum Polres
Tapanuli Tengah
2. Untuk mengetahui langkah konkrit yang Sudah dilakukan Polri dalam menegakkan
aturan Protokol Kesehatan di wilayah Hukum Polres Tapanuli Tengah
3. Untuk mengetahui Sasaran yang akan dicapai dari penegakkan aturan Protokol
Kesehatan tersebut ditinjau dari aspek Kambtimas di Wilayah Hukum Polres Tapanuli
Tengah
1.4. Manfaat Penulisan
Yang menjadi manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai bagian dari salah satu penilaian dalam mengikuti seleksi perwira Polri yang
saat ini diikuti penulis
2. Sebagai motivasi buat penulis dalam melaksanakan tugas dan kewajiban penulis
sebagai Petugas Polri di Polres Tapanuli Tengah
3. Menambah pemahaman penulis dalam menyusun penulisan karya ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Kondisi Penyebaran COVID-19 di wilayah Hukum Polres Tapanuli Tengah


Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
memiliki luas 2.194,98 Km2 (219.498 Ha), yang terletak pada koordinat 1°11’00” - 2°22’0”
lintang utara, serta 98°07’ - 98°12’ BT Bujur Timur. Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari
20 kecamatan dengan jumlah penduduk mencapai 376.667 jiwa dimana jumlah penduduk
laki-laki mencapai 189.007 jiwa dan jumlah penduduk perempuan mencapai 187.660 jiwa .
Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 2.194,98 Km2 atau sekitar 3,03% dari luas
Provinsi Sumatera Utara (72.516,69 Km2) (Statistik Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah
2020:15).
Pasien Positif Covid-19 pertama sekali di tapanuli tengah terkomfirmasi pada tanggal
09 Juli 2020 dan hingga sampai saat ini, rekapitulasi jumlah masyarakat yang terkomfirmasi
positif terinfeksi Virus Corona mencapai 357 Orang dengan rincian sebagai berikut:

Sembu
No Kecamatan Komfirmasi Meninggal
h
1 Sarudik 45 40 3
2 Tapian Nauli 24 19 1
3 Tukka 21 19 2
4 Manduamas 7 3 1
5 Kolang 10 9 1
6 Pandan 147 139 1
7 Sibabangun 3 2 1
8 Sosorgadong 3 2 0
9 Sirandorung 3 2 1
10 Badiri 21 18 1
11 Pasaribu Tobing 3 2 1
12 Sorkam 11 8 1
13 Pinangsori 38 36 2
14 Andam Dewi 3 2 1
15 Lumut 2 2 0
16 Sukabangun 0 0 0
17 Sitahuis 0 0 0
18 Barus Utara 2 1 0
19 Barus 7 4 1
20 Sorkam Barat 7 7 0
Tabel.2.1 Rekapitulasi jumlah terkomfirmasi positif Covid-19
(Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Tapanuli Tengah)
Dari data di atas secara khusus kecamatan pandan merupakan daerah yang paling
banyak terkomfirmasi positif covid-19.

1.2. Langkah Konkrit Polri Dalam Penegakkan Aturan Protokol Kesehatan di


wilayah Hukum Polres Tapanuli Tengah
Dimasa Pandemi Covid-19 ini, respon Polri dituntut sebagai aparat penegak hukum
dalam memainkan perannya berupa:
a. Pengendalian penyakit
b. Pemberian edukasi kepada masyarakat
c. Penindakan tindak kejahatan yang melihat wabah sebagai kesempatan untuk
melakukan berbagai tindak kejahatan
Dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI,
disebutkan bahwa tugas pokok Polri, adalah memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam masa pandemi Covid-19,
tugas pokok Polri tersebut dipertegas lagi dengan dikeluarkannya beberapa Telegram dari
Kapolri diantaranya sebagai berikut:
1. Surat Telegram Nomor ST/1098/IV/HUK.7.1/2020 tentang penanganan kejahatan
potensial selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang didalamnya mengatur
mengenai pedoman kepada personel kepolisian dalam melakukan tindakan hukum.
2. Surat Telegram Nomor: ST/1099/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur tentang
penanganan kejahatan dalam tugas ketersediaan bahan pokok dan distribusi.
3. Surat Telegram Nomor: ST/1100/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur mengenai
penanganan kejahatan di ruang siber.
4. Surat Telegram Nomor ST/1101/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur mengenai
penanganan kejahatan potensial dalam masa penerapan PSBB.
5. Surat Telegram Nomor ST/1102/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur mengenai
penanganan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang baru tiba dari negara terjangkit Covid-
19.
Dari beberapa telegram yang dikeluarkan oleh Kapolri tersebut, penulis mengambil ada dua
hal penting yang menjadi peran polri di masa pandemi Covid-19. Yakni :
1) Dalam kaitannya dengan penyebaran penyakit, Polri memiliki peran kunci dalam
penerapan protokol kesehatan. Hal ini menjadi tantangan bagi Polri untuk memastikan
protokol kesehatan dapat diterapkan di masyarakat.
2) Dalam kaitannya dengan penegakan hukum, Polri memiliki peran kunci dalam
mencegah dan menindak tindak kejahatan tertentu yang timbul pada masa pandemic
Dari uraian di atas, penulis menyusun peta konsep sebagai langkah awal dalam merumuskan
tindakan yang tepat untuk dilakukan, ditengah tengah masyarakat yang semakin terimbas
baik dari sisi kondisi kehidupan sosial dan ekonomi hingga gangguan psikologis yang akan
berpengaruh pula pada tren terjadinya peningkatan kejahatan yang dilakukan oleh
masyarakat. Bagan peta konsepnya dapat diuraikan sebagai berikut:

Langkah Konkrit Polri Dalam


Penegakkan Aturan Protokol
Kesehatan

Pengendalian Penyebaran Pencegahan Dan Penindakan Tindak


Covid-19 Kejahatan akibat Pandemi Covid-19

Pendekatan Pendekatan IT Mengedepankan Berpedoman pada regulasi


Persuasif Asas Preventif dari UU No.2 Tahun 2002
Edukatif pada represif dan Maklumat Kapolri
No. Mak/2/III/2020

Terwujudnya Kamtibmas Yang


Kondusif
a. Pengendalian Penyebaran Covid-19

Maklumat Kapolri No. Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan Kebijakan Pemerintah dalam


Penanganan Virus Corona. Ringkasnya, isi maklumat Kapolri adalah Polri akan menindak
masyarakat yang masih berkerumun, menimbun kebutuhan bahan pokok maupun kebutuhan
masyarakat lainnya secara berlebihan dan menyebarkan berita hoaks. Mengacu pada Surat
Telegram tersebut Polri melakukan identifikasi dan memetakan kemungkinan terjadinya
berbagai konflik yang membutuhkan preventif di masa wabah Covid-19. Dari petunjuk
tersebut, maka langkah yang perlu dilakukan sebelum melakukan operasi penegakan aturan
protocol kesehatan adalah:

1. Melakukan kerja sama dengan seluruh stake holder dalam penanganan Covid-19 seperti
TNI,Pemda,Muspida dan terutama pada Gugus tugas Covid-19
2. Pemetaan zona atau titik rawan kriminal
3. Pemetaan zona atau titik daerah dari sisi mobilisasi masyarakat seperti tempat
ibadah,perkantoran,pasar tradisional dan tempat wisata
4. Penentuan tindakan pembinaan serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat
dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan
bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

Masih rendahnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dan


pembatasan pergerakan masyarakat selama masa pandemi membutuhkan kiprah Polri sebagai
instrumen pendukung untuk mencegah penyebaran penyakit. Tidak dipungkiri dengan
semakin meningkatnya wabah pandemi Covid-19 ini, telah berimbas kepada kondisi
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat, bahkan telah meluluhlantakan seluruh
persendian kehidupan masyarakt, mulai dari aktifitas masyarakat sampai ekonomi dan juga
gangguan psikologi. Maka dalam hal ini langkah konkrit yang diambil dalam penegakan
aturan protocol kesehatan lebih mengedepankan tindakan humanis melalui:
1. Pendekatan Persasif Edukatif
Peran Polri dalam mengedukasi masyarakat dapat dijalankan perannya oleh
Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) yang ada
di setiap desa dan kelurahan. Oleh karenanya, membangun komunikasi sosial yang efektif
penting untuk dilakukan. Bhabinkamtibmas dapat bekerjasama dengan RT/RW, Kepala Desa
dan para tokoh masyarakat dapat melakukan komunikasi sosial untuk membangun
kedisiplinan kolektif. Melalui upaya persuasif dan komunikasi secara langsung dapat menjadi
strategi komunikasi yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat. Standar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan harus terstruktur dan terarah dan
menjalin kerja sama dengan instansi dan masyarakat dalam hal:
1. Tempat pelaksaanaannya yang relevan untuk diedukasi yakni
 Sekolah
 Pasar
 Perkantoran
 Tempat Wisata
2. Hal Yang diedukasi meliputi:
 Regulasi tentang masyarakat yang masih berkerumun, menimbun kebutuhan
bahan pokok maupun kebutuhan masyarakat lainnya secara berlebihan dan
menyebarkan berita hoaks
 Perepan 5M (Memakai Masker,Mencuci Tangan,Menjaga Jarak, Menjauhi
Kerumunan dan Membatasi Mobilisasi
 Pemahaman tentang pentingnya vaksinasi
3. Langkah Pelaksanaannya dilakukan dengan :
 Gelar Operasi sidak Protokol Kesehatan
 Himbauan keliling
 Patroli rutin
 Poster
4. Tetap Melakukan Evaluasi Terukur dan Tindak lanjut

