1
2
3
ETIKA POLRI SAAT INI & YANG DIHARAPKAN
3. BAGAIMANA
CARANNYA AGAR
TERWUJUD
WEWENANG
INDIVIDU PENGAM-
ADM MANA- KEPE-
BILAN KEPU-
POLRI JEMEN MIMPINAN
POLRI TUSAN
PIMPINAN
TINDAKAN ETIS
TATA TENTERAM
KERTA RAHARJA
20
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang baru) :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Ahlak)
2. Kumpulan azas / nilai yang berkenaan dengan ahlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
Menurut K. Bertens :
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya (Sistem nilai)
2. Kumpulan azas atau nilai moral (kode etik)
3. Ilmu tentang apa yang baik atau buruk sebagai hasil penelitian sistimatis & metodis (filsafat moral)
SEMUA TUGAS-
1. Nilai dan norma moral yg
TUGAS YG
dijadikan pedoman
MENJADI
mengatur tingkah laku
KEWAJIBANNYA
Etis anggota Polri dalam
DAPAT
semua bentuk penugasan
DILAKSANAKAN
SECARA BAIK
Kuantitas
SDM Penguasan
(SUBYEK) keahlian
Perilaku Polri
Keberhasilan
yg etis (pro- Terwuj Tata
Lakgas Polri Kualitas
fesional dlm udnya Tenteram
utk wujudkan Penghayatan Karta
Sumber Daya pelaksanaan tujuan
tujuan Polri norma/nilai raharja
lain sbg tugas Polri
moral (Etika
pendukung
profesi Polri)
Anggaran
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma
nilai-nilai etika Polri sama-sama menentukan
Tersedianya
Sarana dan
sejauhmana kadar profesionalisme anggota Polri yang
Prasarana bersangkutan.
materiil Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa
etika profesi adalah landasan /dasar untuk menanam
dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang
semakin menjadi tuntutan masyarakat.
28
1. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk
menanam dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi
tuntutan masyarakat.
2. Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil
keputusan etis yang tepat dan berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
3. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral
yang berfungsi sebagai pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri
dalam pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia.
4. Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri
secara mendalam karena :
1. Nilai Moral
2. Norma Moral
3. Teori Etika
4. Etika Kewajiban, Etika Keutamaan dan Etos Kerja
30
Menjadi
Dalam
Nilai pegangan
moral mengatur Tindakan
ETIKA & bagi
tingkah etis
Norma seseorang /
lakunya
kelompok
relatif harga
Nilai
intrinsik martabat
Teologis Deontologis
(Terarah pada tujuan) Vdeon = Kewajiban
Aristoteles
(341-270 SM)
Aristippos Epikuros
Klasik Aturan
(433-355 SM) (341-270 SM)
Tidak ada satu sistimpun yang sama sekali memuaskan. Disamping segi-segi yang menarik, setiap sistim ada
kelemahannya juga. Hal itu berlaku juga untuk dua sistim yang paling berbobot dalam sejarah filsafat modern,
Utilitarisme dan Deontologi. Karena itu dalam filsafat moral dewasa ini sebenarnya tidak ada lagi utilitarisme
murni atau deontologi murni. Sekarang para filsuf berusaha menjadikan sintesis antara pendekatan utilitaristis
dan pendekatan deontologis. Disamping itu mereka seringkali memanfaatkan unsur-unsur dari sistim-sistim
lainnya khususnya Eudonisme Aristoteles.
35
Learning Point dari teori-teori etika sistim filsafat moral
KEKHASAN KEPOLISIAN RI
1. Tugas Polri
2. Wewenang Polri
3. Polri Polisi Nasional
4. Polri Polisi Pejuang
5. Polri : Civil beruniform dan bersenjata
38
TUGAS POLRI
1. Berat dengan resiko Tinggi
a. Trend Kriminilitas yang meningkat dan tidak mengenal batas-batas negara.
b. Ujung tombak penegakan hukum
c. Menyidiktersangka anggota Polri
d. Menyidik tersangka anggota TNI – tersangka pelaku tindak pidana umum (tergantung dari Undang-undang
yang baru yang akan menggantikan UU No. 31 tahun 1997 tentang Peradilan militer)
e. Resiko dengan mempertaruhkan nyawa “satu kaki di kuburan satu kaki di penjara”.
3. Membanggakan
a. Untuk menjadi anggota Polri yang mengemban tugas berat serta mulia itu harus lulus dari seleksi dan
menyelesaikan pendidikan pembentukan, kejuruan, keahlian.
b. Tugas Polri adalah tugas yang strategis karena penegakan tata/aturan dan memelihara ketentraman adalah
syarat utama untuk mencapai dan menjamin terselenggaranya kesibukan kerja dalam pembangunan,
mewujudkan masyarakat yang raharja, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur
c. Kalau tugas yang berat dengan resiko yang tinggi tapi merupakan tugas yang terhormat dan mulia tersebut
dapat dilaksanakan secara profesional akan merupakan kebanggaan karena pengabdiannya merupakan
kontribusi mencapai masyarakat tata tenteram karta raharja.
4. Nilai moral yang dituntut terhadap anggota Polri : Tekad untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan rakyat
/ hukum melalui pengabdian yang terbaik, pantang menyerah, tidak terikat sesuatu dan rela berkorban.
39
WEWENANG POLRI
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara
umum
Ayat 2 : Sesuai UU
Kewenangan yg sangat luas
Perundang-undangan lainnya
dan diberi wewenang pe-
langgaran HAM secara sah NIlai Moral Anggota
Psl. 16 Ayat (1) Polri:
Dibidang proses pidana Kewenangan yg
Wewenang antara lain penangkapan, mengandung potensi yg Menjunjung tinggi
Polri UU penahanan, penggeledahan, besar utk disalahgunakan. hukum, kebenaran,
penyitaan, pemeriksaan, keadilan, kejujuran dan
No. 2/2002 HAM
penghentian penyidikan, Dlm setiap tindakan Polri
mengadakan tindakan lain harus memegang teguh
menurut hukum yg azas keabsahan (ada dasar Menjaga kerahasaiaan
bertanggung jawab hukumnya), kebutuhan (hrs
sangat diperlukan), dan Mampu mengendalikan
keseimbangan (kekuasaan diri
Psl. 18 atau wewenang yg
Diskresi Kepolisian : digunakan harus seimbang Bertanggung jawab atas
Bertindak menurut dgn beratnya pelanggaran tindakannya dan
penilaiannya sendiri untuk dan tujuan penegakan tindakan anak buahnya.
kepentingan umum hukum yg akan dicapai)
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber
kekuasaan dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat
fungsional terlepas dari hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara. Dengan demikian diberi otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun
intervensi dari luar Instansi.
