Anda di halaman 1dari 25

OPTIMALISASI PEMBINAAN PERSONEL UNIT PROVOS POLRES

METRO JAKARTA UTARA GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN


TUGAS DALAM RANGKA TERWUJUDNYA POLRI YANG
PRFESIONAL MODERN DAN TERPERCAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Polri sebagai aparat negara yang bertugas memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegak hukum, pelindung, pengayom serta pelayan
masyarakat. Kondisi riil untuk menilai keberhasilan Polri dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut antara lain ditentukan oleh kualitas
moral dan profesionalisme serta persepsi masyarakat terhadap kinerja Polri
yang dikenal dengan sebutan Promoter (Profesional, Modern dan
Terpercaya).
Penyimpangan yang dilakukan oleh anggota polri dalam pelaksanaan
tugas maupun dalam kehidupan bermasyarakat merupakan bentuk
pelanggaran terhadap peraturan disiplin, sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang
peraturan disiplin Anggota Polri. Untuk itu perlu dilakukan penegakan
peraturan disiplin, secara konsisten dan kosekuen untuk menumbuh-
kembangkan integritas dan prilaku disiplin, sekaligus dalam rangka
mewujudkan Polri yang profesional.
Sebagaimana diketahui bahwa, penegakan peraturan disiplin bertujuan
untuk mewujudkan integritas dan perilaku setiap anggota Polri sehingga
dalam pelaksanaan tugasnya baik dibidang penegak hukum, pemeliharaan
kamtibmas serta perlindungan, pengayoman dan pelayan masyarakat dapat
dilaksanakan dengan profesional, transparan, dan akuntabel, termasuk juga
didalam bermasyarakatnya, sehingga apabila pelanggaran disiplin tersebut

1
dapat ditangani dengan baik akan meningkatkan kerja dan profesional
anggota polri
Melihat permasalahan di atas, maka Polri khususnya Unit Provos
Polres Metro Jakarta Utara perlu mengambil langkah-langkah guna
meminimalisir terjadinya pelanggaran oleh anggota Polri dengan cara
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Unit Provos yang
berkualitas guna meminimalisir pelanggaran disiplin melalui pembinaan
personel sehingga dapat mewujudkan polri yang profesional modern dan
terpercaya sesuai harapan pimpinan.

2. Permasalahan dan Persoalan


a. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat
rumusan permasalahan yaitu:” Bagaimana optimlaisasi Pembinaan
personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara guna
mendukung pelaksnaan tugas dalam rangkan terwujudnya polri
yang prfesional modern dan terpercaya ?”.

b. Persoalan
1) Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan personel Unit
Provos Polres Metro Jakarta Utara ?
2) Bagaimana penerapan pola pembinaan personel Unit Provos
Polres Metro Jakarta Utara?

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan Naskah Karya Perorangan ini dibatasi
pada Meningkatkan Pembinaan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara guna mendukung pelaksanaan tugas dalam rangkan terwujudnya polri
yang profesional modern dan terpercaya. Pembahasan berfokus pada pola
pembinaan personel dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

4. Landasan Operasional
a. Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 2002, tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 2 tahun
2002 pasal 4 menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.1
1) Pasal 15 menyebutkan bahwa, Pejabat yang berwenang
menjatuhkan tindakan disiplin adalah : atasan Iangsung, atasan
tidak Iangsung dan anggota Provos Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan Iingkup tugas dan kewenangannya.
2) Pasal 16 menyebutkan bahwa, Pejabat yang berwenang
menjatuhkan hukuman disiplin adalah : atasan Iangsung, dan /
atau atasan Ankum.
3) 3) Pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa, Pejabat yang berwenang
memeriksa pelanggaran disiplin adalah : Ankum, atasan
Iangsung, atasan tidak Iangsung, Provos Kepolisian Negara
Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh
Ankum.
4) Pasal 19 menyebutkan bahwa, Ankum berwenang
memerintahkan Provos Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk melakukan pemeriksaan terhadap anggota Kepolisian

