Anda di halaman 1dari 32

1

MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KORPS LALU LINTAS

KEPUTUSAN KEPALA KORPS LALU LINTAS POLRI


Nomor: Kep/ 53 /XI/2016

tentang

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


KAWASAN TERTIB LALU LINTAS

KEPALA KORPS LALU LINTAS POLRI

Menimbang : 1. bahwa untuk menciptakan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban dan


Kelancaran Lalu Lintas di Lokasi Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL);

2. bahwa Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) bermanfaat dalam rangka


Penegakkan Hukum bagi masyarakat, maka dipandang perlu
menetapkan keputusan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia;

2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan;

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua


atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen


dan Rekayasa, Analisa Dampak, dan Manajemen Kebutuhan Lalu
lintas;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu


lintas dan Angkutan Jalan;

9. Instruksi …..

3
2 KEPUTUSAN KAKORLANTAS POLRI
NOMOR : KEP/ 53 / XI / 2016
TANGGAL : 30 NOVEMBER 2016

9. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program Aksi


Dekade Keselamatan Nasional;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen


dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KORPS LALU LINTAS POLRI TENTANG SOP


KAWASAN TERTIB LALU LINTAS

1. Standard Operasional Prosedur Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL)


meliputi :

a. pelaksanaan penentuan KTL;

b. pengorganisasian di Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL);

c. pelaksanaan Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL).

2. hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keadaan yang


memerlukan pengaturan lebih lanjut akan diatur dengan Keputusan
tersendiri;

3. keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Kepada Yth. :

Para Kapolda

Tembusan :
1. Kapolri.
2. Wakapolri.
3. Irwasum Polri.
4. Kalemdikpol.
5. Kadivhumas Polri
6. Para Dirlantas Polda.

4
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KORPS LALU LINTAS

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR


KAWASAN TERTIB LALU LINTAS

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) bertujuan


untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta
terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak asasi masyarakat;

b. Polri merupakan alat negara yang berperan dalam


memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri, tugas
pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat;

c. Penerapan Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) sebagai salah


satu cara untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas;

5
d. menyadari bahwa KTL adalah langkah operasional
kepolisian di bidang lalu lintas yang sangat strategis dalam
menanamkan kesadaran hukum berlalu lintas secara
nasional untuk mewujudkan penyelenggaraan lalu lintas
yang aman, selamat, tertib, dan lancar;

e. sesuai dengan tujuan, peran dan tugas pokok Polri


sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu adanya
ketentuan yang mengatur mengenai Standar Operasional
Prosedur (SOP) Kawasan Tertib Lalu Lintas dengan tetap
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Dasar

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia;

b. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan;

d. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan


Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan

f. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang


Manajemen dan Rekayasa, Analisa Dampak, dan
Manajemen Kebutuhan Lalu lintas;

6
g. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang
Forum Lalu lintas dan Angkutan Jalan;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang


Jaringan Lalu lintas dan Angkutan Jalan;

i. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program


Aksi Dekade Keselamatan Nasional;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang


Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Standard Operasional Prosedur (SOP) tentang Kawasan


Tertib Lalu Lintas ditetapkan dengan maksud untuk
dijadikan pedoman bagi satuan kewilayahan sehingga
adanya persamaan persepsi dan tindakan dalam
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan;

b. Tujuan

Standard Operasional Prosedur (SOP) Kawasan Tertib Lalu


Lintas (KTL) ini dibuat agar terdapat kesamaan persepsi
dan kesatuan tindakan dari masing-masing satuan
kewilayahan terutama bagi para petugas di lapangan
sehingga dapat berhasil guna dan berdaya guna secara
optimal.

7
4. Ruang Lingkup

Standard Operasional Prosedur (SOP) Kawasan Tertib Lalu


Lintas (KTL) ini dengan ruang lingkup meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan yang perlu diperhatikan dan
dilakukan oleh pengemban Fungsi Teknis Lalu Lintas pada setiap
Satuan Kewilayahan Polri.