40
Kecuali padaperiode RIS sejak 1 Juli 1946 sampai dengan sekarang walaupun sejak 1969 s/d 2000 Polri dibawah
Mabes ABRI dan Dep. Hankam tetapi Polri adalah Polisi Nasional
Pemimpin Polri yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang terpilih yang mampu memimpin Polri yang merupakan
kesatuan yang besar dengan bentangan wilayah kepulauan yang luas.
41
Selanjutnya fakta-fakta menyatakan bahwa Polri ikut serta secara aktif dalam merebut kekuasaan dari Tentara Jepang bahkan
dibeberapa daerah mereka itu merupakan pelopor-pelopor utama yang militan baik didalam tindakan penurunan bendera Jepang
menggantikan dengan Sang Merah Putih maupun dalam mengambil alih kekuasaan dari Tentara Jepang.
Polri bersama-sama dengan TNI dan Badan-badan Perjuangan lainnya dengan persenjataan yang dapat direbut dari Jepang
menyambut kedatangan tentara sekutu yang membawa NICA dengan pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi diberbagai
tempat diseluruh Indonesia yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Misalnya di Surabaya, untuk menggempur Surabaya tentara Inggris mengerahkan seluruh kekuatannya baik di darat, dilaut
maupun di udara.
Dalam penggempuran tersebut salah satu tempat yang menjadi sasaran musuh adalah Markas Besar Polisi Istimewa Surabaya.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945.
Kesatuan-kesatuan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya beserta anggota-anggota Kepolisian yang bertugas di seksi-seksi Polisi
diseluruh Kota Surabaya bersama-sama dengan pasukan-pasukan perjuangan lainnya melakukan perlawanan yang gigih terhadap
pasukan tentara Sekutu. Tanggal 10 Nopember inilah dijadikan Hari Pahlawan, memang Polisi senantiasa menjadi penjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat walaupun dalam keadaan perang sejarah menunjukan bahwa Polisi kita adalah Polisi yang
dituntut pengabdiannya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan kita, kedaulatan negara dengan demikian
Polisi kita adalah Polisi yang combatan.
Karena itu pada setiap Polri telah diwariskan untuk dimiliki nilai-nilai kejuangan : nilai-nilai untuk cinta akepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia percaya pada kemampuan sendiri, pantang menyerah, rela berkorban dalam pengabdiannya kepada Nusa dan
Bangsa.
43
SERAGAM POLRI
Mencerminkan Hirarkhi
TANDA Kemampuan / keahlian
Keabsahan wewenang dan tanggung jawab • DENGAN BERSERAGAM
PANGKAT SETIAP ANGGOTA
(Ta/Ba Polri tanda pangkatnya dipundak sama dgn Pa menunjukkan
DIDORONG
semua anggota Polri mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri)
BERPENAMPILAN
TANDA KOREK DAN
Tanggung jawab dikaitkan dengan jabatan yang dipangkunya BERTINGKAH LAKU ETIS
JABATAN
• DGN SERAGAM TANPA
Bintang tiga mengartikan Tribrata sbg sumber kode etik profesi Polri BICARA PENAMPILAN
ANGGOTA PLRI
Perisai – Pelindung
DITENGAH
Obor – memberi penerangan MASYARAKAT TELAH
Tiang – Pilar negara MEMANCARKAN
EMBLEM Tangkai Padi – kesejahteraan masyarakat WIBAWA PETUGAS YG
Jumlah tangkai Padi dan Kapas menunjukkan diangkatnya Kepala MEMBERIKAN DAMPAK
Kepolisian Negara tanggal 29 September 1945 PSICHOLOGIS KEPADA
Rastra Sewa Kottama – menunjukkan Brata pertama dari Tribrata / ANGGOTA MASYARAKAT
Polri sbg abdi utama Nusa dan Bangsa. SEKITARNYA
• DENGAN SERAGAM
INDUK SAT Menunjukkan Induk kesatuan dari anggota yang bersangkutan MASYARAKAT CEPAT
MENGETAHUI
KEBERADAAN ANGGOTA
POLRI
NAMA Menunjukkan identitas Pribadi dari anggota
• SERAGAM ADALAH
KEBANGGAN BAGI
Tanda kehormatan yang diberikan negara atas pengabdiannya pada ANGGOTA
TANDA JASA Negara dan Bangsa
45
1. Polri hanya boleh menggunakan kekuatan jika sungguh-sungguh diperlukan dan hanya
sebatas yang dituntut untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pemakaian Senpi dianggap sebagai tindakan ekstrim, tidak boleh digunakan kecuali ketika
tersangka melakukan perlawanan bersenjata atau membahayakan kehidupan orang lain.
3. Dalam pelaksanaan tugas sejauh mungkin dipilih cara yang tidak dapat menyakiti baru dipilih
penggunaan kekerasan dan senjata api apabila cara lain tidak mungkin berhasil dengan baik.
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada :
1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan (persuation),
perundingan (negosiation), dan penengahan (mediation).
46
2. Menguasai ketentuan-ketentuan hukum / peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan senjata
api termasuk pula kumpulan standard, panduan dan instrumen internasional dari PBB antara lain :
a. Pedoman tindak tanduk untuk para penegak hukum (code of conduct for law enforcement
officials).
b. Prinsip-prinsip dasar penggunaan senjata api oleh petugas penegak hukum (basic principals
for the use of force and fire arm by law enforcements officials).
5. Dilengkapi oleh Pimpinan kepada anggota yang bertugas berbagai senjata api dan amunisi yang
memungkinkan penggunaan persenjataan / agar tidak mematikan / melukai.
47
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan hukum,
memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat
senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman
masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel yang
ada pada Polri.
2. Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif
terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi.
b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
4. Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat).
b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana keberhasilan
Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
5. Karena tugas Polisi pada hakekatnya adalah tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat maka paradigma Polri harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
50
DEMOKRASI
INDONESIA ?
Polri adalah Pilar
Demokrasi
Negara Negara Otoriter Polisi
demokrasi liberal sebagai alat penguasa
Ada Undang-
Banyak hukum dari Ada hukum Undang yang
POLRI Warisan Kolonial yang tidak belum sinkron
sesuai dengan dengan peraturan
rasa keadilan perundang-
masyarakat undangan yang
lainnya.
Semua Sebagai penegak
tindakannya harus hukum Polri
berdasarkan menindak
hukum positif dan pelanggaran-
menjunjung tinggi pelanggaran Polri memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
HAM hukum yang terjadi Memahami betul situasi dilapangan
Bijak dalam bertindak tetapi tetap bertanggung jawab
52
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai dengan
HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh,
maka
Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan
yang
senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
5. Tugas Polri untuk menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas pada hakekatnya adalah tugas untuk
menegakkan HAM itu sendiri.
53
a. Masyarakat sering menuntut HAM untuk ditegakan tetapi mereka sendiri melakukan tindakan-
tindakan yang melanggar HAM orang lain. Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa
disamping mereka memiliki HAM, mereka juga memiliki kewajiban azasi manusia. Kebebasan azasi
seseorang dibatasi oleh hak azasi orang lain. Dilapangan banyak dijumpai tindakan-tindakan
masyarakat yang menghakimi sendiri dan melawan serta menentang petugas.
b. Sebagai akibat tuntutan yang tinggi masyarakat terhadap HAM, masyarakat menyoroti setiap tindak
tanduk Polri, sehingga seolah-olah tindakan Polri semua salah, tindakan Polri tidak ada yang benar.
Hal ini menimbulkan dampak ada kecenderungan dari anggota Polri ragu dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam hal ini perlu dihayati semua anggota Polri bahwa tidak perlu ragu-ragu bertindak
melaksanakan tugas sepanjang dalam penggunaan kekuasaan atau wewenang Polri senantiasa
memegang azas legality, necesity, proporsionality serta etis.
c. Dalam Era globalisasi sekarang ini dimana mobilitas orang sekarang ini sangat tinggi maka setiap
orang yang berada di yuridiksi Indonesia tidak hanya warga negara Indonesia tetapi juga warga
negara asing harus tunduk pada hukum Indonesia, karena itu tuntutan untuk menjunjung tinggi HAM
bukan hanya masyarakat Indonesia tetapi juga merupakan tuntutan dunia internasional, karena itu
Polri dalam menegakkan hukum disamping landasan hukum positif yang ada juga memperhatikan
ketentuan-ketentuan internasional dibidang HAM.
54
3. Donald C. Whitlam.
a. Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaan
b. Keahlian
c. Pelayanan terbaik bagi pelanggannya
d. Memiliki otonomi dan cara mengatur perilaku anggota profesi
e. Adanya organisasi Asosiasi profesi
f. Memiliki kode etik
g. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya, bertanggung jawab penuh atas monopoli keahlian profesi
55
2. Polri memiliki pendidikan kejuruan, adapula pendidikan keahlian seperti PTIK serta
ada juga pendidikan-pendidikan seperti : Selapa, Sespim Polri, Sespati Polri
Jadi ciri-ciri yang dimiliki Polri telah memiliki ciri-ciri profesional seperti pada buku biru
Agar memenuhi ciri-ciri profesional menurut Ledge Exley serta Donald C Whitlam perlu harus betul-betul dapat
diwujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan, ketaatan akan kode etik, meningkatkan
Kebanggan profesi, bertanggung jawab penuh atas keahlian profesi, senantiasa secara terus menerus
meningkatkan Keahlian serta ilmunya, meningkatkan control yang efektif terhadap tingkah laku anggota.
56
POLRI MANDIRI
Kemandirian struktural : telah
tercapai dgn mandirinya Polri
terpisah dari Mabes TNI dan
Dep. Han dan langsung berada
di bawah Presiden
Kemandirian adalah kebanggan
yg harus diiringi dgn tanggung
jawab yg lebih besar dari
kemandirian harus dapat
Kemandirian moral anggota diwujudkan secara konkrit di
KEMANDIRIAN Polri (???) lapangan dlm wujud kinerja Polri
yg lebih baik sehingga
Untuk mandiri sebagai Penyidik masyarakat lebih merasa
dilindungi, dilayani dan diayomi
Untuk mandiri dalam mengambil oleh Polri. Hari ini lebih baik dari
tindakan Diskresi kemarin dan hari esok lebih
bagus dari hari ini
Untuk mandiri untuk bersifat
netral
Kemandirian Polri adalah otonomi dalam pelaksanaan tugas profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur tangan
lembaga lain
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati
serta dijunjung tingginya HAM. Tugas-tugas tersebut pada hakekatnya dipercayakan oleh Negara dan
Bangsa untuk diemban oleh Polri sehingga Polri adalah pilar utama tegaknya negara demokratis
berdasarkan hukum.
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana
Jaksa dan Hakim agar terdapat keadilan dalam penegakan hukum.
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang
melanggar norma hukum..
6. Tugas Polri menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas merupakan tugas yang strategis dengan
kewenangan yang luas maka ada kecenderungan untuk adanya pihak-pihak yang ingin mengintervensi
Polri untuk melindungi kepentingannya.
58
KETERBATASAN POLRI
1. Keterbatasan POLRI dan integrasi Polri dalam ABRI :
a. Personil
1) Jumlah personil kurang
2) Profesionalisme rendah
b. Anggota POLRI kecil akibat daripada metode operasi dimana operasi Kamtibmas merupakan sub sistim dari operasi
Kamdagri. Operasi Kamtibmas sejajar dengan Operasi Terr, OPS Pur dan Operasi Intel. Semua bentuk Operasi itu
dibawah Kodal Pangab, sedangkan Operasi Kepolisian hanya merupakan Operasi rutin yang tidak didukung dengan
anggaran.
c. Saran dan prasarana serta Alut Polri sangat kecil.
