Anda di halaman 1dari 106

PETUNJ

UK
PEMBANGUNAN ZONAI
NTEGRI
TAS
MENUJ
U WI
LAYAH BEBASDARIKORUPSI
DAN
WI
LAYAH BI
ROKRASIBERSI
H DAN MELAYANI
DILI
NGKUNGAN POLRI

J
akar
ta,7Apr
il2022
DAFTAR ISI
BAB I
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………… 1
2. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………..…………… 3
3. Pengertian Umum ……………………………………………………………………………………… 3
4. Dasar ………………………………………………………………………………………………..…… 4

BAB II
6
PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
5. Mekanisme Pembangunan Zona Integritas ................................................................................ 6
6. Kerangka Logis Pembangunan Zona Integritas ……………………………………….………..….. 9
7. Komponen Pengungkit dan Hasil …………………………………………………….………….…… 10

BAB III
24
EVALUASI PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS OLEH TPI
8. Mekanisme Evaluasi Zona Integritas Mandiri oleh TPI ……………………….……………………. 24

BAB IV
PENGAJUAN SATKER BERPREDIKAT MENUJU WBK DAN WBBM 28

BAB V
EVALUASI PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS OLEH TPN 30
9. Pra Evaluasi ................................................................................................................................. 30
10. Desk Evaluasi oleh TPN ………………………………………………………………………………. 31
11. Evaluasi Lapangan oleh TPN …………………………………………………………………………. 31
12. Penetapan Predikat Menuju WBK/WBBM …………………………………………………………… 34
13. Catatan Hasil Evaluasi Pembangunan ZI serta Saran Perbaikan dari Kementerian PANRB ..... 34

BAB VI
36
PEMANTAUAN SATKER/SAWIL BERPREDIKAT WBK/WBBM
14. Pemantauan Satker/Sawil Berpredikat WBK/WBBM ................................................................... 36
15. Pemberian Penghargaan bagi Satker/Satwil berpredikat WBK/WBBM ………………………… 36
16. Pencabutan Predikat WBK/WBBM ……………………………………………………………………. 37
17. Replikasi pada Satker/Satwil yang telah berpredikat WBK/WBBM ……………………………… 37

BAB VII 38
PENUTUP
LAMPIRAN:
PETUNJUK TEKNIS DAN BUKTI DUKUNG
LEMBAR KERJA EVALUASI (LKE)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MARKAS BESAR

KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Nomor: Kep/432/IV/2022
tentang
PETUNJUK PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI
DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI
DI LINGKUNGAN KEPALA KEPOLISAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa dalam rangka Pembangunan Zona Integritas (ZI) Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dipandang perlu menetapkan keputusan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun
2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;
6. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor;
7. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar
Kepolisian Republik Indonesia;
8. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: Kep/265/II/2021 tanggal
5 Februari 2021 tentang Petunjuk Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Polri.

Memperhatikan: 1. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: Kep/265/II/2021 tanggal
5 Februari 2021 tentang Petunjuk Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Polri;

2. Keputusan .....
KEPUTUSAN KAPOLRI
NOuOR : KEP/ IIV12fy#2
TANGGAL: 7 APRIL2022

2. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: Kep/145/l#022 fanggal


28 Januari 2022 tentang Penetapan Predikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun 2021 ;

3. saran dan pertimbangan star Mabes polri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK


PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN
WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI DI LINGKUNGAN POLRl,

1. petunjuk Pembangunan Zona lntngritas (Zl) Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani OwBBM) di Lingkungan Polri, digunakan sebagai acuan
dalam pembangunan dan penetapan Zona lntegritas (Zl) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBxp dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di Lingkungan Polri;
2. pembangunan Zl menuju WBK dan WBBM dilaksanakan di Satker tingkat Mabes Polri
dan tingkat Kewilayahan/Polda dan jajarannya;

3. pelaksanaan Pembangunan Zl menuju WBK dan WBBM di Lingkungan Polri didukung


anggaran DIPA Polri;

4. haLhal yang bernubungan dengan perkembangan pembangunan zl menuju wBKdan WBBM


di Lingkungan Polri yang memerlukan pengaturan lebih lanjut akan diatur dengan keputusan
tersendiri;

5, dengan difetapkannya keputusan ini maka Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor: Kepra65/ll/2021 tanggal 5 Februari 2021 tentang Petunjuk Pembangunan
Zona lntegritas (Zl) Menuju Wifayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani WBBM) di Lingkungan Polri dinyatakan tidak beriaku;

6. keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal: 7 April 2022

KepadaYth.:
Distribusi A, 8 dan C Mabes Polri.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Reformasi birokrasi telah memasuki fase akhir dari rangkaian periode reformasi birokrasi
2010-2024, sesuai Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
bahwa terdapat 3 fase pelaksanaan mulai tahun 2010-2014, 2015-2019, dan tentang bagaimana
pemerintah ingin mewujudkan pemerintah berkelas dunia, sasaran reformasi birokrasi diarahkan pada
tiga kondisi yaitu birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang kapabel, dan pelayanan publik yang
prima. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024.
Sasaran reformasi birokrasi tersebut menjawab hal yang menjadi prioritas Presiden Republik
Indonesia yaitu mewujudkan pemerintahan yang sederhana, simpel, lincah, dan cepat. Selain itu, dalam
beberapa kali kesempatan, presiden selalu menyampaikan bahwa yang menghambat pelayanan harus
dipangkas, terutama yang lambat, berbelit-belit dan terdapat pungli. Hal ini tentu saja menjadi prioritas
pelaksanaan reformasi birokrasi yang harus dikawal bersama oleh setiap instansi pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut, untuk melaksanakan arahan presiden dan mempercepat pencapaian
sasaran reformasi birokrasi yang terdapat pada road map reformasi birokrasi 2020-2024, terutama terkait
birokrasi yang bersih dan akuntabel, dan pelayanan publik yang prima, perlu dibangun Zona Integritas
(ZI). Oleh karena itu, pelaksanaan ZI yang merupakan miniatur pelaksanaan reformasi birokrasi pada unit
kerja/satuan kerja, diutamakan pada unit kerja/satuan kerja yang langsung memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Diharapkan unit yang membangun ZI dan mendapat predikat menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dapat menjadi percontohan bagi
unit kerja/satuan kerja lain.
Pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM menjadi strategi pemerintah dalam percepatan
pelaksanaan Reformasi Birokrasi guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi
kolusi nepotisme, peningkatan pelayanan publik yang berkualitas dan mewujudkan tatakelola
pemerintahan yang baik pada unit kerja/satuan kerja sebagai pilot project percontohan. Birokrasi sebagai
pelaksana tugas pemerintah terus melakukan perubahan dalam mencapai sasaran dengan
meningkatkan kualitas pelayanan publik serta memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat. Agar masyarakat merasakan hasil percepatan reformasi birokrasi yang telah dilakukan
pemerintah. Pembangunan ZI dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi dalam penegakan
integritas dan pelayanan berkualitas. Dengan demikian pembangunan ZI menjadi aspek penting dalam
hal pencegahan korupsi di pemerintahan. Upaya mewujudkan Satker berpredikat Wilayah Bebas dari

1 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Korupsi (WBK) telah dicanangkan oleh Kapolri disaksikan Menteri PANRB, Ketua BPK RI, DPR RI dan
stakeholder selaku pemerhati Polri pada tanggal 2 September 2013.
Komitmen Polri membangun WBK dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) terus
digulirkan sejak tahun 2016 dengan predikat WBK pada 3 Polres/Polresta yaitu Polresta Sidoarjo, Polres
Gresik dan Polres Jember dan pada tahun 2017 meningkatkan menjadi WBBM serta penambahan
predikat WBK pada 9 Satker/Satwil yaitu Polrestabes Surabaya, Polrestabes Semarang, Polresta
Pekanbaru, Polresta Padang, Polresta Banjarmasin, Polrestabes Medan, Polres Balikpapan, Polres
Serang dan Dittipidkor Bareskrim Polri sehingga s.d tahun 2017 Polri meraih 12 Satker predikat WBK dan
WBBM.
Tahun 2018 Polri mengusulkan 137 Satker yang meliputi Satker di jajaran Mapolda sebanyak
17 Satker dan Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro di 33 Polda sebanyak 120 untuk memperoleh
predikat WBK dan WBBM dan dinyatakan lolos berpredikat WBK sebanyak: 57 Satker/Satwil dan WBBM
sebanyak: 2 Polrestabes (Polrestabes Medan dan Polrestabes Surabaya). Pada tahun ini Polri
menduduki peringkat kedua setelah Kementerian Keuangan.
Tahun 2019 TPI Polri melakukan Penilaian dengan objek sasaran di 210 Satker/Satwil (27 Satker
tingkat Polda dan 183 Satwil), dari 210 Satker/Satwil Polri mengusulkan 164 Satker/Satwil untuk
memperoleh predikat WBK dan WBBM dan dinyatakan lolos berpredikat WBK sebanyak: 33 Satker/Satwil
dan WBBM sebanyak: 5 (Polres Metro Bekasi Kota, Polres Mojokerto, Polres Lamongan, Polres Malang
dan Polres Solok Kota).
Tahun 2020 TPI Polri melakukan Penilaian dengan objek sasaran di 290 Satker/Satwil serta
mengusulkan 92 Satker/Satwil yang telah berpredikat WBK untuk meningkatkan statusnya menjadi
WBBM, dari 382 Satker/Satwil Polri mengusulkan 347 Satker/Satwil untuk memperoleh predikat WBK
dan WBBM dan dinyatakan lolos berpredikat WBK sebanyak: 37 Satker/Satwil dan WBBM sebanyak:
8 (Polresta Malang Kota, Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Polres Bojonegoro, Ditlantas Polda DIY,
Polres Sleman, Ditreskrimsus Polda Kalsel, Ditreskrimsus Polda Kalteng dan Polres Gowa). Polri terus
berupaya meningkatkan pembangunan ZI di setiap unit-unit kerjanya. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan usulan Satker/Satwil untuk memperoleh WBK dan WBBM disetiap tahunnya. Tahun 2020
Polri mendapatkan penghargaan atas usulan unit kerja terbanyak nomor 3 (tiga) setelah Kementerian
Keuangan RI dan Mahkamah Agung untuk pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM
Tahun 2021 TPI Polri melakukan penilaian dengan objek sasaran di 514 Satker/Satwil dan
18 Satker/Satwil dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh TPI Polri, sehingga Polri mengusulkan
496 Satker/Satwil untuk memperoleh predikat WBK dan WBBM dan dinyatakan lolos berpredikat WBK
sebanyak: 36 Satker/Satwil dan WBBM sebanyak: 4 (Dittipidkor Bareskrim Polri, Ditreskrimsus Polda DIY,
Polres Banyuasin dan Polres Kotawaringin Barat). Pada tahun ini juga telah terbit Surat Telegram Kapolri

2 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Nomor: ST/677/III/REN.2.3./2021 tanggal 30 Maret 2021 tentang kewajiban bagi para Kasatker/Kasatwil
untuk membangun ZI.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Perpres Stranas PK), terdapat tiga sektor prioritas pencegahan korupsi yaitu,
perizinan dan tata niaga; keuangan negara; dan penegakan hukum dan Reformasi Birokrasi. Salah satu
sub aksi pada sektor penegakan hukum dan reformasi birokrasi adalah tentang pembangunan ZI.
Pembangunan ZI dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi dalam penegakan integritas dan
pelayanan berkualitas. Dengan demikian pembangunan ZI menjadi aspek penting dalam hal pencegahan
korupsi di pemerintahan.
Oleh karena itu, dalam rangka mempercepat pembangunan ZI di lingkungan Polri diperlukan
pedoman yang mengatur pelaksanaan ZI yang sesuai dengan Tupoksi Polri dengan menerapkan
instrumen ZI berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah yang meliputi
6 area perubahan bidang Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen
SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja dan Penguatan Kualitas Pelayanan
Publik baik pada aspek pemenuhan maupun aspek reform serta 3 komponen hasil yaitu indeks persepsi
pelayanan, indeks persepsi publik dan nilai AKIP.

2. Maksud dan Tujuan


Pedoman ini bertujuan untuk mempermudah para Kasatker/Kasatwil tingkat Mabes Polri, Polda
dan Polres dalam mempersiapkan Satker/Satwilnya guna meraih predikat ZI menuju WBK/WBBM
sehingga semakin banyak Satker/Satwil yang meraih ZI predikat WBK/WBBM dan citra Polri semakin
baik serta kesejahteraan anggota semakin meningkat.

3. Pengertian Umum
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri;
b. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah bagian dari Unit Organisasi Polri yang
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program dan kegiatan Polri, dan selaku
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

3 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


c. Kepala Satker yang selanjutnya disebut Kasatker adalah pimpinan Unit Organisasi Polri yang
bertanggung jawab melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program dan kegiatan
Polri, dan selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
d. Zona Integritas yang selanjutnya disingkat ZI adalah instansi pemerintah yang pimpinan dan
jajarannya telah berkomitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi,
khususnya dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta pelayanan publik
yang prima;
e. Wilayah Bebas dari Korupsi yang selanjutnya disingkat WBK adalah predikat yang diberikan
kepada suatu Satker/Satwil yang telah berhasil melaksanakan reformasi birokrasi dengan baik,
yang telah memenuhi sebagian besar kriteria proses perbaikan pada komponen pengungkit serta
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta pelayanan publik yang prima;
f. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani yang selanjutnya disingkat WBBM adalah predikat yang
diberikan kepada suatu unit kerja/satuan kerja yang telah berhasil melaksanakan reformasi
birokrasi dengan sangat baik, dengan telah memenuhi sebagian besar kriteria proses perbaikan
pada komponen pengungkit untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta
pelayanan publik yang prima;
g. Tim Penilai Internal yang selanjutnya disingkat TPI adalah tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi
pemerintah untuk melakukan evaluasi/penilaian dan memberikan rekomendasi terhadap
Satker/Satwil yang sedang membangun zona integritas;
h. Tim Penilai Nasional yang selanjutnya disingkat TPN adalah tim yang dibentuk untuk melakukan
evaluasi pembangunan ZI di Satker/Satwil yang diusulkan oleh instansi pemerintah yang terdiri
dari unsur kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara serta unsur dari instansi pemerintah lain yang mempunyai tugas dan fungsi dalam
evaluasi pembangunan ZI;
i. Lembar Kerja Evaluasi yang selanjutnya disingkat LKE adalah sebuah alat ukur atau tool dengan
format excel yang digunakan oleh TPI maupun TPN untuk melaksanakan penilaian Zona Integritas,
di mana memuat indikator pengungkit dan indikator komponen hasil.

4. Dasar
a. Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
c. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun
2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;

4 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 90 Tahun
2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah;
e. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Republik
Indonesia;
f. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;
g. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor.
h. Surat Telegram Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor: ST/677/III/REN.2.3./2021
tanggal 30 Maret 2021 tentang kewajiban bagi para Kasatker/Kasatwil untuk membangun Zona
Integritas.

5 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


BAB II
PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS

5. Mekanisme Pembangunan Zona Integritas


Untuk dinilai mampu mendapat predikat WBK/WBBM, pimpinan instansi terlebih dahulu perlu
memastikan terlaksananya pembangunan ZI dengan baik. Dalam pembangunan ZI, terdapat beberapa
tahapan yang perlu menjadi perhatian instansi dan unit kerja sebelum dilakukan penilaian/evaluasi secara
internal dan pengusulan kepada TPN.
a. Tahap I (Pencanangan Zona Integritas)
Pencanangan Pembangunan ZI adalah deklarasi/pernyataan dari Kasatker/Kasatwil bahwa
Satker/Satwilnya telah siap membangun ZI. Pencanangan Pembangunan ZI Satker/Satwil
dilaksanakan sebelum penilaian ZI oleh TPI.
Pencanangan Pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi pemerintah/unit kerja
yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya telah menandatangani Dokumen
Pakta Integritas. Penandatanganan dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara
massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka
mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum seluruh
pegawainya menandatangani Dokumen Pakta Integritas, dapat melanjutkan/melengkapi setelah
pencanangan pembangunan ZI.
1) kegiatan pada tahap pencanangan adalah sebagai berikut:
a) pembacaan secara lisan pernyataan (deklarasi) dari Kasatker/Kasatwil pembangunan
ZI menuju WBK dan WBBM. Deklarasi/pernyataan dari Kasatker/Kasatwil
pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM berisi tentang kesiapan Satker/Satwil
dalam membangun ZI menuju WBK dan WBBM kemudian dilanjutkan sambutan dari
salah satu perwakilan instansi pemerintah yang hadir ataupun perwakilan eksternal;
b) penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM
disaksikan dan dilaksanakan oleh:
(1) perwakilan internal:
(a) Kasatker/Kasatwil;
(b) Pejabat utama di lingkungan Satker/Satwil;
(c) sebagian personel di lingkungan Satker/Satwil;
(2) perwakilan instansi pemerintah, untuk tingkat:
(a) Mabes Polri dari Kementerian/Lembaga, minimal wakil dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI;

6 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(b) Polda dari instansi pemerintahan daerah provinsi; dan
(c) Polres dari instansi pemerintahan daerah kota/kabupaten;
(3) perwakilan eksternal
(a) Forkopimda, tokoh masyarakat, tokoh agama, perguruan tinggi serta
dunia usaha;
(b) masyarakat pengguna jasa layanan Satker/Satwil yang melakukan
pencanangan ZI;
c) piagam Pencanangan Pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM, paling sedikit
berisi:
(1) pernyataan komitmen untuk setiap Kasatker/Kasatwil untuk membangun ZI
yang telah dicanangkan;
(2) tidak menerima gratifikasi;
(3) menjunjung tinggi disiplin dan kode etik dalam pelaksanaan tugas;
(4) tidak korupsi, kolusi dan nepotisme;
(5) memberi pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan;
2) kegiatan pencanangan merupakan langkah awal pembangunan ZI, namun tidak diwajibkan
terdapat acara yang khusus/formal pada saat pencanangan, akan tetapi yang utama adalah
penyebarluasan informasi terkait instansi/unit kerja sedang melakukan upaya peningkatan
tata kelola serta kualitas pelayanan melalui pembangunan ZI;
b. Tahap II (Penetapan Unit Kerja)
Penetapan unit kerja Zona Integritas merupakan tindak lanjut pencanangan yang telah
dilakukan oleh pimpinan instansi. Unit kerja yang ditetapkan adalah unit kerja yang memenuhi
kriteria antara lain:
1) unit kerja yang melaksanakan layanan utama (core business) instansi;
2) unit kerja yang memiliki risiko tinggi dalam rangka penegakan budaya anti korupsi dan
pelayanan prima;
3) unit kerja yang mempunyai dampak luas pada masyarakat apabila melakukan
pembangunan ZI;
c. Tahap III (Pembangunan Unit Kerja)
Setelah pimpinan Instansi menetapkan unit kerja, maka yang selanjutnya harus dilakukan
adalah pembangunan area perubahan ZI. Unit kerja perlu melakukan penetapan program
pembangunan ZI ini harus disesuaikan dengan hasil identifikasi jenis layanan utama unit kerja, isu
strategis dan risiko-risiko yang dihadapi oleh unit kerja. Lalu perlu disusun berbagai solusi yang

7 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


inovatif sesuai proritas atas permasalahan-permasalahan. Program-program kerja ini kemudian
diselaraskan dengan enam area perubahan yang ada pada ZI.
Lebih lanjut untuk memastikan bahwa setiap program kerja ZI dapat berjalan dengan baik,
maka unit kerja perlu membentuk tim kerja yang terdiri dari pejabat dan pegawai pada unit kerja
untuk melakukan pembangunan pada tiap area perubahan. Tim-tim kerja inilah yang kemudian
menyusun dan mengkoordinasikan rencana kerja/aksi yang terukur dan memiliki target yang jelas
dalam pembangunan ZI untuk kemudian dilaksanakan dengan seluruh anggota unit kerja.
Dalam pembangunan ZI pada unit kerja, hal-hal yang perlu dilakukan dan menjadi perhatian
yaitu:
1) membangun komitmen antara Pimpinan dan pegawai dalam pembangunan ZI;
2) memperhatikan dan melengkapi unsur-unsur pembangunan ZI seperti dijelaskan pada
unsur pengungkit;
3) melaksanakan survei mandiri terkait pelayanan publik dan persepsi anti korupsi pada unit
kerja yang diusulkan, serta memastikan Satker/Satwil tersebut bebas dari korupsi, Pungli
dan praktik percaloan;
4) membuat inovasi dalam upaya perbaikan pelayanan publik dan pencegahan korupsi;
5) melaksanakan program atau kegiatan yang sifatnya bersinggungan langsung dengan
masyarakat atau stakeholder;
6) membuat strategi komunikasi/manajemen media dalam rangka menginformasikan semua
perubahan yang dilakukan oleh unit kerja ke masyarakat;
7) melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala atas kemajuan yang dilakukan oleh unit
kerja yang diusulkan.
d. Tahap IV (Pemantauan Pembangunan ZI)
Selama unit kerja membangun ZI di Internalnya masing-masing, maka perlu dilakukan
pendampingan dan pemantauan oleh Tim Penilai Internal (TPI). Hal ini untuk memastikan bahwa
pelaksanaan program pembangunan ZI berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Oleh karena itu, TPI dalam proses pembangunan juga mempunyai peran untuk:
1) menjadi tempat konsultasi bagi unit kerja yang sedang membangun ZI;
2) menjadi fasilitator dalam pemberian asistensi dan pendampingan dalam rangka
pembangunan ZI di unit kerja sehingga unit kerja mempunyai pemahaman dan persepsi
yang sama terkait komponen- komponen pembangunan ZI;
3) berkonsultansi kepada TPN terkait proses pembangunan ZI pada unit kerja;
Dalam hal pemantauan berkala, TPI harus mampu melakukan penilaian terhadap
pembangunan ZI yang dilakukan oleh unit kerja dan hasil penilaian tersebut disusun dalam bentuk

8 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


rekomendasi terhadap pimpinan instansi terhadap kelayakan unit kerja untuk diusulkan kepada
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI.
Pada tahap pembangunan sampai dengan tahap evaluasi hasil pembangunannya, terdapat
area-area yang menjadi yang perlu diperbaiki dan dioptimalkan, baik oleh Tim kerja ZI pada unit
kerja maupun TPI. Pembangunan area-area perubahan ini akan dapat membantu pencapaian
sasaran ZI yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta meningkatnya
pelayanan publik yang prima. Hubngan antara pembangunan enam area dan hasil yang akan
dicapai akan digambarkan lebih lanjut dalam kerangka logis pembangunan ZI.

6. Kerangka Logis Pembangunan Zona Integritas


Pembangunan ZI mencakup dua komponen yaitu pengungkit dan hasil. Komponen pengungkit
merupakan aspek tata kelola (governance) internal unit kerja dan komponen hasil merupakan bagaimana
stakeholder merasakan dampak/hasil dari perubahan yang telah dilakukan pada area pengungkit.
Di bawah ini yaitu gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing komponen dan indikator
pembangun komponen.

Melalui model tersebut dapat diuraikan bahwa program Manajemen Perubahan, Penataan
Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik merupakan komponen pengungkit yang diharapkan dapat
menghasilkan sasaran pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta kualitas pelayanan publik yang
prima. Pada area pengungkit terdiri dari dua aspek, yaitu pemenuhan dan reform.

9 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Penilaian terhadap setiap program dalam komponen pengungkit dan komponen hasil diukur
melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga dengan menilai indikator
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada pencapaian
sasaran.

7. Komponen Pengungkit dan Hasil


a. Komponen Pengungkit
Proses pembangunan ZI pada area pengungkit difokuskan pada enam area perubahan
bagian dari area perubahan reformasi birokrasi. Pembangunan area pengungkit merupakan
komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan ZI menuju
WBK/WBBM.
Area tersebut mencakup penerapan Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana,
Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat konkret. Di mana dalam setiap area tersebut,
setiap unit kerja harus memperhatikan aspek pemenuhan dan reform dalam pembangunan ZI.
Dalam pembangunan ZI, setiap unit kerja melaksanakan pembangunan enam area tersebut
secara konsisten dan berkelanjutan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik dalam kualitas
tata kelola pemerintah sehingga dampaknya stakeholder dapat merasakan kualitas layanan yang
semakin prima dan bebas dari korupsi.
Komponen pengungkit akan dijabarkan dalam bentuk lampiran petunjuk teknis dan bukti
dukung pada lampiran pedoman ini sebagai acuan untuk memudahkan, memberikan
keseragaman pemahaman, meningkatkan efektivitas dalam membangun ZI.
1) Manajemen Perubahan
Bertujuan untuk mentransformasi sistem dan mekanisme kerja organisasi serta
mindset (pola pikir) dan cultureset (cara kerja) individu ASN menjadi lebih adaptif, inovatif,
responsif, profesional, dan berintegritas sehingga dapat memenuhi tuntutan perkembangan
zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Kondisi yang ingin dicapai
pada area perubahan ini:
a) terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja pada Satker/Satwil yang diusulkan
sebagai ZI menuju WBK/WBBM;
b) menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi
terhadap perubahan;
c) terimplementasikannya core value ASN berakhlak (berorientasi pelayanan,
akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif).

10 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Atas dasar tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan manajemen perubahan, yaitu:
 Aspek Pemenuhan
a) tim kerja
Langkah kerja pembangunan ZI program manajemen perubahan tahap
pembentukan Tim Kerja Penyusunan Tim Kerja dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
(1) Satker/Satwil telah membentuk tim untuk melakukan pembangunan ZI menuju
WBK/WBBM;
(2) penentuan anggota tim selain pimpinan dipilih melalui prosedur/mekanisme
yang jelas;
b) rencana pembangunan ZI menuju WBK/WBBM
Langkah kerja pembangunan ZI program manajemen perubahan tahap
rencana pembangunan ZI, dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
(1) dokumen rencana kerja pembangunan ZI menuju WBK/WBBM telah disusun;
(2) dokumen rencana kerja pembangunan ZI menuju WBK/WBBM telah memuat
target-target prioritas yang relevan dengan tujuan pembangunan ZI menuju
WBK/WBBM;
(3) terdapat mekanisme atau media untuk mensosialisasikan pembangunan ZI
menuju WBK/WBBM.
c) pemantauan dan evaluasi pembangunan ZI menuju WBK/WBBM
Langkah kerja pembangunan ZI program manajemen perubahan tahap
pemantauan dan evaluasi pembangunan ZI menuju WBK/WBBM, dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
(1) seluruh kegiatan pembangunan ZI dan WBK/WBBM telah dilaksanakan sesuai
dengan target yang direncanakan;
(2) monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan ZI menuju WBK/WBBM;
(3) menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi.
d) perubahan pola pikir dan budaya kerja
Langkah kerja pembangunan ZI program manajemen perubahan tahap
perubahan pola pikir dan budaya kerja, dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) pimpinan berperan sebagai role model dalam pelaksanaan pembangunan ZI
menuju WBK/WBBM;
(2) agen perubahan telah ditetapkan;

11 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(3) budaya kerja dan pola pikir telah dibangun di lingkungan Polri;
(4) anggota di lingkungan Polri terlibat dalam pembangunan ZI menuju
WBK/WBBM.
 Aspek Reform
Pada aspek reform, pengukuran keberhasilan area ini dilakukan dengan
melihat kondisi apakah:
a) Komitmen dalam perubahan:
(1) agen perubahan telah membuat perubahan yang konkret;
(2) perubahan yang dibuat agen perubahan telah terintegrasi dalam sistem
manajemen;
b) komitmen pimpinan
Pimpinan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi,
dengan adanya target capaian reformasi yang jelas didokumen perencanaan
instansinya
c) membangun budaya kerja
Satker/Satwil membangun budaya kerja positif dan menerapkan nilai-nilai
organisasi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

2) Penataan Tatalaksana
Penataan tata laksana, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem,
proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada ZI menuju
WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai pada masing-masing program ini yaitu:
a) meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan
manajemen pemerintahan di ZI menuju WBK/WBBM;
b) meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan di ZI menuju
WBK/WBBM; dan
c) meningkatnya kinerja di ZI menuju WBK/WBBM.
Atas dasar tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan penataan tatalaksana, yaitu:
 Aspek Pemenuhan
a) prosedur operasional tetap/piranti lunak kegiatan utama
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya telah dilakukan, seperti:

12 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(1) prosedur operasional mengacu kepada Tupoksi Satker/Satwil di lingkungan
Polri;
(2) prosedur operasional Satker/Satwil telah diterapkan;
(3) prosedur operasional Satker/Satwil telah dievaluasi;
b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya telah dilakukan:
(1) sistem pengukuran kinerja Satker/Satwil berbasis sistem informasi;
(2) sistem kepegawaian berbasis sistem informasi;
(3) sistem pelayanan publik berbasis sistem informasi; dan
(4) telah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan teknologi
informasi;
c) Keterbukaan Informasi Publik
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya telah dilakukan, seperti:
(1) kebijakan tentang keterbukaan informasi publik sudah diterapkan di lingkungan
Polri sesuai dengan perundang-undangan;
(2) monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan keterbukaan
informasi publik.
 Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
a) Peta proses bisnis mempengaruhi penyederhanaan jabatan dilakukan dengan
melihat apakah telah disusun peta proses bisnis dengan adanya penyederhanaan
jabatan;
b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang terintegrasi:
(1) implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan
pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien;
(2) implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan
pelayanan internal organisasi yang lebih cepat dan efisien;
c) transformasi digital memberikan nilai manfaat:
(1) transformasi digital pada bidang proses bisnis utama telah mampu memberikan
nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;
(2) transformasi digital pada bidang administrasi pemerintah telah mampu
memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;

13 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(3) transformasi digital pada bidang pelayanan publik telah mampu memberikan
nilai manfaat bagi organisasi secara optimal.