5. Tata Urut

Bab I PENDAHULUAN

Bab II KETENTUAN UMUM

Bab III KAWASAN TERTIB LALU LINTAS

Bab IV PERENCANAAN

Bab V PELAKSANAAN

Bab VI PENGENDALIAN

Bab VII ADMINISTRASI

Bab VIII PENUTUP

8
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Pengertian-pengertian

a. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah


pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia;

b. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak


untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya;

c. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor


Umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang;

d. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi


segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel;

e. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah


serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling
terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;

f. Kawasan adalah ruas jalan / koridor / wilayah tertentu yang


disepakati oleh instansi terkait di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan dan ditetapkan melalui Surat Keputusan
Walikota/ Bupati atau Peraturan Daerah (Perda);

9
g. Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) adalah suatu ruas
jalan/koridor/wilayah tertentu yang disepakati oleh instansi
terkait di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dalam forum
lalu lintas dan angkutan jalan serta ditetapkan melalui Surat
Keputusan Walikota/ Bupati atau Peraturan Daerah (Perda)
sebagai kawasan percontohan yang berkelanjutan, baik
bagi para pemegang amanat Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dalam
menjalankan tugasnya sesuai kewenangan masing-masing
secara terpadu maupun bagi pengguna jalan dalam
memanfaatkan jalan sesuai dengan peruntukkannya
sehingga lalu lintas dan angkutan jalan dapat terselenggara
secara aman, selamat, tertib, dan lancar;

h. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi


dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam
rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh
terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya okum,
serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung
kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan
kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan
bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat;

i. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu


keadaan terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau
Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan okum,
dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas;

j. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan


yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang

10
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda;

k. Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu


keadaan berlalu lintas dan penggunaan angkutan yang
bebas dari hambatan dan kemacetan di Jalan;

l. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri


atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak
Bermotor;

m. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang


digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
Kendaraan yang berjalan di atas rel;

n. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan


yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang
dengan dipungut bayaran;

o. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang


digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan;

p. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu


keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan
selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan;

q. Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu


keadaan berlalu lintas yang berlangsung secara teratur
sesuai dengan hak dan kewajiban setiap Pengguna Jalan;

11
r. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang
Lalu Lintas Jalan;

s. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan


sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan,
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi,
Pengguna Jalan, serta pengelolaannya;

t. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di


permukaan Jalan atau di atas permukaan Jalan yang
meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang
yang berfungsi untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan
membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas;

u. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak


bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan
pengemudinya;

v. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang


Lalu Lintas Jalan;

w. Pelanggaran lalu lintas adalah pengabaian terhadap tata


tertib lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna kendaraan
bermotor yang dapat membahayakan keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat
menimbulkan kerusakan jalan;

x. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan


perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;

12
y. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan
Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin
Mengemudi.

z. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan


untuk berlalu lintas;

aa. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang


Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang
meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat
pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas
pendukung;

bb. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan


yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau
perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan;

cc. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang


diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,
dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung;

dd. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang
saling menghubungkan dan mengikat pusat- pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis;

ee. Tertib lalu lintas adalah situasi dan kondisi lalu lintas yang
memungkinkan setiap pengguna jalan bergerak secara
tertata dan teratur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan sehingga dapat
terselenggara secara aman, selamat, tertib, dan lancar;

13
ff. Tingkat kemacetan merupakan kuantifikasi kemacetan lalu
lintas di jalan dan dinyatakan dengan rasio volume per
kapasitas. Rasio volume per kapasitas pada ruas jalan
sebesar atau lebih besar dari 0,85 diyakini merupakan
kondisi jalan mengalami kemacetan;

14
BAB III
KAWASAN TERTIB LALU LINTAS

1. Kriteria Kawasan Tertib Lalu Lintas


Kriteria ruas jalan/koridor/wilayah yang dapat dijadikan sebagai
Kawasan Tertib Lalu Lintas adalah sebagai berikut:

a. memiliki infrastruktur yang baik, seperti kondisi fisik


perkerasan jalan yang telah dilengkapi marka jalan dan
zebra cross;

b. memiliki fasilitas pendukung yang sesuai, seperti rambu


dan alat pemberi isyarat lalu lintas;

c. memiliki tingkat pelanggaran hukum lalu lintas dan


angkutan jalan yang rendah, serta memiliki tingkat fatalitas
akibat kecelakaan lalu lintas yang rendah;

d. seluruh pengguna jalan menerapkan prinsip keamanan,


keselamatan, ketertiban, kelancaran;

e. penentuan lokasi KTL telah disepakati oleh seluruh instansi


terkait berdasarkan hasil keputusan rapat dalam forum lalu
lintas dan angkutan jalan;

