WEWENANG
INDIVIDU
PENGAM-
ADM MANA- KEPE-
PIMPINAN BILAN KEPU-
POLRI POLRI JEMEN MIMPINAN
TUSAN
TINDAKAN ETIS
SITUASI LINGKUNGAN, MASY, TEGAKNYA HUKUM
DEMOKRATISASI, HUKUM, HAM. TERWUJUDNYA
DAN KETERBATASAN POLRI KAMTIBMAS
TATA TENTERAM
KERTA RAHARJA
3
ETIKA POLRI
BAB – I HUBUNGAN ETIKA DENGAN PROFESI POLRI
1. LATAR BELAKANG
2. PENGERTIAN ETIKA
3. PERANAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
4. UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI
5. SISTIMATIKA
BAB – II NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN, DAN ETOS
KERJA
1. NILAI MORAL
2. NORMA MORAL
3. TEORI ETIKA
4. ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
BAB – III KEKHASAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. TUGAS POLRI
2. WEWENANG POLRI
3. POLRI POLISI NASIONAL
4. POLRI POLISI PEJUANG
5. POLRI SIPIL BERUNIFORM DAN BERSENJATA
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DAN PROFESI KEPOLISIAN
7
LATAR BELAKANG
Proklamasi
Kemerdekaan RI Indonesia Negara yg Polri adalah abdi :
17-8-1945 merdeka Pelayan, pelindung
dan pengayom
UUD 1945 rakyat, masyarakat. Tindakan/
Polri bukan alat sikap
18-8-1945 penguasa perilaku
Tujuan Negara Polri
Pembukaan berpedoman
Dasar Negara (Pancasila) Indonesia Negara Polri adalah alat kepada etika
Demokrasi negara yg profesi Polri
Psl 1 ayat (2) berdasarkan hukum. bertugas : : Tri Brata
memelihara
Batang tubuh Kedaulatan ditangan rakyat pimpinan Kepolisian Indonesia negara Supaya
(Negara Demokrasi) hukum materiil diperintahkan
dgn petunjuk2
Sistim pemerintahan negara sikap baru
- Indonesia Negara Hukum terhadap
(Rechstaat) rakyat
- Pemerintahan Mewajibkan
berdasarkan sistim pemerintah dan lain-
Penjelasan konstitusi lain penyelenggara
Pokok pikiran IV yg negara untuk
terkandung dlm pembukaan memelihara Budi
: Negara berdasar atas pekerti
Ketuhanan YME menurut kemanusiaan yg
dasar kemanusiaan yg adil luhur dan
dan beradab memegang teguh
cita-cita moral
Rapat Panitia Persiapan rakyat yg luhur
Kemerdekaan Indonesia Ada 4 hal yg harus
tgl 19 Agustus 1945 mendapat perhatian a.l. ttg
kamtibmas, penegak sbg
hukum yg pedoman hidup. Catur
menjunjung tinggi Prasetya sbg pedoman
karya. Kode etik profesi Polri
hukum, HAM,
yg merupakan kristalisasi
transparansi dan dari nilai- nilai Tri Brata dan
bertanggung jawab Catur Prasetya yg dijiwai
oleh Pancasila
Perilaku Polri
berpedoman pada
etika profesi Polri yg
dijiwai Pancasila
Polri yg
dipercay
a dan
dicintai
masya-
rakat
9
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang baru) :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Ahlak)
2. Kumpulan azas / nilai yang berkenaan dengan ahlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
Menurut K. Bertens :
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya (Sistem nilai)
2. Kumpulan azas atau nilai moral (kode etik)
3. Ilmu tentang apa yang baik atau buruk sebagai hasil penelitian sistimatis & metodis (filsafat moral)
2. Sbg. Etika yg diterapkan di lingkungan Polri merupakan cabang dari ilmu etika atau fils
1
Kuantitas
SDM Penguasan
(SUBYEK) keahlian
Perilaku Polri
Keberhasila
Kualitas yg etis (pro- Terwu Tata
n Lakgas
fesional dlm j Tentera
Polri utk Penghayatan
Sumber Daya pelaksanaan udnya m Karta
wujudkan norma/nilai
lain sbg tugas tujuan Raharja
tujuan Polri moral (Etika
pendukung Polri
profesi Polri)
Anggaran
1. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk
menanam dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
masyarakat.
2. Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil keputusan etis
yang tepat dan berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
3. Menjaga martabat Polri dan menjaga kepercayaan masyarakat (pemuliaan profesi Polri)
4. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral
yang berfungsi sebagai pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri
dalam pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia.
5. Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri secara
mendalam karena :
a. Perwira harus memegang teguh kesetiaan dan ketaatan. Perwira adalah pemimpin yang menjadi suri
tauladan dari bawahannya.
b. Keputusan-keputusan dari Perwira selaku pemimpin mempunyai dampak yang luas dan mendalam,
menyangkut kehormatan dan martabat serta kebanggaan kesatuan yang dipimpinnya.
c. Sebagai Perwira dituntut keberanian untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya termasuk
tanggung jawab terhadap tindakan dari bawahannya.
1
BAB – II
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA
DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN
DAN ETOS KERJA
1. Nilai Moral
2. Norma Moral
3. Teori Etika
4. Etika Kewajiban, Etika Keutamaan dan Etos Kerja
1
relatif
Nilai
intrinsik harga
martabat
ekonomi Berkaitan dgn tanggung jawab
Norma kesopanan
Teologis Deontologis
(Terarah pada tujuan) Vdeon = Kewajiban
Aristoteles
(341-270 SM)
Aristippos Epikuros
(433-355 SM) Klasik Aturan
(341-270 SM)
Tidak ada satu sistimpun yang sama sekali memuaskan. Disamping segi-segi yang menarik, setiap sistim ada
kelemahannya juga. Hal itu berlaku juga untuk dua sistim yang paling berbobot dalam sejarah filsafat modern,
Utilitarisme dan Deontologi. Karena itu dalam filsafat moral dewasa ini sebenarnya tidak ada lagi utilitarisme
murni atau deontologi murni. Sekarang para filsuf berusaha menjadikan sintesis antara pendekatan utilitaristis
dan pendekatan deontologis. Disamping itu mereka seringkali memanfaatkan unsur-unsur dari sistim-sistim
lainnya khususnya Eudonisme Aristoteles.
Learning Point dari teori-teori etika sistim filsafat moral 22
Etika Angg.
Kewajiban Polri TB, CP, KEP
Pebuatan
Dijadikan penyaring
What should I do? untuk ambil tindakan
anggota
Apa yg seharusnya polri yg
oleh anggota Polri
saya perbuat sbg baik
didalam menghadapi
anggota Polri permasalahan di
lapangan
Polri sbg
Etika Angg. TB, CP, KEP kesatuan /
Keutamaan Polri Profesi Etika
Dijadikan sifat profesi Polri
Etika TB What kind of person keutamaan yg anggota polri yg merupakan
Profesi CP should I be? Menjadi merupakan baik landasan yg
Polri KEP kecenderungan kokoh
macam anggota Polri
tetap sikapnya oleh mem-
apa seharusnya saya angg. bangun
Polri Polri yg
profesional
Polri sbg dan mandiri
Ethos Kesatuan TB, CP, KEP Kesatuan/
Profesi polri yg
Menjadi / profesi Menjadi sifat baik yang baik
bagaimana merupakan
karakteristik
seharusnya Polri
/ identitas / ciri khas
2
Polri yg diper-
caya dan di
cintai masya-
rakat
2
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN RI
1. Tugas Polri
2. Wewenang Polri
3. Polri Polisi Nasional
4. Polri Polisi Pejuang
5. Polri : Civil beruniform dan bersenjata
2
TUGAS POLRI
1. Berat dengan resiko Tinggi
a. Trend Kriminilitas yang meningkat dan tidak mengenal batas-batas negara.
b. Ujung tombak penegakan hukum
c. Menyidik tersangka anggota Polri
d. Menyidik tersangka anggota TNI – tersangka pelaku tindak pidana umum (tergantung dari Undang-undang
yang baru yang akan menggantikan UU No. 31 tahun 1997 tentang Peradilan militer)
e. Resiko dengan mempertaruhkan nyawa “satu kaki di kuburan satu kaki di penjara”.