3) Penataan Sistem Manajemen SDM


Penataan Sistem Manajemen SDM di lingkungan Polri bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM Polri pada ZI Menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai melalui
program ini yaitu:
a) meningkatkan ketaatan terhadap pengelolaan SDM di lingkungan Polri pada
masing-masing ZI menuju WBK/WBBM;
b) meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM di lingkungan Polri
pada masing-masing ZI menuju WBK/WBBM;
c) meningkatnya disiplin SDM di lingkungan Polri pada masing-masing ZI menuju
WBK/WBBM;
d) meningkatnya efektivitas manajemen SDM di lingkungan Polri pada ZI menuju
WBK/WBBM;
e) meningkatnya profesionalisme SDM di lingkungan Polri pada ZI menuju WBK/WBBM.
Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan sistem manajemen SDM di lingkungan Polri, yaitu:
 Aspek Pemenuhan
a) perencanaan kebutuhan personel sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
(1) Satker/Satwil telah membuat rencana kebutuhan personel di Satker/Satwilnya
dalam hal rasio dengan beban kerja dan kualifikasi pendidikan;
(2) Satker/Satwil telah menerapkan rencana kebutuhaan personel
di Satker/Satwilnya;
(3) Satker/Satwil telah menerapkan monitoring dan evaluasi terhadap rencana
kebutuhan personel di Satker/Satwilnya;
b) pola mutasi internal
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
(1) Satker/Satwil telah menetapkan kebijakan pola mutasi internal;
(2) Satker/Satwil telah menerapkan kebijakan pola mutasi internal,

14 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(3) Satker/Satwil telah memiliki monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan pola
rotasi internal;
c) pengembangan personel berbasis kompetensi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti;
(1) Satker/Satwil melakukan Training Need Analysis untuk pengembangan
kompetensi;
(2) dalam menyusun rencana pengembangan kompetensi personel, telah
mempertimbangkan hasil pengelolaan kinerja personel;
(3) tingkat kesenjangan kompetensi pegawai yang ada dengan standar
kompetensi yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan;
(4) terdapat kesempatan/hak bagi personel pada Satker/Satwil terkait untuk
mengikuti Dikbang (pendidikan pengembangan umum dan spesialisasi)
maupun pengembangan kompetensi lainnya;
(5) telah melakukan upaya pengembangan kompetensi (capacity building/transfer
knowledge); dan
(6) telah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil pengembangan
kompetensi dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja;
d) penetapan kinerja individu
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti;
(1) telah memiliki penilaian kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi
(Sistem Manajemen Kinerja bagi anggota Polri dan Penilaian Prestasi Kerja
bagi PNS Polri);
(2) ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja
individu level di atasnya;
(3) telah melakukan pengukuran kinerja individu secara periodik;
(4) hasil penilaian kinerja individu telah dilaksanakan/diimplementasikan mulai dari
penetapan, implementasi dan pemantauan;
e) penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku personel
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku
telah dilaksanakan/diimplementasikan.

15 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


f) sistem informasi personel.
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti pelaksanaan sistem informasi personel pada
Satker/Satwil telah dimutakhirkan secara berkala.
 Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
a) Kinerja Individu
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah ukuran
kinerja individu telah berorientasi hasil (outcome) sesuai pada levelnya.
b) Assessment pegawai
Diukur dengan melihat apakah hasil assessment telah dijadikan pertimbangan
untuk mutasi dan pengembangan karier pegawai.
c) pelanggaran disiplin personel
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat apakah terjadi penurunan
pelanggaran disiplin personel.

4) Penguatan Akuntabilitas Kinerja


Akuntabilitas kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas
kinerja Polri. Target yang ingin dicapai melalui program ini yaitu:
a) meningkatnya kinerja instansi pemerintah; dan
b) meningkatnya akuntabilitas instansi pemerintah.
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian program ini digunakan
indikator-indikator:
 Aspek Pemenuhan
a) Keterlibatan Pimpinan
Dalam penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja, salah satu komponen
yang termasuk di dalamnya adalah dokumen perencanaan strategis Satker/Satwil
tersebut. Dokumen ini menyajikan arah pengembangan yang diinginkan dengan
memperhatikan kondisi Satker/Satwil saat ini termasuk sumber daya yang dimiliki,
strategi pencapaian, serta ukuran keberhasilan. Agar penjabaran dokumen
perencanaan strategis ini dapat terlaksana dengan baik dibutuhkan keterlibatan
pimpinan Satker/Satwil. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pimpinan
Satker/Satwil, sebagai berikut:

16 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(1) Satker/Satwil telah melibatkan Pimpinan/Kasatker secara langsung pada saat
penyusunan perencanaan;
(2) Satker/Satwil telah melibatkan secara langsung Pimpinan/Kasatker saat
penyusunan penetapan kinerja;
(3) Pimpinan/Kasatker telah memantau pencapaian kinerja secara berkala.
b) pengelolaan akuntabilitas kinerja
Pengelolaan akuntabilitas kinerja terdiri dari pengelolaan data kinerja,
pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja. Untuk mengukur pencapaian program ini
digunakan indikator:
(1) Satker/Satwil telah memiliki dokumen perencanaan;
(2) dokumen perencanaan telah berorientasi hasil;
(3) Indikator Kinerja Utama (IKU) yang memiliki kriteria Specific, Measurable,
Acheivable, Relevant and Time bound (SMART);
(4) Satker/Satwil telah menyusun laporan kinerja tepat waktu;
(5) pelaporan kinerja telah memberikan informasi tentang kinerja;
(6) Satker/Satwil telah berupaya meningkatkan kapasitas SDM yang menangani
akuntabilitas kinerja;
(7) Satker/Satwil telah membangun sistem informasi kinerja
(8) Satker/Satwil telah memiliki ukuran kinerja sampai ke individu.
 Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
a) Meningkatnya capaian kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi persentase sasaran
dengan capaian 100% atau lebih.
b) Pemberian reward and punishment
Pengukuran indikator ini dilakukan dnegan melihat kondisi apakah hasil
capaian/monitoring Perjanjian Kinerja telah dijadikan dasar sebagai pemberian
reward and punishment bagi organisasi Polri.
c) Kerangka logis kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah terdapat
penjenjangan kinerja yang mengacu pada kinerja utama organisasi dan dijadikan
dalam penentuan kinerja seluruh pegawai.

17 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


5) Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan organisasi
Polri yang bersih dan bebas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Target yang ingin dicapai
melalui program ini yaitu:
a) meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara;
b) menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang pada Satker/Satwil;
c) meningkatnya sistem integritas di Satker/Satwil dalam upaya pencegahan KKN.
Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan penguatan pengawasan, yaitu:
 Aspek Pemenuhan
a) pengendalian gratifikasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah memiliki public campaign tentang pengendalian gratifikasi;
(2) Satker/Satwil telah mengimplementasikan pengendalian gratifikasi.
b) Penerapan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP)
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah membangun lingkungan pengendalian berupa peraturan
perundang-undangan;
(2) Satker/Satwil telah melakukan penilaian risiko atas Satker/Satwil berupa daftar
identifikasi risiko yang dihadapi dalam pencapaian tujuan organisasi;
(3) Satker/Satwil telah melakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir
risiko yang telah diidentifikasi berupa daftar identifikasi risiko termasuk
pengendalian dampak yang mungkin terjadi;
(4) Satker/Satwil telah mengomunikasikan dan mengimplementasikan SPI kepada
seluruh pihak terkait berupa Peraturan Kapolri tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP);
c) pengaduan masyarakat
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah mengimplementasikan kebijakan pengaduan masyarakat;
(2) Satker/Satwil telah melaksanakan tindak lanjut atas hasil penanganan
pengaduan masyarakat;

18 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(3) Satker/Satwil telah melakukan monitoring dan evaluasi atas penanganan
pengaduan masyarakat;
(4) Satker/Satwil telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas penanganan
pengaduan masyarakat;
d) Whistle Blowing System (WBS)
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah menerapkan WBS;
(2) Satker/Satwil telah melakukan evaluasi atas penerapan WBS;
(3) Satker/Satwil menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan WBS;
e) penanganan benturan kepentingan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah mengidentifikasi benturan kepentingan dalam pelaksanaan
Tupoksi;
(2) Satker/Satwil telah menyosialisasikan penanganan benturan kepentingan;
(3) Satker/Satwil telah mengimplementasikan penanganan benturan kepentingan;
(4) Satker/Satwil telah melakukan evaluasi atas penanganan benturan
kepentingan;
(5) Satker/Satwil telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas penanganan benturan
kepentingan.
 Aspek Reform
a) mekanisme pengendalian aktivitas
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah telah
dilakukan mekanisme pengendalian aktivitas secara berjenjang.
b) penanganan pengaduan masyarakat
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat persentase penanganan
pengaduan masyarakat.
c) penyampaian laporan harta kekayaan pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi:
(1) tingkat kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) ke KPK bagi pejabat di lingkungan Polri yang wajib LHKPN;

19 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(2) tingkat kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil
Negara (LHKASN) melalui aplikasi Sistem Informasi Pelaporan Harta
Kekayaan (SiHARKA) bagi pejabat di lingkungan Polri yang tidak wajib LHKPN.

6) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kualitas dan inovasi pelayanan publik di lingkungan Polri secara berkala sesuai kebutuhan
dan harapan masyarakat. Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan
untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan
masyarakat sebagai sarana untuk melakukan perbaikan pelayanan publik.
Target yang ingin dicapai melalui program peningkatan kualitas pelayanan publik ini
yaitu:
a) meningkatnya kualitas pelayanan publik yang lebih cepat, lebih murah, lebih aman,
dan lebih mudah dijangkau di jajaran Polri;
b) meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi pelayanan
nasional dan/atau internasional; dan
c) meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan
publik.
Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan peningkatan kualitas pelayanan publik, yaitu:
 Aspek Pemenuhan
a. standar pelayanan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah memiliki kebijakan standar pelayanan;
(2) Satker/Satwil telah memaklumatkan standar pelayanan;
(3) Satker/Satwil telah melakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan dan
Peraturan Kasatker/SOP;
(4) Satker /Satwil telah melakukan publikasi atas standar pelayanan dan maklumat
pelayanan.
b) budaya pelayanan prima
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:

20 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(1) Satker/Satwil telah melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan
dan/atau kompetensi tentang penerapan budaya pelayanan prima;
(2) Satker/Satwil telah memiliki informasi tentang pelayanan mudah diakses
melalui berbagai media;
(3) Satker/Satwil telah memiliki sistem reward and punishment bagi pelaksana
layanan;
(4) Satker/Satwil pemberian kompensasi kepada penerima layanan apabila
layanan tidak sesuai standar;
(5) Satker/Satwil telah memiliki sarana layanan terpadu/terintegrasi;
(6) Satker/Satwil telah melakukan inovasi pelayanan.
c) pengelolaan pengaduan
(1) terdapat media pengaduan dan konsultasi pelayanan yang terintegrasi dengan
SP4N-Lapor;
(2) terdapat unit/penanggung jawab yang mengelola pengaduan dan konsultasi
pelayanan;
(3) telah dilakukan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan konsultasi.
d) penilaian kepuasan terhadap pelayanan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan:
(1) Satker/Satwil telah melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan;
(2) hasil survei kepuasan masyakat dapat diakses secara terbuka; dan
(3) Satker/Satwil telah melakukan tindak lanjut atas hasil survei kepuasan
masyarakat.
e) peningkatan teknologi informasi
(1) telah menerapkan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan;
(2) telah terbangun database yang terintegrasi;
(3) telah dilakukan perbaikan secara terus menerus terkait penggunaan teknologi
informasi dalam pemberian pelayanan.
 Aspek Reform
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat:
a) Upaya dan/atau inovasi telah mendorong perbaikan pelayanan publik:
(1) kesesuaian persyaratan;
(2) kemudahan system, mekanisme dan prosedur;

21 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(3) kecepatan waktu penyelesaian;
(4) kejelasan biaya/tarif, gratis;
(5) kualitas produk spesifikasi jenis pelayanan;
(6) kompetensi pelaksana/web;
(7) perilaku pelaksana/web;
(8) kualitas sarana dan prasarana;
(9) penanganan pengaduan, saran dan masukan.
b) Upaya dan/atau inovasi pada perijinan/pelayanan telah dipermudah:
(1) waktu lebih cepat;
(2) pelayanan publik yang terpadu;
(3) alur lebih pendek/singkat;
(4) terintegrasi dengan aplikasi.
c) Penanganan pengaduan pelayanan
Indikator ini diukur dengan melihat tingkat penyelesaian pengaduan pelayanan
disertai media konsultasi yang disediakan melalui berbagai kanal/media secara
responsif dan bertanggung jawab.

b. Komponen Hasil
Dalam pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM, fokus pelaksanaan reformasi birokrasi
tertuju pada dua sasaran utama, yaitu:
1) Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Akuntabel
Sasaran terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel diukur dengan
menggunakan ukuran:
a) nilai persepsi korupsi (survei eksternal);
Nilai Persepsi Korupsi merupakan hasil survei kuantitatif terhadap stakeholders
yang terkait dengan suatu instansi tentang tingkat korupsi yang terjadi pada unit kerja
yang mengusulkan zona integritas. Beberapa hal utama terkait komponen survei ini
yaitu:
(1) Diskriminasi Pelayanan
Memastikan bahwa unit kerja memberikan pelayanan dengan tidak
membedakan karena faktor suku, agama, kekerabatan, almamater dan
sejenisnya.

22 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


(2) Kecurangan pelayanan
Memastikan bahwa tidak terjadi pemberian layanan yang tidak sesuai
dengan ketentuan sehingga mengindikasikan kecurangan.
(3) Menerima imbalan dan/atau gratifikasi
Memastikan bahwa unit kerja tidak menerima/bahkan meminta imbalan
dan/atau gratifikasi di luar ketentuan yang berlaku.
(4) Percaloan
Memastikan bahwa unit kerja yang mengusulkan Zona Integritas tidak
terdapat praktik-praktik percaloan (baik pihak percaloan dapat berasal dari
oknum pegawai pada unit layanan, maupun pihak luar yang memiliki
hubungan/atau tidak memiliki hubungan dengan oknum pegawai).
(5) Pungutan Liar
Memastikan bahwa tidak terjadi permintaan biaya di luar dari ketentuan
standar biaya resmi pada unit kerja yang mengajukan Zona integritas.
b) Capaian Kinerja lebih baik.
Capaian Kinerja lebih baik dilakukan pengukuran untuk memastikan bahwa
selain dari aspek pelayanan serta integritras, unit kerja juga memperhatikan
ketercapaian kinerja terhadap kinerja yang diperjanjikan. Kriteria capaian kinerja
mencakup:
(1) target kinerja utama tercapai lebih dari 100% dan lebih baik dari capaian kinerja
utama tahun sebelumnya serta lebih baik dari capaian kinerja nasional atau
rata-rata capaian kinerja unit yang sejenis;
(2) target kinerja utama tercapai 100% dan lebih baik dari tahun sebelumnya;
(3) target kinerja utama tercapai 100% atau lebih, namun tidak lebih baik dari
capaian kinerja utama tahun sebelumnya;
(4) target kinerja utama tidak tercapai;
(5) kinerja utama tidak berorientasi hasil.
2) Kualitas Pelayanan Publik yang prima
Sasaran Terwujudnya kualitas pelayanan publik yang prima diukur melalui nilai
persepsi kualitas pelayanan (survei eksternal). Pelaksanaan survei persepsi kualitas
pelayanan mengacu pada kebijakan terkait survei kepuasan masyarakat (SKM) yang
diterbitkan oleh Kementerian PANRB c.q. Deputi Bidang Pelayanan Publik.

23 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


BAB III
EVALUASI PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
OLEH TIM PENILAI INTERNAL

8. Mekanisme Evaluasi Zona Integritas Mandiri oleh TPI


Setelah unit kerja/satuan kerja membangun ZI, maka selanjutnya unit kerja/satuan kerja tersebut
akan dilakukan evaluasi oleh TPI untuk melihat kualitas pembangunan yang telah dilakukan. TPI
merupakan Tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi pemerintah untuk melakukan evaluasi dan
memberikan rekomendasi (assess dan assist) terhadap unit kerja/satuan kerja yang sedang membangun
ZI. Pada implementasinya, penilaian internal dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
(APIP) atau APIP yang dibantu unit lain yang ditunjuk yang mampu untuk melakukan penilaian dan
asistensi pada komponen pembangunan ZI. TPI mempunyai tugas:
a. melakukan evaluasi terhadap pembangunan ZI yang dilakukan oleh unit kerja/satuan kerja;
b. memberikan rekomendasi perbaikan kepada unit kerja/satuan kerja atas pembangunan ZI;
c. menyampaikan hasil evaluasi kepada pimpinan instansi terhadap kelayakan unit kerja/satuan kerja
yang akan diajukan mendapat predikat Menuju WBK/WBBM kepada TPN;
d. melakukan pemantauan secara berkala terhadap unit yang telah mendapat predikat Menuju
WBK/WBBM dan melaporkannya kepada Kementerian PANRB.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh TPI pada saat melakukan evaluasi internal kepada unit
kerja/satuan kerja yaitu:
a. memastikan tindak lanjut hasil pengawasan dari APIP/BPK telah selesai 100%;
b. memastikan hasil evaluasi penerapan SAKIP minimal “B” untuk menuju WBK dan minimal “BB”
untuk Menuju WBBM;
c. memastikan tingkat kepatuhan penyampaian LHKPN dan LHKASN;
d. komitmen dan pemahaman pimpinan serta pegawai terkait pembangunan ZI;
e. kualitas implementasi dari komponen pengungkit serta data dukung implementasinya;
f. inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh unit kerja/satuan kerja;
g. menentukan penilaian dari hasil survei yang didapat;
h. capaian kinerja dari unit kerja/satuan kerja dan tren pencapaian kinerja pada tahun-tahun
sebelumnya.

24 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Sebelum melakukan evaluasi kepada unit kerja/satuan kerja, TPI perlu meningkatkan kapasitas
SDM evaluator dengan pemahaman tentang substansi komponen pembangunan ZI, enam area
perubahan dan hasil, serta pelatihan tentang pengisian Lembar Kerja Evaluasi (LKE) sehingga hasil
evaluasi yang dilakukan oleh TPI dapat diandalkan kualitasnya. Berikut mekanisme penilaian/evaluasi
pembangunan ZI oleh TPI:
a. Mekanisme Penilaian Internal

1) Penilaian Pendahuluan
Penilaian pendahuluan dilakukan oleh tim asistensi/penilai dari TPI Polda yang
merupakan Kelompok Kerja yang terdiri dari personel yang memahami atau menangani
komponen pengungkit pada pembangunan ZI sehingga tim dapat memberikan penilaian
secara objektif terhadap pembangunan ZI yang dilakukan oleh unit kerja. Tim
asistensi/penilai dapat ditunjuk dari Itwasda, Bidpropam, Ro SDM dan Rorena Polda
(Bag RB Rorena Polda) untuk melakukan asistensi (6 area perubahan dan standar
pelayanan publik), memantau, mendampingi pembangunan ZI terhadap Satker tersebut
sebagai salah satu fungsi pembinaan. Penilaian pendahuluan menggunakan instrumen
penilaian yang sama yang digunakan oleh TPI Mabes Polri.
Hasil penilaian oleh tim asistensi/penilai dari TPI Polda menjadi dasar apakah unit
kerja layak dilakukan evaluasi/penilaian pembangunan ZI oleh TPI Mabes Polri. Apabila
memenuhi kriteria penilaian pembangunan ZI, maka Kapolda atau Karorena atas nama
Kapolda mengirimkan surat kepada Kapolri atau Asrena Kapolri u.p. Karo RBP perihal
pengusulan Satker untuk dievaluasi pembangunan ZI oleh TPI Mabes Polri.

25 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


2) Evaluasi/Penilaian oleh TPI Mabes Polri
Setelah menerima surat usulan dari Polda, TPI Mabes Polri melakukan evaluasi
dengan menggunakan Lembar Kerja Evaluasi (LKE) sebagai alat bantu evaluasi serta
melakukan pengecekan standar Pelayanan Publik pada Satker yang diusulkan dan
menyusun laporan hasil evaluasi internal yang memuat simpulan apakah Satker memenuhi
atau belum memenuhi kriteria untuk diajukan evaluasi ke TPN. Hasil penilaian yang telah
dilakukan oleh TPI Mabes Polri kemudian disampaikan kepada Kapolri bersamaan dengan
surat usulan kepada TPN perihal Pengajuan Satker Berpredikat Menuju WBK dan WBBM.
Apabila unit kerja yang melakukan pembangunan ZI adalah Satker tingkat Mabes Polri,
maka TPI Mabes Polri langsung melakukan evaluasi terhadap satuan kerja tersebut dengan
terlebih dahulu melakukan asistensi, Satker tingkat Mabes Polri dapat mengirimkan
permintaan asistensi kepada Asrena Kapolri u.p. Karo RBP untuk dapat dilakukan asistensi
oleh Tim dari Biro RBP Srena Polri.

b. Lembar Kerja Evaluasi


Pada saat melakukan evaluasi, TPI melakukan pengisian terhadap LKE untuk mengetahui
kualitas pembangunan ZI terkait komponen pengungkit dan hasil. LKE Evaluasi ZI sebagaimana
terlampir. Komponen penilaian pada LKE sesuai dengan tabel berikut:
KOMPONEN PENGUNGKIT
NO. BOBOT (60%)
PEMENUHAN & REFORM
1. Manajemen Perubahan 8%
2. Penataan Tatalaksana 7%
3. Penataan Sistem Manajemen SDM 10%
4. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 10%
5. Penguatan Pengawasan 15%
6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 10%
Dalam komponen pengungkit terbagi menjadi 2 (dua) kriteria penilaian, yaitu pemenuhan
(berupa pertanyaan yang sifatnya pemenuhan dan sesuai dengan LKE pada peraturan
sebelumnya) dan reform (berupa pertanyaan yang menggambarkan perubahan di enam area
pengungkit) dengan bobot terbagi masing-masing 50 persen (50%) dari bobot per komponen
pengungkit.
NO. KOMPONEN HASIL BOBOT (40%)
Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel (22,50)
1. Survei Persepsi Anti Korupsi 17,50
2. Capaian Kinerja 5,00
Pelayanan Publik Yang Prima (17,50)
1. Survei Persepsi Pelayanan Publik 17,50

26 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Komponen hasil merupakan gambaran pencapaian atas sasaran reformasi birokrasi, yaitu
birokrasi yang bersih dan akuntabel dan pelayanan publik yang prima. Setelah TPI melakukan
penilaian internal terhadap pembangunan ZI pada unit kerja/satuan kerja sesuai LKE tersebut, TPI
menyampaikan hasil penilaian kepada Kapolri terhadap kualitas pembangunan ZI pada unit
kerja/satuan kerja. Kesimpulan hasil penilaian internal:
1) apabila hasil penilaian internal menunjukan unsur penilaian pengungkit dan hasil tidak
memenuhi kriteria menuju WBK/WBBM, maka TPI merekomendasikan bahwa unit
kerja/satuan kerja tersebut belum dapat diajukan kepada Kementerian PANRB RI selaku
TPN serta perlu dilakukan perbaikan dan pembinaan kembali;
2) apabila hasil penilaian internal menunjukan unsur penilaian pengungkit dan hasil memenuhi
kriteria menuju WBK/WBBM, maka TPI merekomendasikan kepada Kapolri untuk
mengajukan evaluasi ke Kementerian PANRB RI selaku TPN untuk mendapatkan predikat
Menuju WBK/WBBM.

27 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


BAB IV
PENGAJUAN SATKER BERPREDIKAT MENUJU WBK DAN WBBM

Setelah TPI menyampaikan laporan hasil evaluasi terhadap unit kerja/satuan kerja yang membangun ZI.
Pimpinan instansi pemerintah menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut dengan mengusulkan kepada
Kementerian PANRB selaku TPN untuk dilakukan evaluasi terhadap kelayakan unit kerja/satuan kerja
berpredikat menuju WBK/WBBM. Sebelum mengajukan usulan evaluasi kepada TPN, terdapat beberapa
kriteria yang harus diperhatikan oleh instansi pemerintah terkait syarat pengajuan kepada TPN, yaitu:
SYARAT Menuju WBK Menuju WBBM
Opini BPK minimal “WTP”
Predikat SAKIP minimal “B” Predikat SAKIP minimal “BB”
Tingkat  Indeks RB Minimal CC untuk  Indeks RB Minimal B untuk
Instansi Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah
pemerintah  Indeks RB Minimal B untuk  Indeks RB Minimal BB untuk
kementerian/lembaga kementerian/lembaga
Level Maturitas SPIP Minimal Level 3
Unit kerja/satuan kerja yang diajukan merupakan core layanan utama dari instansinya
Memberikan dampak yang signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang kualitas birokrasi
Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dari APIP/BPK 100%
Tingkat LHKASN dan LHKPN 100%
Satuan Kerja Sudah melakukan pembangunan ZI Sudah melakukan pembangunan ZI
menuju WBK minimal satu tahun menuju WBBM minimal satu tahun
Predikat SAKIP dari evaluasi internal Predikat SAKIP dari evaluasi internal
minimal “B” minimal “BB”

Bagi instansi pemerintah yang telah banyak satkernya mendapatkan predikat Menuju WBK/WBBM, yaitu
lebih dari 30% maka instansi tersebut tidak perlu mengajukan Satkernya lagi untuk diajukan mendapatkan
menuju WBK/WBBM. Ketentuan mengenai hal ini akan disampaikan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI kepada instansi yang telah memenuhi kriteria tersebut. Selanjutnya
TPI instansi pemerintah yang lebih dari 30% satkernya telah mendapat predikat menuju WBK/WBBM
diharapkan dapat mendorong TPI pada instansi pemerintah lain dalam peningkatan kualitas pembangunan ZI.
Pada saat pengajuan, wajib dilengkapi dengan surat pernyataan dari Kapolri dengan membuat surat
permohonan evaluasi dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak/SPTJM tentang kebenaran data
dukung pembangunan ZI Menuju WBK/WBBM kepada TPN bahwa semua data dan informasi yang
di sampaikan telah sesuai dengan fakta yang ada (contoh surat mengacu ke Peraturan Menteri PANRB Nomor
90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Instansi Pemerintah).