2. Dengan adanya reformasi maka secara struktural Polri telah mandiri lepas dari Dephan / Mabes TNI, berdiri sendiri langsung
di bawah Presiden serta anggaran dukungan untuk Polri sudah jauh meningkat.
3. Dalam kaitan ini Polri harus dapat menunjukan pengabdian karya nyata yang dirasakan oleh masyarakat semakin
meningkat, kalau masih dirasakan adanya kekurangan harus dijadikan tantangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya
sehingga walaupun masih ada keterbatasan Polri mampu mempersembahkan kinerja yang jauh lebih baik daripada
sebelumnya.
5. Untuk itu dituntut Polri yang efisien, efektif, membuat prioritas, hemat.
59
BAB V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS
PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. TINDAKAN POLRI
2. BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
3. TINDAKAN YANG BENAR
4. ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
5. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
6. RAMBU-RAMBU/UKURAN TENTANG KEABSAHAN
BEBERAPA TINDAKAN POLRI
7. ASAS-ASAS MORAL POLRI
8. ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
9. PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN
DEMOKRATIS
60
Tindakan Polri
Preventif langsung
Preventif
Bentuk- Preventif tdk langsung
bentuk
Tindakan Represif non yustisial
Represif
Represif yustisial
Asas legalitas
Asas kewajiban
Asas-asas
umum Asas Partisipasi
pelaksanaan Asas Preventip
tugas Polri Asas Subsidiaritas
Asas Oportunitas
61
Prinsip-prinsip legalitas
dasar
nesesitas
penegakkan
hukum proporsionalitas noodzakelijk
zakelijk
Keabasahan atas kewajiban umum dolmatig
kepolisian
evenridig
Lambang Polri
Asas Profesionalitas
Asas Akuntabilitas
63
Prinsip-prinsip Universal
Menurut Kevin Cordy
Perpolisian Demokratis
BAB VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
a. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
b. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
c. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
65
LANDASAN YURIDIS
a. Undang-undang yang menjadi landasan Yuridis dalam pelaksanaan tugas Polri yang syarat dengan nilai-
nilai moral yang harus dipedomani Polri :
1) Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
2) Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
4) Berbagai Undang-Undang lainnya.
LANDASAN KEBIJAKAN
a. Landasan kebijakan :
1) Cita-cita nasional yang termuat dalam UUD 1945.
2) Indonesia negara demokratis yang berdasarkan hukum ( pasal 1 (1) dan pasal 1 (3) UUD 1945).
c. Kebijakan yang menyangkut Polri, karena itu semua kebijakan yang menyangkut Polri diarahkan untuk
membangun Polri yang kuat, mandiri dan profesional agar dapat mengawal pelaksanaan demokrasi dan
pencapaian cita-cita nasional.
69
d. Institusi-institusi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tugas Polri adalah :
1) DPR :
a) Membuat Undang-Undang
b) Menetapkan Anggaran
c) Persetujuan Kapolri yang akan diangkat oleh Presiden
2) Pemerintah / Presiden :
a) Kebijakan yang menyangkut Polri
b) Peraturan Pemerintah yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri.
c) Mengangkat Kapolri setelah mendapat persetujuan DPR.
4) Kapolri
a) Kebijakan teknis Polri.
b) Hubungan kerja dengan Badan, Lembaga serta instansi didalam dan luar negeri.
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. KEBEBASAN
2. KEWAJIBAN
3. HATI NURANI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. TANGGUNG JAWAB
71
KEBEBASAN
1. Kebebasan Struktural
Dengan terpisahnya Polri dengan Dep. Hankam dan Mabes ABRI menjadi institusi yang berdiri sendiri
yang langsung dibawah Presiden.
2. Kebebasan Individual
a. Kebebasan yuridis :
Kewenangan yang diberikan Undang-Undang dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang.
b. Kebebasan fisik Dalam pelaksanaan tugas Polri senantiasa dihadapkan pada ancaman-
ancaman phisik, psikis dan ancaman moral, dihadapkan dengan
c. Kebebasan psikologis godaan-godaan harta, jabatan, dalam bentuk penyanderaan, teror,
godaan-godaan dan janji-janji.
d. Kebebasan moral Untuk itu anggota Polri dituntut memiliki ketangguhan moral, dalam
mengatasi segala bentuk ancaman dan godaan terhadap kebebasan
e. Kebebasan eksistensial anggota Polri.
Merupakan kebebasan tertinggi, kebebasan untuk tetap menjadi dirinya sendiri, dengan teguh memegang
pendiriannya, karena hanya terikat pada kebenaran, kejujuran, keadilan tanpa terpengaruh dan atau mau
dipengaruhi oleh intervensi dari manapun juga. Dia sungguh-sungguh berpikir bebas dan mandiri, ia
berbuat baik bukan pengaruh orang lain tetapi keluar dari kesadarannya sendiri karena kewajibannyalah
yang menuntut dia berbuat seperti itu.
72
KEWAJIBAN
1. Tugas yang diberikan Undang-Undang kepada Polri menjadi kewajibannya untuk diselesaikan secara
baik. Tugas kewajiban yang berat dan beresiko tinggi tersebut maka perlu digaris bawahi pula bahwa
anggota Polri mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri yaitu kewajiban untuk mempertahankan diri.
KEWAJIBAN POLRI
- Thdp. Masy = tugas Polri
- Thdp dirinya sendiri :
mempertahankan diri.
KEWAJIBAN MASYARAKAT
- Mentaati semua peraturan-peraturan hukum
termasuk mentaati hukum upaya paksa oleh
Polri, sepanjang dilakukan sesuai ketentuan
hukum
73
1. HATI NURANI IALAH : PENGHAYATAN TENTANG BAIK ATAU BURUK BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAH LAKU KONKRIT KITA.
2. HATI NURANI MEMERINTAHKAN ATAU MELARANG KITA UNTUK MELAKUKAN SESUATU KINI DAN
DISINI.
3. HATI NURANI MERUPAKAN INSTANSI YANG MENILAI DARI SEGI MORAL PERBUATAN-PERBUATAN
YANG KITA LAKUKAN.
4. YANG MUTLAK DARI HATI NURANI ADALAH TUNTUTAN UNTUK TIDAK PERNAH MEYELEWENG
DARI APA YANG KITA SADARI SEBAGAI KEWAJIBAN KITA.