2. Indikator Keberhasilan Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL)

Dalam merencanakan dan melaksanakan Kawasan Tertib Lalu


Lintas, terdapat beberapa indikator keberhasilan sebagai berikut:

15
a. Terwujudnya infrastruktur yang baik meliputi:

1) kondisi fisik permukaan perkerasan jalan;

2) kondisi kemiringan melintang jalan pada tikunagn;

3) kelandaian pada tanjakan dan/atau turunan yang


baik.

b. Fasilitas pelengkap jalan yang sesuai dengan infrastruktur


jalan :

1) rambu;

2) marka jalan;

3) zebra cross;

4) penerangan jalan umum;

5) alat pengendali dan pengaman pemakai jalan;

6) alat pemberi isyarat lalu lintas (APIL);

7) trotoar;

8) halte;

9) median jalan;

10) lahan parkir.

16
c. terwujudnya kamseltibcar lantas di Kawasan Tertib Lalu
Lintas yang meliputi :

1) menurunnya angka kecelakaan lalu lintas;

2) menurunnya tingkat pelanggaran lalu lintas;

3) terurainya masalah kemacetan;

4) meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dalam


berlalu lintas.

d. terbitnya surat keputusan kepala daerah (Bupati/Walikota)


berkaitan dengan lokasi Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL);

e. semakin bertambah dan berkembangnya lokasi KTL pada


periode tertentu;

f. tergelarnya kekuatan personil baik polri maupun instansi


terkait dalam mendukung kegiatan di lokasi KTL;

g. terapainya komitmen bersama diantara para pemangku


kepentingan untuk bertanggung jawab menjaga,
memelihara dan mengembangkan program KTL sesuai
dengan tupoksinya masing-masing, yang ditandai dengan
terdukungnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) pada masing-masing kewilayahan.

17
BAB IV
PERENCANAAN

1. Perencanaan

a. Penentuan lokasi dan Penetapan Anggaran Kawasan


Tertib Lalu lintas (KTL)

1) Kasat lantas melakukan identifikasi dan inventarisasi


ruas jalan beserta sarana dan prasarana di Jalan
yang memenuhi kriteria KTL;

2) Kasat lantas memberikan usulan dalam rapat


koordinasi dengan instansi lain dalam penentuan
lokasi ruas jalan/koridor/kawasan yang akan
dijadikan KTL, melalui Forum Lalu lintas dan
Angkutan Jalan;

3) Kasat lantas bersama instansi terkait melakukan


pengecekan lapangan untuk menginventarisasi
sarana dan prasarana di lokasi KTL;

4) Forum Lalu lintas dan Angkutan Jalan menyetujui


lokasi KTL beserta perencanannya dengan bukti
Notulensi rapat dan lampiran dokumen identifikasi
dan inventarisasi ruas jalan beserta sarana dan
prasarana;

5) Kasat Lantas mengusulkan kepada Pemerintah


Daerah (Bupati/Walikota) untuk penerbitan Surat
Keputusan, tentang lokasi yang akan dijadikan KTL
berdasarkan rapat Forum Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;

18
6) Surat Keputusan Pemerintah Daerah yang telah
disahkan tersebut dimasukan dalam rencana
pembangunan dan rencana kegiatan tahunan daerah
setempat untuk mendapatkan dukungan/alokasi
anggaran;

7) Kebutuhan sarana dan prasarana di lokasi KTL


diusulkan berdasarkan status jalan:

a) Jalan Nasional diusulkan oleh Balai Besar


kepada Kementrian Perhubungan
(KEMENHUB) dan Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA);

b) Jalan Provinsi diusulkan oleh Kepala Dinas


Pekerjaan Umum dan Kepala Dinas
Perhubungan Tingkat I kepada Gubernur;

c) Jalan Kabupaten/Kota diusulkan oleh Kepala


Dinas Pekerjaan Umum dan Kepala Dinas
Perhubungan Tingkat I kepada
Bupati/Walikota.