28 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Selanjutnya Permohonan evaluasi pembangunan ZI kepada TPN menggunakan sistem informasi
Penilaian Mandiri Pembangunan Zona Integritas (PMPZI) melalui alamat website www.pmpzi.menpan.go.id.
PMPZI merupakan sebuah instrumen bantu berupa aplikasi teknologi informasi (TI) berbasis web. PMPZI
bertujuan untuk mempercepat proses pembangunan dan pengajuan ZI yang dilakukan oleh masing-masing
instansi pemerintah dalam hal pengumpulan dan pengolahan data, serta monitoring dan evaluasi data. PMPZI
ini digunakan oleh:
1. TPI Mabes Polri untuk melakukan input hasil penilaian bagi Satker yang telah dinyatakan lolos yang
sebelumnya telah dilakukan Rapat Panel Internal oleh TPI mabes Polri;
2. Instansi Pemerintah untuk melakukan pengajuan evaluasi kepada TPN apabila penilaian yang dilakukan
TPI Mabes Polri kepada unit kerja/satuan kerja telah memenuhi kriteria untuk diajukan kepada TPN;
3. TPN untuk monitoring dan evaluasi pembangunan ZI, pengelolaan data dan informasi dalam rangka
penyusunan profil pelaksanaan ZI baik pada tingkat K/L, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten
dan Pemerintah Kota.
Pengajuan evaluasi kepada TPN melalui PMPZI dilakukan paling lambat pada tanggal 31 Mei setiap
tahunnya. Apabila terdapat perubahan terkait waktu pengajuan evaluasi, maka Kementerian PANRB RI akan
memberikan informasi melalui surat pemberitahuan.

29 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


BAB V
EVALUASI PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
OLEH TIM PENILAI NASIONAL

Setelah pimpinan instansi pemerintah mengajukan Satker/Satwil yang memenuhi kriteria melalui PMPZI,
maka TPN melakukan langkah dalam rangka evaluasi pengajuan usulan Satker/Satwil berpredikat menuju
WBK/WBBM. Secara garis besar, alur evaluasi ZI oleh TPN melalui beberapa langkah sebagai berikut:

9. Pra Evaluasi
Pada tahap ini TPN memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. memastikan bahwa instansi pemerintah yang mengusulkan Satker/Satwil berpredikat Menuju WBK
atau WBBM telah memenuhi syarat pengusulan tingkat instansi. Apabila instansi pemerintah yang
mengusulkan tidak memenuhi persyaratan di atas, maka pengusulan akan ditolak dengan
pemberitahuan melalui PMPZI, kecuali ada pertimbangan teknis lain dari TPN;
b. memastikan Satker/Satwil yang diusulkan memenuhi syarat pengusulan tingkat unit. Apabila unit
kerja/satuan kerja yang diusulkan tidak memenuhi persyaratan di atas, maka pengusulan akan
ditolak dengan pemberitahuan melalui PMPZI, kecuali ada pertimbangan teknis lain dari TPN.
Selain itu, apabila unit kerja/satuan kerja yang diusulkan bukan unit kerja/satuan kerja yang
menyelenggarakan fungsi layanan masyarakat langsung, maka jumlah unit kerja/satuan kerja yang
sejenis yang akan dievaluasi ditentukan berdasarkan koordinasi antara TPN dan TPI;
c. memastikan hasil penilaian TPI pada Satker/Satwil yang diajukan telah memenuhi ambang batas
penilaian, yaitu total nilai pengungkit dan hasil minimal 75,00 dengan minimal nilai pengungkit 40
untuk Menuju WBK dan minimal 85,00 dengan minimal nilai pengungkit 48 untuk Menuju WBBM;
d. memastikan bobot nilai per area pengungkit minimal 60% pada semua area pengungkit untuk
predikat Menuju WBK; dan bobot nilai per area pengungkit minimal 75% pada semua area
pengungkit untuk predikat Menuju WBBM;
e. memastikan nilai komponen hasil “Birokrasi yang bersih dan akuntabel” minimal 18,25 untuk
Menuju WBK dan 19,50 untuk menuju WBBM dengan ketentuan nilai sub komponen “Survei
Persepsi Anti Korupsi” minimal 15,75 atau minimal skor survei 3,60 untuk Menuju WBK dan WBBM,
serta nilai sub komponen “kinerja lebih baik” minimal 2,50 untuk Menuju WBK dan 3,75 untuk
Menuju WBBM;
f. memastikan nilai komponen hasil “Pelayanan publik yang prima” minimal 14,00 atau skor survei
minimal 3,20 untuk unit kerja/satuan kerja yang diajukan berpredikat Menuju WBK dan minimal
15,75 atau skor survei minimal 3,60 untuk unit kerja/satuan kerja yang diajukan berpredikat Menuju
WBBM.

30 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


Apabila hasil Praevaluasi TPN pada unit kerja/satuan kerja tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana angka 3 hingga 6 di atas, maka unit kerja/satuan kerja dianggap tidak memenuhi kriteria
untuk di evaluasi oleh TPN. Setelah itu, apabila unit kerja/satuan kerja memenuhi ketentuan sebagaimana
angka 3 hingga 6 diatas, maka unit kerja/satuan kerja dianggap memenuhi kriteria untuk dievaluasi oleh
TPN.

10. Desk Evaluasi oleh TPN


Setelah dilakukan pra evaluasi untuk melihat pemenuhan syarat instansi pemerintah dan unit
kerja/satuan kerja yang akan mengajukan evaluasi pembangunan ZI, maka selanjutnya TPN melakukan
desk evaluasi untuk mengetahui kualitas pembangunan ZI terutama dari area pengungkit. Desk evaluasi
ini bertujuan untuk memastikan bahwa unit kerja/satuan kerja telah secara konsisten dan berkelanjutan
dalam membangun ZI dan implementasi pembangunan ZI telah dilengkapi dengan data dukung yang
sesuai. Desk evaluasi dilakukan melalui pendalaman dan pengujian LKE serta data dukungan yang telah
disampaikan oleh TPI serta dengan mengidentifikasi informasi dari berbagai media terkait unit/satuan
kerja yang dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, desk evaluasi dapat dilakukan dengan meminta unit
kerja/satuan kerja untuk memaparkan hasil pembangunan zona integritas yang dilanjutkan dengan
diskusi melalui media/sarana yang efektif. Hasil desk evaluasi selanjutnya menjadi bahan bagi TPN untuk
menentukan keberlanjutan proses evaluasi selanjutnya bagi unit kerja/satuan kerja.

11. Evaluasi Lapangan oleh TPN


Evaluasi lapangan bertujuan untuk melihat secara langsung implementasi pembangunan zona
integritas pada unit kerja/satuan kerja. Pada saat evaluasi lapangan TPN dapat melibatkan:
a. perwakilan instansi yang berada pada level provinsi yang mempunyai fungsi pembinaan layanan
utama dari unit kerja/satuan kerja dengan memperhatikan adanya potensi benturan kepentingan;
b. instansi lain yang mempunyai kapasitas untuk melakukan evaluasi pembangunan zona integritas
dengan memperhatikan adanya potensi benturan kepentingan;
c. para ahli serta akademisi yang mempunyai kompetensi tentang tugas fungsi dari unit kerja/satuan
kerja tertentu.
TPN pada saat evaluasi lapangan akan melaksanakan kegiatannya terhadap dua aspek:
a. Aspek pelaksanaan area pengungkit
Pada saat melakukan evaluasi lapangan, TPN memperhatikan dan menguji implementasi
enam area perubahan pada zona integritas. Evaluasi lapangan ini menggunakan kertas kerja
evaluasi hasil penilaian TPI sebagai dasar penilaian. Oleh karena itu, evaluasi lapangan yang
dilakukan untuk memastikan bahwa hasil penilaian TPI telah sesuai dengan kondisi yang ada
di lapangan. Apabila terdapat gap antara hasil penilaian evaluasi lapangan dengan hasil penilaian

31 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


TPI maka yang digunakan adalah hasil penilaian evaluasi lapangan. Untuk evaluasi yang terdapat
di Kawasan Stranas, selain memperhatikan kualitas pembangunan unit kerja/satuan kerja, TPN
juga harus melakukan evaluasi terhadap penerapan integrasi proses bisnis layanan utama suatu
kawasan. Hal ini untuk memastikan bahwa pada suatu kawasan telah terdapat mekanisme kerja
yang terintegrasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam suatu kawasan. Pada
saat evaluasi TPN dapat melibatkan Tim Stranas Pencegahan Korupsi.
b. Aspek hasil yang terdiri atas sub komponen Survei Persepsi Anti Korupsi dan Survei Persepsi
Pelayanan Publik.
Dalam melaksanakan evaluasi terhadap hasil Survei Persepsi Anti Korupsi dan Survei
Persepsi Pelayanan Publik, TPN memastikan kualitas integritas dan kualitas pelayanan yang
diterima oleh masyarakat/stakeholder dengan melaksanakan survei secara langsung. Survei ini
dilaksanakan oleh TPN melalui Badan Pusat Statistik atau pihak ketiga yang telah ditunjuk. Hal
yang menjadi perhatian pada saat pelaksaaan survei yaitu:
1) survei dilakukan kepada unit yang memenuhi pra evaluasi awal oleh TPN melalui PMPZI;
2) survei dapat dilaksanakan sebelum atau bersamaan dengan waktu evaluasi pengungkit
(evaluasi lapangan) dan memperhatikan kondisi yang terjadi pada saat evaluasi;
3) survei dilakukan kepada penerima pelayanan yang telah selesai menerima pelayanan dari
unit kerja/satuan kerja. Hal ini untuk memastikan bahwa responden telah menerima secara
penuh rangkaian proses pelayanan sehingga hasil survei akan dapat memberikan
gambaran secara objektif kualitas pelayanan;
4) minimal jumlah responden yang dilakukan survei adalah 30 responden untuk satu unit
kerja/satuan kerja. Apabila penerima pelayanan dari unit yang diusulkan secara kuantitatif
selama kurun waktu yang ditentukan kurang dari 30 orang, karena memang karakter unit
kerja/satuan kerja yang bukan pelayanan kebutuhan dasar, maka tim yang melaksanakan
survei akan menentukan dengan jumlah tertentu sesuai kaidah-kaidah perhitungan statistik;
5) tim survei harus memperhatikan komposisi responden terkait jenis pelayanan yang dimiliki
oleh unit kerja/satuan kerja. Hal ini untuk memastikan bahwa hasil survei akan
menggambarkan kualitas dari semua jenis pelayanan yang diberikan oleh unit kerja/satuan
kerja.
6) pertanyaan survei mencakup persepsi kualitas pelayanan, yang meliputi aspek-aspek yang
diatur oleh kebijakan tentang evaluasi pelayanan publik. Sedangkan persepsi anti korupsi
meliputi aspek
7) ketentuan lebih detail terkait pelaksanaan survei akan disampaikan setiap tahunnya oleh
kementerian setelah mendapat masukan dari BPS.

32 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


c. Evaluasi terhadap sub komponen capaian kinerja
Pada saat melaksanaan evaluasi, TPN memastikan bahwa capaian indikator kinerja utama
(IKU) unit kerja/satuan kerja telah sesuai/melebihi dengan target perencanaan kinerjanya. Selain
itu, apabila indikator kinerja utama yang digunakan mempunyai standar target nasional, maka
capaian kinerja unit tersebut minimal harus sama atau melebihi target nasional yang ada. Setelah
selesai melakukan evaluasi lapangan disertai pelaksanaan survei, maka TPN melakukan penilaian
dengan menyandingkan LKE hasil penilaian TPI dengan kondisi yang ditemukan dari proses
evaluasi. Selain itu, pada evaluasi lapangan ini, TPN juga melakukan pengujian melalui mystery
shopper pada unit/satuan kerja.
d. Tahapan clearance dan panel
Setelah selesai melakukan rangkai evaluasi, TPN melakukan clearance dengan
Ombudsman Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi yang terkait teknis
instansi, serta Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) untuk menentukan unit kerja/satuan
kerja yang akan mendapatkan predikat menuju WBK/WBBM. Setelah itu dlilanjutkan dengan panel
hasil evaluasi.
e. Penyusunan Laporan Hasil Evaluasi
Selanjutnya TPN menyusun laporan hasil evaluasi dengan menjelaskan catatan selama
evaluasi. Secara rinci, hasil evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut:
1) apabila hasil evaluasi TPN menunjukan bahwa nilai unit kerja/satuan kerja tidak memenuhi
kriteria dan nilai minimal Menuju WBK/WBBM, maka TPN merekomendasikan kepada
pimpinan instansi pemerintah agar unit kerja/satuan kerja tersebut dilakukan pembinaan;
2) apabila hasil evaluasi TPN menunjukan bahwa unit kerja/satuan kerja tersebut memenuhi
syarat menuju WBK/WBBM, maka TPN akan merekomendasikan kepada Menteri agar unit
kerja/satuan kerja tersebut ditetapkan sebagai unit kerja/satuan kerja menuju WBK/WBBM;
3) apabila hasil evaluasi TPN menyatakan bahwa seluruh unit kerja/satuan kerja yang wajib
membangun ZI pada kawasan tersebut memenuhi syarat menuju WBK/WBBM akan tetapi
belum terdapat integrasi pelayanan kawasan, maka TPN akan merekomendasikan kepada
pimpinan setiap instansi pemerintah yang mempunyai unit pada kawasan agar unit
kerja/satuan kerja pada kawasan untuk membangun integrasi dan berkolaborasi dalam
pelayanan kawasan;
4) apabila hasil evaluasi TPN menyatakan bahwa terdapat unit kerja/satuan kerja yang wajib
membangun ZI pada kawasan tersebut tidak memenuhi syarat menuju WBK/WBBM maka
TPN akan merekomendasikan kepada setiap pimpinan instansi pemerintah pada unit
kerja/satuan kerja di kawasan agar unit kerja/satuan kerja tersebut dilakukan pembinaan;

33 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


5) apabila hasil evaluasi TPN menyatakan bahwa seluruh unit kerja/satuan kerja yang wajib
membangun ZI Atas pada kawasan tersebut memenuhi syarat menuju WBK/WBBM dan
sudah terdapat integrasi pelayanan kawasan, maka TPN akan merekomendasikan kepada
Menteri agar kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan menuju WBK/WBBM.

12. Penetapan Predikat Menuju WBK/WBBM


Syarat Satker/Satwil yang dapat diusulkan maupun ditetapkan sebagai Menuju WBK/WBBM
adalah sebagai berikut:
SYARAT Menuju WBK Menuju WBBM
85
Nilai Total 75
Telah mendapatkan predikat WBK
Nilai Minimal Pengungkit 45 50
Bobot nilai minimal per area pengungkit 60% 75%
Nilai komponen hasil “Pemerintah yang Bersih
18,25 19,50
dan Akuntabel”
 Nilai sub-komponen “Survei Persepsi Anti 15,75 15,75
Korupsi” (survey 3,60) (survey 3,60)
 Nilai sub-komponen “Kinerja Lebih Baik” 2,50 3,75
Nilai komponen hasil “Pelayanan Publik yang 14,00 15,75
prima” (survey 3,20) (survey 3,60)

13. Catatan atas Hasil Evaluasi Pembangunan ZI serta Saran Perbaikan dari Kementerian PANRB RI
Secara umum terdapat beberapa catatan dan saran perbaikan dari Kementerian PANRB RI yang
dapat dijadikan pedoman dalam progres pembangunan ZI, antara lain:
a. terdapat unit kerja yang pimpinan dan seluruh anggota unit kerja belum sepenuhnya memiliki
pemahaman yang baik tentang ZI, hal ini ditunjukan dengan belum mampu menjelaskan kondisi
apa saja yang ingin diwujudkan pada tiap area perubahan dan operasionalisasinya pada
pekerjaan/tugas sehari-hari;
b. terdapat unit kerja yang belum memiliki peta risiko yang komprehensif untuk memitigasi setiap
potensi-potensi terjadinya pelanggaran integritas, misalnya pelanggaran kewenangan, gratifikasi,
benturan kepentingan, pungli, praktik percaloan baik dalam pelayanan maupun dalam
pelaksanaan pekerjaan/tugas sehari-hari yang belum masuk dalam peta risiko unit kerja;
c. terdapat unit kerja yang belum sepenuhnya efektif dalam penanganan aduan pengguna
layanan/stakeholder. Masih terdapat aduan yang belum direspons dengan baik;
d. terdapat unit kerja yang inovasinya belum optimal mendorong capaian kinerja utama, penguatan
integritas, dan sesuai kebutuhan pengguna layanan, serta mengatasi isu strategis;
e. terdapat unit kerja yang tidak memenuhi kriteria survei;

34 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


f. pimpinan dan seluruh anggota unit kerja harus mampu menjelaskan dan memastikan dengan baik
perubahan yang terwujud (before-after) untuk dapat menggambarkan kondisi apa yang ingin
diwujudkan pada sasaran setiap area perubahan. Lebih lanjut, agar rencana aksi pembangunan
ZI perlu dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan;
g. unit kerja perlu mereviu peta risiko agar seluruh potensi-potensi pelanggaran integritas dalam
pelayanan dan pelaksanaan pekerjaan/tugas sehari-hari dapat diidentifikasi dan dimitigasi secara
efektif serta secara rutin mengevaluasi penerapan manajemen risiko agar dapat menilai efektivitas
mitigasi risiko dan mengantisipasi potensi terjadinya modus-modus baru dalam pelanggaran
integritas;
h. unit kerja perlu memastikan seluruh komplain/aduan pengguna layanan/stakeholder di setiap
saluran pengaduan ditangani dengan baik, yaitu dengan merespons dan memberi informasi
progres penanganannya secara "realtime";
i. unit kerja perlu mengembangkan inovasi yang dapat mendorong capaian kinerja utama, penguatan
integritas, sesuai kebutuhan pengguna layanan, dan mengatasi isu strategis;
j. unit kerja perlu membangun komunikasi yang intensif dengan pengguna layanan dan stakeholder
sehingga dapat mengurangi gap antara harapan pengguna layanan/stakeholder dengan kinerja
layanan yang diberikan;
k. TPI Polri diharapkan dapat meningkatkan kualitas evaluasi internal sehingga unit kerja yang
diusulkan WBK/WBBM adalah unit kerja yang berkualitas dalam pembangunan ZI, tidak hanya
sekedar kuantitas;
l. TPI Polri diharapkan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap unit-unit kerja yang telah
memperoleh predikat WBK dan WBBM. Jika hasil penilaian atas unit-unit kerja tersebut tidak lagi
memenuhi kriteria WBK dan WBBM, TPI dapat mengajukan usulan pencabutan predikat kepada
Kementerian PANRB RI.

35 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


BAB VI
PEMANTAUAN SATKER/SATWIL BERPREDIKAT WBK/WBBM

14. Pemantauan Satker/Satwil Berpredikat WBK/WBBM


Satker/Satwil yang telah mendapat predikat WBK/WBBM merupakan Satker/Satwil percontohan
nasional terkait pelaksanaan RB, khususnya dalam hal kualitas pelayanan publik dan integritas anti
korupsi. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga Satker/Satwil tersebut agar tetap menjaga pelayanan
atau integritas dan memastikan tidak terdapat penurunan kualitas serta menjaga dari berbagai
penyimpangan, maka diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh TPI dan TPN.
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh TPI:
a. melakukan pendampingan secara konsisten terhadap Satker/Satwil yang telah mendapat predikat
WBK serta memantau perkembangan pembangunannya untuk Menuju WBBM;
b. melakukan survei internal untuk mengetahui dan menjaga kualitas pelayanan dan integritas.
Pelaksanaan survei menggunakan metodologi yang telah ditetapkan oleh TPN (Apabila tidak
melaksanakan survei internal tersendiri, TPI dapat menggunakan hasil Survei Kepuasan
Masyarakat (SKM) untuk melihat kualitas pelayanan dan integritas);
c. melakukan penilaian internal dan melaporkan perkembangan pembangunan ZI di Satker/Satwil
yang telah mendapat predikat WBK melalui PMPZI setidaknya setiap dua tahunan apabila pada
kurun waktu tersebut Satker/Satwil tidak diajukan untuk mendapatkan predikat Menuju WBBM;
d. melakukan penilaian internal dan melaporkan kondisi atau perkembangan ZI di unit kerja/satuan
kerja/kawasan yang telah mendapat predikat Menuju WBBM melalui PMPZI setiap dua tahun
sekali (contoh surat mengacu ke Peraturan Menteri PANRB Nomor 90 Tahun 2021 tentang
Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di Instansi Pemerintah);
e. melakukan identifikasi dan klarifikasi apabila terdapat pengaduan terhadap maladministrasi
di Satker/Satwil yang telah mendapat predikat menuju WBK/WBBM, serta mendorong dan
memonitor penyelesaian pengaduan maladministrasi tersebut.

15. Pemberian Penghargaan bagi Satker/Satwil berpredikat WBK/WBBM


Sebagai wujud apresiasi kepada Satker/Satwil yang telah berhasil membangun ZI dan dalam
rangka mendorong pembangunan ZI pada Satker/Satwil yang lain, Kapolri dapat memberikan
penghargaan kepada Satker/Satwil yang mendapat predikat WBK/WBBM. Pemberian penghargaan
tersebut dapat berupa pembinaan karier dan lain lain kepada Kasatker/Kasatwil, Tim Pokja ZI serta TPI
yang telah melakukan pendampingan, menyesuaikan Petunjuk dan kebijakan pimpinan dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

36 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


16. Pencabutan Predikat WBK/WBBM
Pada Satker/Satwil yang telah mendapat predikat WBK/WBBM apabila berdasarkan laporan dari
TPI bahwa Satker/Satwil sudah tidak memenuhi kriteria WBK/WBBM. Berdasarkan hasil evaluasi
lapangan berkala atau verifikasi lapangan oleh TPN dan setelah melakukan klarifikasi dengan TPI
ditemukan bukti bahwa terdapat maladministrasi, maka secara tertulis TPN akan merekomendasikan
kepada Menteri PANRB RI untuk mencabut predikat menuju WBK/WBBM pada Satker/Satwil tersebut.
Selanjutnya, Satker/Satwil yang telah dicabut predikat WBK/WBBM, tidak dapat diajukan lagi untuk
untuk mendapatkan predikat WBK selang 2 tahun setelah penetapan pencabutan diterbitkan.

17. Replikasi pada Satker/Satwil yang telah Berpredikat WBK/WBBM


Sebagai upaya untuk mendorong percepatan pembangunan ZI pada Satker/Satwil, maka perlu
dilakukan replikasi pembangunan ZI dari Satker/Satwil yang telah mendapat predikat WBK/WBBM.
Replikasi ini dapat dilakukan oleh Satker/Satwil yang sedang membangun dengan melakukan studi tiru
dan modifikasi sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Selanjutnya diperlukan kebijakan di level
internal Polri untuk mendorong Satker/Satwil lain melakukan replikasi pada Satker/Satwil yang telah
mendapatkan predikat menuju WBK/WBBM, sehingga replikasi terhadap Satker/Satwil yang telah
mendapat predikat WBK/WBBM akan berjalan secara sistemis.

37 | Page Pedoman Pembangunan Zona Integritas


BAB VII

PENUTUP

Terbangunnya Satker/Satwil yang berpredikat menuju WBK/WBBM dapat menjadi pencontohan bagi

Satker/Satwil dan Kementerian/Lembaga lain yang sedang berupaya melakukan perbaikan pelayanan publik

dan anti korupsi dalam rangka percepatan reformasi birokrasi. Kita harms memahami bahwa upayanya untuk

memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan integritas di lingkungannya akan

berpengaruh tidak hanya pada kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan, namun juga akan

meningkatkan kepercayaan publik yang akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. OIeh

karena itu, apabila pada tahun pengajuan terdapat perbuatan melanggar hukum terkait KKN pada Satker/Satwil,

khususnya yang melibatkan pimpinan tertinggi instansi, maka usulan Tpl yang telah disampaikan pada TPN

akan digugurkan.

Pedoman ini merupakan penjabaran dari Permenpan Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan

Evaluasi Zona lntegritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

di Lingkungan lnstansi Pemerintah, yang bersifat dinamis, dalam arti ketentuan-ketentuan di dalamnya dapat

diubah sesuai. kebutuhan berdasarkan perkembangan lingkungan strategis yang ada, sehingga semakin

mengarah kepada zero fo/erance approach dalam pemberantasan korupsi. Pada pedoman ini pun sudah

tergambar kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap unit keria dalam membangun zona integritas.

Jakarta, 7 April 2022

38 I Page Pc/ot+^rfu Pt¢^l^rfug/rfu^fu 2tm /+Zl//;1^i


LAMPIRAN
PETUNJUK TEKNIS DAN BUKTI DUKUNG
ASPEK PEMENUHAN
No. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
PENCANANGAN & SOSIALISASI  Pencanangan akan menjadi titik awal dimulainya pembangunan Zona integritas hingga
PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS tercapainya WBK dan WBBM
 Pencanangan merupakan kegiatan membangun komitmen bersama antara pimpinan,
jajaran internal, masyarakat, dan instansi lain yang terkait (seperti instansi penegak
hukum lainnya, pemerintah daerah dll) dalam rangka mewujudkan WBK/WBBM.
1. PENCANANGAN PEMBANGUNAN EKSTERNAL  Sprint
ZONA INTEGRITAS Melaksanakan pencanangan Zona Integritas yang disaksikan oleh Instansi, Kementerian/  Undangan
Lembaga, Forkopimda, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, perguruan tinggi, dunia usaha,
dan lain-lain serta dipublikasikan.  Daftar Hadir
 Laporan Kegiatan
INTERNAL  Dokumentasi
 Melaksanakan penandatanganan Dokumen Pakta Integritas antara Kasatker/Kasatwil
dengan Pejabat Utama (PJU) atau Kabag/Kasat/Kasi/Kapolsek serta Petugas Pelayanan
Publik;
 komitmen tidak memungut biaya di luar ketentuan;
 tidak diskriminasi;
 tidak melakukan gratifikasi (yang menerima dan memberi mendapatkan sanksi);
 memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
2. SOSIALISASI PEMBANGUNAN Sosialisasi dilaksanakan agar komitmen untuk melakukan perubahan Menuju WBK dan  Sprint
ZONA INTEGRITAS WBBM diketahui, dipahami dan ditindaklanjuti secara bergotong royong oleh Internal,  Tor Sosialisasi
selain itu sosialisasi terhadap pihak Eksternal juga perlu dilaksanakan agar masyarakat dapat  Undangan
mendukung pelaksanaan zona integritas. Sosialisasi dapat dilaksanakan dalam bentuk:  Daftar Hadir
 Pelaksanaan apel  Laporan Kegiatan
 membuat banner/spanduk/himbauan/brosur;  Dokumentasi (Screenshoot website;
 melalui Website; Screenshoot Medsos; Foto;
Rekaman video yel-yel).
 melalui Media Sosial;
 media elektronik;
 media cetak;
 kegiatan kepolisian.

1
KOMPONEN PENGUNGKIT (60)

I. PEMENUHAN (30)
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
Tim Kerja adalah tim yang dibentuk untuk mengkoordinasikan proses perubahan melalui
1. Penyusunan Tim Kerja (0,5) Program, kegiatan dan Inovasi di 6 Area Perubahan (6 Komponen Pengungkit), Tim kerja
akan menjadi Motor dalam Pembangunan Zona Integritas menuju WBK dan WBBM.
a. Unit kerja telah membentuk tim  membuat undangan pembentukan Tim;  undangan rapat;
untuk melakukan pembangunan  melaksanakan rapat pembentukan Tim;  Absensi Rapat;
Zona Integritas
 penentuan anggota Tim harus memiliki kriteria memiliki kompetensi, tidak  Riwayat Hidup;
bermasalah, tidak pernah melakukan tindak pidana, kode etik dan pelanggaran  SMK;
disiplin, berdedikasi, berkinerja, memahami Tupoksi;
 rekomendasi dari Propam;
 Pengesahan Tim kerja oleh Kasatker/Kasatwil melalui Sprin.
 Notulen;
 laporan pelaksanaan rapat pembentukan
Tim;
 Dokumentasi
 Sprin Kasatker/Kasatwil.

b. Penentuan anggota Tim dipilih  membentuk panitia seleksi Penentuan Tim Kerja Zona Integritas;  undangan rapat;
melalui prosedur/mekanisme  masing-masing Satker/Satwil mengusulkan Personel-personel yang memiliki  Absensi Rapat;
yang jelas kompetensi dan mampu di bidangnya masing-masing;  Riwayat Hidup;
 melakukan penilaian atas calon anggota tim untuk menilai motivasi dan kompetensi;  SMK;
 rekomendasi dari Propam;
 melakukan rapat panitia seleksi pemilihan Tim Kerja Zona Integritas;
 Notulen;
 dibentuk operator tiap program, yang bertugas untuk pengumpulan data dukung  laporan pelaksanaan rapat pembentukan
yang dibutuhkan untuk menjawab Lembar Kerja Evaluasi (LKE). Tim;
 Dokumentasi
 Sprin Kasatker/Kasatwil.