3. Membanggakan
a. Untuk menjadi anggota Polri yang mengemban tugas berat serta mulia itu harus lulus dari seleksi dan
menyelesaikan pendidikan pembentukan, kejuruan, keahlian.
b. Tugas Polri adalah tugas yang strategis karena penegakan tata/aturan dan memelihara ketentraman adalah
syarat utama untuk mencapai dan menjamin terselenggaranya kesibukan kerja dalam pembangunan,
mewujudkan masyarakat yang raharja, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur
c. Kalau tugas yang berat dengan resiko yang tinggi tapi merupakan tugas yang terhormat dan mulia tersebut
dapat dilaksanakan secara profesional akan merupakan kebanggaan karena pengabdiannya merupakan
kontribusi mencapai masyarakat tata tenteram karta raharja.
4. Nilai moral yang dituntut terhadap anggota Polri : Tekad untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan rakyat
/ hukum melalui pengabdian yang terbaik, pantang menyerah, tidak terikat sesuatu dan rela berkorban.
2
WEWENANG POLRI
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara umum
Ayat 2 : Sesuai UU
Perundang-undangan lainnya
Kewenangan yg sangat luas dan diberi wewenang pe- langgaran HAM secara sah
Menjaga kerahasaiaan
Mampu mengendalikan
diri
Psl. 18 Diskresi Kepolisian :
Bertindak menurut penilaiannya sendiri untuk kepentingan umum Bertanggung jawab atas
tindakannya dan
tindakan anak buahnya.
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber
kekuasaan dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat
fungsional terlepas dari hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara. Dengan demikian diberi otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun
intervensi dari luar Instansi.
2
Pemimpin Polri yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang terpilih yang mampu memimpin Polri yang merupakan
kesatuan yang besar dengan bentangan wilayah kepulauan yang luas.
2
Selanjutnya fakta-fakta menyatakan bahwa Polri ikut serta secara aktif dalam merebut kekuasaan dari Tentara Jepang bahkan
dibeberapa daerah mereka itu merupakan pelopor-pelopor utama yang militan baik didalam tindakan penurunan bendera Jepang
menggantikan dengan Sang Merah Putih maupun dalam mengambil alih kekuasaan dari Tentara Jepang.
Polri bersama-sama dengan TNI dan Badan-badan Perjuangan lainnya dengan persenjataan yang dapat direbut dari Jepang
menyambut kedatangan tentara sekutu yang membawa NICA dengan pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi diberbagai
tempat diseluruh Indonesia yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Misalnya di Surabaya, untuk menggempur Surabaya tentara Inggris mengerahkan seluruh kekuatannya baik di darat, dilaut maupun
di udara.
Dalam penggempuran tersebut salah satu tempat yang menjadi sasaran musuh adalah Markas Besar Polisi Istimewa Surabaya.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945.
Kesatuan-kesatuan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya beserta anggota-anggota Kepolisian yang bertugas di seksi-seksi Polisi
diseluruh Kota Surabaya bersama-sama dengan pasukan-pasukan perjuangan lainnya melakukan perlawanan yang gigih terhadap
pasukan tentara Sekutu. Tanggal 10 Nopember inilah dijadikan Hari Pahlawan, memang Polisi senantiasa menjadi penjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat walaupun dalam keadaan perang sejarah menunjukan bahwa Polisi kita adalah Polisi yang
dituntut pengabdiannya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan kita, kedaulatan negara dengan demikian
Polisi kita adalah Polisi yang combatan.