8) Lokasi KTL ditentukan dalam Forum Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan yang terdiri dari:
a) Kepolisian Republik Indonesia: Satlantas;
b) Balai Besar atau Dinas Perhubungan
Pemerintah Daerah Tingkat I / II;
c) Balai Besar atau Dinas Pekerjaan Umum,
atau Dinas Bina Marga Pemerintah Daerah
Tingkat I / II;

19
d) Sat Pol PP Pemerintah daerah Tingkat II;
e) Badan Perencana Daerah Tingkat I / II;
f) Badan Usaha Milik Negara/ Daerah/Organda,
bidang lalu lintas dan angkutan jalan;
g) Akademisi, tenaga ahli di bidang lalu lintas
dan angkutan jalan.

b. Penindakan (Perencanaan Denda Tilang)

Surat Keputusan Pimpinan Daerah/Perda yang telah


ditetapkan dilaporkan kepada kantor Pengadilan setempat
untuk mendapatkan penetapan denda tilang maksimal pada
ruas jalan KTL oleh ketua pengadilan setempat.

2. Pengorganisasian

Hubungan Tata Cara Kerja

a. Surat Keputusan Kepala Daerah / Perda mengatur tentang


hubungan tata cara kerja beserta kedudukannya sebagai
penanggung jawab pelaksanaan KTL;

b. Instansi terkait menjalankan tugas pokoknya berdasarkan


peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
mempertimbangkan kewenangan yang dimiliki oleh masing-
masing instansi di bidang lalu lintas dan angkutan jalan;

c. Kasat Lantas Polres sebagai koordinator pelaksana


harian pengawasan KTL yang memiliki tanggung
jawab untuk melaporkan seluruh hasil kegiata Anev
beserta setiap permasalahan yang terjadi kepada

20
pimpinan daerah dan Dirlantas Polda sebagai
penanggung jawab fungsi, setelah didiskusikan
dalam forum lalu lintas dan angkutan jalan;

d. Kasat Lantas Polres berwenang dalam mengatur


dan membagi personel yang ditunjuk sebagai
petugas KTL dari masing-masing instansi terkait.
Untuk kemudian bertanggung jawab kepada
pimpinan daerah dan Kapolres;

e. Kasat Lantas atau pejabat dalam struktur


berkewajiban memberikan arahan dalam bentuk:

1) menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan


setiap penampilan, tugas dan tantangan yang
dihadapi, cara bertindak dan sistem
pelaporan;

2) memberikan penekanan tentang hal-hal yang


harus dan tidak dilaksanakan;

3) memberikan dukungan materil dan motifasi


terhadap anggota yang akan melaksanakan
tugas.

3. Metode Kerja

a. sistem kerja antar instansi diatur dalam Surat


Keputusan Kepala daerah / Perda agar tercapai
kesepahaman bersama antar instansi guna
meminimalisir tumpang tindih kewenangan pada ruas
jalan KTL dalam rangka mewujudkan kepastian
hukum bagi pengguna jalan;

21
b. pelaksanaan KTL terikat kepada peraturan tentang
teknis dan taktis dalam bertindak yang telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan bagi masing-
masing instansi terkait;

c. setiap kebutuhan dan kegiatan yang berhubungan


dengan pelaksanaan KTL di dukung oleh anggaran
Pemerintah daerah dengan sumber dana yang
ditetapkan dalam surat keputusan kepala daerah /
perda;

d. pelaksanaan KTL juga didukung dengan sistem


pelaporan yang terintegrasi dengan tetap mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

22
BAB V
PELAKSANAAN

1. Sosialisasi Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL)

Program KTL perlu disosialisasikan:

a. Terhadap masyarakat umum:


1) melalui media massa (cetak maupun elektronik);
2) penyebaran brosur-brosur, surat edaran, stiker dan
lain-lain;
3) ceramah-ceramah pada instansi pemerintah dan
swasta, para tokoh masyarakat, pemuda, pelajar dan
lain-lain;
4) penyelenggaraan seminar, lokakarya, simposium
dan forum diskusi;
5) pertunjukan kesenian rakyat / kearifan lokal
setempat dan lain-lain.

b. Terhadap pengguna jalan di Kawasan Tertib Lalu lintas:


1) Pemasangan Billboard, spanduk, tanda-tanda
petunjuk dan peringatan.

2) Penerangan atau peringatan-peringatan dan


petunjuk-petunjuk yang disampaikan langsung di
jalan ataupun menggunakan sarana pendukung
yang ada atau dengan tanda-tanda isyarat dari
petugas.