2
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
Rencana Pembangunan Zona Rencana Pembangunan ZI adalah rencana aksi, Program, Kegiatan dan Inovasi dalam
2. rangka menuju WBK/WBBM yang akan dilaksanakan dan apabila telah terjadi pergantian
Integritas (1)
Kasatker/Kasatwil
a. Terdapat dokumen rencana  buat rencana aksi tiap-tiap penanggung jawab program (kapan dimulai, berapa lama,  Undangan rapat;
kerja pembangunan Zona target yang akan dicapai);  Absensi
Integritas menuju WBK/WBBM  rencana aksi berisi kegiatan, target, waktu, penanggung jawab dan hasil yang ingin  Notulen
dicapai, disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik masyarakat di wilayah masing-
masing.  laporan kegiatan penyusunan rencana
kerja ZI;
 apabila terjadi pergantian Kasatker/Kasatwil dilampirkan penandatanganan pakta
integritas yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari pakta integritas serah terima  Dokumentasi
jabatan, untuk tetap berkomitmen melanjutkan rencana aksi pembangunan Zona  dokumen rencana kerja.
Integritas yang telah dibangun oleh Kasatker/Kasatwil sebelumnya.  Dokumen Penandatanganan pakta
integritas terkait Zona Integritas
b. Dalam dokumen pembangunan rencana aksi berisi kegiatan yang berhubungan erat dengan hasil yang diinginkan dari dokumen rencana kerja.
terdapat target-target prioritas masing-masing aspek perubahan.
yang relevan dengan tujuan
 tentukan target prioritas yang dirasa mudah diraih atau dicapai di tiap komponen
pembangunan WBK/WBBM
perubahan;
 penentuan target-target prioritas harus melibatkan seluruh TIM Kerja;
 melaksanakan Anev dari pencapaian target;
 laksanakan Anev pada masing-masing rencana kerja dan rencana aksi yang
terlaksana maupun yang tidak terlaksana;
 membuat Kep Kasatker/Kasatwil tentang rencana Pembangunan ZI.
c. Terdapat mekanisme atau media Proses Pembangunan ZI harus disosialisasikan kepada seluruh Personel maupun  Undangan
untuk mensosialisasikan masyarakat agar tujuan utama meraih WBK dan WBBM tercapai.  Absensi
pembangunan WBK/WBBM ?
 Sosialisasi kepada Personel:  Rapat
- melalui pengarahan saat Apel Pagi;  Notulen
- kegiatan roadshow Program, Kegiatan dan Inovasi pembangunan ZI;  Dokumentasi
- pada kegiatan Anev;  Laporan sosialisasi berkala;
- pemasangan Spanduk dan Banner diingkungan kerja;  Dokumentasi (foto, Video, screenshoot
website, screenshoot Medsos)
 majalah kepolisian.

3
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
 Sosialisasi kepada masyarakat:
- melalui Website;
- melalui Media Sosial;
- melalui Media elektronik/cetak;
- pemasangan spanduk dan baner dilokasi pelayanan;
- pemanfaatan peran Bhabinkamtibmas;
 membuat buku laporan sosialisasi ZI.
Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dalam rangka
3. monitoring capaian pembangunan ZI tiap-tiap komponen.
Pembangunan (1)
a. Seluruh kegiatan pembangunan Yang dimaksud dengan seluruh kegiatan merupakan kegiatan yang ada pada rencana  Undangan
sudah dilaksanakan sesuai kerja pembangunan zona integritas sesuai tahapan .  Absensi / Daftar Hadir
dengan rencana  pemantauan dan evaluasi harus melibatkan seluruh anggota Tim;  Notulen
 melaksanakan Anev capaian hasil pelaksanaan rencana kerja Pembangunan ZI secara  Dokumentasi;
berkala;
 Laporan hasil Anev
 membuat laporan hasil Anev pelaksana masing-masing rencana aksi yang telah
dilaksanakan;
 melaksanakan dokumentasi berupa foto-foto kegiatan;
b. Terdapat monitoring dan  Keterlibatan pimpinan dalam kegiatan Monev secara berkala sangat penting.  Undangan
evaluasi terhadap  Absensi / Daftar Hadir
pembangunan Zona Integritas  Notulen
 Dokumentasi;
 Laporan hasil Anev
c. Hasil monitoring dan evaluasi Saran dan rekomendasi dari Monev telah ditindaklanjuti Dokumen tindak lanjut saran rekomendasi
telah ditindaklanjuti pada Anev (foto dan laporan).
Perubahan pola pikir dan budaya kerja adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
Perubahan pola pikir dan budaya merubah pola pikir anggota menuju kearah yang lebih baik serta mewujudkan budaya
4. kerja disatuan kerjanya sehingga tercipta lingkungan kerja yang benar-benar bebas
kerja (1,5)
korupsi dan berkinerja baik.
a. Pimpinan berperan sebagai role  Keteladanan yang ditunjukkan oleh pimpinan akan menjadi panutan bagi  Dokumentasi kegiatan kerjasama;
model dalam pelaksanaan bawahannya;  pelayanan dan pengabdian kepada
Pembangunan WBK/WBBM masyarakat;

4
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
 Keteladanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan pribadi seseorang  press release.
serta akan sangat cepat merubah pola pikir bawahan
 Kegiatan-kegiatan role model:
- kegiatan sinergitas;
- komunikasi pimpinan dengan media;
- komunikasi pimpinan dengan masyarakat secara langsung;
- kepedulian pimpinan.
b. Sudah ditetapkan agen  Agen Perubahan adalah individu/kelompok terpilih yang menjadi pelopor perubahan  Undangan Rapat;
perubahan dan sekaligus dapat menjadi contoh dan panutan dalam berperilaku yang  Absensi/Daftar Hadir;
mencerminkan integritas dan kinerja yang tinggi di lingkungan organisasinya;
 Notulen;
 Kriteria bagi setiap individu organisasi untuk dapat dipilih menjadi Agen Perubahan
adalah:  Dokumentasi;
- Berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara/Polri.  Daftar persyaratan/kriteria agen
perubahan;
- Tidak sedang menjalani hukuman disiplin pegawai.
 Keputusan Kasatker/Kasatwil tentang
- Bertanggungjawab atas setiap tugas yang diberikan sesuai dengan bidang tugas
agen perubahan.
dan fungsinya.
- Taat aturan disiplin dan kode etik pegawai serta konsisten terhadap penegakan
aturan disiplin dan kode etik.
- Mampu memberikan pengaruh positif bagi lingkungan organisasinya
- Inovatif dan proaktif terkait dengan pelaksanaan tugas fungsi dan upaya
peningkatan kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
 Peran dan tugas Agen Perubahan:
- Sebagai katalis, yang bertugas memberikan keyakinan kepada seluruh pegawai di
lingkungan unit kerjanya masing-masing tentang pentingnya perubahan unit kerja
menuju ke arah unit kerja yang lebih baik;
- Sebagai penggerak perubahan, yang bertugas mendorong dan menggerakkan
pegawai untuk ikut berpartisipasi dalam perubahan menuju ke arah unit kerja
yang lebih baik;
- Sebagai pemberi solusi, yang bertugas memberikan alternatif solusi kepada para
pegawai atau pimpinan di lingkungan unit kerja yang menghadapi kendala dalam
proses berjalannya perubahan unit kerja menuju unit kerja yang lebih baik.

5
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
- Sebagai mediator, yang bertugas membantu memperlancar proses perubahan,
terutama menyelesaikan masalah yang muncul dalam pelaksanaan reformasi
birokrasi dan membina hubungan antara pihak-pihak yang ada di dalam dan pihak
di luar unit kerja terkait dengan proses perubahan.
- Sebagai penghubung, yang bertugas menghubungkan komunikasi dua arah antara
para pegawai di lingkungan unit kerjanya dengan para pengambil keputusan.
 Proses Penetapan Agen Perubahan melalui mekanisme rapat Stakeholder terkait.
c. Telah dibangun budaya kerja Yang dimaksud budaya kerja dan budaya pikir adalah hasil cipta karsa Polri yang Laporan Budaya kerja seperti:
dan pola pikir di lingkungan memiliki kemanfaatan untuk mendukung efektifitas dan efisiensi tugas pokok Polri.  Data SOP
organisasi Contoh:
 Data Inovasi
 Peraturan dan/atau keputusan tentang aktifitas kerja yang mendukung aktifitas
Polri sebagai turunan dari undang – undang nomor 2 tahun 2002 (Seperti SOP)  Foto Fingerprint

 Reward and punishment  Laporan Anev


 Melaksanakan Anev setiap hari;  Laporan Kegiatan Inovasi
 Absensi melalui fingerprint pada saat masuk dan pulang kerja;  Dan lain – lain.
 Program Minggu Melayani di lokasi Car free day;
 Setiap anggota diwajibkan mendatangi TKP tanpa melihat fungsi dan wilayah
kerjanya;
 Kamis Berzikir, program pembinaan rohani dan mental;
 Sabtu Bersyukur, program pemberian reward bagi yang anggota yang berulang
tahun;
 Polisi Mengajar.
 dan Inovasi lainnya.
d. Anggota organisasi terlibat  seluruh Personel terlibat dalam penyusunan rencana Program dan inovasi  Undangan;
dalam pembangunan Zona pembangunan ZI memberikan usulan  Absensi / daftar hadir;
Integritas menuju WBK/WBBM  Contoh usulan Program yang diputuskan dijadikan Kegiatan:  Notulen
- Penandatanganan pakta integritas kepada seluruh Personel;  Laporan hasil kegiatan pembangunan ZI
yang melibatkan anggota;
- Kamis Berzikir, program pembinaan rohani dan mental;
 Dokumentasi.
- Sabtu Bersyukur, program pemberian reward bagi yang anggota yang berulang
tahun.
 Membuat laporan hasil kegiatan.

6
PENATAAN TATALAKSANA (3,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
Prosedur operasional tetap
1.
(SOP) kegiatan (1)
a. SOP mengacu pada peta  Proses pembuatan SOP pada setiap satker dan satwil sesuai dengan  Rekapitulasi SOP
proses bisnis instansi tupoksi/SOTK masing-masing;  Buku SOP
 SOP dibuat sesuai karakteristik wilayah;  Link SOP
 Standar Operasional Prosedur yang mengacu pada Perkap Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pembentukan Peraturan Kepolisian ;
 Membuat SOP inovasi yang dibuat;
b. Prosedur operasional  Memastikan pelaksanaan Tugas Personel sesuai SOP;  Anev bulanan setiap unit kerja (ABK)
tetap (SOP) telah  Minimnya Jumlah pelanggaran pelaksanaan Tugas yang tidak sesuai SOP.  Laporan bulanan Propam
diterapkan  Reward and Punishment
c. Prosedur operasional  Melaksanakan Evaluasi SOP Secara Berkala (Triwulan, Semester); Laporan anev per Triwulan dan Semester
tetap (SOP) telah  Membuat laporan hasil Anev dan monitoring SOP.
dievaluasi
Sistem Pemerintahan Berbasis
2.
Elektronik (SPBE) (2)
a. Sistem pengukuran  Sistem pengukuran kinerja polri saat ini telah menggunakan aplikasi SI ABK  Screenshoot penggunaan Teknologi/aplikasi dalam
kinerja unit sudah PRESISI dan SIRENA. pengukuran kinerja unit
menggunakan teknologi  Inovasi Pengukuran Kinerja berupa pengukuran kinerja yang dilaksanakan  Screenshoot Inovasi
informasi waktu tertentu untuk mendukung pengukuran kinerja yang ada di aplikasi SI
ABK PRESISI
 Aplikasi SAKTI, Aplikasi SMART, Aplikasi Krisna dan Aplikasi E – Monev
terintegrasi dengan kementerian terkait.
b. Operasionalisasi  Penerapan Aplikasi SIPP 2.0 (Upgrading NEW Sistem Informasi Personel  Screenshoot penggunaan Teknologi infromasi/ aplikasi
manajemen SDM sudah Polri); operasionalisasi manajemen SDM.
menggunakan teknologi  Penerapan penggunaan Sistem Manajemen Kinerja Online (SMK Online)  Screenshoot inovasi pendukung penggunaan Teknologi
informasi infromasi/ aplikasi operasionalisasi manajemen SDM.
 Penerapan Aplikasi 13 Komponen Budaya Unggul
 Pendidikan pengembangan menggunakan aplikasi E – Dikbang
 Penerimaan calon anggota Polri melalui pendaftaran pada website
 Assesment mandiri pada Assesment Center menggunakan aplikasi DAC
SSDM Polri

7
PENATAAN TATALAKSANA (3,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
c. Pemberian pelayanan  Memiliki Website yang memudahkan masyarakat dalam memperoleh  Screenshoot penggunaan Teknologi infromasi/ aplikasi
kepada publik sudah Informasi terkait layanan kepolisian dan pengaduan masyarakat; Layanan;
menggunakan teknologi  Memiliki aplikasi Media Sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram,  Screenshoot web/media sosial;
informasi Youtube, Whatsapp;  Screenshoot Inovasi
 Terhadap satker yang menggunakan aplikasi terintegrasi pelayanan pada
Mabes Polri termasuk satker/satwil yang telah memberikan pelayanan
public menggunakan teknologi informasi;
 Contoh pelayanan menggunakan IT di Polri:
- Pelayanan pada aplikasi Polisiku;
- Pelayanan pada aplikasi Dumas Presisi, dan Propam Presisi
- Pelayanan SKCK Online;
- Pelayanan SKCK Keliling online;
- SIM Online;
- Sistem Antrian Elektronik;
- Command Center Polri
- Inovasi kolaboratif IT berupa penggabungan pelayanan Kepolisian dengan
stakeholder terkait.

d Telah dilakukan  Membentulk TIM Monitoring dan Evaluasi khusus pemanfaatan IT;  Sprint
monitoring dan evaluasi  Pemilihan TIM harus memiliki kemampuan dan kompetensi di bidang IT;  Undangan rapat
terhadap pemanfaatan
 Dapat melibatkan pihak luar dalam melakukan monitoring dan evaluasi  Laporan Monev
teknologi informasi
(Survei);
dalam pengukuran
kinerja unit,  Kegiatan Monev secara berkala pemanfaatan teknologi informasi
operasionalisasi SDM, dilaksanakan oleh unit kerja yang membuat teknologi informasi, sedangkan
dan pemberian layanan untuk unit kerja pendukung kegiatan teknologi informasi memberikan
kepada publik masukan terhadap efektifitas dan efisiensi teknologi informasi;
 Membuat Laporan Hasil pelaksanaan monitoring evaluasi terhadap
pemanfaatan teknologi informasi dalam pengukuran kinerja unit,
operasionalisasi SDM, dan pemberian layanan kepada publik.

8
PENATAAN TATALAKSANA (3,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
Keterbukaan Informasi Publik
3.
(0,5)
a. Kebijakan tentang  Dasar kebijakan tentang keterbukaan publik adalah Perkap Nomor 24 Tahun  Perkap Nomor 24 Tahun 2011
keterbukaan informasi 2011 tentang Perubahan Perkap Nomor 16 Tahun 2010 tentang Tata Cara  Skep atau Sprint PPID
publik telah diterapkan Pelyanaan Informasi Publik di Lingkungan Polri
 Screenshoot Website dan media sosial
 Telah ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) oleh
Satker/Satwil  Dokumentasi
 PPID telah melaksanakan penyebaran informasi di era keterbukaan  Dokumen MoU
informasi publik sesuai dengan ketentuan yang berlaku  Anev Laporan bulanan website dan medsos
 Pelaksanaan kegiatan PPID yaitu menyiapkan ketersediaan informasi dengan
berbagai infrastruktur dan konten yang memadai, disertai sikap keterbukaan
dan mekanisme serta prosedur yang memadai seperti memiliki Website
(humas.polri.go.id) dan media sosial yang mudah diakses;
 penandatanganan MoU dengan Media elektronik dan cetak dalam rangka
pemberitaan informasi publik;
 Contoh kegiatan keterbukaan informasi publik berupa Inovasi Website yang
berisi konten:
- Transparansi alokasi anggaran DIPA Polri melalui Website;
- Informasi pengurusan layanan SIM, STNK, BPKB, SKCK Online, Laporan
Polisi, Laporan Bebas Narkoba, Izin Keramaian, Info Penerimaan Polri;
- Informasi Kegiatan.
b. Telah Melakukan  Melaksanakan Anev dan Monitoring tentang keterbukaan informasi publik  Sprin
monitoring dan evaluasi secara berkala;  Undangan rapat
pelaksanaan kebijakan  Membuat laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan  Notulen
keterbukaan informasi keterbukaan informasi publik.  Dokumentasi
publik  Laporan Monev
 Melaksanakan tindak lanjut atas saran dan/atau rekomendasi pada anev.
 Laporan tindak lanjut/ dokumen dan foto disposisi
tindak lanjut

9
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai
1.
dengan kebutuhan organisasi (0,25)
a. Kebutuhan pegawai yang disusun Perencanaan Kebutuhan pegawai mengacu pada peta Pemutakhiran data Pers (DSP-RIIL):
oleh unit kerja mengacu kepada jabatan dan hasil analisis beban kerja (ABK) yang dibuat  Stok Pers Satker/Satfung;
peta jabatan dan hasil analisis oleh satuan fungsi setiap bulan dengan mengoptimalkan
 Data Personel Kualifikasi jabatan;
beban kerja untuk masing-masing jumlah personel yang ada serta mengusulkan
jabatan penambahan jumlah personel ke Polda  DSP-RIIL anggota Polri dan PNS Satker/Satfung;
 Analisa Beban Kerja (ABK) pada masing-masing unit kerja;
 Rekap ABK.
b. Penempatan pegawai hasil  Melaksanakan Wanjak (WaKasatfung/Kasatker, Data rekap ketersediaan ruang jabatan di satker/satfung:
rekrutmen murni mengacu kepada Kabagsumda, Kasubbagpers, Kasiwas dan  Usulan Penambahan Personel;
kebutuhan pegawai yang telah Kasipropam);
 Jabatan kosong;
disusun per jabatan  Menempatkan Personel sesuai dengan kompetensi
(Dikjur dan Dikbangspes);  Ketersediaan ruang jabatan Satker/ Satfung;
(untuk tingkat SDM Polda dan
 Penempatan Personel berdasarkan SMK.  Membuat Rencana Mutasi;
Mabes Polri, dan penempatan
 Nota Dinas/TR undangan pelaksanaan Mutasi kepada DPK untuk
pendistribusian personel untuk
sidang Wanjak;
Polres)
 Absensi DPK;
 Dokumentasi sidang Wanjak;
 Notulen hasil sidang Wanjak.
 Keputusan Kapolres tentang Mutasi;
 Surat Telegram mutasi.
c. Telah dilakukan monitoring dan dan  Melaksanakan Anev dan Monitoring tentang Membuat Lap Monev perbulan/ Triwulan/semester tentang kendala/
evaluasi terhadap penempatan penempatan Personel; hambatan dengan tindak lanjut:
pegawai rekrutmen untuk memenuhi  Membuat laporan terhadap evaluasi penempatan  Surat permohonan penambahan personel ke tingkat lebih atas;
kebutuhan jabatan dalam organisasi Personel per Semester.  Lap Dikjur dan penempatan pers sesuai kompetensi;
telah memberikan perbaikan
terhadap kinerja unit kerja ?  Lap TOT/Prolat/Dikjur guna meningkatkan Kompetensi (lap hasil
lengkap, STR/undangan, dokumentasi, absensi).
 Anev penempatan pendistribusian personel untuk Polres (untuk Polres
dan Satker Polda diluar SDM)

10
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
2. Pola Mutasi Internal (0,5)
a. Dalam melakukan pengembangan  Mutasi Internal melalui Dewan Pertimbangan karier  Kapolres sebagai Role Model memimpin langsung pembinaan Karir
karier pegawai, apakah telah yang mengacu pada kebutuhan personel tiap jabatan; bagi anggota
dilakukan mutasi pegawai antar  Memiliki Sistem Mutasi Personel yang transparan dan  Lap hasil Binkar pers meliputi:
jabatan Akuntabel; - Membuat Rencana Mutasi;
 Prioritas pada Kompetensi dan kemampuan Personel. - undangan kepada DPK untuk sidang Wanjak;
- Absensi DPK;
- Dokumentasi;
- Notulen hasil sidang Wanjak;
- Kep Kapolres tentang Mutasi;
- Surat Telegram mutasi;
- Link Database kompetensi personel (sertifikasi) pada NEW SIPP 2.0
b. Dalam melakukan mutasi pegawai  Penilaian kinerja berdasarkan penilaian atas langsung;  Lap lengkap pers yang menempati jabatan sesuai standar kompetensi;
antar jabatan telah memperhatikan  Mutasi Personel berdasarkan sertifikasi pendidikan  Membuat Rencana Mutasi;
kompetensi jabatan dan mengikuti dan kejuruan yang dimiliki.
pola mutasi yang telah ditetapkan  Nota Dinas pengantar mutasi
 Absensi DPK;
 Berita acara wanjak
 Dokumentasi;
 Notulen hasil sidang Wanjak;
 Keputusan Kapolres tentang Mutasi;
 Surat Telegram mutasi.

c. Telah dilakukan monitoring dan  Melaksanakan Anev dan Monitoring tentang mutasi Lap Monev tiap bulan/triwulan/ semester dengan melampirkan hasil
evaluasi terhadap kegiatan mutasi Personel; Monev yaitu:
yang telah dilakukan dalam  Membuat laporan terhadap evaluasi mutasi Personel  Daftar rekap jabatan Kosong/ ketersediaan jabatan kosong;
kaitannya dengan perbaikan kinerja per Semester.  Notulen hasil rapat;
 Lap pers yang menempati jabatan sesuai kompetensinya.

11
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
Pengembangan pegawai berbasis
3.
kompetensi (1,25)
a. Unit Kerja melakukan Training Need  Pengusulan Pendidikan personel melalui Dikbangspes  Lap TOT setiap bulan yang dilaksanakan oleh Satker/satfung (laporan
Analysis Untuk pengembangan dan Diklat ke Satuan Atas; hasil lengkap, Dokumentasi, absensi)
kompetensi  Melaksanakan pelatihan pelatihan peningkatan  Lap hasil prolat yang dilaksanakan Polda.
kemampuan dibidang operasional, SDM dan IT;  Lap dikjur/dikbangspers
 Memiliki Pola Pelatihan Mandiri yang meningkatkan
 Lap hasil Coaching Clinic
kompetensi Personel;
 Coaching Clinic, Program pelatihan proaktif bagi
masyarakat umum yang akan masuk polisi untuk
menjaring calon anggota Polri yang berkualitas,
berupa pengetahuan umum dan kesiapan jasmani.
b. Dalam menyusun rencana  Rencana pengembangan kompetensi pegawai,  Lap SMK setiap unit kerja.
pengembangan kompetensi pegawai, apakah mempertimbangkan hasil pengelolaan kinerja  Membuat rencana pers yang mengikuti prolat, Dikbangspes;
apakah mempertimbangkan hasil pegawai dengan menggunakan penilaian SMK
pengelolaan kinerja pegawai Personel;  Lap hasil pers yang mengikuti Prolat,Diksbangspes, Dikjur
 Membuat usulan Dikbang ke Satuan Atas Polda.
c. Tingkat kesenjangan kompetensi Memetakan Personel berdasarkan kepemilikan sertifikasi Lap hasil rekap unit kerja yang personelnya sudah sesuai dengan
pegawai yang ada dengan standar pendidikan dan kejuruan kompetensinya.
kompetensi yang ditetapkan untuk
masing-masing jabatan
d. Pegawai di Unit Kerja telah Merekap Personel yang memiliki: Lap hasil pers yang bertempat di unit kerja telah melaksanakan Prolat,
memperoleh kesempatan/ hak - Dikbangspes; Dikbangspes, Dikjur.
untuk mengikuti Diklat maupun
- Sertifikasi;
pengembangan kompetensi lainnya
- Keahlian.
e. Dalam pelaksanaan pengembangan  Mengusulkan Dikbangspes, Pelatihan Ke satuan atas  Lap Rencana pelakasanaan training TOT yang dilakukan oleh Unit
kompetensi, apakah unit kerja  in-house training Melaksanakan in-house training Kerja;
melakukan upaya pengembangan pengembangan kepribadian  TR/Undangan pelaksanaan training TOT;
kompetensi kepada pegawai
(seperti pengikutsertaan pada  Lap hasil Pelaksanaan Training TOT/beserta dokumentasinya.
lembaga pelatihan, in-house
training, coaching, atau mentoring)

12
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
f. Telah dilakukan monitoring dan  Melaksanaan Anev dan Monitoring tentang  Lap hasil Monev bulan/triwulan/ semester kaitannya tentang TOT,
evaluasi terhadap hasil pengembangan kompetensi Personel Prolat, Dikjur, Dikbangspes
pengembangan kompetensi dalam  Membuat Laporan hasil
kaitannya dengan perbaikan kinerja  tindak lanjut hasil Monev.