Karena itu pada setiap Polri telah diwariskan untuk dimiliki nilai-nilai kejuangan : nilai-nilai untuk cinta kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia percaya pada kemampuan sendiri, pantang menyerah, rela berkorban dalam pengabdiannya kepada Nusa dan
Bangsa.
3
SERAGAM POLRI
Mencerminkan Hirarkhi
TANDA PANGKAT Kemampuan / keahlian
Keabsahan wewenang dan tanggung jawab • DENGAN BERSERAGAM
(Ta/Ba Polri tanda pangkatnya dipundak sama dgn Pa SETIAP ANGGOTA
DIDORONG
menunjukkan semua anggota Polri mempunyai tanggung jawab
BERPENAMPILAN
sendiri-sendiri)
TANDA JABATAN KOREK DAN
Tanggung jawab dikaitkan dengan jabatan yang dipangkunya BERTINGKAH LAKU ETIS
• DGN SERAGAM TANPA
Bintang tiga mengartikan Tri Brata sbg sumber kode etik BICARA PENAMPILAN
profesi Polri. Bintang bersudut lima berarti Tri Brata dijiwai ANGGOTA PLRI
Pancasila. DITENGAH
Perisai – Pelindung MASYARAKAT TELAH
EMBLEM Obor – memberi penerangan MEMANCARKAN
Tiang – Pilar negara WIBAWA PETUGAS YG
Tangkai Padi – kesejahteraan masyarakat MEMBERIKAN DAMPAK
PSICHOLOGIS KEPADA
Jumlah tangkai Padi dan Kapas menunjukkan diangkatnya Kepala
ANGGOTA
Kepolisian Negara tanggal 29 September 1945 MASYARAKAT
Rastra Sewa Kottama – menunjukkan Brata pertama dari Tri
SEKITARNYA
INDUK SAT Brata / Polri sbg abdi utama daripada Nusa dan Bangsa.
Menunjukkan Induk kesatuan dari anggota yang bersangkutan • DENGAN SERAGAM
MASYARAKAT CEPAT
MENGETAHUI
NAMA Menunjukkan identitas Pribadi dari anggota KEBERADAAN
ANGGOTA POLRI
• SERAGAM ADALAH
TANDA JASA Tanda kehormatan yang diberikan negara atas pengabdiannya KEBANGGAN BAGI
pada Negara dan Bangsa ANGGOTA
3
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada :
1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan
(persuation), perundingan (negosiation), dan penengahan (mediation).
3
2. Menguasai ketentuan-ketentuan hukum / peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan senjata
api termasuk pula kumpulan standard, panduan dan instrumen internasional dari PBB antara
lain :
a. Pedoman tindak tanduk untuk para penegak hukum (code of conduct for law enforcement
officials).
b. Prinsip-prinsip dasar penggunaan senjata api oleh petugas penegak hukum (basic
principals for the use of force and fire arm by law enforcements officials).
5. Dilengkapi oleh Pimpinan kepada anggota yang bertugas berbagai senjata api dan amunisi
yang memungkinkan penggunaan persenjataan / agar tidak mematikan / melukai.
3
BAB IV
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI
POLRI
1.TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
2. MASYARAKAT
3. DEMOKRATISASI, HUKUM dan HAM
4. ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
5. KETERBATASAN POLRI
3
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan
hukum, memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga
masyarakat senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman
masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel
yang ada pada Polri.
2. Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif
terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi.
b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
4. Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat).
b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana
keberhasilan Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
5. Karena tugas Polisi pada hakekatnya adalah tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat maka paradigma Polri harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
3
DEMOKRASI INDONESIA ?
an
atan
dijalankan
negara di
sesuai
bawah
dengan
kontrolhukum
kekuasaan kehakiman
UUD yang
Pembagian
efektif
positif menjamin HAM kekuasaan
us berdasarkan
Sebagaihukum
penegak
positif
hukumdan menjunjung
Polri menindak
tinggi
pelanggaran-
HAM pelanggaran hukum yang terjadi
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai
dengan HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh, maka
Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan
yang senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
5. Tugas Polri untuk menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas pada hakekatnya adalah tugas
untuk menegakkan HAM itu sendiri.