6. TIDAK MENGIKUTI HATI NURANI BERARTI MENGHANCURKAN INTEGRITAS PRIBADI KITA DAN
MENGHIANATI MARTABAT TERDALAM KITA.
74
Kesalahan pengambilan
keputusan dilapangan walaupun Kewajiban untuk selalu bertindak sesuai hati nurani, tentu tidak menjadi
pertama-tama kelihatannya kecil jaminan bahwa keputusan itu pasti benar.
tetapi dapat berdampak luas dan
fatal
Pada kenyataannya keputusan yang diambil bisa saja secara obyektif tidak
benar, yang mungkin karena informasi/masukan yang tidak lengkap atau
karena kita sebagai manusia biasa yang tidak ada yang sempurna
Anggota Polri terutama dilapangan
mutlak dituntut untuk memiliki
keberanian dan kemantapan Tetapi keputusan yang salah itu tidak berarti keputusan tersebut secara
moral salah juga
moral, dia tidak boleh ragu-ragu,
dia harus tegas dan bertanggung
jawab atas segala tindakannya Keputusan yang diambil secara hati nurani itu merupakan identitas
kemandirian moral kita
75
TANGGUNG JAWAB
1. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari kewajiban dan kebebasan yang dimiliki Polri.
2. Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan.
3. Yang dipertanggung jawabkan adalah semua perbuatan dengan segala akibatnya termasuk pula tidak
berbuat yang sebenarnya menjadi kewajibannya dengan segala akibatnya.
4. Tanggung jawab :
a. Tanggung jawab individu :
1) Tanggung jawab hukum :
a) Hukum disiplin
b) Tuntutan pra peradilan
c) Tuntutan perdata / ganti rugi
d) Tuntutan PTUN
e) Tuntutan pidana
2) Tanggung jawab moral
a) Sidang kode etik
b) Penyesalan
b. Tanggung jawab kolektif
Menyangkut nilai-nilai / norma-norma moral, maka tanggung jawab pada hakekatnya adalah
tanggung jawab individu, tetapi kalau ada korban adalah baik kalau Komando membantu menolong,
meringankan beban korban walaupun anggota yang berbuat belum tentu salah.
Secara moral adalah baik, kalau Komando berbuat demikian, lebih-lebih karena Polri adalah
pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.
76
5. Walaupun secara moral yang bertanggung jawab adalah masing-masing individu atas tingkah laku
yang diperbuat akan tetapi kalau kita mau jujur perlu pula dikaji apakah perbuatan / tingkah laku
individu itu tidak ada korelasinya dengan suatu kebijakan yang tidak tepat? Karena itu kalau ada
kasus-kasus besar yang terjadi walaupun berpangkal kepada kesalahan tingkah laku dilapangan perlu
masing-masing mengkaji secara moral pejabat-pejabat yang mengeluarkan kebijakan terkait dengan
kasus tersebut, mulai dari DPR, Presiden, Komisi Kepolisian Nasional, Kapolri, dan Kepala-kepala
Kesatuan Polri.
Kalau memang ada kesalahan dalam kebijakan maka kepada masing-masing pejabat yang terkait
secara moral juga dituntut untuk bertanggung jawab dan kalau memang ada kekeliruan yang harus
dipertanggung jawabkan secara hukum maka pejabat-pejabat yang terkait tersebut juga dituntut berani
mempertanggung jawabkan kebijakannya secara hukum.
Tanggung jawab adalah identitas dari orang yang memiliki kepribadian dengan moral yang
tertinggi dan terhormat.
77
BAB VIII
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIBRATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE
ETIK PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRIBRATA
B. CATUR PRASETYA 45
4. TRIBRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN TRIBRATA
7. HUBUNGAN TRIBRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRIBRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
13. INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
78
PENYIMPANGAN
SALAH/ PENYIMP
BURUK ANGAN
ETIKA
MASALAH
HATI NURANI
BENAR/ PERBUATAN
BAIK ETIS
TIDAK HANYA
PEMIKIRAN
TETAPI JUGA
RASA
HUKUM
TOLOK UKUR
PENYIMPANGAN
SECARA UMUM DISIPLIN
PENYIMPANGAN2 /
PELANGGARAN
TERHADAP KODE ETIK
PEDOMAN
PERILAKU
ANGGOTA
POLRI
79
AKIBAT PENYIMPANGAN
7 KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/32/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003 TENTANG KODE ETIK
PROFESI POLRI DAN KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/33/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003
TENTANG TATA CARA SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI.
9. PERATURAN KAPOLRI NO. POL : 7 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG KODE ETIK
PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN KAPOLRI NO. POL :
8 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE
ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
83
DIRUMUSKAN DALAM KODE ETIK PROFESI POLRI YANG MERUPAKAN KRISTALISASI NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DALAM
BAHASA SANSEKERTA
BAHASA BELANDA PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
DAN INDONESIA
1. De Politie is de 1. Polisi itu Rastra Kami Polisi Indonesia
eerste dienar van Sewakottama. Polisi itu • Berbakti kepada Nusa dan Bangsa dengan
landen volk. abdi utama daripada nusa penuh ketakwaan terhadap Tuhan Yang
2. De Politie is de dan bangsa. Maha Esa.
eerste burger van 2. Polisi itu Nagara • Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan
den staat. Yanottama. Polisi itu kemanusiaan dalam menegakkan hukum
3. De Politie is het warga negara utama dari negara Kesatuan Republik Indonesia yang
self discipline pada negara. berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
organ van het 3. Polisi itu Yana Anucasana • Senantiasa melindungi, mengayomi &
volk De Politieis Dharma. Polisi itu wajib melayani masyarakat dengan keihlasan
het geueten van menjaga ketertiban pribadi untuk mewujudkan keamanan dan
het volk. dari pada rakyat. ketertiban.
DIUBAH
Polisi adalah
• Rastra Sewakottama, abdi utama dari pada nusa dan bangsa.
• Nagara Yanottama, warga negara teladan dari pada negara.
• Yana Anucasana Dharma wajib menjaga ketertiban pribadi dari pada rakyat.