2. Pendekatan IT
Pada saat ini kesiapan Polri di era disrupsi sangat diharapkan. Perubahan yang terjadi
begitu cepat dimana tatanan kehidupan masyarakat telah beralih dari aktivitas yang awalnya
dilakukan di dunia nyata beralih ke dunia maya. Semua sektor kehidupan masyarakat seperti
sektor ekonomi dan keuangan, pendidikan, sosial, politik dan pemerintahan bahkan
pertahanan dan keamanan juga berada di era disrupsi. Seiring dengan kondisi tersebut, pola
kriminalitas dan model kejahatan juga ikut berubah.
Beberapa tindakan yang berhubungan dengan IT antaralain :
 Maraknya pencurian data pribadi,
 Cyber terorism, hacking, carding, defacing, cybersquatting, malware
 Masifnya penyebaran berita hoaks dan berbagai model kejahatan lainnya di dunia
maya adalah implikasi destruktif dari era disrupsi.
Tantangan Polri di masa datang juga semakin kompleks seiring dengan hadirnya artificial
intelligence, teknologi internet of things (IoT) dan teknologi big data. untuk itu menurut
penulis, Polri harus menjadi basis deteksi dini. Berbagai inovasi yang harus dilakukan
dibidang IT dalam penanganan Covid-19 antara lain :
1. Memiliki inovasi berupa Electronic Polres Tapteng (e-PTT). Aplikasi berbasis
teknologi tersebut memiliki berbagai fungsi, salah satunya tombol darurat atau panic
button yang dapat digunakan jika ada informasi masyarakat yang memiliki gejala
Covid-19.
2. Mendirikan Kampung Tangguh Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di setiap
kecamatan.Kampung Tangguh adalah konsep Problem Oriented Policy (POP),
sebagai basis deteksi dan intervensi dalam rangka menggerakkan relawan dan semua
potensi yang ada di kampung sebagai wilayah terdepan
3. Polsek juga berperan dalam contact tracing pasien dan melacak sebaran Covid-19
Dari tindakan di atas Polri dapat berperan sebagai basis deteksi dini dalam
penanganan Covid-19. Tentunya, melalui kerjasama dengan Gugus Tugas Penanganan Covid
yang ada di daerah, BNPB dan Dinas sehingga penanganan virus Covid-19 dapat dilakukan
secara tepat dan efektif.

b. Pencegahan Dan Penindakan Tindak Kejahatan akibat Pandemi Covid-19


Polri Saat ini sudah berbenah dan semakin kuat dalam pencapaiannya seperti yang
disampaikan oleh Satjipto Raharjo. Bahwa Polri merupakan alat negara yang bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan
memberikan perlindungan kepada masyarakat.