4
a. Masyarakat sering menuntut HAM untuk ditegakan tetapi mereka sendiri melakukan tindakan-
tindakan yang melanggar HAM orang lain. Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa
disamping mereka memiliki HAM, mereka juga memiliki kewajiban azasi manusia. Kebebasan
azasi seseorang dibatasi oleh hak azasi orang lain. Dilapangan banyak dijumpai tindakan-tindakan
masyarakat yang menghakimi sendiri dan melawan serta menentang petugas.
b. Sebagai akibat tuntutan yang tinggi masyarakat terhadap HAM, masyarakat menyoroti setiap
tindak tanduk Polri, sehingga seolah-olah tindakan Polri semua salah, tindakan Polri tidak ada yang
benar. Hal ini menimbulkan dampak ada kecenderungan dari anggota Polri ragu dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini perlu dihayati semua anggota Polri bahwa tidak perlu ragu-
ragu bertindak melaksanakan tugas sepanjang dalam penggunaan kekuasaan atau wewenang
Polri senantiasa memegang azas legality, necesity, proporsionality serta etis.
c. Dalam Era globalisasi sekarang ini dimana mobilitas orang sekarang ini sangat tinggi maka setiap
orang yang berada di yuridiksi Indonesia tidak hanya warga negara Indonesia tetapi juga warga
negara asing harus tunduk pada hukum Indonesia, karena itu tuntutan untuk menjunjung tinggi
HAM bukan hanya masyarakat Indonesia tetapi juga merupakan tuntutan dunia internasional,
karena itu Polri dalam menegakkan hukum disamping landasan hukum positif yang ada juga
memperhatikan ketentuan-ketentuan internasional dibidang HAM.
41
2. Polri memiliki pendidikan kejuruan, adapula pendidikan keahlian seperti PTIK serta
ada juga pendidikan-pendidikan seperti : Selapa, Sespim Polri, Sespati Polri
Jadi ciri-ciri yang dimiliki Polri telah memiliki ciri-ciri profesional seperti pada buku biru
Agar memenuhi ciri-ciri profesional menurut Ledge Exley serta Donald C Whitlam perlu harus betul-betul dapat
diwujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan, ketaatan akan kode etik, meningkatkan
Kebanggan profesi, bertanggung jawab penuh atas keahlian profesi, senantiasa secara terus menerus
meningkatkan Keahlian serta ilmunya, meningkatkan control yang efektif terhadap tingkah laku anggota.
4
POLRI MANDIRI
Kemandirian struktural : telah
tercapai dgn mandirinya Polri Kemandirian adalah kebanggan yg
terpisah dari Mabes TNI dan harus diiringi dgn tanggung jawab yg
Dep. Han dan langsung berada lebih besar dari kemandirian harus dapat
di bawah Presiden diwujudkan secara konkrit di lapangan
dlm wujud kinerja Polri yg lebih baik
sehingga masyarakat lebih merasa
dilindungi, dilayani dan diayomi oleh
Polri. Hari ini lebih baik dari kemarin dan
Kemandirian moral anggota hari esok lebih bagus dari hari ini
KEMANDIRIAN Polri (???)
Kemandirian Polri adalah otonomi dalam pelaksanaan tugas profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur
tangan lembaga lain
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati serta dijunjung tin
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana Jaksa dan Hakim aga
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang melanggar norma
6. Tugas Polri menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas merupakan tugas yang strategis dengan kewenangan yang lua
4
KETERBATASAN POLRI
1. Keterbatasan POLRI dan integrasi Polri dalam ABRI :
a. Personil
1) Jumlah personil kurang
2) Profesionalisme rendah
b. Anggota POLRI kecil akibat daripada metode operasi dimana operasi Kamtibmas merupakan sub sistim dari
operasi Kamdagri. Operasi Kamtibmas sejajar dengan Operasi Terr, OPS Pur dan Operasi Intel. Semua bentuk
Operasi itu dibawah Kodal Pangab, sedangkan Operasi Kepolisian hanya merupakan Operasi rutin yang tidak
didukung dengan anggaran.
c. Saran dan prasarana serta Alut Polri sangat kecil.