1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan
Disiplin Anggota Polri
Negara Republik Indonesia yang disangka melakukan
pelanggaran disiplin.
5) Pasal 22 menyebutkan bahwa, Provos Kepolisian Negara
Republik Indonesia berwenang : melakukan pemanggilan dan
pemeriksaan, membantu pimpinan menyelenggarakan
pembinaan dan penegakan disiplin, serta memelihara tata tertib
kehidupan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,
menyelenggarakan sidang disiplin atas perintah Ankum dan
melaksanakan putusan Ankum.
6) Pasal 23 menyebutkan bahwa, Ankum menyelenggarakan
sidang disiplin paling Iambat 30 hari setelah menerima Daftar
Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran Disiplin dari Satuan
Fungsi Provos.
7) Pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa, Provos melaksanakan
putusan sidang disiplin yang berupa penempatan dalam tempat
khusus.

c. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/42/IX/2004 tanggal 30


September 2004 tentang Atasan yang Berhak Menjatuhkan
Hukuman Disiplin di Iingkungan Polri2.
Pasal 16 ayat 1 huruf b menyebutkan bahwa, Ankum berwenang
penuh sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a, pasal 5 huruf a,
pasal 6 huruf a, dan pasal 7 huruf a mempunyai tugas :
memerintahkan Provos dan petugas yang ditunjuk untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pelanggaran disiplin anggota yang berada di
bawah wewenang satuan kerjanya.
Pasal 16 ayat 1 huruf d menyebutkan bahwa, Ankum berwenang
penuh sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a, pasal 5 huruf a,
pasal 6 huruf a dan pasal 7 huruf a, mempunyai tugas : melaksanakan
sidang disiplin bagi anggota (pelanggar) yang berada di bawah
kewenangan satuan kerjanya setelah menerima berkas perkara
disiplin dari Provos.
2
Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/42/IX/2004 tanggal 30 September 2004 tentang Atasan yang
Berhak Menjatuhkan Hukuman Disiplin di Iingkungan Polri
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003
tentang Pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Pasal 11 mengatur bahwa, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang diberhentikan tidak hormat apabila malakukan tindak
pidana, melakukan pelanggaran dan meninggalkan tugas atau hal lain.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
Pada Pasal 7 menyebutkan bahwa anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang ternyatamelakukan pelanggaran peraturan
disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dijatuhi
sanksi berupa tindakan disiplin dan/atau hukuman disiplin. Dan dalam
Pasal 9 menyebutkan hukuman disilpin berupa : Teguran tertulis;
Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun;
Penundaan kenaikan gaji berkala; Penundaan kenaikan pangkat untuk
paling lama 1 (satu) tahun; Mutasi yang bersifat demosi; Pembebasan
dari jabatan; Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua
puluh satu) hari. Serta pada Pasal 13 ”setiap anggota Polri yang
dijatuhkan hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali dan dianggap tidak
patut lagi dipertahankan statusnya sebagai anggota Pori, dapat
diberhentikan dengan hormat atau dengan tidak hormat dari dinas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
f. Peraturan Kapolri No. Pol. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia3
Dalam Peraturan Kapolri No. Pol. 14 tahun 2011 tentang Kode
Etik Profesi Polri, menjelaskan bahwa Kode Etik Profesi Polri adalah
suatu wadah yang dibentuk di Iingkungan Polri dengan tugas
melaksanakan pemeriksaan dalam persidangan pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri serta pelanggaran Iainnya dimana diatur dalam peraturan
per Undang-undangan.

5. Landasan Teori
3
Peraturan Kapolri No. Pol. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia
a. Teori Kompetensi
Secara lebih rinci, Spencer dan Spencer dalam Palan (2007:84)
mengemukakan bahwa kompetensi menunjukkan karakteristik yang
mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi
(ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang
dibawa seseorang yang berkinerja unggul (superior performer) di
tempat kerja. Ada 5 (lima) karakteristik yang membentuk kompetensi
yakni 1). Faktor pengetahuan meliputi masalah teknis, administratif,
proses kemanusiaan, dan sistem. 2). Keterampilan; merujuk pada
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. 3). Konsep
diri dan nilai-nilai; merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri
seseorang, seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil
dalam suatu situasi. 4). Karakteristik pribadi; merujuk pada
karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau
informasi, seperti pengendalian diri dan kemampuan untuk tetap
tenang dibawah tekanan. 5). Motif; merupakan emosi, hasrat,
kebutuhan psikologis atau dorongan-dorongan lain yang memicu
tindakan.
b. Teori Motivasi
Menurut Prof.Dr.Sondang P.Siagian (1995) yang dimaksud
dengan motivasi adalah : Daya dorong yang mengakibatkan
seseorang dalam organisasi mau dan rela untuk menyerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang telah ditentukan4.