1. Mengedepankan Asas Preventif dari pada represif


Pada dasarnya tugas pokok polisi adalah “ menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat“. Dan menurut C.H. Niewhuis ( M. Faal 1991 : 42 ) untuk melaksanakan tugas
pokok itu polisi memiliki 2 (dua) fungsi utama yaitu :
1. Fungsi Preventif untuk pencegahan, yang berarti bahwa Polisi itu berkewajiban
melindungi negara beserta lembagalembaganya, ketertiban dan ketatanan umum, orang-
orang dan harta bendanya, dengan jalan mencegah dilakukannya perbuatan-perbuatan
yang dapat dihukum dan perbuatanperbuatan lainnya yang pada hakikatnya dapat
mengancam dan membahayakan ketertiban dan ketenteraman.
2. Fungsi represif atau pengendalian, yang berartibahwa Polisi itu berkewajiban menyidik
perkara-perkara tindak pidana, menangkap pelaku-pelakunya dan menyerahkannya
kepada penyidikan untuk penghukuman.
Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi melambat, PHK massal dan banyak pelaku usaha
yang gulung tikar. Sulitnya ekonomi memicu masalah sosial dan tindakan kriminalitas.
Akibatnya, tren angka kriminalitas juga naik. Polri memiliki peran kunci dalam mencegah
dan menindak tindak kejahatan yang timbul akibat pandemic.
Upaya penanggulangan yang cukup komprehensif yang dilaksanakan POLRI (polisi
Republik Indonesia) sebagai pelaksana hukum, yakni terdiri dari:
1) Preemtif:
a) Dari fungsi Bimas (Bimbingan dan Penyuluhan Masyarakat), Sabara, maupun polsek-
polsek berkaitan dengan penangan Covid-19
b) Program mengabdi dan melayani yaitu dengan safari KAMTIBMAS (Keamanan
Ketertiban Masyarakat) kepada tokoh masyarakat maupun perangkat desa
c) Pembinaan masyarakat melalui Polmas (mengaktifkan Polmas);
d) Polri bertugas menyalurkan sembako ke masyarakat
e) Menggandeng media massa agar menyampaikan informasi update tentang
penanganan Covid-19
2) Preventif:
a) Strong point di daerah rawan baik dari Polres maupun Polsek;
b) Melaksanakan operasi rutin;
c) Pendekatan dan Penyebaran Informan;
d) Pendekatan terhadap residivis.
3) Represif:
a) Menangkap pelaku dan memprosesnya sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku;
b) Pembinaan secara langsung saat penyidikan secara personal terhadap pelaku;
c) Sikap tegas terhadap pelaku, yakni jika meresahkan masyarakat dan melawan petugas
dilakukan penanganan sesuai dengan SOP
1.
2. Berpedoman pada regulasi UU No.2 Tahun 2002 dan Maklumat Kapolri No.
Mak/2/III/2020