2. Dengan adanya reformasi maka secara struktural Polri telah mandiri lepas dari Dephan / Mabes TNI, berdiri sendiri
langsung di bawah Presiden serta anggaran dukungan untuk Polri sudah jauh meningkat.
3. Dalam kaitan ini Polri harus dapat menunjukan pengabdian karya nyata yang dirasakan oleh masyarakat semakin
meningkat, kalau masih dirasakan adanya kekurangan harus dijadikan tantangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya
sehingga walaupun masih ada keterbatasan Polri mampu mempersembahkan kinerja yang jauh lebih baik daripada
sebelumnya.
5. Untuk itu dituntut Polri yang efisien, efektif, membuat prioritas, hemat.
4
BAB V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS
PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. TINDAKAN POLRI
2. BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
3. TINDAKAN YANG BENAR
4. ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
5. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
6. RAMBU-RAMBU/UKURAN TENTANG KEABSAHAN
BEBERAPA TINDAKAN POLRI
7. ASAS-ASAS MORAL POLRI
8. ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
9. PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN
DEMOKRATIS
47
Tindakan Polri
Preventif langsung
Preventif
Bentuk- bentuk Tindakan
Preventif tdk langsung
Asas legalitas
Asas kewajiban
Asas-asas
Asas Partisipasi
umum
pelaksanaan Asas Preventip
tugas Polri Asas Subsidiaritas
Asas Oportunitas
48
Prinsip-prinsip legalitas
dasar
nesesitas
penegakkan
hukum proporsionalitas noodzakelijk
zakelijk
Keabasahan atas kewajiban umum dolmatig
kepolisian
evenridig
Lambang Polri
Lafal Sumpah
Asas-asas dan Norma moral Polri
Pedoman Karya Catur Prasetya
Asas Akuntabilitas
5
BAB VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
a. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
b. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
c. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
5
LANDASAN YURIDIS
a. Undang-undang yang menjadi landasan Yuridis dalam pelaksanaan tugas Polri yang syarat dengan nilai-
nilai moral yang harus dipedomani Polri :
1) Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
2) Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
4) Berbagai Undang-Undang lainnya.
LANDASAN KEBIJAKAN
a. Landasan kebijakan :
1) Cita-cita nasional yang termuat dalam UUD 1945.
2) Indonesia negara demokratis yang berdasarkan hukum ( pasal 1 (1) dan pasal 1 (3) UUD 1945).
c. Kebijakan yang menyangkut Polri, karena itu semua kebijakan yang menyangkut Polri diarahkan untuk
membangun Polri yang kuat, mandiri dan profesional agar dapat mengawal pelaksanaan demokrasi
dan pencapaian cita-cita nasional.
5
d. Institusi-institusi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tugas Polri adalah :
1) DPR :
a) Membuat Undang-Undang
b) Menetapkan Anggaran
c) Persetujuan Kapolri yang akan diangkat oleh Presiden
2) Pemerintah / Presiden :
a) Kebijakan yang menyangkut Polri
b) Peraturan Pemerintah yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri.
c) Mengangkat Kapolri setelah mendapat persetujuan DPR.
4) Kapolri
a) Kebijakan teknis Polri.
b) Hubungan kerja dengan Badan, Lembaga serta instansi didalam dan luar negeri.
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. KEBEBASAN
2. KEWAJIBAN
3. HATI NURANI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. TANGGUNG JAWAB
5
KEBEBASAN
1. Kebebasan Struktural
Dengan terpisahnya Polri dengan Dep. Hankam dan Mabes ABRI menjadi institusi yang berdiri sendiri
yang langsung dibawah Presiden.