a. Teori SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)


Freddy Rangkuti menyatakan Analisis SWOT merupakan alat
untuk memformulasikan strategi.Oleh karena itu analisis
SWOTmerupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

4
Prof.Dr.Sondang P.Siagian Manajemen Strategik, Bumi Aksara, Jakarta, 1995
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengts) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan
keputusan strategi ini selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan5. Dengan demikian
perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-
faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman).

5
Freddy Rangkuti,Analisa SWOT teknik membedah kasus BisnisGramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2004 : hal 18-19
BAB III
KONDISI SAAT INI

6. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan personel Unit Provos Polres


Metro Jakarta Utara Belum Optimal
Pengetahuan dan keterampilan merupakan suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi dalam rangka mendukung kelancaran dalam setiap
pelaksanaan tugas Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara. Namun
demikian, dalam penyelenggaraan pendidikan sumber daya manusia Unit
Provos Polres Metro Jakarta Utara selama ini belum dapat mengakomodir
seluruh anggota sehingga masih adanya anggota Unit Provos Polres Metro
Jakarta Utara yang belum memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai
dengan fungsi Provos untuk mendukung pelaksnaan tugas. Untuk
menggambarkan kemampuan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara saat ini berdasarkan latar pendidkan dan pelatihan
Tabel 1
Data Kemampuan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara
Berdasarkan Dikbangspes Fungsi Provos

Dikbangspes Lantas Ket


No Pangkat Jml
Sudah Belum
1. Pama 1 1 -
2. BA 9 2 7
3. PNS 1 - -
Total 11 3 7
Sumber : Unit Provos Porestro Jakut
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan personel Unit
Provos Polres Metro Jakarta berdasarkan Dikbangspes Fungsi Provos masih
kurang. Hal ini terlihat 3 personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara
mengikuti Dikbangspes Fungsi Provos, sehingga belum dapat mendukung
secara maksimal dalam pelaksanaan tugas fungsi provos.
Berdasarkan gambaran tentang kemampuan personel Unit Provos
Polres Metro Jakarta berdasarkan latar belakang pendidikan pengembangan
spesialis Fungsi provos di atas, terlihat masih adanya personel Unit Provos
Polres Metro Jakarta yang belum melanjutkan Dikbangspes Fungsi Provos.
Kondisi ini, disebabkan pola pembinaan SDM khususnya bidang pendidikan
belum maksimal, sehingga kurang mampu mengakomodir seluruh personel
Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara untuk mengikuti Dikbangspes
Fungsi provos. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator,
sebagai berikut :
a. Belum adanya kebijakan dari pimpinan khususnya Kapolres Metro
Jakarta Utara tentang pemberian kesempatan bagi seluruh anggota
untuk melanjutkan pendidikan umum ke jenjang yang lebih tinggi
sesuai bidang tugasnya.
b. Dalam pendataan anggota untuk diikutsertakan dalam program
pendidikan, masih kurang memperhatikan kompetensi yang dimiliki
personel tersebut apakah sudah pernah mengikuti atau belum sehingga
dalam pengusulan personel untuk mengikuti pendidikan tidak sesuai
dengan kebutuhan kesatuannya dan masih adanya anggota yang
seharusnya mengikuti pendidikan tersebut namun tidak diikutsertakan.
c. Adanya hak prerogatif yang diberikan kepada kasatker/kasatwil
sehingga memungkinkan terjadinya KKN dalam penentuan anggota
dalam mengikuti program pendidikan.
d. Pola pengikutsertaan personel dalam program pendidikan masih
cenderung random (acak) dan tidak berkesinambungan, sehingga
dalam pengusulannya kurang memperhatikan tugas dan tanggung
jawab personel, seperti pengusulan personel untuk program
pendidikan fungsi provos belum memprioritaskan personel Unit
Provos Polres Metro Jakarta