23
2. Petugas KTL

Dalam Kawasan Tertib Lalu lintas, instansi yang dilibatkan sebagai


berikut

a. Polri:

1) Polantas;

2) Sabhara;

3) Fungsi-fungsi pendukung lainnya.

b. Instansi Lain:

1) Polisi Militer;

2) Sat Pol PP;

3) Dinas Perhubungan (DISHUB).

c. dapat melibatkan partisipasi masyarakat yang memiliki


komitmen untuk menjaga dan mendukung disiplin berlalu
lintas seperti :

1) Pramuka;

2) PKS;

3) Organisasi kemasyarakatan lainnya.

d. Petugas di Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) dilengkapi


dengan surat perintah dengan periode waktu yang berlaku
tetap dalam jangka waktu tertentu (minimal 1 bulan;)

24
e. petugas di lokasi KTL harus berdedikasi baik, disiplin dan
profesional;

f. Anggota Polri yang bertugas di lokasi KTL dilengkapi


dengan perlengkapan:

1) perlengkapan perorangan sesuai gampol;

2) Alat komunikasi (Alkom);

3) kendaraan dinas baik sepeda motor maupun mobil;

4) lampu senter lalu lintas (Pada malam hari);

5) rompi ;

6) Tilang/BAP Tipiring yang sudah diberi tanda/stempel


KTL;

7) jas hujan;

8) Ban Lengan KTL.

g. tanggung jawab pelaksanaan oleh Kapolres dan


pelaksanaan sehari-hari oleh Kasat Lantas;

h. penugasan dilaksanakan setiap hari minimal 8 (delapan)


jam atau sesuai dengan situasi dan kondisi lalu lintas di
ruas jalan tersebut;

i. Petugas diberikan tanda ban KTL (warna dasar biru tulisan


putih) yang dipakai pada lengan sebelah kanan.

25
3. Operasionalisasi KTL
a. Kasat Lantas melakukan koordinasi antara Dinas
Perhubungan (DISHUB) dengan Dinas Bina Marga/PU
terkait apakah Ruas Jalan KTL sudah dilengkapi dengan
kelengkapan jalan (rambu-rambu, marka dan isyarat lalu
lintas) dan bagian jalan (trotoar, bahu jalan, lokasi parkir,
tempat penyeberangan, pemberhentian angkutan umum
dan lain-lain) sesuai dengan persyaratan yang berlaku;
b. petugas KTL melakukan pengawasan secara intensif
disepanjang lokasi KTL, sesuai dengan situasi dan kondisi
di lapangan;
c. kegiatan patroli ataupun penjagaan meliputi kegiatan:
1) Penertiban pemakai jalan;
2) Dikmas lantas;
3) Pengawasan terhadap berfungsinya
sarana/prasarana atau kelengkapan jalan beserta
bagian jalan;
4) Pelayanan masyarakat dalam bentuk pemberian
informasi,.

d. penindakan pelanggaran secara proaktif apabila


menemukan pelanggaran;

e. penegakan hukum

1) non yustisil, tindakan petugas yang bersifat


menegur, menghimbau, memberi peringatan dan
petunjuk dengan pola penindakan simpatik;

26
2) yustisil, tindakan petugas berdasarkan pada hukum
yang berlaku dan melalui proses peradilan dengan
sarana penegakan hukum yang ditetapkan sebagai
berikut:

(a). tilang (sesuai UU No. 22/2009);

(b). tipiring dengan berita acara singkat;

3) denda tilang pada ruas jalan yang menjadi KTL


adalah denda maksimal dari denda tilang terhadap
pelanggar lalu lintas pada ruas jalan non KTL untuk
dikoordinasikan dengan forum dikjapol setempat
sebagai sebuah kesepakatan bersama.

27
BAB VI
PENGENDALIAN

1. Pelaporan

a. Laporan Mingguan

1) Kesatuan Pelaporan

a) Polres/ta/tabes

satuan wilayah mengirimkan laporan ke


Ditlantas Polda

b) Ditlantas Polda

mengompulir laporan dari Satuan Wilayah


untuk dijadikan analisa dan evaluasi bulanan
oleh ditlantas polda serta dikirimkan ke
Korlantas Polri.

2) materi Pelaporan

diperoleh dari hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh


petugas KTL di lapangan secara harian.

3) jadwal Pelaporan

a) Polres/ta/tabes

laporan dikirim setiap minggu kepada


Ditlantas Polda.