2. Kebebasan Individual
a. Kebebasan yuridis :
Kewenangan yang diberikan Undang-Undang dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang.
b. Kebebasan fisik Dalam pelaksanaan tugas Polri senantiasa dihadapkan pada ancaman-
ancaman phisik, psikis dan ancaman moral, dihadapkan dengan
c. Kebebasan psikologis godaan-godaan harta, jabatan, dalam bentuk penyanderaan, teror,
godaan-godaan dan janji-janji.
d. Kebebasan moral Untuk itu anggota Polri dituntut memiliki ketangguhan moral, dalam
mengatasi segala bentuk ancaman dan godaan terhadap kebebasan
e. Kebebasan eksistensial anggota Polri.
Merupakan kebebasan tertinggi, kebebasan untuk tetap menjadi dirinya sendiri, dengan teguh memegang
pendiriannya, karena hanya terikat pada kebenaran, kejujuran, keadilan tanpa terpengaruh dan atau mau
dipengaruhi oleh intervensi dari manapun juga. Dia sungguh-sungguh berpikir bebas dan mandiri, ia
berbuat baik bukan pengaruh orang lain tetapi keluar dari kesadarannya sendiri karena kewajibannyalah
yang menuntut dia berbuat seperti itu.
5
KEWAJIBAN
1. Tugas yang diberikan Undang-Undang kepada Polri menjadi kewajibannya untuk diselesaikan secara
baik. Tugas kewajiban yang berat dan beresiko tinggi tersebut maka perlu digaris bawahi pula bahwa
anggota Polri mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri yaitu kewajiban untuk mempertahankan diri.
KEWAJIBAN POLRI
- Thdp. Masy = tugas Polri
- Thdp dirinya sendiri :
mempertahankan
diri.
KEWAJIBAN MASYARAKAT
- Mentaati semua peraturan-peraturan hukum
termasuk mentaati hukum upaya paksa
oleh Polri, sepanjang dilakukan sesuai
ketentuan hukum
6
1. HATI NURANI IALAH : PENGHAYATAN TENTANG BAIK ATAU BURUK BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAH LAKU KONKRIT KITA.
2. HATI NURANI MEMERINTAHKAN ATAU MELARANG KITA UNTUK MELAKUKAN SESUATU KINI DAN
DISINI.
3. HATI NURANI MERUPAKAN INSTANSI YANG MENILAI DARI SEGI MORAL PERBUATAN-
PERBUATAN YANG KITA LAKUKAN.
4. YANG MUTLAK DARI HATI NURANI ADALAH TUNTUTAN UNTUK TIDAK PERNAH MEYELEWENG
DARI APA YANG KITA SADARI SEBAGAI KEWAJIBAN KITA.
6. TIDAK MENGIKUTI HATI NURANI BERARTI MENGHANCURKAN INTEGRITAS PRIBADI KITA DAN
MENGHIANATI MARTABAT TERDALAM KITA.
6
ANALISA
Alt. 1
Alt. ……
Alt. N.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sesuai apa yang disadari oleh hati nurani sebagai kewajiban yang harus diambil.
pangan walaupun pertama-tama kelihatannya kecil tetapi dapat berdampak luas dan fatal
Kewajiban untuk selalu bertindak sesuai hati nurani, tentu tidak menjadi
jaminan bahwa keputusan itu pasti benar.
Pada kenyataannya keputusan yang diambil bisa saja secara obyektif tidak
benar, yang mungkin karena informasi/masukan yang tidak lengkap atau
karena kita sebagai manusia biasa yang tidak ada yang sempurna
anian dan kemantapan moral, dia tidak boleh ragu-ragu, dia harus tegas dan bertanggung jawab atas segala tindakannya
Tetapi keputusan yang salah itu tidak berarti keputusan tersebut secara
moral salah juga
TANGGUNG JAWAB
1. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari kewajiban dan kebebasan yang dimiliki Polri.
2. Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan.
3. Yang dipertanggung jawabkan adalah semua perbuatan dengan segala akibatnya termasuk pula
tidak berbuat yang sebenarnya menjadi kewajibannya dengan segala akibatnya.