7. Penerapan pola pembinaan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta


Utara belum optimal
Pola pembinaan karier anggota merupakan salah satu unsur dalam
meningkatkan kemampuan anggota dalam pelaksanaan tugas-tugas
kepolisian, termasuk kemampuan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya. Pola pembinaan karier
untuk personel Unit Provos Polres Metro Jakarta selama ini belum
maksimal, hal ini ditunjukkan dengan beberapa indikator sebagai berikut :
a. Dalam pola pembinaan karier masih mengendepankan sistem
kedekatan personal, seperti angkatan, kesukuan, suka atau tidak suka
sehingga mempengaruhi kinerja personel yang bersangkutan dalam
pelaksanaan tugas kepolisian.
b. Dalam penempatan anggota Satsabhara kurang memperhatikan prinsip
the right man on the right place (penempatan anggota pada jabatan
yang sesuai).
c. Rotasi dalam penempatan personel belum berjalan maksimal,
sehingga menurunkan motivasi anggota dalam pelaksanaan tugas.
d. Penilaian terhadap kinerja personil kurang dilaksanakan secara
menyeluruh dimana hanya pada saat-saat tertentu (insidentil) saja
dilakukan penilaian.
e. Database personil masih kurang tersusun secara benar, dimana masih
ada database personil yang tidak lengkap.
f. Kriteria penempatan personel kurang berpedoman pada keadilan,
transparansi dan akuntabilitas, karena seringkali adanya intervensi
pihak tertentu dalam upaya penempatan personel terhadap personil.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

8. Faktor Internal
a. Kekuatan(Strengths)
1) Adanya piranti lunak (Pilun) sebagai pedoman dalam
meningkatkan kemampuan anggota Polri berupa Juklak dak
Juknis pembinaan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara.
2) Arah kebijakan pimpinan Polri yang tertuang dalam grand
strategi Polri (2002-2025) dan revitalisasi Polri menuju
pelayanan prima guna meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Hal ini sangat mendukung dalam meningkatkan profesionalisme
Polri termasuk personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara.
3) Terbentuknya bank data (assessment center) dalam rangka
meningkatkan kemampuan personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta Uatara melalui sistem pembinaan personel.
4) Adanya pendidikan dan Pelatihan untuk tugas fungsi SDM Polri.
5) Dukungan lembaga pendidikan dan pelatihan dibeberapa
wilayah setempat.

b. Kelemahan (Weaknesses)
1) Kurangnya dukungan anggaran dalam pelaksanaan pembinaan
personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara
2) Kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan
pembinaan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara
3) Belum adanya standarisasi keberhasilan kinerja, sehingga
mempengaruhi dalam pola pembinaan SDM Unit Provos Polres
Metro Jakarta Utara.
4) Nilai-nilai konsumersime yang merasuk dalam institusi Polri
sehingga mempengaruhi dalam pola pembinaan SDM yang
selalu berorientasi pada imbalan.
5) Lemahnya pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
pimpinan dalam pembinaan SDM Polri khususnya dalam pola
pendidikan dan pola pembinaan karier anggota Polri termasuk
personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara.

9. Faktor Eksternal
a. Peluang(Opportunity)
1) Keberadaan Kompolnas sebagai pengawas eksternal Polri,
sehingga dalam pola pembinaan SDM personel Unit Provos
Polres Metro Jakarta Utara dapat terarah.
2) Kerjasama dengan beberapa universitas yang ada di Kota
Jakarta dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota Polri
termasuk personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara.
3) Adanya tuntutan masyarakat terhadap kinerja Polri, karena
meningkatnya kebutuhan akan rasa aman dan pelayanan dengan
tampilnya Polri yang modern, profesional dan bersahabat
dengan masyarakat, maka hal ini mendorong Polri untuk
menunjukkan kinerjanya yang lebih memuaskan masyarakat.
4) Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat
berdampak positif jika digunakan secara proporsional dan tujuan
produktivitas, efesiensi dan efektifitas proses pembinaan SDM.
5) Adanya kontrol sosial yang semakin aktif dari, LSM, serta mass
media yang peduli terhadap pelaksanaan tugas-tugas Kepolisian
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif didalam
memotivasi program pembinaan SDM Polri disamping berperan
sebagai mediator juga pemberi informasi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan tugas Polri. Dengan adanya lembaga
kontrol sosial ini pelanggaran-pelanggaran / penyimpangan-
penyimpangan diharapkan dapat tereliminir terutama dibidang
pelayanan publik.