4. Penetapan kinerja individu (2)


a. Terdapat penetapan kinerja individu Sistem Manajemen Kinerja (SMK) yang dilaksanakan Laporan SMK tiap unit Kerja dalam satu tahun
yang terkait dengan perjanjian secara periodik 6 bulan sekali sesuai dengan tupoksinya
kinerja organisasi masing masing serta telah memiliki kesesuaian dengan
level pimpinan diatasnya.
b. Ukuran kinerja individu telah Membuat SMK untuk penilaian kinerja Personel;  Lap SMK tiap unit Kerja persemester dalam satu tahun.
memiliki kesesuaian dengan indikator  Rekap SMK
kinerja individu level diatasnya
c. Pengukuran kinerja individu  Pengukuran kinerja individu dilakukan secara periodik Lap SMK tiap unit Kerja persemester dalam satu tahun.
dilakukan secara periodik melalui SMK;
 Pelaksanaan reward.
d. Hasil penilaian kinerja individu telah  Membuat TR pemberian Reward dan Punishment  Lap Wanjak pemberian Reward/ Punisment;
dijadikan dasar untuk pemberian untuk mengapresiasi Personel;  TR/undangan Pelaksanaan pemberian reward/Punishment;
reward  Pelaksanaan pemberian reward;  Lap hasil Reward/Punishment bagi anggota
 Membuat Laporan Hasil.
Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode
5.
perilaku pegawai (0,75)
a. Aturan disiplin/kode etik/kode  Pelaksanaan Sidang Disiplin dan Kode Etik;  Lap Hasil Pelaksanaan Gaktibplin (lengkap, Dokumentasi).
perilaku telah  Contoh: Program Helm Disiplin, (Anggota yang  Lap Hasil Sidang Disiplin, Kode etik (lengkap, Dokumentasi).
dilaksanakan/diimplementasikan melakukan pelanggaran akan dihukum dengan  Data Rekap Pers yang melanggar
menggunakan Helm Disiplin dan berdiri di depan
anggota lainnya setiap apel Pagi hingga waktu yang
ditentukan, dengan harapan pelanggaran tersebut
tidak ditiru oleh personel yang lain.
6. Sistem Informasi Kepegawaian (0,25)

a. Data informasi kepegawaian unit Pengelolaan Sistem Informasi Personel polri yang Pemutakhiran data pers melalui aplikasi sismutjab yang terkoneksi
kerja telah dimutakhirkan secara terkoneksi dengan Mabes Polri dan dilaksanakan update dengan aplikasi SIPP 2.0 (screenshoot Aplikasi).
berkala setiap saat

13
PENGUATAN AKUNTABILITAS (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
1. Keterlibatan pimpinan (2,5)
a. Unit kerja telah melibatkan  Pimpinan terlibat langsung dalam Sun produk perencanaan  Undangan Rapat;
pimpinan secara langsung melalui penerbitan Sprin Pokja;  Sprin Pokja;
pada saat penyusunan  Sosialisasi tentang Renja, Perjanjian Kinerja (PK), IKU;
perencanaan  Absensi kehadiran;
 Membuat Laporan Hasil Pelaksanaan;  Dokumentasi;
 Laporan Hasil pelaksanaan penyusunan Renja, Perjanjian Kinerja (PK),
IKU;

b. Unit kerja telah melibatkan  Pimpinan terlibat secara langsung pada saat penyusunan  Undangan rapat;
secara langsung pimpinan Penetapan Kinerja melalui Rapat penetapan IKU yang berorientasi  Sprin Pokja;
saat penyusunan Perjanjian hasil kepada masyarakat;
Kinerja  Absensi kehadiran;
 membuat laporan hasil pelaksanaan.
 Dokumentasi;
 Laporan Hasil pelaksanaan;
 Dokumen Perjanjian Kinerja (PK).

c. Pimpinan memantau Pimpinan memantau pencapaian kinerja secara berkala melalui  Undangan rapat;
pencapaian kinerja secara Monev Bulanan, Triwulan, Semester dan Tahunan.  Absensi kehadiran;
berkala
 Dokumentasi;
 Laporan Hasil pelaksanaan Monev Bulanan, Triwulan, Semester dan
Tahunan
Pengelolaan Akuntabilitas
2.
Kinerja (2,5)
a. Dokumen perencanaan Membuat dokumen perencanaan jangka pendek Renja, Renstra lima  Undangan sosialisasi;
sudah ada tahunan.  Sprin Pokja;
 Absensi kehadiran;
 Dokumentasi;
 Laporan Hasil;
 Dokumen Renja dan Renstra.
14
PENGUATAN AKUNTABILITAS (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
b. Perencanaan kinerja telah  Melaksanakan Monev kinerja Satker/Satfung apakah kinerja yang  Undangan Monev;
berorientasi hasil dilaksanakan sudah sesuai renja dan Renstra;  Sprin Pokja;
 Dokumen perencanaan telah berorientasi hasil dengan  Laporan Hasil Pelaksanaan Monev (absen & dokumentasi);
menetapkan IKU.
 Dokumen IKU;
 Nilai AKIP.
**Disesuaikan dengan hasil AKIP
c. Terdapat penetapan  Melaksanakan rapat penyusunan IKU Satker/Satfung;  Undangan Monev;
Indikator Kinerja Utama  Mengkompulir IKU dari masing masing Unit kerja.  Sprin Pokja;
(IKU)
 Laporan Hasil Pelaksanaan (absen dan dokumentasi);
 Dokumen IKU.
d. Indikator kinerja telah  Membuat IKU yang disesuaikan dengan kerawanan daerah;  Dokumen IKU yang telah dibuat.
memenuhi kriteria SMART  IKU yang dibuat harus jelas dan tepat sasaran berorentasi pada  Nilai AKIP
pelayanan masyarakat antara lain: Persentase peningkatan
penyelesaian perkara, IKM berorientasi Baik, Menurunnya angka
kecelakaan Lalulintas dan Meningkatnya jumlah MoU.
e. Laporan kinerja telah  Penyusunan LKIP secara tepat waktu (awal Bulan Februari); Dokumen LKIP
disusun tepat waktu  Laporan Kinerja telah dikirim ke Polda tepat waktu (awal Bulan
Februari);
f. Laporan kinerja telah Laporan Kinerja telah memberikan informasi tentang kinerja melalui Nilai AKIP & Dokumen LKIP
memberikan informasi capaian kinerja dari setiap indikator kinerja dan target yang tertuang
tentang kinerja dalam Perjanjian Kinerja (PK).
g. Terdapat sistem Sistem informasi/mekanisme informasi kinerja dapat ditemukan Screenshot capaian informasi kinerja
informasi/mekanisme pada aplikasi sirena 2.0
informasi kinerja

h. Unit kerja telah berupaya terdapat upaya peningkatan kapasitas SDM yang menangani  Surat usulan pelatihan/ Dikbangspes;
meningkatkan kapasitas akuntabilitas kinerja dengan mengusulkan Personel Bagren untuk  TR pemanggilan Diklat/ Dikbangspes;
SDM yang menangani mengikuti Diklat/Dikbangspes (tingkat Polres Bagren).  Laporan hasil pelaksanaan;
akuntabilitas kinerja  Sertifikat

15
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
1. Pengendalian Gratifikasi (1,5)
a. Telah dilakukan public campaign  Sosialisasi Perkap 6 Tahun 2020;  Laporan sosialisasi:
tentang pengendalian gratifikasi  Melakukan public campaign dengan memanfaatkan - surat perintah,
aplikasi dan non aplikasi (pemasangan spanduk/banner - surat undangan,
tentang larangan Gratifikasi);
- daftar absensi kegiatan dan
- dokumentasi,
 Screenshot spanduk dan banner larangan menerima Gratifikasi;
 Screenshot aplikasi yang dibangun dilengkapi dengan public
campaign larangan menerima Gratifikasi
b. Pengendalian gratifikasi telah Melaporkan hasil penanganan gratifikasi dan membuat  Laporan penanganan gratifikasi di lingkungan Satker
diimplementasikan surat pernyataan tidak menerima Gratifikikasi  Surat Pernyataan tidak menerima Gratifikasi untuk pejabat eselon
II dan kepala urusan keuangan
2. Penerapan SPIP (1,5)
a. Telah dibangun lingkungan  Telah dibangun lingkungan pengendalian sesuai yang  Daftar peraturan/SOP yang dimiliki oleh Satker dalam mendukung
pengendalian ditetapkan organisasi (peraturan dan turunannya/SOP) terwujudnya pelaksanaan tugas sesuai prinsip yang ditetapkan
seperti:  Inovasi untuk meminimalkan risiko permasalahan di lingkungan
- Peraturan tentang Kode Etik Profesi Polri; Satker
- Peraturan tentang Tata Cara Penanganan
Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Polri;
- Peraturan tentang Penyelesaian Pelanggaran
Disiplin Anggota Polri;
- Peraturan tentang Pengamanan Internal di
Lingkungan Polri;
- Peraturan tentang Kepemilikan Barang Mewah
Pegawai Negeri pada Polri;
- Peratutan tentang Usaha Bisnis Pegawai Negeri
pada Polri;
- peraturan/arahan tentang Benturan Kepentingan;
dan
- Peraturan/arahan tentang Pola Hidup Sederhana.

16
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
 peraturan terkait sumber daya manusia, logistik dan
keuangan, seperti:
- Peraturan tentang SOTK
- Peraturan tentang Kepangkatan;
- Peraturan tentang Sistem Pembinaan Karier
Anggota Polri;
- Peraturan tentang Sistem Pendidikan Polri;
- Peraturan tentang Sistem Informasi Personel Polri;
- Peraturan tentang Promosi Jabatan Terbuka;
- Peraturan tentang Penyelenggaraan Assessment
Center Polri;
- Peraturan tentang Penilaian Kinerja bagi Pegawai
Negeri pada Polri dengan Sistem Manajemen
Kinerja;
- Peraturan tentang uraian jabatan; dan
- Peraturan tentang ABK.
- Peraturan tentang Sistem Informasi personel Polri;
- Peraturan tentang Penyelenggaraan Assessment
Center Polri;
- Peraturan tentang Tunjangan meliputi Kinerja,
jabatan dan khusus;
- Peraturan tentang Penyusunan Tapja di
Lingkungan Polri;
- Peraturan tentang penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah;
- Peraturan tentang Naskah Dinas dan Tata
Persuratan Dinas di Lingkungan Polri;
- Peraturan tentang barang persediaan;
- Peraturan tentang Penilaian Kinerja Bagi Pegawai
Negeri Pada Polri dengan Sistem Manajemen
Kinerja;
17
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
- Peraturan tentang Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
- Peraturan tentang Sistem Informasi Manajemen
Akuntans.
 Peraturan membangun hubungan kerja yang baik,
seperti:
- peraturan tentang HTCK;
- Satker Inspektorat memiliki peraturan terkait
fungsi pengawasan;
- Peraturan terkait pelaksanaan tugas dan fungsi
yang menjadi tugas pokoknya.

b. Telah dilakukan penilaian risiko Menyusun dan menetapkan risiko sesuai dengan Perkap  surat perintah penunjukan tim manajemen risiko;
atas pelaksanaan kebijakan nomor 4 tahun 2021 (risiko yang disusun per unit kerja  surat undangan;
merujuk pada SOTK/job description unit/sub unit)  daftar absen peserta rapat
 Dokumentasi
 Notulen
 Daftar risiko
 Laporan manajemen risiko per tahun
c. Telah dilakukan kegiatan Hasil implementasi lampiran laporan manajemen risiko laporan hasil kegiatan pengendalian resiko yang ditetapkan termasuk
pengendalian untuk meminimalisir tentang analisis dan identifikasi serta rencana tindak inovasi yang dibangun dilengkapi peraturan/kebijakan, fasilitas dan
risiko yang telah diidentifikasi pengendalian risiko Satker seperti kegiatan audit, reviu, inovasi yang dibangun
evaluasi, pemantauan, asistensi dan kegiatan pengawasan
lainnya (yang dimaksud dengan pemantauan lainnya seperti
cctv, absensi, kegiatan pengawasan lainnya)
d. SPI telah diinformasikan dan Sosialisasi kepada seluruh personel tentang SPIP yaitu  surat perintah penunjukan panitia;
dikomunikasikan kepada seluruh Perkap Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan SPIP  surat undangan;
pihak terkait di Lingkungan Polri dan Perir Nomor 2 Tahun 2018 tentang  daftar absensi;
SOP Penilaian dan Strategi Peningkatan Maturitas SPIP di  Dokumentasi.
Lingkungan Polri baik secara langsung atau melalui media  Notulen
social.  laporan hasil sosialisasi peraturan tentang SPIP;
 Screenshoot

18
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
3. Pengaduan Masyarakat (1,5)
a. Kebijakan pengaduan masyarakat Implementasi Perpol Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata  Rekap Penanganan Dumas
telah diimplementasikan Cara Penanganan Dumas di Lingkungan Polri, Penanganan  Screen Shoot Penanganan Dumas Presisi
Dumas pada satker/satwil
 inovasi yang dilakukan Satker dalam penanganan Dumas
 laporan Dumas bulanan, triwulan, dan semester
b. Pengaduan Masyarakat  Pengaduan masyarakat yang diterima telah ditindak  Dokumen surat permintaan klarifikasi kepada satker/satwil
ditindaklanjuti lanjuti oleh satker/satwil untuk dimintakan klarifikasi;  Dokumen SP3D
 Mengirimkan surat pemberitahuan perkembangan
penanganan dumas (SP3D) kepada masyarakat.
c. Telah dilakukan monitoring dan Analisa dan evaluasi Dumas dilakukan secara berkala laporan Anev Dumas bulanan, triwulan, dan semester
evaluasi atas penanganan (Bulanan, Triwulan, Semester, dan 1 tahun).
pengaduan masyarakat
d. Hasil evaluasi atas penanganan  Mengirimkan Surat hasil klarifikasi (surat jawaban  Dokumen Surat Jawaban Kepada Pelapor;
pengaduan masyarakat telah kepada pelapor);  laporan tindak lanjut Dumas bulanan, triwulan, dan semester;
ditindaklanjuti  Melakukan Klarifikasi penanganan dumas yang belum
ditanggapi;  satker polda (meminta data ke itwasda perihal evaluasi dumas
 Membuat Jukrah kepada satker/satwil penanganan pada satker tersebut).
dumas.
4. Whistle-Blowing System (1,5)
a. Whistle Blowing System telah  Internalisasi/Sosialisasi Perkap Nomor 21 Tahun 2012  Laporan Internalisasi/Sosialisasi Kep Kapolri Nomor:
diterapkan tentang Perlindungan Terhadap Pelapor Pelanggaran Kep/147/I/2020 tentang Whistle Blowing System (WBS) online di
Hukum di Lingkungan Polri; lingkungan Polri
 Internalisasi/Sosialisasi Kep Kapolri Nomor:  laporan internalisasi/sosialisasi Perkap Nomor 21 Tahun 2012;
Kep/147/I/2020 tentang Whistle Blowing System
(WBS) online di lingkungan Polri;  Screenshot Kegiatan Sosialisasi;
 Laporan Bulanan, Triwulan, dan Semester.  surat perintah penunjukan panitia;
 surat undangan;
 daftar absensi;
 Dokumentasi;
 Laporan Bulanan, Triwulan, dan Semester.

19
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
b. Telah dilakukan evaluasi atas  Melaksanakan evaluasi atas penerapan Whistle Blowing  Terhadap satker/satwil lainnya terkait evaluasi WBS bukti dukung
penerapan Whistle Blowing System per periodik (Bulanan, Triwulan dan Semester) berupa laporan Bulanan, Triwulan dan semester yang diberikan
System khususnya pada Divpropam Polri, SSDM Mabes Polri, oleh Divpropam Polri untuk satker pada Mabes Polri, dan Bid
Bid Propam Polda, Biro SDM Polda, Sie Propam Polres, Propam Polda untuk satker polda dan polres;
dan Bag Sumda Polres.  Laporan hasil evaluasi penerapan Whistle Blowing System per
 Terhadap satker/satwil lainnya terkait evaluasi WBS periodik (Bulanan, Triwulan dan Semester) khususnya pada
diberikan oleh Divpropam Polri untuk satker pada Divpropam Polri, SSDM Mabes Polri, Bid Propam Polda, Biro SDM
Mabes Polri, dan Bid Propam Polda untuk satker polda Polda: Dengan tahapan (surat perintah penunjukan tim kerja,
dan polres. surat undangan, daftar absensi, Dokumentasi)

c. Hasil evaluasi atas penerapan  Melaksanakan tindak lanjut saran dan/atau  Laporan hasil evaluasi yang tidak terdapat saran dan/atau
Whistle Blowing System telah rekomendasi dari laporan hasil evaluasi penerapan rekomendasi;
ditindaklanjuti Whistle Blowing System Atau:
 Apabila didalam laporan hasil evaluasi penerapan  laporan hasil tindak lanjut hasil evaluasi penerapan Whistle
Whistle Blowing System tidak terdapat saran / Blowing System bila ada saran dan/atau rekomendasi dengan
rekomendasi, maka sebagai tindak lanjut berupa tahapan (surat perintah penunjukan panitia, surat undangan,
laporan hasil evaluasi itu sendiri. daftar absensi, Dokumentasi, dan Laporan tindak lanjut)
Atau:
 Foto atau Screenshot disposisi Kasatker terkait tanggapan untuk
menindaklanjuti saran dan/atau rekomendasi laporan hasil
evaluasi penerapan Whistle Blowing System.

5. Penanganan Benturan Kepentingan (1,5)

a. Telah terdapat Melaksanakan identifikasi/pemetaan benturan Hasil pemetaan berupa dokumen identifikasi yang ada pada
identifikasi/pemetaan benturan kepentingan yang mungkin terjadi di Satker sesuai dengan satker/satwil
kepentingan dalam tugas fungsi yang tercantum pada Surat Edaran Kapolri Nomor:
utama SE/8/X/2015 tentang Jukrah pencegahan benturan
kepentingan
b. Penanganan Benturan Melaksanakan sosialisasi/internalisasi tentang Surat Edaran  laporan sosialisasi atau Screenshot dilengkapi lampiran surat
Kepentingan telah Kapolri Nomor: SE/8/X/2015 tentang Jukrah pencegahan perintah, surat undangan, daftar absensi, kegiatan foto,
disosialisasikan/ internalisasi benturan kepentingan dokumentasi dan laporan

20
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
c. Penanganan Benturan Kepentingan Melakukan kegiatan penanganan benturan kepentingan Laporan hasil penanganan benturan kepentingan
telah diimplementasikan

d. Telah dilakukan evaluasi atas Melakukan evaluasi penanganan benturan kepentingan Laporan hasil evaluasi penanganan benturan kepentingan dilengkapi
Penanganan Benturan lampiran surat perintah sosialisasi, surat undangan, daftar absensi
Kepentingan kegiatan dan foto

e. Hasil evaluasi atas Penanganan 1. melaksanakan tindak lanjut saran dan/atau rekomendasi  Laporan hasil evaluasi yang tidak terdapat saran dan/atau
Benturan Kepentingan telah dari laporan hasil evaluasi penerapan Benturan rekomendasi;
ditindaklanjuti Kepentingan; Atau:
2. Apabila didalam laporan hasil evaluasi penerapan  laporan hasil tindak lanjut hasil evaluasi penerapan benturan
benturan kepentingan tidak terdapat saran / rekomendasi, kepentingan bila ada saran dan/atau rekomendasi dengan
maka sebagai tindak lanjut berupa laporan hasil evaluasi itu tahapan (surat perintah penunjukan panitia, surat undangan,
sendiri. daftar absensi, Dokumentasi, dan Laporan tindak lanjut)
Atau:
 Foto atau Screenshot disposisi Kasatker terkait tanggapan untuk
menindaklanjuti saran dan/atau rekomendasi laporan hasil
evaluasi penerapan benturan kepentingan.

21
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
1. Standar Pelayanan (1)
a. Terdapat kebijakan Menyusun Standar Pelayanan sesuai dengan Peraturan Menteri PANRB No.  Buku Standar Pelayanan;
standar pelayanan 17 tahun 2017 tentang Standar Pelayanan yang berisi:  Dokumentasi.
1. Persyaratan;
2. Sistem Mekanisme dan Prosedur;
3. Jangka Waktu Pelayanan;
4. Biaya/Tarif;
5. Produk Layanan;
6. Penanganan pengaduan, Saran dan Masukan/Apresiasi;
7. Dasar Hukum;
8. Sarana Prasarana dan Fasilitas;
9. Kompetensi Pelaksana;
10. Pengawasan Internal;
11. Jumlah Pelaksana;
12. Jaminan Pelayanan;
13. Jaminan Kemanan dan Keselamatan Pelayanan;
14. Evaluasi Kinerja Pelayanan.
b. Standar pelayanan telah  Membuat Maklumat Standar Pelayanan;  Dokumentasi maklumat pelayanan;
dimaklumatkan  Melaksanakan Sosialisasi dilokasi pelayanan publik dan melalui website.  Screenshoot.
c. Dilakukan reviu dan  Melaksanakan Analisa dan evaluasi terhadap SOP Pelayanan;  laporan anev
perbaikan atas standar  Melaksanakan Perbaikan SOP sesuai Kebutuhan;  SOP yang telah direvisi
pelayanan
 Melibatkan Pihak luar dalam perbaikan SOP Pelayanan.
 Melaksanakan harmonisasi dan sinkronisasi
2. Budaya Pelayanan Prima (1)
a. Telah dilakukan berbagai  Roadshow Penerapan Pelayanan Prima; Laporan sosialisasi/pelatihan penerapan Budaya Pelayanan
upaya peningkatan  Pelatihan Etika Pelayanan; Prima
kemampuan dan atau  Sosialisasi/Pelatihan Budaya Pelayanan Prima
kompetensi tentang
penerapan Budaya
Pelayanan Prima

22
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
b. Informasi tentang Penyediaan Website dan Media Sosial yang mudah diakses oleh masyarakat  Dokumentasi
pelayanan mudah diakses dalam memperoleh informasi layanan dan kegiatan;  Screenshoot
melalui berbagai media
c. Telah terdapat sistem  Pemberian Reward kepada petugas layanan secara kontinu;  Laporan bulanan dumas satker dari Kasiwas
pemberian penghargaan  Pemberian punishment terhadap anggota yang pelaksana pelayanan  Laporan pemberian reward/punishment
dan sanksi bagi petugas melakukan pelanggaran atau pelayanan tidak sesuai SOP;
pemberi pelayanan  Sistem pemberian kompensasi kepada masyarakat, contoh permohonan
maaf.

d. Telah terdapat sistem  Kasatker menetapkan kompensasi apabila pelayanan tidak sesuai  Foto maklumat/surat edaran menegnai pemberian
pemberian kompensasi dnegan ketentuan seperti waktu pelayanan melebihi waktu yang telah kompensasi pelayanan
kepada penerima layanan ditetapkan.  Laporan sosialisasi dan/atau screenshoot kompensasi
bila layanan tidak sesuai  Kompensasi yang telah ditetapkan wajib disosialisasikan. yang sudah di sosialisasikan
standar  Contoh:
Pemberian bunga/aqua/permohonan maaf kepada masyarakat
penerima layanan bila waktu layanan melebihi batas aturan.

e. Terdapat sarana layanan  Yang dimaksud dengan Sarana layanan terpadu, adalah sarana Dokumentasi tempat pelayanan
terpadu/terintegrasi ? pelayanan kepolisian yang mengakomodir lebih dari 1 (satu) fungsi, Screenshot pelayanan terpadu pada aplikasi
 Yang dimaksud dengan terintegrasi adalah pelayanan kepolisian yang
mengikutsertakan pelayanan diluar polri.

 Contoh pelayanan terpadu


- SPKT Polres yang didalamya terdapat aktifitas pelayanan laporan
polisi, SKCK, perpanjangan SIM dan Konseling.
- Kapal Polri yang melaksanakan kegiatan pelayanan Binmas Perairan,
patroli dan pemeriksaan.
- Mobil kepolisian yang digunakan bukan hanaya patrol tetapi
digunakan juga untuk kegiatan Binmas.

 Contoh pelayanan terpadu/terintegrasi:


- SPKT Polres yang didalamya terdapat aktifitas pelayanan laporan
polisi, SKCK, perpanjangan SIM, Konseling, dan BRI
- Website/apliaksi yang terdapat beberapa fungsi pelayanan
operasioanal Polri Bersama stakeholder terkait (aplikasi Polisiku).

23
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
f. Terdapat inovasi Maksud dari inovasi pelayanan adalah kegiatan untuk mengefektifkan kerja Laporan Inovasi
pelayanan dan efisiensi anggaran dalam pelayanan kepolisian guna menyelsaikan
masalah dan memaksimalkan kerja.

Contoh Inovasi antara lain:


 SKCK Online;
 Antrian Online
 Inovasi Bhabinkamtibmas
 Inovasi lainnya
3. Pengelolaan Pengaduan (1)
a. Terdapat media  Polri telah terintegrasi dengan SP4N-Lapor sampai tingkat Polres  Screenshoot aplikasi SP4N-Lapor
pengaduan dan konsultasi  Penanggungjawab dan operator yang menangani SP4N-Lapor untuk  Sprint penanggungjawab dan operator SP4N-Lapor
pelayanan yang tingkat Mabes Polri ada pada Itwasum Polri, tingkat Polda pada Itwasda
terintegrasi dengan SP4N- dan tingkat Polres pada Siwas Polres
Lapor  Sprin penanggungjawab dan operator pada Satker Mabes ditunjuk oleh
Irwasum Polri, tingkat Polda ditunjuk oleh Irwasda dan Tingkat Polres
oleh Kapolres
b. Terdapat unit yang Pengelolaan pengaduan masyarakat pada fungsi pengawasan di Polri sudah  Kep Jabatan Bag/Subbag/Sie Dumas
mengelola pengaduan dan dibentuk berupa Bagdumas Itwasum Polri pada tingkat Mabes Polri,  Sprint penanggungjawab dan operator SP4N-Lapor
konsultasi pelayanan Subbagdumasanwas Itwasda pada tingkat Polda dan Siwas pada tingkat
Polres.
c. Telah dilakukan evaluasi Laporan anev secara periodik Laporan anev secara periodik yang dilengkapi dengan
atas penanganan (undangan, absensi, notulen, dokumentasi)
keluhan/masukan dan
konsultasi

Penilaian kepuasan terhadap


4.
pelayanan (1)
a. Telah dilakukan suvei  Melaksanakan penilaian kepuasan Pelayanan melalui IKM baik secara Laporan Survei
kepuasan masyarakat online, digital maupun manual setiap hari Pada Unit Pelayanan;
terhadap pelayanan  Suvei Kepuasan Masyarakat (SKM) setiap 6 bulan sekali melalui
penyebaran Kuesioner
b. Hasil suvei kepuasan Hasil suvei dipublikasikan kepada masyarakat melalui Website, Media sosial,  Screenshoot
masyarakat dapat diakses Banner/spanduk;  Dokumentasi
secara terbuka
24
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
c. Dilakukan tindak lanjut Melaksanakan Anev dan Tindak Lanjut Terhadap setiap hasil Suvei Kepuasan Laporan Monev dan tindak lanjut
atas hasil suvei kepuasan Masyarakat.
masyarakat
Pemanfaatan Teknologi
5.
Informasi (1)
a. Telah menerapkan  Jumlah layanan yang dimiliki Satker/Satwil  Screenshoot secara online untuk seluruh layanan
teknologi informasi dalam  Jumlah Layanan yang dimiliki Satker/Satwil telah menerapkan teknologi
memberikan layanan informasi dalam proses pemberian layanan.  Animasi singkat fitur-fitur layanan

 Panduan untuk penggunaan layanan

 Surat perintah penunjukkan personel sebagai operator


layanan
 Rekap bukti penggunaan layanan

 Dokumentasi kegiatan pelayanan

b. Telah membangun Contoh database pelayanan yang terintegrasi di Polri:  Screenshoot secara online untuk layanan yang
database pelayanan yang - data e-KTP terintegrasi dengan AFIS (aplikasi Inafis) terintegrasi
terintegrasi - aplikasi pelayanan Polri yang terintegrasi dengan BRI (QRIS)  Foto database pelayanan yang terintegrasi manual
- Data ranmor Samsat terintegrasi dengan Data Dispenda.

c. Telah dilakukan perbaikan  Satker/Satwil melakukan survei terkait pelayanan, dimana hasil survey  Dokumen anev
secara terus menerus secara periodik dijadikan dasar monev untuk perbaikan layanan. Adapun
contoh pertanyaan materi survey:  Laporan hasil tindak lanjut saran dan rekomendasi
- Apakah terdapat kendala pada penerapan teknologi informasi anev.
dalam pemberian layanan?
- Apakah ada feedback dari pengguna layanan yang menerapkan
teknologi informasi?
- Apakah feedback tersebut telah ditindaklanjuti?
 Satker/Satwil menindaklanjuti saran dan rekomendasi dari kegiatan
monev

25
LAMPIRAN
PETUNJUK TEKNIS DAN BUKTI DUKUNG
ASPEK REFORM
II. REFORM (30)
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
I. Komitmen Dalam perubahan (2)
a. Agen perubahan telah  Setiap satuan kerja berkewajiban membuat surat perintah  Sprint dan atau Kep Penujukan Agen Perubahan
membuat perubahan yang dan atau keputusan penunjukan agen perubahan, dimana  Undangan penunjukan agen perubahan
konkrit di instansi (dalam satu
tahun) kegiatan agen perubahan telah terencana dan terdapat  Absensi
laporan terhadap kegiatan perubahan yang dilakukan.  Notulen Rapat
 Kegiatan agen perubahan wajib di anev untuk mengetahui  Rekomendasi clearance (SKHP) dari propam/paminal
capaian perubahan yang dilakukan dalam satu tahun.  Dokumen kegiatan rapat penunjukan agen perubahan dan
 Persentase diperoleh dari jumlah perubahan yang dibuat dokumentasi kegiatan agen perubahan serta testimoni
kemanfaatan perubahan.
dibagi dengan jumlah agen perubahan
 Laporan evaluasi kegiatan agen perubahan yang
menjelaskan capaian dari perubahan.
- Jumlah agen perubahan Jumlah agen perubahan yang ada dalam Sprint dan atau Sprint dan atau Kep Penunjukan.
Keputusan.