85
TRI BRATA ADALAH KAUL/IKRAR YANG MERUPAKAN SUATU PERNYATAAN YANG LUHUR DARI
JIWA SENDIRI KARENA TIDAK DAPAT MENYATAKAN LAIN DARI ITU. KAUL BUKAN SUMPAH
KARENA SUMPAH MENGANDUNG UNSUR PAKSAAN DARI LUAR.
MENURUT MAYJEN POL. SOEPARNO SOERIA ATMADJA LATAR BELAKANG TRI BRATA USAHA
MENCARI PEDOMAN BAGI POLRI DALAM :
TRI BRATA
87
2. RAPAT DEWAN GURU BESAR PTIK TAHUN 1953 YANG AKAN MEWISUDA MAHASISWA PTIK
ANGKATAN II YANG MEMBUTUHKAN KAUL UNTUK DIUCAPKAN.
3. PERMINTAAN DARI KEPALA POLISI PROPINSI PADA KONFERENSI DI AULA PTIK MEMINTA
KEPADA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA AGAR SUPAYA TRI BRATA ITU TIDAK HANYA DIPAKAI
SEBAGAI IKRAR DAN PEDOMAN HIDUP DARI KELUARGA PTIK SAJA TETAPI SUPAYA TRI BRATA
DIPAKAI PULA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP DARI JAWATAN KEPOLISIAN NEGARA.
4. DIIKRARKAN TRI BRATA PADA 1 JULI 1955 SEBAGAI PEDOMAN HIDUP KEPOLISIAN NEGARA
91
1. TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG BERGUNA SEBAGAI BATU UJIAN DALAM
MEMPERKEMBANGKAN NORMA-NORMA, TETAPI TIDAK DAPAT DITERAPKAN KEPADA
PERBUATAN DALAM KENYATAAN PRAKTEK YANG KONKRIT KARENA SIFATNYA TERLALU UMUM.
2. TRI BRATA ITU TIDAK MEMBERIKAN SUATU NORMA TETAPI DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA
KEPOLISIAN NEGARA, UNTUK MENJELMAKAN SENDIRI. KALAU KITA BERHADAPAN DENGAN
SUATU MASALAH BAGAIMANA TINDAKAN KITA, KALAU KITA MEMAHAMI SEBAGAI PEDOMAN,
SEBAGAI CITA-CITA IALAH TRI BRATA MAKA CITA MENJADI BEGINSEL DAN BEGINSEL MENJADI
GENERALE NORMA DAN GENERALE NORMA MENJADI CASUS ATAU CONCRETENORM. INI
DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA KEPOLISIAN.
3. TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN LUAS DENGAN SELURUH
KEHIDUPAN KEPOLISIAN SEHARI-HARI.
92
2. SEBAGAI MITHOS
TRI BRATA SEBAGAI MITHOS BERBEDA DENGAN MITHOS PADA UMUMNYA YANG TIDAK
BERDASARKAN KENYATAAN, SEDANGKAN TRI BRATA ADALAH SUATU MITHOS YANG
BERDASARKAN SUATU LOGOS, BERDASARKAN LOGISITERING SERTA RASIONALISATIE DARI
PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI. KARENA ITU PADA UMUMNYA MITHOS DIPERCAYA
KEBENARANNYA YANG TIDAK USAH DIUJI LAGI TETAPI TRI BRATA DIPERCAYA KEBENARANNYA
KARENA BERDASARKAN KENYATAAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ILMIAH DAN MENDALAM
TENTANG PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN.
TRI BRATA SEBAGAI JALAN YANG MERUPAKAN CAKUPAN TYPE IDEAL PERKEMBANGAN FUNGSI
POLISI MAKA DARI LOGOS MENJADI MITHOS SERTA PEDOMAN HIDUP YANG BAIK, DARI
KENYATAAN DAS SEIN MENJADI DAS SOLLEN. MITHOS BERTUJUAN UNTUK MENGGERAKKAN
HINGGA ANGGOTA POLRI TERDORONG UNTUK BERTINDAK SEBAGAI APA YANG TELAH
DITUNJUKKAN OLEH TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP ITU.
93
3. SEBAGAI ETHOS
LOGOS SEPERTI YANG TELAH DIJELASKAN MENJADI SUATU MITHOS YANG MENJADI / MERUPAKAN
PEDOMAN HIDUP DARI SELURUH ANGGOTA POLRI YANG HARUS DITEPATI, MAKA MITHOS ITU
MEMPENGARUHI LEVENSHOULDING DARI MANUSIA DAN DISINI JALAN MEMPENGARUHI DARI
ANGGOTA POLRI LANTAS MENJADI SUATU ETHOS DARI KEPOLISIAN NEGARA. DARI ETHOS ITU
MEMBERIKAN INSPIRASI DAN MEMBERIKAN SUATU ARHEIDSUREUGLE MENJAMIN BAHWA
ANGGOTA POLISI MERASA BANGGA TERHADAP BEROEPSETHIEEKNYA SEBAGAIMANA
TERCANTUM DALAM TRI BRATA.
80
POLISI SEBAGAI ORGAN DARI PADA NEGARA BERTUGAS UNTUK MELAYANI KEPENTINGAN
MASYARAKAT, MENYANGKUT KETERTIBAN DAN KEAMANAN UMUM.
POLISI ADALAH ABDI UTAMA NUSA DAN BANGSA (UTAMA KARENA POLISI ADALAH APARATUR
NEGARA YANG PALING PERTAMA/MEMPUNYAI HUBUNGAN YANG PALING ERAT DENGAN
MASYARAKAT, INGAT AZAS SUBSIDIARITAS).
MELAYANI, MENGAYOMI, MELINDUNGI, PATRIOTISME, CINTA TANAH AIR, CINTA NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA, CINTA NUSA & BANGSA INDONESIA, RELA BERKORBAN, PANTANG
MENYERAH, MENGUTAMAKAN PENCEGAHAN.
CATATAN
2. PENJELASAN PROF. DJOKO SOETONO, SH DALAM KULIAH DI PTIK “TRI BRATA” SEBAGAI
LOGOS, MITHOS DAN ETHOS MENYATAKAN : “MAKA POLISI SEBAGAI ORGAN DARI PADA
RAKYAT, SEBAGAI HATI NURANI SELALU MEMPERINGATKAN RAKYAT, INI TINDAKAN
KAMU SALAH, TETAPI KAMI ADALAH TIDAK DI ATAS KAMU, KAMI ADALAH SOCIALE
INSTITUT KAMI ADALAH SEBAGAI WARGA NEGARA DARI PADA REPUBLIK INDONESIA.