b. Ancaman(Threats)
1) Perilaku masyarakat yang mendorong polisi melakukan
penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, seperti melakukan
penyuapan demi kepentingan pribadi.
2) Adanya intervensi dalam pembinaan SDM Polri termasuk dalam
pembinaan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara,
sehingga menghambat dalam meningkatkan kemampuan
anggota Satsabhara melalui pola pembinaan karier.
3) Maraknya opini negatif yang diberikan oleh beberapa media
massa mengenai perilaku polisi, termasuk dalam pola
pembinaan SDM.
4) Masih adanya ketidakpercayaan dari masyarakat terhadap
pelayanan Polri serta sikap apriori, apatisme, pesimisme dan
bahkan sinisme dari sebagian kecil anggota masyarakat terhadap
pelaksanaan tugas yang tidak profesional yang tentunya sangat
merugikan pihak Kepolisian

5) Krisis multi dimensi yang berkepanjangan dibidang


perekonomian sehingga banyak anggota menyalahgunaan
wewenang.
BAB IV
KONDISI YANG DIHARAPKAN

10. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan personel Unit Provos Polres


Metro Jakarta Utara Optimal
Diharapkan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta yang telah
memiliki persyaratan untuk mengikuti pendidikan kepolisian agar segera
diikutsertakan, sehingga anggota lebih memiliki pengetahuan terhadap
fungsi-fungsi kepolisian termasuk pelaksanaan tugas Provos. Selain itu,
diharapkan seluruh personel Unit Provos Polres Metro Jakarta mengikuti
Pendidikan Pengembangan Spesialis Fungsi Provos, sehingga dalam
pelaksanaan tugas dapat maksimal sebagai langkah awal dalam pencegahan
terhadap pelanggaran dsipiplin anggota.
Untuk mencapai hal tersebut, tentunya harus didukung dengan pola
pendidikan yang mampu mengakomodir seluruh personel termasuk personel
Unit Provos Polres Metro Jakarta. Adapun pola pendidikan yang diharapkan
sebagai berikut :
a. Adanya kebijakan dari pimpinan khususnya Kapolres Metro Jakarta
Utara tentang pemberian kesempatan bagi seluruh anggota untuk
melanjutkan pendidikan umum ke jenjang yang lebih tinggi sesuai
bidang tugasnya.
b. Dalam pendataan anggota untuk diikutsertakan dalam program
pendidikan, selalu memperhatikan kompetensi yang dimiliki personel
tersebut apakah sudah pernah mengikuti atau belum sehingga dalam
pengusulannya dapat sesuai dengan kebutuhan kesatuan personel
tersebut bertugas yang akhirnya personel yang mengikuti program
pendidikan dapat merata.
c. Hak prerogatif yang diberikan kepada kasatker/kasatwil diharapkan
dapat mengakomodir dalam penentuan anggota untuk mengikuti
program pendidikan.
d. Pola pengikutsertaan personel dalam program pendidikan dilakukan
secara maksimal, yaitu terlebih dahulu dilakukan pendataan apakah
personel tersebut sudah atau belum mengikuti program pendidikan,
sehingga pengusulannya dapat sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab personel dalam pelaksanaan tugas, seperti pengusulan personel
untuk program pendidikan fungsi Provos memprioritaskan personel
Unit Provos Polres Metro Jakarta.