28
b. Laporan Bulanan

1) Kesatuan Pelaporan

a) Polres/ta/tabes

Satuan wilayah mengirimkan laporan ke


Ditlantas Polda

b) Ditlantas Polda

mengompulir laporan dari Satuan Wilayah


untuk dijadikan analisa dan evaluasi bulanan
oleh ditlantas polda serta dikirimkan ke
Korlantas Polri.

2) materi Pelaporan

laporan diperoleh dari hasil rekapitulasi kegiatan


mingguan yang dilaporkan secara periodik oleh
kesatuan yang berada di bawah kendalinya.Jadwal
Pelaporan

3) jadwal pelaporan

laporan dikirim ke Korlantas Polri setiap awal bulan


berikutnya. Pengiriman laporan disertai dengan hasil
analisa dan evaluasi.

2. Analisa dan Evaluasi

a. Kesatuan

1) kegiatan anev pelaksanaan KTL dilakukan oleh


Polres/ta/tabes didepan instansi terkait dalam acara

29
rapat koordinasi bulanan (Forum Lalu lintas dan
Angkutan Jalan) ataupun didepan DPRD apabila
diminta;

2) khusus polda secara periodik/bulanan dipaparkan


oleh Dirlantas polda dalam acara gelar operasional
bulanan, serta dengan instansi terkait dalam rapat
koordinasi (Forum Lalu lintas dan Angkutan Jalan
tingkat Propinsi);

3) Korlantas Polri mengadakan evaluasi minimal 3


bulan sekali untuk melihat efektivitas pelaksanaan
KTL di wilayah masing-masing.

b. materi Analisa dan Evaluasi (Anev)

1) operasionalisasi KTL meliputi perkembangan


panjang ruas jalan/koridor/kawasan, dukungan
pemda & instansi terkait (keterpaduan);

2) pelaksanaan fungsi Rekayasa dan Manajemen Lalu


lintas, Pendidikan Masyarakat, Pengaturan dan
Pengendalian, serta Penindakan Pelanggaran,
konsistensi aparat penegak hukum (pengendalian);

3) kegiatan evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi


dokumen, rambu dan fasilitas pendukung, hingga
teknis pelaksanaan di lapangan;

4) target pencapaian KTL (pelanggaran dan kecelakaan


lalu lintas menurun, serta ketertiban masyarakat
dalam berlalu lintas meningkat.

30
c. Supervisi

1) Petugas

a) Tingkat Polda

i. Dirlantas;

ii. Pa Staf Ditlantas;

iii. Lintras sektoral/Instansi terkait.

b) Tingkat Mabes Polri

i. Korlantas Polri;

ii. Lintas Sektoral/Instansi terkait.

d. Sasaran supervisi
1) Perencanaan KTL;
2) Pengorganisasian;
3) Operasionalisasi/pelaksanaan di lapangan;
4) Pengawasan dan pengendalian;
5) Koordinasi lintas sektoral;
6) Hasil yang dicapai;
7) Hambatan.

31
BAB VII
ADMINISTRASI

1. Administrasi Umum

Dalam pembuatan laporan terkait KTL berpedoman pada:

a. Peraturan Kapolri Nomor: 15 Tahun 2007 tanggal 7


Agustus 2007 tentang Naskah Dinas di Lingkungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kapolri Nomor : 17 Tahun 2007 tanggal 17
Agustus 2007 tentang Tata Kearsipan dilingkungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
c. Surat Keputusan Kapolri No.Pol. : Skep/1310/X/2000
tanggal 10 Oktober tahun 2000 tentang Naskah
Sementara Buku Petunjuk Administrasi Tata Tulisan
Dinas dilingkungan Polri.

2. Administrasi Khusus

Dalam pelaksanaan tugas KTL, agar dilengkapi dengan


administrasi pendukung :

a. Rencana kegiatan;

b. Surat perintah tugas;

c. Laporan hasil pelaksanaan tugas.

32
BAB VIII
PENUTUP

1. Standard Operasional Prosedur (SOP) Kawasan Tertib Lalu Lintas


ini dibuat sebagai pedoman untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya oleh seluruh petugas pengemban fungsi teknis lalu lintas
di setiap Kesatuan Kewilayahan Polri.

2. Standard Operasional Prosedur (SOP) Kawasan Tertib Lalu Lintas


ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, semua ketentuan yang
bertentangan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini
dinyatakan tidak berlaku.

33

Anda mungkin juga menyukai