82
MENCAKUP SELURUH
DITARUH PADA SENDI-SENDI LAINNYA /
URUTAN I DARI TRI DIMAKSUDKAN SEBAGAI
BRATA / JADI BRATA I PARS PROTOTO UNTUK
DARI TRI BRATA SELURUH TRI BRATA
MOTTO RASTRA
SEWAKOTTAMA
DICANTUMKAN DALAM
PANJI-PANJI POLRI
BUKTI SEJAK AWAL TELAH DILETAKKAN LANDASAN DALAM TRI BRATA BAHWA POLRI
HARUS PERTAMA-TAMA MENGUTAMAKAN ORIENTASI PELAKSANAAN TUGASNYA
ADALAH PELAYANAN, PERLINDUNGAN DAN PENGAYOMAN KEPADA MASYARAKAT.
83
ARTI BRATA II
NAGARA YANOTTAMA : WARGA NEGARA TELADAN DARI PADA NEGARA
NEGARA DILIHAT DARI PENGERTIAN GESELLSCHAFT YANG BERSIFAT RASIONAL DIMANA NEGARA
SEBAGAI ORGANISASI YANG TERSUSUN SECARA RASIONAL DIMANA ANGGOTA MASYARAKAT
BERKEDUDUKAN SEBAGAI WARGA NEGARA YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN.
SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK MAKA SENANTIASA MENJUNJUNG TINGGI KAEDAH-KAEDAH
NEGARA.
POLISI ADALAH WARGA NEGARA TELADAN DARI PADA NEGARA : POLISI ADALAH ORANG YANG
DIPERCAYA MENGEMBAN TUGAS UNTUK MENEGAKKAN HUKUM SUPAYA TIDAK TERJADI KRISIS
KEWIBAWAAN MAKA PERTAMA-TAMA DITUNTUT PADA DIRINYA HARUS BERSIH TERLEBIH DAHULU
DAN HARUS MENTAATI SEMUA KEWAJIBANNYA SEBAGAI WARGA NEGARA. KARENA ITU POLISI
HARUS PERTAMA-TAMA MEMBERI CONTOH DAHULU, DIA DITUNTUT UNTUK MENJADI WARGA
NEGARA UTAMA YANG BISA DIJADIKAN TELADAN OLEH MASYARAKAT.
JADI PENGERTIAN TELADAN / UTAMA DISINI BUKAN MERUPAKAN WARGA NEGARA KELAS SATU
YANG MEMPUNYAI HAK LEBIH TINGGI DARI PADA WARGA NEGARA LAINNYA TETAPI WARGA NEGARA
YANG HARUS BISA MEMBERIKAN TELADAN / CONTOH BAGI MASYARAKAT, SEHINGGA MENDORONG
MASYARAKAT UNTUK MEMATUHI HUKUM.
84
PROF. DR. HOTMAN R. SIAHAAN PADA ORASI ILMIAH DIES NATALIS KE-59 PTIK YANG BERJUDUL
PARADIGMA PERPOLISIAN KOMUNITAS MENGANTISIPASI KONFLIK SOSIAL PILKADA PADA HAL 41
MENYATAKAN :
JADI BUKAN HANYA TELADAN DALAM MENTAATI HUKUM SAJA TETAPI LEBIH DARI PADAITU ADALAH
TELADAN MORALITAS YANG TERCERMIN PADA PERILAKU ANGGOTA POLRI DALAM PELAKSANAAN
FUNGSI DAN TUGAS POLRI SEBAGAI PELINDUNG, PELAYAN, PENGAYOM MASYARAKAT, SEBAGAI
PENEGAK HUKUM DAN MEMELIHARA KAMTIBMAS.
TUGAS POLISI
TUGAS DAPAT DICAPAI KALAU ADA SELF DISIPLIN DARI MASYARAKAT, ADANYA KESADARAN
BERKAIDAH DARI MASYARAKAT.
ADANYA KETERTIBAN PRIBADI DARI MASYARAKAT UNTUK MEMATUHI DAN MENTAATI HUKUM
YANG PADA HAKEKATNYA TERGANTUNG DARI PADA HATI NURANI DARI PADA MASYARAKAT.
TUGAS POLISI ADALAH MENJAGA KETERTIBAN PRIBADI DARI PADA RAKYAT / MENJAGA HATI
NURANI DARI PADA RAKYAT (POLISI ADALAH SELF DISIPLIN MASYARAKAT, POLISI ADALAH HATI
NURANI DARI PADA MASYARAKAT)
TRI BRATA
BRATA I BRATA II BRATA III
(Bhakti) (Dharma) (Waspada)
BHAKTI ADALAH PENGABDIAN DHARMA BANYAK ARTI KEBENARAN, BERJAGA SEPANJANG WAKTU AGAR
YANG DILANDASI CINTA HUKUMAN KEBAJIKAN & AGAMA MASY. TENTRAM
CATUR PRASETYA
CATUR PRASETYA CATUR PRASETYA
INDONESIA POLRI
KEDAULATAN
BENTUK NEGARA KEDAULATAN PASUKAN NEGARA BERDIRI
ADA DI TANGAN
KERAJAAN ADA PADA RAJA BHAYANGKARA KESATUAN SENDIRI
RAKYAT/NEGARA
YANG LEPAS
DEMOKRATIS
BERBENTUK DARI TNI
YANG
REPUBLIK
BERDASARKAN
HUKUM
POLISI/ MENJAGA KETENTRAMAN,
BHAYANGKARA KETERTIBAN, PENEGAKAN
ALAT PENGUASA/ PERATURAN SEKALIGUS
RAJA POLRI ADALAH ALAT NEGARA ABDI FUNGSI
PENGAWAL PRIBADI RAJA
NUSA & BANGSA YANG BERTUGAS POLRI
DAN NEGARA MAJAPAHIT
MELAYANI, MELINDUNGI, FUNGSI
MENGAYOMI, MEMELIHARA KEAMANA
KEAMANAN & KETERTIBAN SERTA N
MENEGAKKAN HUKUM
4. TAN SATRISNA : TIDAK TERIKAT TRISNA KEPADA SESUATU. MELAKSANAKAN TUGAS, TIDAK
TERIKAT SESUATU SEPI ING PAMRIH, MELAKSANAKAN TUGAS KARENA PANGGILAN
PENGABDIAN. KARENA KEWAJIBAN.