11. Penerapan pola pembinaan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara optimal
Diharapkan pola pembinaan karier personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta berjalan maksimal, sehingga mampu meningkatkan kemampuan
anggota dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian khususnya Fungsi
Provos. Pola pembinaan karier untuk personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta diharapkan sebagai berikut :
a. Terbangunnya sistem pembinaan karier berdasarkan merit system
(berbasis kompetensi) sehingga dapat meminimalisir terjadinya
kedekatan personal.
b. Dalam penempatan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
memperhatikan prinsip the right man on the right place (penempatan
anggota pada jabatan yang sesuai).
c. Rotasi dalam penempatan personel berjalan maksimal, sehingga dapat
memacu kinerja anggota dalam pelaksanaan tugas.
d. Penilaian terhadap kinerja personil dapat dilaksanakan secara
menyeluruh dan dilakukan setiap saat, sehingga dapat terukur prestasi
dan kompetensinya dalam pelaksanaan tugas setiap saat.
e. Dapat tersusunnya database personel secara benar, dengan
dilengkapinya seluruh kelengkapan administrasi setiap personel.
f. Kriteria penempatan personel yang digunakan dapat berpedoman pada
keadilan, transparansi dan akuntabilitas, sehingga dapat
menghindarkan terjadinya intervensi dari pihak tertentu dalam upaya
penempatan personel terhadap personil. Dalam penempatan personel
memanfaatkan bank data personel (database) sebagai pedoman
wanjak, sebagai upaya untuk memenuhi asas keadilan diantara
personel Polri, sekaligus meminimalisir terjadinya intervensi dari
faktor kedekatan lingkungan eksternal.
BAB V
UPAYA PEMECAHAN MASALAH

12. Umum
Polri sebagai institusi penegak hukum sebagaimana di amanatkan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 sebagai pemelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Percepatan perubahan budaya organisasi dan pola pikir anggota di
lingkungan Unit Provos Polres Metro Jakarta, sebagai penjabaran program
prioritas mempercepat perubahan budaya Polri dengan memacu perubahan
pola pikir dan budaya kerja Polri agar lebih profesional dan dipercaya
masyarakat
Selaras dengan hal di atas, belum Meningkatkan Pembinaan personel
Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara guna mendukung pelaksanaan tugas
dalam rangkan terwujudnya polri yang profesional modern dan terpercaya
telah diulas pada bab-bab terdahulu. Banyaknya anggota Polri di yang
melakukan pelanggaran, berdampak terhadap kecenderungan adanya
persepsi negatif terhadap Polri di mata masyarakat.
Oleh karena itu kemampuan personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta Utara guna mendukung pelaksanaan tugas sangat diperlukan agar
mampu meminimlisir pelanggaran anggota, sehingga apa yang menjadi
tujuan akhir yakni Polri yang profesional dapat terwujudkan. Dan dalam
upaya menekan pelanggaran anggota Polri, maka diperlukan untuk membuat
konsepsi dalam rangka perbaikan melalui langkah-langkah konkret secara
komprehensif untuk melakukan Pembinaan personel Unit Provos Polres
Metro Jakarta Utara guna mendukung pelaksanaan tugas dalam rangkan
terwujudnya polri yang profesional modern dan terpercaya meliputi teknis
pendidikan dan pelatihan serta melaksanakan pola pembinaaan terhadap
personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara.
12. Upaya

Tabel : 1
Analisa EFAS (External Factors Analysis Strategic)
N
FAKTOR EKSTERNAL
O
Weigh
1. Threats Rating Score
t
1 sikap masy biarkan & berikan kesempatan penyimpangan dlm
0.13 3 0.40
pelaksanaan tgs
2 Adanya Intervensi terhadap pembinaan SDM 0.09 4 0.37
3 stigma negatif yg diberikan oleh media massa 0.07 2 0.14
4 Lunturnya kepercayaan masy thd pelayanan polri 0.12 2 0.23
5 kritis multi dimensi sehingga byk penyalahgunaan wewenang 0.09 4 0.35
JUMLAH 0.50 1.49
2. Opportunity
1 Kompolnas sbg pengawas eksternal 0.10 6 0.59
2 Kerma dgn Lemdik 0.10 8 0.78
3 Adanya ekspektasi masy thd kinerja polri 0.08 7 0.59
4 Dukungan IPTEK 0.11 6 0.67
5 Adanya kontrol sosial dari media masa & LSM 0.11 6 0.66
JUMLAH 0.50 3.28
TOTAL 1.00 4.77