- Jumlah perubahan yang Laporan evaluasi kegiatan agen perubahan yang menjelaskan capaian Laporan evaluasi kegiatan agen perubahan yang menjelaskan
dibuat dari perubahan. capaian dari perubahan beserta testimoni kemanfaatan
perubahan dari objek kegiatan atau fakta lapangan.

b. Perubahan yang dibuat agen Kegiatan yang dilakukan agen perubahan telah terjadwal pada kegiatan Jumlah perubahan yang telah terjadwal dalam kegiatan rutin
perubahan telah ter integrasi rutin atau khusus Satker/Satwil, terdapat laporan kegiatan dan anev Satker/Satwil dibandingkan dengan Jumlah perubahan oleh
dalam system manajemen capaian perubahan. agen perubahan pada laporan anev satu tahun.
Contoh kegiatan dibidang kerohanian:
Kegiatan agen perubahan pada pembinaan rohani telah terjadwal
secara rutin pada Satker/Satwil, kemudian terdapat laporan kegiatan
serta laporan hasil anev yang tergambar kemanfaatan dari perubahan.
- Jumlah perubahan yang Jumlah perubahan dapat terlihat dari laporan anev agen perubahan laporan anev agen perubahan dalam satu tahun.
dibuat dalam satu tahun.
- Jumlah perubahan yang Jumlah perubahan yang telah di integrasikan dalam system manajemen Jumlah perubahan yang telah di integrasikan dalam system
telah di integrasikan dalam manajemen
system manajemen
1
MANAJEMEN PERUBAHAN (4)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
II. Komitmen Pimpinan (1)
Pimpinan memiliki komitmen Peran pimpinan didalam perumusan target capaian dalam dokumen  Dokumen Perencanaan Pembangunan Zona Integritas;
terhadap pelaksanaan reformasi perencanaan Zona Interitas adalah pimpinan memimpin proses  Laporan Anev Capaian Pembangunan Zona Integritas
birokrasi, dengan adanya target perumusan terhadap target pada 6 (enam) area perubahan komponen selama setahun yang dilengkapi dengan kelengkapan
capaian reformasi yang jelas di pengungkit berupa aspek pemenuhan dan reform, serta komponen hasil administrasi berupa:
dokumen perencanaan (persepsi korupsi, indeks pelayanan dan hasil capaian kinerja/LKIP)
sesuai ketentuan PermenPANRB. - Undangan

Pimpinan satker/satwil memimpin anev persentase capaian - Absensi


perencanaan zona integritas selama 1 tahun sejak dicanangkan. - Notulen
- Dokumentasi
- Laporan Anev capaian

III. Membangun budaya kerja (1)


Instansi membangun budaya kerja Yang dimaksud dengan budaya kerja organisasi adalah hal – hal positif  Kegiatan Sosialisasi
positif dan yang terbangun untuk mendukung kemudahan pelaksanaan tugas - Data peraturan
menerapkan nilai-nilai organisasi pokok polri seperti: - Data keputusan
dalam - Undang – undang Kepolisian - Data SOP
pelaksanaan tugas sehari-hari - Peraturan Kepolisian - Data Kebiasaan Positif
- Keputusan Kepolisian  Testimoni
- SOP  Dokumentasi
- Kebiasaan Positif yang berdampak kondusivitas kamtibmas (Polisi
datang ke universitas, polisi mengajar, polisi sahabat anak, polisi
selaku tokoh agama, dan lain – lain).

Budaya kerja organisasi wajib disosialisasikan kepada seluruh anggota


Polri agar memahami hal tersebut, serta terhadap kebiasaan yang
positif yang belum ada ketentuan dibuatkan SOP.

2
PENATAAN TATALAKSANA (3,50)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS DATA DUKUNG
1 2 3 4 5
Peta proses bisnis mempengaruhi
I.
(0,5)
Telah disusun peta proses bisnis Peta proses bisnis telah disusun dan mempengaruhi penyederhanaan Peraturan Kapolri tentang SOTK tingkat Mabes/Polda/Polres
dengan adanya penyederhanaan seluruh jabatan yang dimaksud peta proses bisnis adalah tupoksi SOTK
jabatan satker/satwil dimana pada lampiran SOTK terdapat kelas jabatan sesuai
dengan kepangkatan dan eselon
Sistem Pemerintahan Berbasis
II.
Elektronik (SPBE) (1)
a. Implementasi SPBE telah Polri telah membangun aplikasi pelayanan yang terintegrasi berupa:  Screenshot/foto aplikasi
terintegrasi dan mampu  Aplikasi Polisiku (Terintegrasi pelayanan 110, SKCK Online Pengaduan  Screenshot/foto pengguna layanan
mendorong pelaksanaan masyarakat/ Dumasan Presisi, Info kantor Polisi Terdekat, Info  Peraturan/Kep penggunaan aplikasi
pelayanan public yang lebih Humas)
cepat dan efisien  Aplikasi E–Manajemen Penyidikan terintegrasi dengan laporan polisi
Sislaphar
 Avis (Aplikasi Inafis) terintegrasi dengan E– KTP
 Command Center Polri yang ada pada sebagian satwil terintegrasi
110, CCTV, aplikasi Hotspot, aplikasi weather radar, GPS personil,
aplikasi video analitik dan lain – lain)
 Inovasi satwil berupa aplikasi pelayanan kepada masyarakat

b. Implementasi SPBE telah Polri telah membangun aplikasi pelayanan yang terintegrasi berupa:  Screenshot/foto aplikasi
terintegrasi dan mampu  Aplikasi Polisiku (Terintegrasi pelayanan 110, SKCK Online Pengaduan  Screenshot/foto pengguna layanan
mendorong pelaksanaan masyarakat/ Dumasan Presisi, Info kantor Polisi Terdekat, Info  Peraturan/Kep kapolri dan/atau kasatker penggunaan
pelayanan organisasi yang Humas); aplikasi
lebih cepat dan efisien  Aplikasi E–Manajemen Penyidikan terintegrasi dengan laporan Polisi  Anev aplikasi yang ada di Polri
Sislaphar;
 Avis (Aplikasi Inafis) terintegrasi dengan E–KTP;
 Command center polri yang ada pada sebagian satwil terintegrasi
110, CCTV, aplikasi Hotspot, aplikasi weather radar, GPS personil,
aplikasi video analitik dan lain – lain);
 Inovasi satwil berupa aplikasi pelayanan kepada masyarakat
 Integrasi SMK Online dengan SI ABK pada rumusan perjanjian kinerja
 13 komponen budaya unggul terintegrasi kompetensi personel dan
aplikasi si cobar

3
PENATAAN TATALAKSANA (3,50)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS DATA DUKUNG
1 2 3 4 5
Transportasi digital memberikan
III.
nilai manfaat (2)
a. Transformasi digital pada Satker/Satwil yang membangun aplikasi berkewajiban membuat dan  Screenshot aplikasi
bidang proses bisnis utama menetapkan manual book sebagai petunjuk penggunaan aplikasi  Keputusan satker/satwil pengguna aplikasi
telah mampu memberikan dimana pada manual book tersebut terdapat definisi, petunjuk
nilai manfaat bagi unit kerja penggunaan, target/objek pengguna, frekuensi penggunaan serta  Testimoni kemanfaatan aplikasi
secara optimal tanggapan atau testimoni terhadap kemanfaatan aplikasi, dan dilakukan  Laporan ANEV
ANEV secara periodic.

b. Transformasi digital pada  Tranformasi digital pada bidang administrasi kepolisian seperti:  Screenshot aplikasi
bidang administrasi Aplikasi SIRENA (proses administrasi manajemen kegiatan dan  Keputusan satker/satwil pengguna aplikasi
pemerintahan telah mampu anggaran terukur), Aplikasi 13 komponen budaya unggul (13
memberikan nilai manfaat komponen administrasi kompetensi SDM Polri terukur)  Testimoni kemanfaatan aplikasi
bagi unit kerja secara optimal  Terhadap aplikasi tersebut wajib membuat dan menetapkan manual  Laporan ANEV
book sebagai petunjuk penggunaan aplikasi dimana pada manual
book tersebut terdapat definisi, petunjuk penggunaan, target /
objek pengguna, frekuensi penggunaan serta tanggapan atau
testimoni terhadap kemanfaatan aplikasi, dan dilakukan ANEV
secara periodik.

c. Transformasi digital pada Satker/Satwil yang membangun aplikasi pelayanan publik  Screenshot aplikasi
bidang pelayanan publik berkewajiban membuat dan menetapkan manual book sebagai  Keputusan satker/satwil pengguna aplikasi
telah mampu memberikan petunjuk penggunaan aplikasi dimana pada manual book tersebut
nilai manfaat bagi unit kerja terdapat definisi, petunjuk penggunaan, target/objek pengguna,  Testimoni kemanfaatan aplikasi
secara optimal frekuensi penggunaan serta tanggapan atau testimoni terhadap  Laporan ANEV
kemanfaatan aplikasi, dan dilakukan ANEV secara periodik.

4
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
I. Kinerja individu (1,5)
a. Ukuran kinerja individu telah Uraian pekerjaan pada SMK online berdasarkan atas kontrak kinerja  Screenshot/foto profil anggota
berorientasi hasil (outcome) setiap personel yang telah ditandatangani oleh masing-masing pejabat  Screenshot/foto form kontrak kerja SMK online yang telah
sesuai pada levelnya penilai, dimana terdapat target capaian kinerja per semester sesuai diinput uraian pekerjaan, target capaian kinerja per
dengan tahun anggaran berjalan semester
 Screenshot pdf nilai SMK sesuai dengan kontrak kerja
pada SMK online

II. Assessment pegawai (1,5)


a. Hasil assessment telah Salah satu pertimbangan mutasi jabatan dan pengembangan karir  Kep Mutasi, administasi pendukung:
dijadikan pertimbangan personil didasarkan pada hasil assessment, maksud pertimbangan ini - Formulir profil kompetensi individu asesi
untuk mutasi dan untuk menunjukkan kemanfaatan dari kegiatan assessment. - Notulen wanjak
pengembangan karir Kriteria jabatan yang di assesment sesuai dengan
pegawai Perkap Nomor 5 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan assessment  Kep pengembangan karir, adminisdtrasi pendukung:
polri. - Formulir profil kompetensi individu asesi
Data kegiatan assesment pada tingkat polda berasal dari Biro SDM Polda - Notulen wanjak
dan data assessment pada tingkat Mabes berasal dari SSDM Mabes Polri

III. Pelanggaran disiplin pegawai (2)

a. Penurunan pelanggaran Persentase penurunan pelanggaran disiplin pegawai diperoleh dari %


disiplin pegawai jumlah pelanggaran tahun sebelumnya dikurangi jumlah pelanggaran
tahun ini kemudian dibagi dengan jumlah pelanggaran tahun
sebelumnya
- Jumlah pelanggaran tahun Rekap data pelanggaran anggota Rekap data pelanggaran anggota
sebelumnya
- Jumlah pelanggaran tahun Rekap data pelanggaran anggota Rekap data pelanggaran anggota
ini
- Jumlah pelanggaran yang Rekap data pelanggaran anggota (pelanggaran disiplin dan kode etik) Rekap data pelanggaran anggota (pelanggaran disiplin dan
telah diberikan yang telah diputus tahun sebelumnya dan tahun berjalan kode etik) yang telah diputus tahun sebelumnya dan tahun
sanksi/hukuman berjalan

5
PENGUATAN AKUNTABILITAS (5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
I. Meningkatnya capaian kinerja unit
kerja (2)
a. Persentase sasaran dengan Persentase diperoleh dari jumlah sasaran kinerja yang tercapai 100%
capaian 100% atau lebih atau lebih dibagi dengan jumlah sasaran kinerja
- Jumlah sasaran kinerja Jumlah sasaran kinerja dapat dilihat di dokumen LKIP Dokumen Renstra, Renja, Perjanjian Kinerja (PK) dan LKIP.
- Jumlah sasaran kinerja Jumlah sasaran (baik sasaran strategis maupun sasaran program) yang Dokumen Renstra, Renja, Perjanjian Kinerja (PK) dan LKIP.
yang tercapai 100% atau tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK) yang capaiannya > 100%
lebih

Pemberian reward dan


II.
punishment (1,5)
Hasil capaian/monitoring  Pemberian reward kepada personel pengemban fungsi  Nilai AKIP
perjanjian kinerja telah dijadikan perencanaan atas prestasinya  Laporan pemberian reward / punishment
dasar sebagai pemberian reward  Pemberian punishment terhadap personel pengemban fungsi  TR penyampaian anev kinerja
and punishment bagi organisasi perencanaan yang melakukan pelanggaran / tidak sesuai dengan
SOP
 Anev kinerja sebagai dasar penyampaian capaian kinerja periodik
III. Kerangka logis kinerja (1,5)

Apakah terdapat penjenjangan Penjenjangan kinerja dapat dilihat pada ABK dimana uraian kegiatan  Perjanjian Kinerja (PK)
kinerja (kerangka logis kinerja kerja pegawai dapat dilihat pada faktor spesifik dan generic di SMK.  IKU
yang mengaju pada kinerja utama
organisasi dan dijadikan dalam  Analisa Beban Kerja
penentuan kinerja seluruh  Screenshot ABK
pegawai?  Screenshot uraian kerja spesifik dan generik pada SMK

6
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
I. Mekanisme pengendalian (2,5)
Telah dilakukan mekanisme Terdapat pengendalian aktivitas utama organisasi yang tersistem mulai  Renja Tahunan;
pengendalian aktifitas secara dari perencanaan, penilaian risiko, pelaksanaan, monitoring, dan  Penetapan pemetaan resiko;
berjenjang pelaporan oleh penanggung jawab aktivitas serta pimpinan unit kerja dan
telah menghasilkan peningkatan kinerja, mekanise kerja baru yang lebih  LKIP
efektif, efisien, dan terkendali  Screenshot SAKIP
 Nilai AKIP 2 tahun terakhir
Penanganan pengaduan
II.
masyarakat (3)
Persentase penanganan Penilaian ini menghitung realisasi penanganan pengaduan masyarakat Rekap Dumas
pengaduan masyarakat yang harus diselesaikan
- Jumlah pengaduan Jumlah realisasi penanganan pengaduan masyarakat berkadar Rekap Dumas
masyarakat yang harus pengawasan yang harus ditindak lanjuti berdasarkan Perpol
ditindaklanjuti Nomor 9 tahun 2018
- Jumlah pengaduan Jumlah pengaduan masyarakat dalam proses klarifikasi Rekap Dumas
masyarakat yang sedang
di proses
- Jumlah pengaduan Jumlah pengaduan masyarakat yang telah selesai di klarifikasi Rekap Dumas
masyarakat yang selesai
di tindaklanjuti
Penyampaian laporan harta
III.
kekayaan (2)
1. Penyampaian laporan harta
kekayaan pejabat negara (LHKPN)
(1)
- Persentase penyampaian Jumlah presentase kewajiban LKHPN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Data Kepatuhan wajib LKHPN sesuai dengan Kep Kapolri
LHKPN Kep Kapolri Nomor: Kep/1059/X/2017 Nomor: Kep/1059/X/2017
- Jumlah yang harus
dilaporkan
- Kepala satuan kerja Jumlah kewajiban LKHPN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Kep Kapolri Data Kepatuhan wajib LKHPN sesuai dengan Kep Kapolri
Nomor: Kep/1059/X/2017 Nomor: Kep/1059/X/2017

7
PENGUATAN PENGAWASAN (7,5)
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS BUKTI DUKUNG
1 2 3 4 5
- Pejabat yang diwajibkan Jumlah kewajiban LKHPN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Kep Kapolri Data Kepatuhan wajib LKHPN sesuai dengan Kep Kapolri
menyampaikan LHKPN Nomor: Kep/1059/X/2017 Nomor: Kep/1059/X/2017
- Lainnya Jumlah kewajiban LKHPN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Kep Kapolri Data Kepatuhan wajib LKHPN sesuai dengan Kep Kapolri
Nomor: Kep/1059/X/2017 Nomor: Kep/1059/X/2017
- Jumlah yang sudah Jumlah kewajiban LKHPN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Kep Kapolri Data Kepatuhan wajib LKHPN sesuai dengan Kep Kapolri
melaporkan Nomor: Kep/1059/X/2017 Nomor: Kep/1059/X/2017
2. Penyampaian laporan harta
kekayaan aparatur sipil negara
(LHKASN) (1)
- Persentase penyampaian Jumlah presentase kewajiban LHKASN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Screenshot aplikasi LHKASN dengan alamat
LHKASN Perkap Nomor 8 Tahun 2017 dan Surat Edaran Menpan RB Nomor 1 siharka.menpan.go.id
Tahun 2015
- Jumlah yang harus
melaporkan (ASN tidak wajib
LHKPN)
- Pejabat administrator Jumlah presentase kewajiban LHKASN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Screenshot aplikasi LHKASN dengan alamat
(eselon III) Perkap Nomor 8 Tahun 2017 dan Surat Edaran Menpan RB Nomor 1 siharka.menpan.go.id
Tahun 2015
- Pejabat pengawas (eselon Jumlah presentase kewajiban LHKASN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Screenshot aplikasi LHKASN dengan alamat
IV) Perkap Nomor 8 Tahun 2017 dan Surat Edaran Menpan RB Nomor 1 siharka.menpan.go.id
Tahun 2015
- Jumlah fungsional dan Jumlah presentase kewajiban LHKASN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Screenshot aplikasi LHKASN dengan alamat
pelaksana Perkap Nomor 8 Tahun 2017 dan Surat Edaran Menpan RB Nomor 1 siharka.menpan.go.id
Tahun 2015
- Jumlah yang sudah Jumlah presentase kewajiban LHKASN bagi Satker/Satwil sesuai dengan Screenshot aplikasi LHKASN dengan alamat
melaporkan Perkap Nomor 8 Tahun 2017 dan Surat Edaran Menpan RB Nomor 1 siharka.menpan.go.id
Tahun 2015

8
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (5)
BUKTI DUKUNG
NO. PENILAIAN PETUNJUK TEKNIS
SATWIL
1 2 3 4 5
I. Upaya dan/atau inovasi pelayanan public (2,5)
a. Upaya dan/atau inovasi telah mendorong perbaikan  Data Inovasi  Data Inovasi
pelayanan publik pada:  Data testimoni kemanfaatan inovasi  Data testimoni kemanfaatan inovasi
1. Kesesuaian persyaratan  Data kuantitatif capaian pelayanan  Data kuantitatif capaian pelayanan
2. Kemudahan system, mekanisme dan prosedur
3. Kecepatan waktu penyelesaian
4. Kejelasan biaya/tarif, gratis
5. Kualitas produk spesifikasi jenis pelayanan
6. Kompetensi pelaksana/web
7. Perilaku pelaksanna/web
8. Kualitas sarana dan prasarana
9. Penanganan pengaduan, saran dan masukan

b. Upaya dan/atau inovasi pada perijinan/pelayanan Persentase diperoleh dari jumlah perijinan/pelayanan
telah dipermudah: yang telah dipermudah dibagi dengan jumlah
1. Waktu lebih cepat perijinan/pelayanan yang terdata atau terdaftar.
2. Pelayanan public yang terpadu
3. Alur lebih pendek/singkat
Untuk mendukung adanya inovasi ini, dilampirkan
4. Terintegrasi dengan aplikasi
keputusan kasatker terkait inovasi tersebut.
- Jumlah perijinan/pelayanan yang Rekap jumlah perijinan/ pelayanan Rekap jumlah perijinan/ pelayanan
terdata/terdaftar
- Jumlah perijinan/pelayanan yang telah Rekap jumlah perizinan/ pelayanan yang telah Rekap jumlah perizinan/ pelayanan yang telah
dipermudah dipermudah dipermudah
II. Penanganan Pengaduan Pelayanan dan… (2,5)
Penanganan pengaduan pelayanan dilakukan Laporan anev kegiatan, respon terhadap pengaduan  Laporan Penanganan pengaduan pelayanan melalui
melalui berbagai kanal/media secara responsif dan pelayanan yang berisi jumlah pengaduan dan jumlah berbagai kanal/media
bertanggung jawab tanggapan serta disebutkan media untuk  Screen shot
menanggapinya.

9
CONTOH STRUKTUR ORGANISASI PEMBANGUNAN ZI PADA SATWIL

KASATKER/KASATWIL

WAKA

KETUA PROGRAM KETUA PROGRAM KETUA PROGRAM KETUA PROGRAM KETUA PROGRAM KETUA PROGRAM
I II III IV V VI
KABAGOPS KASATSAMAPTA KABAG SDM KABAGREN KASIWAS/KASIPROPAM KASAT LANTAS, KASAT
INTEL, KASAT RESKRIM,
KASAT RESNARKOBA,
KASAT TAHTI & KA SPKT

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


ANGGOTA

OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR

10
LAMPIRAN
LEMBAR KERJA EVALUASI
(LKE)
LKE ZONA INTEGRITAS
(PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 90 TAHUN 2021)

NAMA SATKER/SATWIL:
TAHUN EVALUASI:
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
A. PENGUNGKIT
60,00 60,00 100,00%
I. PEMENUHAN 30,00 30,00 100,00%
1. MANAJEMEN PERUBAHAN 4,00 4,00 100,00%
i. Penyusunan Tim Kerja 0,50 0,50 100,00%
a. Unit kerja telah membentuk tim untuk
Ya, jika Tim telah dibentuk di dalam unit kerja. Ya/Tidak Ya 1,00
melakukan pembangunan Zona Integritas
b. Penentuan anggota Tim dipilih melalui a. Jika dengan prosedur/mekanisme yang jelas dan
prosedur/mekanisme yang jelas mewakili seluruh unsur dalam unit kerja
b. Jika sebagian menggunakan prosedur yang mewakili A/B/C A 1,00
sebagian besar unsur dalam unit kerja
c. Jika tidak di seleksi.
ii. Rencana Pembangunan Zona Integritas 1,00 1,00 100,00%
a. Terdapat dokumen rencana kerja pembangunan Ya, jika memiliki rencana kerja pembangunan Zona
Zona Integritas menuju WBK/WBBM Integritas. Ya/Tidak Ya 1,00

b. Dalam dokumen pembangunan terdapat target- a. Jika semua target-target prioritas relevan dengan
target prioritas yang relevan dengan tujuan tujuanpembangunan WBK/WBBM
pembangunan WBK/WBBM b. Jika sebagian target-target prioritas relevan dengan
tujuan pembangunan WBK/WBBM A/B/C A 1,00
c. Jika tidak ada target-target prioritas yang relevan
dengan tujuan pembangunan WBK/WBBM
c. Terdapat mekanisme atau media untuk a. Jika telah dilakukan pengelolaan media/aktivitas
mensosialisasikan pembangunan WBK/WBBM interaktif yang efektif untuk menginformasikan
pembangunan ZI kepada internal dan stakeholder secara
berkala
A/B/C A 1,00
b. Jika pengelolaan media/aktivitas interaktif dilakukan
secara terbatas dan tidak secara berkala
c. Jika pengelolaan media/aktivitas interaktif belum
dilakukan
iii. Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan 1,00 1,00 100,00%
a. Seluruh kegiatan pembangunan sudah a. Jika semua kegiatan pembangunan telah dilaksanakan
dilaksanakan sesuai dengan rencana sesuai dengan rencana
b. Jika sebagian besar kegiatan pembangunan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana
A/B/C/D A 1,00
c. Jika sebagian kecil kegiatan pembangunan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana
d. Jika belum ada kegiatan pembangunan yang dilakukan
sesuai dengan rencana
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Terdapat monitoring dan evaluasi terhadap a. Jika monitoring dan evaluasi melibatkan pimpinan dan
pembangunan Zona Integritas dilakukan secara berkala
b. Jika monitoring dan evaluasi melibatkan pimpinan
tetapi tidak secara berkala
A/B/C/D A 1,00
c. Jika monitoring dan evaluasi tidak melibatkan
pimpinan dan tidak secara berkala
d. Jika tidak terdapat monitoring dan evaluasi terhadap
pembangunan zona integritas
c. Hasil Monitoring dan Evaluasi telah a. Jika semua catatan/rekomendasi hasil monitoring dan
ditindaklanjuti evaluasi tim internal atas persiapan dan pelaksanaan
kegiatan Unit WBK/WBBM telah ditindaklanjuti
b. Jika sebagian besar catatan/rekomendasi hasil
monitoring danevaluasi tim internal atas persiapan dan
pelaksanaan kegiatanUnit WBK/WBBM telah
ditindaklanjuti
c. Jika sebagian kecil catatan/rekomendasi hasil A/B/C/D A 1,00
monitoring dan evaluasi tim internal atas persiapan dan
pelaksanaan kegiatan Unit WBK/WBBM telah
ditindaklanjuti
d. Jika catatan/rekomendasi hasil monitoring dan
evaluasi tim internal atas persiapan dan pelaksanaan
kegiatan Unit WBK/WBBM belum ditindaklanjuti

iv. Perubahan pola pikir dan budaya kerja 1,50 1,50 100,00%
a. Pimpinan berperan sebagai role model dalam ya, jika pimpinan menjadi contoh pelaksanaan nilai-nilai
pelaksanaan Pembangunan WBK/WBBM organisasi. Ya/Tidak Ya 1,00

b. Sudah ditetapkan agen perubahan a. Jika agen perubahan telah ditetapkan dan
berkontribusi terhadap perubahan pada unit kerjanya
b. Jika agen perubahan telah ditetapkan namun belum
berkontribusi terhadap perubahan pada unit kerjanya A/B/C A 1,00
c. Jika belum terdapat agen perubahan

c. Telah dibangun budaya kerja dan pola pikir di a. Jika telah dilakukan upaya pembangunan budaya kerja
lingkungan organisasi dan pola pikir dan mampu mengurangi resistensi atas
perubahan
b. Jika telah dilakukan upaya pembangunan budaya
A/B/C A 1,00
kerja dan pola pikir tapi masih terdapat resistensi atas
perubahan
c. Jika belum terdapat upaya pembangunan budaya kerja
dan pola pikir
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
d. Anggota organisasi terlibat dalam pembangunan a. Jika semua anggota terlibat dalam pembangunan Zona
Zona Integritas menuju WBK/WBBM Integritas menuju WBK/WBBM dan usulan-usulan dari
anggota diakomodasikan dalam keputusan
b. Jika sebagian besar anggota terlibat dalam
pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM
A/B/C/D A 1,00
c. Jika sebagian kecil anggota terlibat dalam
pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM
d. Jika belum ada anggota terlibat dalam pembangunan
Zona Integritas menuju WBK/WBBM

2. PENATAAN TATALAKSANA 3,50 3,50 100,00%


i. Prosedur Operasional Tetap (SOP) Kegiatan 1,00 1,00 100,00%
a. SOP mengacu pada peta proses bisnis instansi a. Jika semua SOP unit telah mengacu peta proses bisnis
dan juga melakukan inovasi yang selaras
b. Jika semua SOP unit telah mengacu peta proses bisnis
c. Jika sebagian SOP unit telah mengacu peta proses A/B/C/D A 1,00
bisnis
d. Jika belum terdapat SOP unit yang mengacu peta
proses bisnis

b. Prosedur operasional tetap (SOP) telah a. Jika unit telah menerapkan seluruh SOP yang
diterapkan ditetapkan organisasi dan juga melakukan inovasi pada
SOP yang diterapkan
b. Jika unit telah menerapkan seluruh SOP yang
ditetapkan organisasi
c. Jika unit telah menerapkan sebagian besar SOP yang A/B/C/D/E A 1,00
ditetapkan organisasi
d. Jika unit telah menerapkan sebagian kecil SOP yang
ditetapkan organisasi
e. Jika unit belum menerapkan SOP yang telah
ditetapkan organisasi
c. Prosedur operasional tetap (SOP) telah a. Jika seluruh SOP utama telah dievaluasi dan telah
dievaluasi ditindaklanjuti berupa perbaikan SOP atau usulan
perbaikan SOP
b. Jika sebagian besar SOP utama telah dievaluasi dan
telah ditindaklanjuti berupa perbaikan SOP atau usulan
A/B/C/D/E A 1,00
perbaikan SOP
c. Jika sebagian besar SOP utama telah dievaluasi tetapi
belum ditindaklanjuti
d. Jika sebagian kecil SOP utama telah dievaluasi
e. Jika SOP belum pernah dievaluasi
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
ii. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) 2,00 2,00 100,00%
a. Sistem pengukuran kinerja unit sudah a. Jika unit memiliki sistem pengukuran kinerja (e-
menggunakan teknologi informasi performance /e-sakip) yang menggunakan teknologi
informasi dan juga melakukan inovasi
b. Jika unit memiliki sistem pengukuran kinerja (e-
performance /e-sakip) yang menggunakan teknologi A/B/C A 1,00
informasi
c. Jika belum memiliki sistem pengukuran kinerja (e-
performance /e-sakip) yang menggunakan teknologi
informasi
b. Operasionalisasi manajemen SDM sudah a. Jika unit memiliki operasionalisasi manajemen SDM
menggunakan teknologi informasi yang menggunakan teknologi informasi dan juga
melakukan inovasi
b. Jika unit memiliki operasionalisasi manajemen SDM
A/B/C A 1,00
yang menggunakan teknologi informasi secara terpusat
c. Jika belum menggunakan teknologi informasi dalam
operasionalisasi manajemen SDM

c. Pemberian pelayanan kepada publik sudah a. Jika unit memberikan pelayanan kepada publik dengan
menggunakan teknologi informasi menggunakan teknologi informasi terpusat/unit sendiri
dan terdapat inovasi
b. Jika unit memberikan pelayanan kepada publik dengan
A/B/C A 1,00
menggunakan teknologi informasi secara terpusat
c. Jika belum memberikan pelayanan kepada publik
dengan menggunakan teknologi informasi

d Telah dilakukan monitoring dan dan evaluasi a. Jika laporan monitoring dan evaluasi terhadap
terhadap pemanfaatan teknologi informasi pemanfaatan teknologi informasi dalam pengukuran
dalam pengukuran kinerja unit, operasionalisasi kinerja unit, operasionalisasi SDM, dan pemberian
SDM, dan pemberian layanan kepada publik layanan kepada publik sudah dilakukan secara berkala
b. Jika laporan monitoring dan evaluasi terhadap
pemanfaatan teknologi informasi dalam pengukuran
kinerja unit, operasionalisasi SDM, dan pemberian A/B/C A 1,00
layanan kepada publik sudah dilakukan tetapi tidak
secara berkala
c. Jika tidak terdapat monitoring dan evaluasi terhadap
pemanfaatan teknologi informasi dalam pengukuran
kinerja unit, operasionalisasi SDM, dan pemberian
layanan kepada publik

iii. Keterbukaan Informasi Publik 0,50 0,50 100,00%


a. Kebijakan tentang keterbukaan informasi a. Jika sudah terdapat Pejabat Pengelola Informasi Publik
publik telah diterapkan (PPID) yang menyebarkan seluruh informasi yang dapat
diakses secara mutakhir dan lengkap
b. Jika sudah terdapat PPID yang menyebarkan sebagian
informasi yang dapat diakses secara mutakhir dan A/B/C A 1,00
lengkap
c. Jika belum ada PPID dan belum melakukan
penyebaran informasi publik
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Telah dilakukan monitoring dan evaluasi a. Jika dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi kebijakan keterbukaan informasi publik dan telah
publik ditindaklanjuti
b. Jika monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
keterbukaan informasi publik telah dilakukan tetapi A/B/C A 1,00
belum ditindaklanjuti
c. Jika monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
keterbukaan informasi publik belum dilakukan

3. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR 5,00 5,00 100,00%


i. Perencanaan Kebutuhan Pegawai sesuai dengan
0,25 0,25 100,00%
Kebutuhan Organisasi
a. Kebutuhan pegawai yang disusun oleh unit kerja Ya, jika kebutuhan pegawai yang disusun oleh unit kerja
mengacu kepada peta jabatan dan hasil analisis mengacu kepada peta jabatan dan hasil analisis beban
Ya/Tidak Ya 1,00
beban kerja untuk masing-masing jabatan kerja untuk masing-masing jabatan.

b. Penempatan pegawai hasil rekrutmen murni a. Jika semua penempatan pegawai hasil rekrutmen
mengacu kepada kebutuhan pegawai yang telah murni mengacu kepada kebutuhan pegawai yang telah
disusun per jabatan disusun per jabatan
b. Jika sebagian besar penempatan pegawai hasil
rekrutmen murni mengacu kepada kebutuhan pegawai
yang telah disusun per jabatan
c. Jika sebagian kecil penempatan pegawai hasil A/B/C/D A 1,00
rekrutmen murni mengacu kepada kebutuhan pegawai
yang telah disusun per jabatan
d. Jika penempatan pegawai hasil rekrutmen murni tidak
mengacu kepada kebutuhan pegawai yang telah disusun
per jabatan
c. Telah dilakukan monitoring dan dan evaluasi Ya, jika sudah dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap penempatan pegawai rekrutmen untuk terhadap penempatan pegawai hasil rekrutmen untuk
memenuhi kebutuhan jabatan dalam organisasi memenuhi kebutuhan jabatan dalam organisasi telah Ya/Tidak Ya 1,00
telah memberikan perbaikan terhadap kinerja memberikan perbaikan terhadap kinerja unit kerja.
unit kerja
ii. Pola Mutasi Internal 0,50 0,50 100,00%
a. Dalam melakukan pengembangan karier Ya, jika dilakukan mutasi pegawai antar jabatan sebagai
pegawai, telah dilakukan mutasi pegawai antar wujud dari pengembangan karier pegawai. Ya/Tidak Ya 1,00
jabatan
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Dalam melakukan mutasi pegawai antar jabatan a. Jika semua mutasi pegawai antar jabatan telah
telah memperhatikan kompetensi jabatan dan memperhatikan kompetensi jabatan dan mengikuti pola
mengikuti pola mutasi yang telah ditetapkan mutasi yang telah ditetapkan organisasi dan juga unit
kerja memberikan pertimbangan terkait hal ini
b. Jika semua mutasi pegawai antar jabatan telah
memperhatikan kompetensi jabatan dan mengikuti pola
mutasi yang telah ditetapkan organisasi
c. Jika sebagian besar mutasi pegawai antar jabatan telah
memperhatikan kompetensi jabatan dan mengikuti pola
mutasi yang telah ditetapkan organisasi A/B/C/D/E A 1,00
d. Jika sebagian kecil semua mutasi pegawai antar
jabatan telah memperhatikan kompetensi jabatan dan
mengikuti pola mutasi yang telah ditetapkan organisasi
e. Jika mutasi pegawai antar jabatan belum
memperhatikan kompetensi jabatan dan mengikuti pola
mutasi yang telah ditetapkan organisasi

c. Telah dilakukan monitoring dan evaluasi Ya, jika sudah dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap kegiatan mutasi yang telah dilakukan terhadap kegiatan mutasi yang telah dilakukan dalam
Ya/Tidak Ya 1,00
dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja kaitannya dengan perbaikan kinerja.

iii. Pengembangan Pegawai Berbasis Kompetensi 1,25 1,25 100,00%


a. Unit Kerja melakukan Training Need Analysis Ya, jika sudah dilakukan Training Need Analysis Untuk
Ya/Tidak Ya 1,00
Untuk pengembangan kompetensi pengembangan kompetensi.
b. Dalam menyusun rencana pengembangan a. Jika semua rencana pengembangan kompetensi
kompetensi pegawai, telah mempertimbangkan pegawai mempertimbangkan hasil pengelolaan kinerja
hasil pengelolaan kinerja pegawai pegawai
b. Jika sebagian besar rencana pengembangan
kompetensi pegawai mempertimbangkan hasil
pengelolaan kinerja pegawai
A/B/C/D A 1,00
c. Jika sebagian kecil rencana pengembangan kompetensi
pegawai mempertimbangkan hasil pengelolaan kinerja
pegawai
d. Jika belum ada rencana pengembangan kompetensi
pegawai yang mempertimbangkan hasil pengelolaan
kinerja pegawai
c. Tingkat kesenjangan kompetensi pegawai yang a. Jika persentase kesenjangan kompetensi pegawai
ada dengan standar kompetensi yang ditetapkan dengan standar kompetensi yang ditetapkan sebesar
untuk masing-masing jabatan <25%
b. Jika persentase kesenjangan kompetensi pegawai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan sebesar
>25%-50%
c. Jika sebagian besar kompetensi pegawai dengan A/B/C/D A 1,00
standar kompetensi yang ditetapkan untuk masing-
masing jabatan >50% -75%
d. Jika persentase kesenjangan kompetensi pegawai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan sebesar
>75%-100%
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
d. Pegawai di Unit Kerja telah memperoleh a. Jika seluruh pegawai di Unit Kerja telah memperoleh
kesempatan/hak untuk mengikuti diklat kesempatan/hak untuk mengikuti diklat maupun
maupun pengembangan kompetensi lainnya pengembangan kompetensi lainnya
b. Jika sebagian besar pegawai di Unit Kerja telah
memperoleh kesempatan/hak untuk mengikuti diklat
maupun pengembangan kompetensi lainnya
A/B/C/D A 1,00
c. Jika sebagian kecil pegawai di Unit Kerja telah
memperoleh kesempatan/hak untuk mengikuti diklat
maupun pengembangan kompetensi lainnya
d. Jika belum ada pegawai di Unit Kerja telah memperoleh
kesempatan/hak untuk mengikuti diklat maupun
pengembangan kompetensi lainnya
e. Dalam pelaksanaan pengembangan kompetensi, a. Jika unit kerja melakukan upaya pengembangan
unit kerja melakukan upaya pengembangan kompetensi kepada seluruh pegawai
kompetensi kepada pegawai (seperti b. Jika unit kerja melakukan upaya pengembangan
pengikutsertaan pada lembaga pelatihan, in- kompetensi kepada sebagian besar pegawai
c. Jika unit kerja melakukan upaya pengembangan A/B/C/D A 1,00
house training , coaching, atau mentoring)
kompetensi kepada sebagian kecil pegawai
d. Jika unit kerja belum melakukan upaya pengembangan
kompetensi kepada pegawai
f. Telah dilakukan monitoring dan evaluasi a. Jika monitoring dan evaluasi terhadap hasil
terhadap hasil pengembangan kompetensi pengembangan kompetensi dalam kaitannya dengan
dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja perbaikan kinerja telah dilakukan secara berkala
b. Jika monitoring dan evaluasi terhadap hasil
pengembangan kompetensi dalam kaitannya dengan
perbaikan kinerja telah dilakukan namun tidak secara A/B/C A 1,00
berkala
c. Jika monitoring dan evaluasi terhadap hasil
pengembangan kompetensi dalam kaitannya dengan
perbaikan kinerja belum dilakukan

iv. Penetapan Kinerja Individu 2,00 2,00 100,00%


a. Terdapat penetapan kinerja individu yang terkait a. Jika seluruh penetapan kinerja individu terkait dengan
dengan perjanjian kinerja organisasi kinerja organisasi serta perjanjian kinerja selaras dengan
sasaran kinerja pegawai (SKP)
b. Jika sebagian besar penetapan kinerja individu terkait
dengan kinerja organisasi A/B/C/D A 1,00
c. Jika sebagian kecil penetapan kinerja individu terkait
dengan kinerja organisasi
d. Jika belum ada penetapan kinerja individu terkait
dengan kinerja organisasi
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Ukuran kinerja individu telah memiliki a. Jika seluruh ukuran kinerja individu telah memiliki
kesesuaian dengan indikator kinerja individu kesesuaian dengan indikator kinerja individu level
level diatasnya diatasnya serta menggambarkan logic model
b. Jika sebagian besar ukuran kinerja individu telah
memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu
level diatasnya
c. Jika sebagian kecil ukuran kinerja individu telah A/B/C/D A 1,00
memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu
level diatasnya
d. Jika ukuran kinerja individu belum memiliki
kesesuaian dengan indikator kinerja individu level
diatasnya

c. Pengukuran kinerja individu dilakukan secara a. Jika pengukuran kinerja individu dilakukan secara
periodik bulanan
b. Jika pengukuran kinerja individu dilakukan secara
triwulanan
c. Jika pengukuran kinerja individu dilakukan secara
A/B/C/D/E A 1,00
semesteran
d. Jika pengukuran kinerja individu dilakukan secara
tahunan
e. Jika pengukuran kinerja individu belum dilakukan

d. Hasil penilaian kinerja individu telah dijadikan Ya, jika hasil hasil penilaian kinerja individu telah
dasar untuk pemberian reward dijadikan dasar untuk pemberian reward (Seperti: Ya/Tidak Ya 1,00
pengembangan karir individu, atau penghargaan)
v. Penegakan Aturan Disiplin/Kode Etik/Kode
0,75 0,75 100,00%
Perilaku Pegawai
a. Aturan disiplin/kode etik/kode perilaku telah a. Jika unit kerja telah mengimplementasikan seluruh
dilaksanakan/diimplementasikan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku yang ditetapkan
organisasi dan juga membuat inovasi terkait aturan
disiplin/kode etik/kode perilaku yang sesuai dengan
karakteristik unit kerja
b. Jika unit kerja telah mengimplementasikan seluruh
aturan disiplin/kode etik/kode perilaku yang ditetapkan
organisasi A/B/C/D A 1,00
c. Jika unit kerja telah mengimplementasikan sebagian
aturan disiplin/kode etik/kode perilaku yang ditetapkan
organisasi
d. Jika unit kerja belum mengimplementasikan aturan
disiplin/kode etik/kode perilaku yang ditetapkan
organisasi
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
vi. Sistem Informasi Kepegawaian 0,25 0,25 100,00%
a. Data informasi kepegawaian unit kerja telah a. Jika data informasi kepegawaian unit kerja dapat
dimutakhirkan secara berkala diakses oleh pegawai dan dimutakhirkan setiap ada
perubahan data pegawai
b. Jika data informasi kepegawaian unit kerja dapat
A/B/C A 1,00
diakses oleh pegawai dan dimutakhirkan namun secara
berkala
c. Jika data informasi kepegawaian unit kerja belum
dimutakhirkan
4. PENGUATAN AKUNTABILITAS 5,00 5,00 100,00%
i. Keterlibatan Pimpinan 2,50 2,50 100,00%
a. Unit kerja telah melibatkan pimpinan secara a. Jika pimpinan selalu terlibat dalam seluruh tahapan
langsung pada saat penyusunan perencanaan penyusunan perencanaan
b. Jika pimpinan ikut terlibat dalam sebagian tahapan
A/B/C A 1,00
penyusunan perencanaan
c. Jika tidak ada keterlibatan pimpinan dalam
penyusunan perencanaan (hanya menandatangani)
b. Unit kerja telah melibatkan secara langsung a. Jika pimpinan selalu terlibat dalam seluruh tahapan
pimpinan saat penyusunan penetapan kinerja penyusunan perjanjian kinerja
b. Jika pimpinan terlibat dalam sebagian tahapan
A/B/C A 1,00
penyusunan perjanjian kinerja
c. Jika tidak ada keterlibatan pimpinan dalam
penyusunan perjanjian kinerja
c. Pimpinan memantau pencapaian kinerja secara a. Jika pimpinan selalu terlibat dalam seluruh
berkala pemantauan pencapaian kinerja dan menindaklanjuti
hasil pemantauan
b. Jika pimpinan unit kerja terlibat dalam seluruh
pemantauan pencapaian kinerja tetapi tidak ada tindak
A/B/C/D A 1,00
lanjut hasil pemantauan
c. Jika pimpinan unit kerja terlibat dalam sebagian
pemantauan pencapaian kinerja
d. Jika tidak ada keterlibatan pimpinan dalam
pemantauan pencapaian kinerja
ii. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja 2,50 2,50 100,00%
a. Dokumen perencanaan kinerja sudah ada ya, jika unit kerja memiliki dokumen perencanaan kinerja
Ya/Tidak Ya 1,00
lengkap
b. Perencanaan kinerja telah berorientasi hasil
ya, jika perencanaan kinerja telah berorientasi hasil Ya/Tidak Ya 1,00

c. Terdapat penetapan Indikator Kinerja Utama ya, jika unit kerja memiliki IKU
Ya/Tidak Ya 1,00
(IKU)
d. Indikator kinerja telah telah memenuhi kriteria a. Jika seluruh indikator kinerja telah SMART
SMART b. Jika sebagian besar indikator kinerja telah SMART
c. Jika sebagian kecil indikator kinerja telah SMART
A/B/C/D A 1,00
d. Jika belum ada indikator kinerja yang SMART

e. Laporan kinerja telah disusun tepat waktu Ya, jika unit kerja telah menyusun laporan kinerja tepat
Ya/Tidak Ya 1,00
waktu
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
f. Laporan kinerja telah memberikan informasi a. Jika seluruh pelaporan kinerja telah memberikan
tentang kinerja informasi tentang kinerja
b. Jika sebagian pelaporan kinerja belum memberikan
A/B/C A 1,00
informasi tentang kinerja
c. Jika seluruh pelaporan kinerja belum memberikan
informasi tentang kinerja
g. Terdapat sistem informasi/mekanisme informasi ya, jika terdapat sistem informasi/mekanisme informasi
Ya/Tidak Ya 1,00
kinerja kinerja
h Unit kerja telah berupaya meningkatkan a. Jika seluruh SDM pengelola akuntabilitas kinerja
kapasitas SDM yang menangangi akuntabilitas kompeten
kinerja b. Jika sebagian SDM pengelola akuntabilitas kinerja
A/B/C A 1,00
kompeten
c. Jika seluruh SDM pengelola akuntabilitas kinerja
belum ada yang kompeten
5. PENGUATAN PENGAWASAN 7,50 7,50 100,00%
i. Pengendalian Gratifikasi 1,50 1,50 100,00%
a. Telah dilakukan public campaign tentang a. Jika public campaign telah dilakukan secara berkala
pengendalian gratifikasi b. Jika public campaign dilakukan tidak secara berkala
c. Jika belum dilakukan public campaign A/B/C A 1,00

b. Pengendalian gratifikasi telah a. Jika Unit Pengendalian Gratifikasi, pengendalian


diimplementasikan gratifikasi telahmenjadi bagian dari prosedur
b. Jika Unit Pengendalian Gratifikasi, upaya pengendalian
gratifikasi telah mulai dilakukan
c. Jika telah membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi A/B/C/D A 1,00
tetapi belum terdapat prosedur pengendalian
d. Jika belum memiliki Unit Pengendalian Gratifikasi

ii. Penerapan Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah (SPIP) 1,50 1,50 100,00%

a. Telah dibangun lingkungan pengendalian a. Jika unit kerja membangun seluruh lingkungan
pengendalian sesuai dengan yang ditetapkan organisasi
dan juga membuat inovasi terkait lingkungan
pengendalian yang sesuai dengan karakteristik unit kerja
b. Jika unit kerja membangun seluruh lingkungan
pengendalian sesuai dengan yang ditetapkan organisasi
c. Jika unit kerja membangun sebagian besar lingkungan
pengendalian sesuai dengan yang ditetapkan organisasi A/B/C/D/E A 1,00
d. Jika unit kerja membangun sebagian kecil lingkungan
pengendalian sesuai dengan yang ditetapkan organisasi
e. Jika unit kerja belum membangun lingkungan
pengendalian
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Telah dilakukan penilaian risiko atas a. Jika unit kerja melakukan penilaian risiko atas seluruh
pelaksanaan kebijakan pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditetapkan
organisasi dan juga membuat inovasi terkait lingkungan
pengendalian yang sesuai dengan karakteristik unit kerja;
b. Jika unit kerja melakukan penilaian risiko atas seluruh
pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditetapkan
organisasi
c. Jika melakukan penilaian risiko atas sebagian besar
A/B/C/D/E A 1,00
pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditetapkan
organisasi
d. Jika melakukan penilaian risiko atas sebagian kecil
pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditetapkan
organisasi
e. Jika unit kerja belum melakukan penilaian resiko

c. Telah dilakukan kegiatan pengendalian untuk a. Jika unit kerja melakukan kegiatan pengendalian
meminimalisir risiko yang telah diidentifikasi untuk meminimalisir resiko sesuai dengan yang
ditetapkan organisasi dan juga membuat inovasi terkait
kegiatan pengendalian untuk meminimalisir resiko yang
sesuai dengan karakteristik unit kerja
b. Jika unit kerja melakukan kegiatan pengendalian A/B/C A 1,00
untuk meminimalisir resiko sesuai dengan yang
ditetapkan organisasi
c. Jika unit kerja belum melakukan kegiatan
pengendalian untuk meminimalisir resiko

d. SPI telah diinformasikan dan dikomunikasikan a. Jika SPI telah diinformasikan dan dikomunikasikan
kepada seluruh pihak terkait kepada seluruh pihak terkait
b. Jika SPI telah diinformasikan dan dikomunikasikan
kepada sebagian pihak terkait A/B/C A 1,00
c. Jika SPI belum diinformasikan dan dikomunikasikan
kepada pihak terkait
iii. Pengaduan Masyarakat 1,50 1,50 100,00%
a. Kebijakan Pengaduan masyarakat telah a. Jika unit kerja mengimplementasikan seluruh
diimplementasikan kebijakan pengaduan masyarakat sesuai dengan yang
ditetapkan organisasi dan juga membuat inovasi terkait
pengaduan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik
unit kerja
A/B/C A 1,00
b. Jika unit kerja telah mengimplementasikan seluruh
kebijakan pengaduan masyarakat sesuai dengan yang
ditetapkan organisasi
c. Jika unit kerja belum mengimplementasikan kebijakan
pengaduan masyarakat
b. pengaduan masyarakat dtindaklanjuti ya,pengaduan masyaakat ditindaklanjuti Ya/Tidak Ya 1,00
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
c. Telah dilakukan monitoring dan evaluasi atas a. Jika penanganan pengaduan masyarakat dimonitoring
penanganan pengaduan masyarakat dan evaluasi secara berkala
b. Jika penanganan pengaduan masyarakat dimonitoring
dan evaluasi tetapi tidak secara berkala A/B/C A 1,00
c. Jika penanganan pengaduan masyarakat belum di
monitoring dan evaluasi

d. Hasil evaluasi atas penanganan pengaduan a. Jika seluruh hasil evaluasi atas penanganan
masyarakat telah ditindaklanjuti pengaduan telah ditindaklanjuti oleh unit kerja
b. Jika sebagian hasil evaluasi atas penanganan
A/B/C A 1,00
pengaduan telah ditindaklanjuti oleh unit kerja
c. Jika hasil evaluasi atas penanganan pengaduan belum
ditindaklanjuti
iv. Whistle-Blowing System 1,50 1,50 100,00%

a. Whistle Blowing System telah diterapkan a. Jika unit kerja menerapkan seluruh kebijakan Whistle
Blowing System sesuai dengan yang ditetapkan organisasi
dan juga membuat inovasi terkait pelaksanaan Whistle
Blowing System yang sesuai dengan karakteristik unit
kerja A/B/C A 1,00
b. Jika unit kerja menerapkan kebijakan Whistle Blowing
System sesuai dengan yang ditetapkan organisasi
c. Jika unit kerja belum menerapkan kebijakan Whistle
Blowing System

b. Telah dilakukan evaluasi atas penerapan a. Jika penerapan Whistle Blowing System dimonitoring
Whistle Blowing System dan evaluasi secara berkala
b. Jika penerapan Whistle Blowing System dimonitoring
A/B/C A 1,00
dan evaluasi tidak secara berkala
c. Jika penerapan Whistle Blowing System belum di
monitoring dan evaluasi
c. Hasil evaluasi atas penerapan Whistle Blowing a. Jika seluruh hasil evaluasi atas penerapan Whistle
System telah ditindaklanjuti Blowing System telah ditindaklanjuti oleh unit kerja
b. Jika sebagian hasil evaluasi atas penerapan Whistle
Blowing System telah ditindaklanjuti oleh unit kerja A/B/C A 1,00
c. Jika hasil evaluasi atas penerapan Whistle Blowing
System belum ditindaklanjuti

v. Penanganan Benturan Kepentingan 1,50 1,50 100,00%


a. Telah terdapat identifikasi/pemetaan benturan a. Jika terdapat identifikasi/pemetaan benturan
kepentingan dalam tugas fungsi utama kepentingan pada seluruh tugas fungsi utama
b. Jika terdapat identifikasi/pemetaan benturan
kepentingan tetapi pada sebagian besar tugas fungsi
utama
A/B/C/D A 1,00
c. Jika terdapat identifikasi/pemetaan benturan
kepentingan tetapi pada sebagian kecil tugas fungsi
utama
d. Jika belum terdapat identifikasi/pemetaan benturan
kepentingan dalam tugas fungsi utama
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Penanganan Benturan Kepentingan telah a. Jika penanganan Benturan Kepentingan
disosialisasikan/internalisasi disosialiasikan/diinternalisasikan ke seluruh layanan
b. Jika penanganan Benturan Kepentingan
disosialiasikan/diinternalisasikan ke sebagian besar
layanan
c. Jika penanganan Benturan Kepentingan
A/B/C/D A 1,00
disosialiasikan/diinternalisasikan ke sebagian kecil
layanan
d. Jika penanganan Benturan Kepentingan belum
disosialiasikan/diinternalisasikan ke seluruh layanan

c. Penanganan Benturan Kepentingan telah a. Jika penanganan Benturan Kepentingan


diimplementasikan diimplementasikan ke seluruh layanan
b. Jika penanganan Benturan Kepentingan
diimplementasikan ke sebagian besar layanan
A/B/C/D A 1,00
c. Jika penanganan Benturan Kepentingan
diimplementasikan ke sebagian kecil layanan
d. Jika penanganan Benturan Kepentingan belum
diimplementasikan ke seluruh layanan
d. Telah dilakukan evaluasi atas Penanganan a. Jika penanganan Benturan Kepentingan dievaluasi
Benturan Kepentingan secara berkala oleh unit kerja
b. Jika penanganan Benturan Kepentingan dievaluasi
A/B/C A 1,00
tetapi tidak secara berkala oleh unit kerja
c. Jika penanganan Benturan Kepentingan belum
dievaluasi oleh unit kerja
e. Hasil evaluasi atas Penanganan Benturan a. Jika seluruh hasil evaluasi atas Penanganan Benturan
Kepentingan telah ditindaklanjuti Kepentingan telah ditindaklanjuti oleh unit kerja
b. Jika sebagian hasil evaluasi atas Penanganan Benturan
Kepentingan telah ditindaklanjuti oleh unit kerja
c. Jika belum ada hasil evaluasi atas Penanganan A/B/C A 1,00
Benturan Kepentingan yang ditindaklanjuti unit kerja
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
6. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK 5,00 5,00 100,00%
i. Standar Pelayanan 1,00 1,00 100,00%
a. Terdapat kebijakan standar pelayanan a. Terdapat penetapan Standar Pelayanan terhadap
seluruh jenis pelayanan, dan sesuai asas serta komponen
standar pelayanan publik yang berlaku
b. Terdapat penetapan Standar Pelayanan terhadap
sebagian jenis pelayanan, dan sesuai asas serta
komponen standar pelayanan publik yang berlaku
c. Terdapat penetapan Standar Pelayanan terhadap
seluruh jenis pelayanan, namun tidak sesuai asas serta A/B/C/D/E A 1,00
komponen standar pelayanan publik yang berlaku
d. Terdapat penetapan Standar Pelayanan terhadap
sebagian jenis pelayanan, namun tidak sesuai asas serta
komponen standar pelayanan publik yang berlaku
e. Standar Pelayanan belum ditetapkan

b. Standar pelayanan telah dimaklumatkan a. Standar pelayanan telah dimaklumatkan pada seluruh
jenis pelayanan dan dipublikasikan di website dan media
lainnya
b. Standar pelayanan telah dimaklumatkan pada sebagian
besar jenis pelayanan dan dipublikasikan minimal di
website A/B/C/D A 1,00
c. Standar pelayanan telah dimaklumatkan pada sebagian
kecil jenis pelayanan dan belum dipublikasikan
d. Standar pelayanan belum dimaklumatkan pada
seluruh jenis pelayanan dan belum dipublikasikan

c. Dilakukan reviu dan perbaikan atas standar a. Dilakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan
pelayanan dan dilakukan dengan melibatkan stakeholders (antara
lain : tokoh masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan
lembaga swadaya masyarakat), serta memanfaatkan
masukan hasil SKM dan pengaduan masyarakat
b. Dilakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan
dan dilakukan dengan memanfaatkan masukan hasil
SKM dan pengaduan masyarakat, namun tanpa
A/B/C/D A 1,00
melibatkan stakeholders
c. Dilakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan,
namun dilakukan tanpa memanfaatkan masukan hasil
SKM dan pengaduan masyarakat, serta tanpa melibatkan
stakeholders
d. Belum dilakukan reviu dan perbaikan atas standar
pelayanan