89
T
I. ABDI UTAMA ADALAH
R GOTONG ROYONG DALAM
I ARTI SOLIDARISME
MAU MEMBIKIN GOTONG ROYONG PANCA SILA
II. WARGANEGARA TELA DAN MASA MENJADI ADALAH INTI DARI DIPERAS MENJADI
B TOLONG MENOLONG GEMENSCHAP MASYARAKAT EKA SILA
R YANG
A III. MENJAGA KETERTIBAN GEMENSCHAP
PRIBADI DARI PADA RAKYAT
T SELF DISIPLIN
A
JADI MENURUT PROF. DJOKO SOETONO, SH., MELIHAT HUBUNGAN PANCASILA DAN TRI BRATA
SECARA UMUM YANG MENDASAR YAITU GOTONG ROYONG.
SILA-SILA PANCASILA TERPANCAR MENYINARI TRI BRATA DALAM WUJUD GOTONG ROYONG
90
LAMBANG POLRI
RASTRA SEWAKOTAMA : Abdi utama daripada Nusa dan Bangsa (Brata pertama dari Tri Brata)
sekalugus pelindung dan pengayom rakyat.
Tidak bertindak dan bersikap sebagai penguasa.
New Modern Police Philosopy “Vigilat Quiescant” (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
PERISAI : Pelindung
TIANG dan OBOR : Penerang, pemyadaran hati nurani masyarakat
PANCARAN OBOR : 17 – 8 – 1945 : Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sebagai
pernyataan tidak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
TANGKAI PADI dan KAPAS : Cita-cita bangsa masyarakat adil dan makmur, 20 september 1945
pelantikan Kepala Kepolisian Negara yang pertama.
TIGA BINTANG : TRI BRATA Pedoman Hidup Polri
WARNA KUNING KEEMASAAN : Kebesaran jiwa dan keagungan hati nurani anggota POLRI
WARNA HITAM : Keabadian, Sikap tenang dan mantap, selalu berpikir jernih, bersih dan tepat dalam
mengambil keputusan.
93
PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/17/VI/2002
Tanggal 24 Juni 2003
LATAR BELAKANG
PERLINDUNGAN TUNTUTAN
TUNTUTAN HAM PELAKSANAAN
REFORMASI TUGAS POLRI YANG
SUPREMASI LEBIH PROFESIONAL
HUKUM
LANGKAH PERUBAHAN
DASAR PEMIKIRAN
DIRUMUSKAN
DALAM BAHASA SULIT DIMENGERTI
SANSEKERTA / DIPAHAMI
TRI BRATA
SARAT DENGAN
FILSAFAT DIPERLUKAN RUMUSAN
DALAM BAHASA INDONESIA
YANG LEBIH SEDERHANA DAN
MUDAH DIMENGERTI
SEBAGAIMANA TRI BRATA SIFAT CATUR PRASETYA YANG DITULIS DALAM BAHASA
SANSEKERTA MENGUNDANG BANYAK PERTANYAAN TERMASUK PENGERTIANNYA
DALAM BAHASA INDONESIA YANG SELAMA INI DAPAT MENIMBULKAN BANYAK
MAKNA DAN INTERPRETASI
PERUBAHAN/PENYESUAIAN
KODE ETIKA PROFESI
KODE ETIK TIDAK STATIS DISESUAIKAN/DISELARASKAN DENGAN
PERUBAHAN/PERKEMBANGAN JAMAN DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN TUNTUTAN
MASYARAKAT.
PERUBAHAN
PERKEMBANGAN
JAMAN/TUNTUTAN
MASYARAKAT APANYA YANG
TERHADAP POLRI DIUBAH
KODE
ETIK
DIUBAH/ MENGAPA DIUBAH PROFESI
KODE ETIK POLRI DISESUAIKAN YANG
BARU
BAGAIMANA
PERUBAHANNYA
DIMENGERTI
DIPAHAMI
DISOSIALISASIKAN
DIHAYATI
DIAMALKAN
CITRA POLRI
PARTISIPASI MASYARAKAT
99
INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
MASYARAKAT SEMAKIN MAJU
DEKLARASI UNIVERSAL TENTANG HAM (THE
SEMAKIN MAJU TATA CARA INTERNATIONAL BILL OF HUMAN RIGHTS)
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEJAHATAN STANDAR ATURAN MINI MAL PERLAKUAN TERHADAP
NARA PIDANA / STANDAR MINIMUM RULES FOR THE
SEMAKIN MANUSIAWI DALAM TREATMENT OF PRISIONER)
MEMPERLAKUKAN PELAKU DAN
KORBAN KEJAHATAN DEKLARASI ANTI PENYIKSAAN DAN TINDAKAN ATAU
HUKUMAN KEJAM, TIDAK MANUSIAWI ATAU
POLRI HARUS MENGERTI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA (DECLARATION
MEMAHAMI STANDAR, PEDOMAN AGINST TURTUNE AND OTHER CRUEL, IN HUMAN OR
DAN INSTRUMEN-INSTRUMEN DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT)
PBB YANG BERKAITAN DENGAN
TUGAS POLRI BAIK YANG SUDAH PEDOMAN TINDAK TANDUK UNTUK PARA PENEGAK
DIRATIFIKASI/BELUM HUKUM (CODE OF CONDUCT FOR LAW ENFORCEMENT
OFFICIALS)
PENCEGAHAN &
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGGUNAAN KEKERASAN
PENANGGULANGAN DENGAN
DAN SENJATA API OLEH PETUGAS PENEGAK HUKUM
MENGADAKAN DAN
(BASIC PRINCIPLES ON THE USE OF FORCE AND FIRE
MENINGKATKAN KERJASAMA
ARMS BY LAW ENFORCEMENT OFFICIALS)
NEGARA-NEGARA DI DUNIA