Tabel : 2
Analisa IFAS (Internal Factors Analysis Strategic)
NO FAKTOR INTERNAL
1. Weaknesses Weight Rating Score
1 masih kurangnya duk anggaran 0.13 5 0.67
2 kurangnya sarana dan prasarana 0.05 2 0.11
3 belum adanya standarisasi penilaian keberhasilan kinerja 0.11 4 0.43
4 Adanya nilai-nilai konsumerisme dalam institusi 0.13 5 0.67
5 Lemahnya pengawasan dan pengendalian dari pimpinan 0.07 4 0.28
JUMLAH 0.50 2.16
2. Strenght
1 Adanya pilun sebagai pedoman dlm meningkatkan kemampuan 0.09 6 0.55
2 Adanya arahan kebijakan pimpinan 0.10 7 0.73
3 Adanya bank data untuk meningkatkan kemampuan personil 0.09 6 0.55
4 Adanya pendidikan dan pelatihan 0.10 8 0.84
5 Dukungan Lemdiklat 0.11 8 0.86
JUMLAH 0.50 3.53
TOTAL 1.00 5.69
Diagram 1
Matrik Posisi Organisasi

- Pemberdayaan E
- Pemanfaatan
F
A - Akselerasi
9
S
Turn 8 Agresif
Around
7

6
IFAS 5,69
W 1 2 3 4 5 6 7 8 9 S
4,77
4
Defensif Posisi Organisasi Polri
3
Diversifikasi
- Aktualisasi 2
- Implementasi
- Revitalisasi - Optimalisasi
1

Dari hasil analisis dapat diketahui total skor bobot IFAS (5.69) dan EFAS
(4.77), maka dihasilkan posisi Polri yang berada pada Diversifikasi. Untuk itu
maka strategi yang diterapkan dalam pemecahan masalah yang terkait dengan
judul penulisan NKP ini adalah Strategi Optimalisasi.

Tabel : 3
SFAS (Strategic Factors Analysis Summary)
N Ratin JANGKA WAKTU
STRATEGIK KUNCI Weight Score KADE
O g
K
KADANG KAJANG

Adanya arahan kebijakan


1.
pimpinan
Adanya pendidikan dan
2.
pelatihan
3. Dukungan Lemdiklat
kurangnya sarana dan
4.
prasarana
5. Adanya nilai-nilai
konsumerisme dalam
institusi
Lemahnya pengawasan dan
6.
pengendalian dari pimpinan
7. Dukungan IPTEK
Adanya kontrol sosial dari
8.
media masa & LSM
sikap masy biarkan &
berikan kesempatan
9.
penyimpangan dlm
pelaksanaan tgs
Lunturnya kepercayaan
10.
masy thd pelayanan polri

a. Mengoptimalkan Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan personel


Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara
1) Kapolres mengeluarkan kebijakan bagi seluruh personel untuk
meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan Formal yang
lebih tinggi, sehingga personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas.
2) Kapolres mengikutsertakan seluruh personel Unit Provos Polres
Metro Jakarta Utara untuk mengikuti Dikbangspes fungsi
Provos yang diselenggarakan di Pusdik Min.
3) Kapolres membentuk tim kerja dalam rangka mengidentifikasi
kemampuan personel, hasil dari identifikasi tersebut sebagai
acuan untuk mengikutsertakan personel untuk mengikuti
program pendidikan di selenggarakan Polri sesuai dengan tugas
pokok masing-masing. Untuk personel Unit Provos Polres
Metro Jakarta Utara diprioritaskan mengikuti Dikbangspes
Fungsi Provos.
4) Kasat Lantas menyelenggarakan pembekalan melalui forum
diskusi maupun seminar yang melibatkan semua anggota Provos
dari perwira maupun bintara tentang pendalam pemahaman
mengenai pelangaran anggota dan permasalahannya yang
dipandang dari berbagai sudut pandang baik itu secara keilmuan
maupun secara sosiologis.
b. Mengoptimalkan Penerapan pola pembinaan personel Unit
Provos Polres Metro Jakarta Utara
1) Kapolres melakukan pengawasan melekat pada setiap proses
pembinaan SDM Polri di lingkungan Polres Metro Jakarta Utara
termasuk pola pembinaan karier personel Unit Provos Polres
Metro Jakarta Utara.
2) Kapolres melakukan kerjasama dengan unsur eksternal Polri
untuk mewujudkan transparansi penempatan personel Polri
termasuk personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara.
3) Kabagsumda memberikan peluang kepada personel Unit Provos
Polres Metro Jakarta Utara yang memiliki kinerja tinggi untuk
diusulkan kenaikan pangkat, sehingga dapat memacu kinerja
dalam pelaksanaan tugas.
4) Kabagsumda melakukan uji kompetensi dan tes psikologi bagi
personel yang akan ditempatkan pada Unit Provos sehingga
dapat mengimplementasikan prinsip the right man on the right
place.
5) Kabagsumda memaksimalkan keberadaan lembaga assessment
center dalam setiap proses pembinaan SDM di lingkungan
Polres Metro Jakarta Utara, termasuk dalam pembinaan karier
personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara.
6) Kanit Provos melakukan inventarisasi prestasi personel Unit
Provos Polres Metro Jakarta Utara, sehingga proses pembinaan
karier dilakukan secara tepat guna dan berdaya guna.
BAB VI
PENUTUP