Dalam kondisi pandemi saat ini, Polri memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat; melakukan fungsi penegakan hukum; dan memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu dinyatakan secara tegas dalam Pasal
13 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kapolri juga mengeluarkan Maklumat Kapolri No. Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan
Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Virus Corona. intinya, isi maklumat Kapolri adalah
Polri akan menindak masyarakat yang masih berkerumun, menimbun kebutuhan bahan pokok
maupun kebutuhan masyarakat lainnya secara berlebihan dan menyebarkan berita hoaks.
Selain itu, Polri juga akan melakukan penindakan terhadap berbagai tindakan kriminalitas
yang disebabkan karena pandemi seperti pencurian, perampokan, penjarahan dan tindakan
kriminalitas dengan motif ekonomi nnya. Langkah tersebut wujud dukungan Polri kepada
Pemerintah terkait penanganan Covid-19 dan memutus mata rantai pandemi corona di
Indonesia melalui penegakan hukum kepada masyarakat.
Penulis yang merupakan Aparat Penegak Hukum (APH) membuat strategi enanggulangan
tindak kriminal pada masa pandemi COVID-19 Sebagai langkah preventif berupa:
 Polisi bertugas memetakan wilayah yang rawan penyebaran virus corona sebagai
langkah preventif,
 Polisi melakukan patroli di wilayah yang rawan penyebaran virus tersebut
 Melakukan pengawasan seperti mengukur suhu tubuh
 Menyemprot tempat publik dengan cairan disinfektan
 Menindak pelaku tindak kejahatan, misalnya penimbun bahan pokok,
 Menyiapkan ruang isolasi untuk pasien terjangkit virus corona
 Menyiapkan sarana dan petugas kesehatan, hingga memberi pendampingan terhadap
keluarga pasien terduga (suspect) virus corona (Devina, 2020).
1.3. Sasaran Yang Akan Dicapai dari Penegakkan Aturan Protokol Kesehatan
Di masa pandemi saat ini, Polri selalu berusaha memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat. Sesuai asas Salus Populi Suprema Lex Esto (keselamatan rakyat merupakan
hukum tertinggi) yang senantiasa menjadi prinsip Polri dalam menjalankan tugasnya.
Kompleksitas tugas-tugas kepolisian tersebut perlu dicermati oleh Polri dalam rangka
menentukan prioritas tindakan penegakan hukum yang dilakukan. Dalam studi Stone,
terdapat lima kategori utama yang dapat menjadi pilihan prioritas pada masa pandemi: (1)
menegakkan penerapan karantina secara tegas; (2) melindungi tenaga medis; (3) menindak
penimbunan peralatan medis dan penjualan obat palsu; (4) mengawasi potensi hoaks yang
dapat memicu konflik sosial; dan (5) menangkap pelaku kriminal yang melakukan kejahatan
jalanan. Diharapkan dengan berbagai upaya yang terukur dan adanya koordinasi dengan
seluruh stake holder mulai dari TNI,Pemda, Gugus Tugas Covid-19 dan terlebih dengan
masyarakat, Penulis memiliki sasaran yg menjadi target dari seluruh rangkaian pelaksanaan
tugas tersebut yakni:
1. Dengan pengawasan protocol kesehatan yang ketat melalui langkah pendekatan yang
sudah dijelaskan, diharapkan dapat menekan jumlah masyarakat yang terkofirmasi
positif covid-19
2. Langkah preventif dan penindakan yang terukur dari setiap planing dan pelaksanaan
operasi pengendalian penyebaran covid-19 ini diharpkan dapat menekan angka
kejahatan selama pandemic ini
3. Polisi sebagai bagian dari garda terdepan bersama tenaga medis memastikan proses
vaksinasi sebagai upaya memutus rantai penularan covid-19 dapat berjalan sesuai
rencana dari pemerintah.
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan beberapa hal yakni:
1. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Polri dan Maklumat Kapolri No. Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan Kebijakan
Pemerintah dalam Penanganan Virus Corona, maka penulis yang merupakan petugas
Polri di wilayah hukum tapanuli tengah menjadi bagian dari yang berada di garda
terdepan, terutama dalam hal penanganan, pengamanan dan juga edukasi tentang
adaptasi kebiasaanbaru, penerapan pola 5M dan mendukung upaya vaksinasi yang
bertujuan menekan jumlah penularan covid-19 menenangkan, melindungi dan juga
memberi kenyamanan kepada masyarakat di wilayah hukum Tapanuli Tengah.
2. Tugas penulis selaku kepolisian tersebut terus bertambah seiring dengan adanya masa
Covid-19. Polri yang biasanya memberikan pengamanan dan ketertiban, dengan
adanya pandemi Covid-19 ini, Polri bertugas menyalurkan sembako ke masyarakat
yang kurang mampu, melaksanakan pemulasaran sampai dengan menguburkan
jenazahnya. Bahkan dalam beberapa kasus, di berbagai daerah terjadi aksi penolakan
penguburan jenazah yang dilakukan dengan protokol Covid-19, Pembinaan
masyarakat, serta tugas-tugas yang dilakukan diluar kebiasaan Polri, namun harus
tetap dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Budhi Suria Wardhana .2020. Kompleksitas Tugas Kepolisian pada Masa Pandemi Covid-19
Jurnal Ilmu Kepolisian.
M. Faal, 1991, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Kepolisian (Diskresi Kepolisian), PT.
Pradnya Paramita, Jakarta
Spripim Polri. 2020. Kumpulan Intisari Peraturan Dan Pedoman Tentang Penanganan Covid-
19
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/REFLEKSI%2074%20TAHUN
%20POLRI.pdf (Diakses Tanggal 3 Pebruari 2021)
Peraturan Perundang-undangan
1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri
2) Surat Telegram Nomor ST/1098/IV/HUK.7.1/2020 tentang penanganan kejahatan
potensial selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang didalamnya mengatur
mengenai pedoman kepada personel kepolisian dalam melakukan tindakan hukum.
3) Surat Telegram Nomor: ST/1099/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur tentang penanganan
kejahatan dalam tugas ketersediaan bahan pokok dan distribusi.
4) Surat Telegram Nomor: ST/1100/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur mengenai
penanganan kejahatan di ruang siber.
5) Surat Telegram Nomor ST/1101/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur mengenai penanganan
kejahatan potensial dalam masa penerapan PSBB.
6) Surat Telegram Nomor ST/1102/IV/HUK.7.1/2020 yang mengatur mengenai penanganan
tenaga kerja Indonesia (TKI) yang baru tiba dari negara terjangkit Covid-19.
7) Maklumat Kapolri No. Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan Kebijakan Pemerintah dalam
Penanganan Virus Corona

Anda mungkin juga menyukai