Anda di halaman 1dari 3

Buku I KUHP Baru (UU No.

1 Tahun 2023)
sebagai Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia
Oleh
Surastini Fitriasih
Fakultas Hukum – Universitas Indonesia

KUHP sebagai hukum pidana di Indonesia, dalam Buku Kesatu-nya memuat sejumlah asas, prinsip
yang menjadi pegangan atau acuan untuk penerapan hukum pidana positif dan selama ini juga telah
digunakan dalam praktik penegakan hukum pidana di Indonesia. Artinya ketentuan Buku I KUHP bukan
hanya digunakan ketika penegak hukum menangani tindak pidana yang diatur dalam KUHP, melainkan
juga untuk tindak pidana lain di luar KUHP, sepanjang UU di luar KUHP itu tidak mengecualikan
ketentuan tentang asas yang ada dalam BUku I KUHP. Tak berlebihan kiranya bila selalu dikatakan
bahwa ketentuan dalam Buku I KUHP merupakan pengendali penegakan hukum di Indonesia.

Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2023 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada tanggal 2 Januari 2023 dan akan mulai berlaku pada
tiga tahun yang akan datang sudah barang tentu juga berkenaan dengan asas-asas dalam Buku I. Bahkan
dalam pembahasan KUHP Baru, selalu disebutkan bahwa KUHP Baru harus menjadi konstitusinya
Hukum Pidana Indonesia. Maksudnya adalah semua ketentuan dalam Buku I KUHP Baru harus
digunakan dalam penegakan hukum di Indonesia saat KUHP Baru sudah berlaku. Meskipun masih dapat
disimpangi atau dikecualikan, namun pengecualian tersebut hanya terbatas bagi Tindak Pidana yang
mempunyai sifat sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 187 KUHP Baru, yaitu: dampak
viktimisasi besar, sering bersifat transnasional terorganisasi, pengaturan acara pidananya bersifat khusus,
sering menyimpang dari asas-asas umum hukum pidana materil, adanya lembaga pendukung penegakan
hukum yang bersifat dan memiliki kewenangan khusus, didukung oleh berbagai konvensi internasional
baik yang sudah diratifikasi maupun yang belum; dan merupakan perbuatan yang dianggap sangat jahat
dan sangat dikutuk oleh masyarakat.

Pembaharuan hukum pidana Indonesia dalam wujud KUHP Baru (UU No. 1 Tahun 2023) sebagian besar
berkenaan dengan asas-asas yang terdapat dalam Buku I, utamanya dalam hal Pidana dan Pemidaan.
Sebagaimana diketahui, dalam hukum pidana ada tiga hal yang menjadi permasalahan yaitu perbuatan
pidana (Tindak Pidana), kesalahan/pertanggungjawaban pidana dan pidana. Pembaharuan/kebaruan yang
terjadi pada asas-asas yang terkait dengan tiga permasalahan hukum pidana, dapat terlihat dalam hal:

1
- Keberlakuan hukum pidana menurut waktu, berupa diakuinya hukum yang hidup dalam
masyarakat (dalam hal ini adalah hukum adat) sebagai dasar hukum untuk memidana serta
kebijakan baru dalam memaknai perubahan undang-undang ;
- Keberlakuan hukum pidana menurut tempat dengan menambahkan aturan tentang luas lingkup
asas territorial, asas perlindungan, asas universalitas;
- Perbuatan-perbuatan yang dimasukkan ke dalam lingkup Tindak Pidana, yaitu Permufakatan
Jahat, Persiapan serta Percobaan dengan mengaturnya secara (lebih) rinci;
- Penyertaan, antara lain dengan memperjelas makna pelaku yang masuk dalam kualifikasi
menyuruh melakukan;
- Pengulangan (Residive) yang dimasukkan ke dalam Buku I, sehingga merupakan Aturan Umum
Hukum Pidana;
- Pembedaan/Pemisahan dasar pembenar dan dasar pemaaf sehingga memudahkan dalam
memahami dan menggunakannya;
- Penegasan tentang kapan seseorang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana, yaitu hanya
dalam hal melakukan tindak pidana dengan sengaja atau karena kealpaan. Sekaligus terdapat
penegasan bahwa perbuatan yang dapat dipidana adalah tindak pidana yang dilakukan dengan
sengaja. Sedangkan untuk tindak pidana yang dilakukan karena kealpaan hanya dapat dipidana
sepanjang secara tegas ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Pemaknaan terhadap
asas ini sangat penting, karena terkait dengan pembuktian unsur kesengajaan yang menjadi salah
satu syarat pertanggungjawaban seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya. Dalam
penjelasan telah ditegaskan bahwa unsur kesengajaan ini harus selalu dibuktikan pada setiap
tahap pemeriksaan perkara;
- Adanya pengecualian terhadap asas “tiada pidana tanpa kesalahan” berupa pertanggungjawaban
mutlak (strict liability) atau pertanggungjawaban pengganti (vicarious liability) dengan syarat
ditentukan oleh Undang-Undang;
- Terdapat aturan tentang kurang mampu bertanggungjawab, selain tidak mampu
bertanggungjawab;
- Terdapat ketentuan tentang pertanggungjawaban korporasi sebagai konsekuensi dari diakuinya
secara bahwa korporasi merupakan subjek hukum pidana;
- Pemidanaan, Pidana, dan Tindakan: sangat banyak hal baru dalam Bab tentang Pemidanaan,
Pidana dan Tindakan ini, seperti adanya tujuan pemidanaan dan pedoman pemidanaan, pemaafan
hakim (rehterlijke pardon), pembedaan jenis pidana dan tindakan untuk orang dewasa, anak dan
korporasi, jenis pidana pokok dan tambahan yang baru, pidana mati yang dikeluarkan dari

2
kelompok pidana pokok dan menjadi pidana yang bersifat khusus serta ketentuan tentang pidana
mati dengan masa percobaan; denda dengan sistem kategori;
- Gugurnya kewenangan penuntutan, berupa terdapatnya ketentuan baru tentang penyelesaian di
luar persidangan (afdoening buiten process);
- Gugurnya kewenangan pelaksanaan pidana berupa penyerahan untuk pelaksanaan pidana ke
negara lain;
- Pengertian Istilah, yang juga digunakan untuk tindak pidana lain di luar KUHP, kecuali
ditentukan lain menurut Undang-Undang.

Aturan umum dalam Buku I KUHP Baru banyak memuat hal baru yang harus dipelajari dan dikaji secara
mendalam demi mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia.

------

Anda mungkin juga menyukai