13. Kesimpulan
a. Pendidikan dan pelatihan personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara belum optimal. Hal ini terlihat dari belum semua anggota
memiliki kompetensi yang memadai. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
mengloptimalkan pendidikan personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta Utara melalui mengeluarkan kebijakan agar personel
melanjutkan pendidikan umum kejenjang lebih tinggi,
mengikutsertakan seluruh personel Unit Provos Polres Metro Jakarta
Utara untuk mengikuti Dikbangspes fungsi Provos, membentuk tim
kerja dalam rangka mengidentifikasi kemampuan personel sebagai
acuan dalam mengikutsertakan personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta Utara pada program pendidikan Polri.
b. Di samping itu, pola pembinaan karier anggota personel Unit Provos
Polres Metro Jakarta Utara belum berjalan maksimal, sehingga perlu
dilakukan upaya pembenahan dan perbaikan melalui pengawasan
melekat, melakukan kerjasama dengan unsur eksternal, memberikan
peluang kepada personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara yang
memiliki kinerja tinggi untuk diusulkan kenaikan pangkat, melakukan
uji kompetensi dan tes psikologi dan memaksimalkan keberadaan
lembaga assessment center serta melakukan inventarisasi prestasi
personel Unit Provos Polres Metro Jakarta Utara. Dengan demikian,
diharapkan pola pembinaan karier personel Unit Provos Polres Metro
Jakarta Utara dapat maksimal sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam pelaksanaan tugas dalam rangka terwujudnya polri yang
profesioanl modern terpercaya.

14. Saran
a. Kepada Kapolres agar membuat telaah staf kepada Kalemdikpol
dalam rangka penataan ulang sistem pendidikan kedinasan Polri,
sehingga dapat mengakomodir seluruh personel untuk mengikuti
program pendidikan di lingkungan Polri secara berkesinambungan.
b. Disarankan kepada Kabagsumda agar membentuk lembaga pengaduan
pembinaan SDM Polri di lingkup Polres Metro Jakarta Utara
sehingga dapat memaksimalkan pembinaan karier bagi anggota
termasuk anggota Unit Provos.
c. Disarankan kepada Ka Unit Provos agar memperbaharui bank data
(database) personel Provos sebagai kelengkapan asessement center
dalam pembinaan SDM anggota Provos.

20
DAFTAR PUSTAKA
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

NASKAH KARYA PERORANGAN (NKP)

Topik:

“SISTEM PEMBINAAN KARIR DAN PROFESIONALISME POLRI”

Judul:

OPTIMLAISASI PEMBINAAN PERSONEL UNIT PROVOS POLRES


METRO JAKARTA UTARA GUNA MENDUKUNG PELAKSNAAN
TUGAS DALAM RANGKAN TERWUJUDNYA POLRI YANG
PRFESIONAL MODERN DAN TERPERCAYA

OLEH :

…………………………………
NOSIS. : 201808003xxx.

PESERTA DIDIK SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMAPOLRI


ANGKATAN KE 60T.A. 2018

Anda mungkin juga menyukai