d. telah melakukan publikasi atas standar ya,telah melakukan publikasi atas tandar pelayanan dan
pelayanan dan maklumat pelayanan maklumat pelayanan Ya/Tidak Ya 1,00
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
ii. Budaya Pelayanan Prima 1,00 1,00 100,00%
a. Telah dilakukan berbagai upaya peningkatan a. Telah dilakukan pelatihan/sosialisasi pelayanan prima
kemampuan dan/atau kompetensi tentang secara berkelanjutan dan terjadwal, sehingga seluruh
penerapan budaya pelayanan prima petugas/pelaksana layanan memiliki kompetensi sesuai
kebutuhan jenis layanan serta telah dan terdapat monev
yang melihat kemampuan/kecakapan petugas/pelaksana
layanan
b. Telah dilakukan pelatihan/sosialisasi pelayanan prima,
dan seluruh petugas/pelaksana layanan memiliki
kompetensi sesuai kebutuhan jenis layanan
c. Telah dilakukan pelatihan/sosialisasi pelayanan prima,
akan tetapi baru sebagian besar petugas/pelaksana
layanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan jenis
A/B/C/D/E A 1,00
layanan
d. Telah dilakukan pelatihan/sosialisasi pelayanan prima
namun secara terbatas, sehingga hanya sebagian kecil
petugas/pelaksana layanan yang memiliki kompetensi
sesuai kebutuhan jenis layanan
e. Belum dilakukan pelatihan/sosialisasi pelayanan
prima, dan seluruh petugas/pelaksana layanan belum
memiliki kompetensi sesuai kebutuhan jenis layanan

b. Informasi tentang pelayanan mudah diakses a. Seluruh Informasi tentang pelayanan dapat diakses
melalui berbagai media secara online (website/media sosial) dan terhubung
dengan sistem informasi pelayanan publik nasional
b. Seluruh Informasi tentang pelayanan dapat diakses
secara online (website/media sosial), namun belum
terhubung dengan sistem informasi pelayanan publik
A/B/C/D A 1,00
nasional
c. Seluruh Informasi tentang pelayanan belum online,
hanya dapat diakses di tempat layanan (intranet dan non
elektronik)
d. Informasi tentang pelayanan sulit diakses
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
c. Telah terdapat sistem pemberian penghargaan a. Telah terdapat kebijakan pemberian penghargaan dan
dan sanksi bagi petugas pemberi pelayanan sanksi yang minimal memenuhi unsur penilaian: disiplin,
kinerja, dan hasil penilaian pengguna layanan, dan telah
diterapkan secara rutin/berkelanjutan
b. Telah terdapat kebijakan pemberian penghargaan dan
sanksi yang minimal memenuhi unsur penilaian: disiplin,
kinerja, dan hasil penilaian pengguna layanan, namun
belum diterapkan secara rutin/berkelanjutan
A/B/C/D A 1,00
c. Telah terdapat kebijakan pemberian penghargaan dan
sanksi, namun belum memenuhi unsur penilaian minimal
: disiplin, kinerja, dan hasil penilaian pengguna layanan
d. Belum terdapat kebijakan pemberian penghargaan dan
sanksi

d. Telah terdapat sistem pemberian kompensasi a. Telah terdapat sistem pemberian kompensasi bila
kepada penerima layanan bila layanan tidak layanan tidak sesuai standar bagi penerima layanan di
sesuai standar seluruh jenis layanan
b. Telah terdapat sistem pemberian kompensasi bila
layanan tidak sesuai standar bagi penerima layanan di
sebagian besar jenis layanan A/B/C/D A 1,00
c. Telah terdapat sistem pemberian kompensasi bila
layanan tidak sesuai standar bagi penerima layanan di
sebagian kecil jenis layanan
d. Belum terdapat sistem pemberian kompensasi bila
layanan tidak sesuai standar
e. Terdapat sarana layanan terpadu/terintegrasi a. Jika seluruh pelayanan sudah dilakukan secara
terpadu/terintegrasi
b. Jika sebagian besar pelayanan sudah dilakukan secara
terpadu/terintegrasi
A/B/C/D A 1,00
c. Jika sebagian kecil pelayanan sudah dilakukan secara
terpadu/terintegrasi
d. Jika tidak ada pelayanan yang dilakukan secara
terpadu/terintegrasi
f. Terdapat inovasi pelayanan a. Jika unit kerja telah memiliki inovasi pelayanan yang
berbeda dengan unit kerja lain dan mendekatkan
pelayanan dengan masyarakat serta telah direplikasi
b. Jika unit kerja telah memiliki inovasi pelayanan yang
berbeda dengan unit kerja lain dan mendekatkan
pelayanan dengan masyarakat
c. Jika unit kerja memiliki inovasi yang merupakan
replikasi dan pengembangan dari inovasi yang sudah ada A/B/C/D/E A 1,00
d. Jika unit kerja telah memiliki inovasi akan tetapi
merupakan pelaksanaan inovasi dari instansi pemerintah
e. Jika unit kerja belum memiliki inovasi pelayanan
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
iii. Pengelolaan Pengaduan 1,00 1,00 100,00%
a. Terdapat media pengaduan dan konsultasi a. Terdapat media konsultasi dan pengaduan secara
pelayanan yang terintegrasi dengan SP4N-Lapor! offline dan online, tersedia petugas khusus yang
menangani, dan terintegrasi dengan SP4N-LAPOR!
b. Terdapat media konsultasi dan pengaduan secara
offline dan online, tersedia petugas khusus yang
menangani namun belum terintegrasi dengan SP4N-
LAPOR!
A/B/C/D/E A 1,00
c. Terdapat media konsultasi dan pengaduan secara
offline dan online, namun belum tersedia petugas khusus
yang menangani
d. Hanya terdapat media konsultasi dan pengaduan
secara offline
e. Tidak terdapat media konsultasi dan pengaduan

b. Terdapat unit yang mengelola pengaduan dan a. Terdapat unit pengelola khusus untuk konsultasi dan
konsultasi pelayanan pengaduan, serta surat penugasan pengelola SP4N-
LAPOR! di level unit kerja
b. Terdapat SK pengelola SP4N-LAPOR! di level instansi
dan/atau surat penugasan pengelola SP4N-LAPOR! di
level unit kerja, namun unit pengelola khusus untuk
konsultasi dan pengaduan belum ada A/B/C A 1,00
c. Belum terdapat unit pengelola khusus untuk konsultasi
dan pengaduan, serta belum terdapat SK pengelola SP4N-
LAPOR! di level instansi dan/atau surat penugasan
pengelola SP4N-LAPOR! di level unit kerja

c. Telah dilakukan evaluasi atas penanganan a. Evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan
keluhan/masukan dan konsultasi konsultasi dilakukan secara berkala
b. Evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan
konsultasi dilakukan tidak berkala A/B/C A 1,00
c. Belum dilakukan evaluasi penanganan
keluhan/masukan dan konsultasi
iv. Penilaian Kepuasan terhadap Pelayanan 1,00 1,00 100,00%
a. Telah dilakukan survey kepuasan masyarakat a. Survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
terhadap pelayanan dilakukan minimal 4 kali dalam setahun
b. Survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
dilakukan minimal 3 kali dalam setahun
c. Survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
A/B/C/D/E A 1,00
dilakukan minimal 2 kali dalam setahun
d. Survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun
e. Belum dilakukan survei kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan
b. Hasil survei kepuasan masyarakat dapat diakses a. Hasil survei kepuasan masyarakat dapat diakses
secara terbuka secara online (website, media sosial, dll) dan offline
b. Hasil survei kepuasan masyarakat hanya dapat diakses
A/B/C A 1,00
secara offline di tempat layanan
c. Hasil survei kepuasan masyarakat tidak dipublikasi
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
c. Dilakukan tindak lanjut atas hasil survei a. Jika dilakukan tindak lanjut atas seluruh hasil survei
kepuasan masyarakat kepuasan masyarakat
b. Jika dilakukan tindak lanjut atas sebagian besar hasil
survei kepuasan masyarakat
A/B/C/D A 1,00
c. Jika dilakukan tindak lanjut atas sebagian kecil hasil
survei kepuasan masyarakat
d. Jika belum dilakukan tindak lanjut atas hasil survei
kepuasan masyarakat
v. Pemanfaatan Teknologi Informasi 1,00 1,00 100,00%
a. Telah menerapkan teknologi informasi dalam a. Terdapat pelayanan yang menggunakan teknologi
memberikan pelayanan informasi pada seluruh proses pemberian layanan
b. Terdapat pelayanan yang menggunakan teknologi
informasi pada sebagian besar proses pemberian layanan
c. Terdapat pelayanan yang menggunakan teknologi
informasi pada sebagian kecil proses pemberian layanan
A/B/C/D A 1,00
d. Terdapat pelayanan yang belum menggunakan
teknologi informasi pada proses pemberian pelayanan

c. Telah membangun database pelayanan yang Ya,jika tela membangun database pelayanan yang
Ya/Tidak Ya 1,00
terintegrasi terintegrasi
b. Telah dilakukan perbaikan secara terus a. Perbaikan dilakukan secara terus-menerus
menerus b. Perbaikan dilakukan tidak secara terus menerus A/B/C A 1,00
c. Belum dilakukan perbaikan
II. REFORM 30,00 30,00 100,00%
1. MANAJEMEN PERUBAHAN 4,00 4,00 100,00%
i. Komitmen dalam perubahan 2,00 2,00 100,00%
a. Agen perubahan telah membuat perubahan yang Misalkan dengan kebijakan 1 Agen 1 Perubahan
konkret di Instansi (dalam 1 tahun) Persentase diperoleh dari Jumlah Perubahan yang dibuat % 100,00% 1,00
dibagi dengan Jumlah Agen Perubahan
- Jumlah Agen Perubahan Jumlah 2
- Jumlah Perubahan yang dibuat Jumlah 2
b. Perubahan yang dibuat Agen Perubahan telah
% 100,00% 1,00
terintegrasi dalam sistem manajemen
- Jumlah Perubahan yang dibuat Jumlah 1
- Jumlah Perubahan yang telah diintegrasikan
Jumlah 1
dalam sistem manajemen
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
ii. Komitmen Pimpinan 1,00 1,00 100,00%
- Pimpinan memiliki komitmen terhadap a. Target capaian zona integritas sudah ada di dokumen
pelaksanaan reformasi birokrasi, dengan adanya perencanaan unit kerja dan sebagian besar (diatas 80%)
target capaian reformasi yang jelas di dokumen sudah tercapai
perencanaan b. Target capaian zona integritas sudah ada di dokumen
perencanaan unit kerja dan sebagian (diatas 50%) sudah
tercapai
c. Target capaian zona integritas sudah ada di dokumen
perencanaan unit kerja dan sebagian kecil (dibawah 50%) A/B/C/D/E A 1,00
sudah tercapai
d. Target capaian zona integritassudah ada di dokumen
perencanaan unit kerja, namun belum ada yang tercapai
(masih dalam tahap pembangunan)
e. Tidak ada target capaian zona integritasdi dokumen
perencanaan unit kerja

iii. Membangun Budaya Kerja 1,00 1,00 100,00%


- Instansi membangun budaya kerja positif dan a. Budaya kerja dan nilai-nilai organisasi telah
menerapkan nilai-nilai organisasi dalam dinternalisasi ke seluruh anggota organisasi, dan
pelaksanaan tugas sehari-hari penerapannya dituangkan dalam standar operasional
pelaksanaan kegiatan/tugas
b. Budaya kerja dan nilai-nilai organisasi telah
dinternalisasi ke seluruh anggota organisasi, namun
belum dituangkan dalam standar operasional A/B/C/D A 1,00
pelaksanaan kegiatan/tugas
c. Budaya kerja dan nilai-nilai organisasi telah disusun,
namun belum dinternalisasi ke seluruh anggota
organisasi
d. Belum menyusun budaya kerja dan nilai-nilai
organisasi
2. PENATAAN TATALAKSANA 3,50 3,50 100,00%
i. Peta Proses Bisnis Mempengaruhi 0,50 0,50 100,00%
- Telah disusun peta proses bisnis dengan adanya a. Peta proses bisnis telah disusun dan mempengaruhi
penyederhanaan jabatan penyederhanaan seluruh jabatan
b. Peta proses bisnis telah disusun dan mempengaruhi
penyederhanaan sebagian besar (lebih dari 50%) jabatan
c. Peta proses bisnis telah disusun dan mempengaruhi
A/B/C/D A 1,00
penyederhanaan sebagian kecil (kurang dari 50%)
jabatan
d. Peta proses bisnis telah disusun dan belum
mempengaruhi penyederhanaan jabatan
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
ii. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) 1,00 1,00 100,00%
a Implementasi SPBE telah terintegrasi dan a. Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu
mampu mendorong pelaksanaan pelayanan mendorong pelaksanaan pelayanan publik yang lebih
publik yang lebih cepat dan efisien cepat dan efisien
b. Implementasi SPBE telah mampu mendorong
pelaksanaan pelayanan publik yang lebih cepat dan A/B/C A 1,00
efisien, namun belum terintegrasi (parsial)
c. Implementasi SPBE belum mendorong pelaksanaan
pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien

b Implementasi SPBE telah terintegrasi dan a. Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu
mampu mendorong pelaksanaan pelayanan mendorong pelaksanaan pelayanan internal unit kerja
internal organisasi yang lebih cepat dan efisien yang lebih cepat dan efisien
b. Implementasi SPBE telah mampu mendorong
pelaksanaan pelayanan internal unit kerja yang lebih
A/B/C A 1,00
cepat dan efisien, namun belum terintegrasi (parsial)
c. Implementasi SPBE belum mendorong pelaksanaan
pelayanan internal unit kerja yang lebih cepat dan efisien

iii. Transformasi Digital Memberikan Nilai Manfaat 2,00 2,00 100,00%


a. Transformasi digital pada bidang proses bisnis a. Kriteria huruf b telah terpenuhi dan penerapan atau
utama telah mampu memberikan nilai manfaat penggunaan dari manfaat/dampak dari transformasi
bagi unit kerja secara optimal digital pada bidang proses bisnis utama bagi unit kerja
telah dilakukan validasi dan evaluasi serta ditindaklanjuti
secara berkelanjutan
b. Kriteria huruf c telah terpenuhi dan manfaat/dampak
dari transformasi digital pada bidang proses bisnis utama
telah diterapkan/digunakan oleh unit kerja sesuai dengan
sasaran dan target manfaat/dampak
c. Kriteria huruf d telah terpenuhi dan manfaat/dampak
dari transformasi digital pada bidang proses bisnis utama
telah mampu direalisasikan pada unit kerja sesuai A/B/C/D/E A 1,00
dengan sasaran dan target manfaat/dampak
d. Kriteria huruf e telah terpenuhi dan kapabilitas
prakiraan dan pelacakan terhadap sasaran dan target
manfaat/dampak dari transformasi digital pada bidang
proses bisnis utama
e. Sasaran dan target manfaat/dampak dari transformasi
digital pada bidang proses bisnis utama telah
direncanakan, didefinisikan, dan ditetapkan
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Transformasi digital pada bidang administrasi a. Kriteria huruf b telah terpenuhi dan penerapan atau
pemerintahan telah mampu memberikan nilai penggunaan dari manfaat/dampak dari transformasi
manfaat bagi unit kerja secara optimal digital pada bidang administrasi pemerintahan bagi unit
kerja telah dilakukan validasi dan evaluasi serta
ditindaklanjuti secara berkelanjutan
b. Kriteria huruf c telah terpenuhi dan manfaat/dampak
dari transformasi digital pada bidang administrasi
pemerintahan telah diterapkan/digunakan oleh unit kerja
sesuai dengan sasaran dan target manfaat/dampak
c. Kriteria huruf d telah terpenuhi dan manfaat/dampak
dari transformasi digital pada bidang administrasi
pemerintahan telah mampu direalisasikan pada unit kerja
A/B/C/D/E A 1,00
sesuai dengan sasaran dan target manfaat/dampak
d. Kriteria huruf e telah terpenuhi dan kapabilitas
prakiraan dan pelacakan terhadap sasaran dan target
manfaat/dampak dari transformasi digital pada bidang
administrasi pemerintahan
e. Sasaran dan target manfaat/dampak dari transformasi
digital pada bidang administrasi pemerintahan telah
direncanakan, didefinisikan, dan ditetapkan

c. Transformasi digital pada bidang pelayanan a. Kriteria huruf b telah terpenuhi dan penerapan atau
publik telah mampu memberikan nilai manfaat penggunaan dari manfaat/dampak dari transformasi
bagi unit kerja secara optimal digital pada bidang pelayanan publik bagi unit kerja telah
dilakukan validasi dan evaluasi serta ditindaklanjuti
secara berkelanjutan
b. Kriteria huruf c telah terpenuhi dan manfaat/dampak
dari transformasi digital pada bidang pelayanan publik
telah diterapkan/digunakan oleh unit kerja sesuai dengan
sasaran dan target manfaat/dampak
c. Kriteria huruf d telah terpenuhi dan manfaat/dampak
dari transformasi digital pada bidang pelayanan publik
A/B/C/D/E A 1,00
telah mampu direalisasikan pada unit kerja sesuai
dengan sasaran dan target manfaat/dampak
d. Kriteria huruf e telah terpenuhi dan kapabilitas
prakiraan dan pelacakan terhadap sasaran dan target
manfaat/dampak dari transformasi digital pada bidang
pelayanan publik
e. Sasaran dan target manfaat/dampak dari transformasi
digital pada bidang pelayanan publik telah direncanakan,
didefinisikan, dan ditetapkan
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
3. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR 5,00 5,00 100,00%
i. Kinerja Individu 1,50 1,50 100,00%
a Ukuran kinerja individu telah berorientasi hasil a. Seluruh ukuran kinerja individu telah berorientasi hasil
(outcome ) sesuai pada levelnya (outcome ) sesuai pada levelnya
b. Sebagian ukuran kinerja individu telah berorientasi
A/B/C A 1,00
hasil (outcome ) sesuai pada levelnya
c. Tidak ada ukuran kinerja individu yang berorientasi
hasil (outcome )
ii. Assessment Pegawai 1,50 1,50 100,00%
a Hasil assement telah dijadikan pertimbangan a. Seluruh hasil assessment dijadikan dasar mutasi
untuk mutasi dan pengembangan karir pegawai internal dan pengembangan kompetensi pegawai
b. Hasil assessment belum seluruhnya dijadikan mutasi
internal dan pengembangan kompetensi pegawai A/B/C A 1,00
c. Hasil assessment belum dijadikan dasar mutasi
internal dan pengembangan kompetensi pegawai

iii. Pelanggaran Disiplin Pegawai 2,00 2,00 100,00%


a Penurunan pelanggaran disiplin pegawai Persentase pernurunan pelanggaran disiplin pegawai
diperoleh dari Jumlah pelanggaran tahun sebelumnya
dikurangi Jumlah pelanggaran tahun ini kemudian dibagi % 100,00% 1,00
dengan Jumlah pelanggaran tahun sebelumnya

- Jumlah pelanggaran tahun sebelumnya Jumlah 1


- Jumlah pelanggaran tahun ini Jumlah 0
- Jumlah pelanggaran yang telah diberikan
Jumlah 1
sanksi/hukuman
4. PENGUATAN AKUNTABILITAS 5,00 5,00
i. Meningkatnya capaian kinerja unit kerja 2,00 2,00 100,00%
- Persentase Sasaran dengan capaian 100% atau Persentase diperoleh dari Jumlah Sasaran Kinerja yang
lebih tercapai 100% atau lebih dibagi dengan Jumlah Sasaran % 100,00% 1,00
Kinerja
- Jumlah Sasaran Kinerja Jumlah 1
- Jumlah Sasaran Kinerja yang tercapai 100%
Jumlah 1
atau lebih
ii. Pemberian Reward and Punishment 1,50 1,50 100,00%
- Hasil Capaian/Monitoring Perjanjian Kinerja a. Seluruh capaian kinerja (Perjanjian Kinerja) merupakan
telah dijadikan dasar sebagai pemberian reward unsur dalam pemberian reward and punishment
and punishment bagi organisasi b. Sebagian besar Capaian Kinerja (lebih dari 50%
Perjanjian kinerja) merupakan unsur dalam pemberian
reward and punishment
c. Sebagian kecil Capaian Kinerja (kurang dari 50%
A/B/C/D A 1,00
Perjanjian kinerja) merupakan unsur dalam pemberian
reward and punishment
d. Capaian Kinerja (Perjanjian kinerja) belum menjadi
unsur dalam pemberian reward and punishment
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
iii. Kerangka Logis Kinerja 1,50 1,50 100,00%
- Apakah terdapat penjenjangan kinerja a. terdapat Kerangka Logis kinerja yang mengacu pada
((Kerangka Logis Kinerja) yang mengacu pada kinerja utama organisasi dan digunakan dalam
kinerja utama organisasi dan dijadikan dalam penjabaran kinerja seluruh pegawai
penentuan kinerja seluruh pegawai? b. terdapat Kerangka Logis kinerja yang mengacu pada
kinerja utama organisasi namun belum digunakan dalam
penjabaran kinerja seluruh pegawai
A/B/C/D A 1,00
c. Kerangka Logis kinerja ada namun belum mengacu
pada kinerja utama organisasi dan belum digunakan
dalam penjabaran kinerja seluruh pegawai
d. Kerangka Logis kinerja belum ada

5. PENGUATAN PENGAWASAN 7,50 7,50 100,00%


i. Mekanisme Pengendalian 2,50 2,50 100,00%
- Telah dilakukan mekanisme pengendalian a. Terdapat pengendalian aktivitas utama organisasi yang
aktivitas secara berjenjang tersistem mulai dari perencanaan, penilaian risiko,
pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan oleh penanggung
jawab aktivitas serta pimpinan unit kerja dan telah
menghasilkan peningkatan kinerja, mekanise kerja baru
yang lebih efektif, efisien, dan terkendali
b. Terdapat pengendalian aktivitas utama organisasi yang
tersistem mulai dari perencanaan, penilaian risiko,
pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan oleh penanggung
jawab aktivitas serta pimpinan unit kerja namun belum
berdampak pada peningkatan kinerja unit kerja A/B/C/D/E A 1,00
c.Terdapat pengendalian aktivitas utama organisasi yang
tersistem mulai dari perencanaan, penilaian risiko,
pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan oleh penanggung
jawab aktivitas
d. Terdapat pengendalian aktivitas utama organisasi
tetapi tidak tersistem
e. Tidak terdapat pengendalian atas aktivitas utama
organisasi

ii. Penanganan Pengaduan Masyarakat 3,00 % 3,00 100,00%


- Persentase penanganan pengaduan masyarakat Penilaian ini menghitung realisasi penanganan pengaduan
masyarakat yang harus diselesaikan % 100,00% 1,00

- Jumlah pengaduan masyarakat yang harus


Jumlah 1
ditindaklanjuti
- Jumlah pengaduan masyarakat yang sedang
Jumlah 1
diproses
- Jumlah pengaduan masyarakat yang selesai
Jumlah 1
ditindaklanjuti
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
iii. Penyampaian Laporan Harta Kekayaan 2,00 % 2,00 100,00%
i. Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) 1,00 1,00
- Persentase penyampaian LHKPN Kewajiban Penyelenggara Negara untuk melaporkan harta
kekayaan diatur dalam:
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999
2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
3. Undang-Undang No. 10 Tahun 2015 % 100,00% 1,00
4. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi No. 07
Tahun 2016
5. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004
6. SE MenPANRB No. SE/03/M.PAN/01/2005
- Jumlah yang harus melaporkan Jumlah 3,00
- Kepala satuan kerja Jumlah 1,00
- Pejabat yang diwajibkan menyampaikan
Jumlah 1,00
LHKPN
- Lainnya Jumlah 1,00
- Jumlah yang sudah melaporkan Jumlah 3,00
Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur
1,00 1,00
Sipil Negara (LHKASN)
- Persentase penyampaian LHKASN Penyampaian LHKASN diatur dalam:
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999
2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 % 100,00% 1,00
3. Undang-Undang No. 10 Tahun 2015
4. SE MenPANRB No. 1 Tahun 2015
- Jumlah yang harus melaporkan (ASN tidak
Jumlah 3,00
wajib LHKPN)
- Pejabat administrator (eselon III) Jumlah 1,00
- Pejabat Penawas (eselon IV) Jumlah 1,00
- Jumlah Fungsional dan Pelaksana Jumlah 1,00
- Jumlah yang sudah melaporkan Jumlah 3,00
6. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK 5,00 5,00 100,00%
i. Upaya dan/atau Inovasi Pelayanan Publik 2,50 2,50 100,00%
a. Upaya dan/atau inovasi telah mendorong a. Upaya dan/atau inovasi yang dilakukan telah
perbaikan pelayanan publik pada: mendorong perbaikan seluruh pelayanan publik yang
1. Kesesuaian Persyaratan prima (lebih Cepat dan mudah)
2. Kemudahan Sistem, Mekanisme, dan b. Upaya dan/atau inovasi yang dilakukan belum
Prosedur seluruhnya memberikan dampak pada perbaikan
3. Kecepatan Waktu Penyelesaian pelayanan public yang prima (Cepat dan mudah)
4. Kejelasan Biaya/Tarif, Gratis c. Upaya dan/atau inovasi yang dilakukan belum sesuai A/B/C/D A 1,00
5. Kualitas Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan kebutuhan
6. Kompetensi Pelaksana/Web d. Belum ada inovasi
7. Perilaku Pelaksana/Web
8. Kualitas Sarana dan prasarana
9. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Pilihan
Penilaian Bobot Penjelasan Jawaban Nilai %
Jawaban
b. Upaya dan/atau inovasi pada Persentase diperoleh dari Jumlah perijinan/pelayanan
perijinan/pelayanan telah dipermudah: yang telah dipermudah dibagi dengan Jumlah
1. Waktu lebih cepat perijinan/pelayanan yang terdata/terdaftar
% 100,00% 1,00
2. Pelayanan Publik yang terpadu
3. Alur lebih pendek/singkat
4 Terintegrasi dengan aplikasi
- Jumlah perijinan/pelayanan yang
Jumlah 1
terdata/terdaftar
- Jumlah perijinan/pelayanan yang telah
Jumlah 1
dipermudah
ii. Penanganan Pengaduan Pelayanan dan
2,50 2,50 100,00%
Konsultasi
- Penanganan pengaduan pelayanan dilakukan a. Pengaduan pelayanan dan konsultasi telah direspon
melalui berbagai kanal/media secara responsive dengan cepat melalui berbagai kanal/media
dan bertanggung jawab b. Pengaduan pelayanan dan konsultasi telah direspon
dengan cepat melalui kanal/media yang terbatas
c. Pengaduan pelayanan dan konsultasi direspon lambat
A/B/C/D A 1,00
melalui berbagai kanal/media
d. Pengaduan pelayanan dan konsultasi direspon lambat
dan kanal/media terbatas

TOTAL PENGUNGKIT 60,00

B. HASIL
40,00 40,00 100,00%
I. BIROKRASI YANG BERSIH DAN AKUNTABEL 22,50 22,50 100,00%
a Nilai Survey Persepsi Korupsi (Survei Eksternal) Diisi dengan nilai hasil Survei Eksternal atas Persepsi
Nilai
17,50 Anti Korupsi (Indeks Persepsi Anti Korupsi / IPAK) 4,00 17,50
(0-4)
b Capaian Kinerja Lebih Baik dari pada Capaian Kinerja a. Target kinerja utama tercapai lebih dari 100% dan lebih
Sebelumnya baik dari capaian kinerja utama tahun sebelumnya serta
lebih baik dari capaian kinerja nasional/rata-rata capaian
kinerja unit yang sejenis;
b.Target kinerja utama tercapai 100% dan lebih baik dari
capaian kinerja utama tahun sebelumnya;
c.Target kinerja utama tercapai 100% atau lebih, namun
5,00 A/B/C/D/E A 5,00
tidak lebih baik dari capaian kinerja utama tahun
sebelumnya;
d. Kinerja utama sudah orientasi hasil akan tetapi masih
terdapat target kinerja utama yang tidak tercapai;
e. Kinerja utama tidak berorientasi hasil

II. PELAYANAN PUBLIK YANG PRIMA 17,50 17,50 100,00%


a Nilai Persepsi Kualitas Pelayanan (Survei Eksternal) Diisi dengan Nilai Hasil Survei Eksternal Kualitas
Nilai
17,50 Pelayanan (Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan Publik / 4,00 17,50
(0-4)
IPKP)
TOTAL HASIL 40,00

NILAI EVALUASI ZONA INTEGRITAS 100,00


ST
AFPERENCANAANUMUM DANANGGARAN
BI
ROREFORMASIBI
ROKRASIPOLRI

bagsi
sinf
olap.
ror
bp@pol
ri
.go.
i
d
i
tkonli
ne.pol
ri
.go.
id
e
pz i
.pol
ri
.go.
id
k
p2.polri
.go.
id

Anda mungkin juga menyukai