4. Tanggung jawab :
a. Tanggung jawab individu :
1) Tanggung jawab hukum :
a) Hukum disiplin
b) Tuntutan pra peradilan
c) Tuntutan perdata / ganti rugi
d) Tuntutan PTUN
e) Tuntutan pidana
2) Tanggung jawab moral
a) Sidang kode etik
b) Penyesalan
b. Tanggung jawab kolektif
Menyangkut nilai-nilai / norma-norma moral, maka tanggung jawab pada hakekatnya adalah
tanggung jawab individu, tetapi kalau ada korban adalah baik kalau Komando membantu menolong,
meringankan beban korban walaupun anggota yang berbuat belum tentu salah.
Secara moral adalah baik, kalau Komando berbuat demikian, lebih-lebih karena Polri adalah
pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.
6
5. Walaupun secara moral yang bertanggung jawab adalah masing-masing individu atas tingkah laku
yang diperbuat akan tetapi kalau kita mau jujur perlu pula dikaji apakah perbuatan / tingkah laku
individu itu tidak ada korelasinya dengan suatu kebijakan yang tidak tepat? Karena itu kalau ada
kasus- kasus besar yang terjadi walaupun berpangkal kepada kesalahan tingkah laku dilapangan perlu
masing-masing mengkaji secara moral pejabat-pejabat yang mengeluarkan kebijakan terkait dengan
kasus tersebut, mulai dari DPR, Presiden, Komisi Kepolisian Nasional, Kapolri, dan Kepala-kepala
Kesatuan Polri.
Kalau memang ada kesalahan dalam kebijakan maka kepada masing-masing pejabat yang terkait
secara moral juga dituntut untuk bertanggung jawab dan kalau memang ada kekeliruan yang harus
dipertanggung jawabkan secara hukum maka pejabat-pejabat yang terkait tersebut juga dituntut berani
mempertanggung jawabkan kebijakannya secara hukum.
Tanggung jawab adalah identitas dari orang yang memiliki kepribadian dengan moral yang
tertinggi dan terhormat.
6
BAB VIII
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIB RATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE
ETIK PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRI BRATA
B. CATUR PRASETYA 45
4. TRI BRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN TR IBRATA
7. HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRIBRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
13. INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
6
PENYIMPANGAN
SALAH/ BURUK PENYIM
PANGAN
KODE ETIK
PEDOMA
N
PERILAKU
ANGGOTA
POLRI
6
BERAT - .…………………
- PELANGGARAN HAM BERAT
AKIBAT PENYIMPANGAN
TERUTAMA PELANGGARAN HAM DAPAT MEMICU KERUSUHAN YANG BISA BERKEMBANG DARI L
TIDAK HANYA MENODAI NAMA BAIK POLRI TETAPI JUGA DAPAT MENGHANCURKAN KEPERCAYA
7 KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/32/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003 TENTANG KODE
ETIK PROFESI POLRI DAN KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/33/VII/2003 TANGGAL 1 JULI
2003 TENTANG TATA CARA SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI.
9. PERATURAN KAPOLRI NO. POL : 7 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG KODE ETIK
PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN KAPOLRI NO. POL
: 8 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI
KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
10. PERATURAN KAPOLRI NO. 14 THN 2011 TGL 1 OKTOBER 2011 TENTANG KODE ETIK
PROFESI POLRI. PERATURAN KAPOLRI NO 19 THN 2012 TGL 4 SEPTEMBER 2012
TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK POLRI
7
DIRUMUSKAN DALAM KODE ETIK PROFESI POLRI YANG MERUPAKAN KRISTALISASI NILAI-NILAI YANG TERK
BAHASA SANSEKERTA
BAHASA BELANDA PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
DAN INDONESIA
1. De Politie is de 1. Polisi itu Rastra Kami Polisi Indonesia
eerste dienar van Sewakottama. Polisi itu • Berbakti kepada Nusa dan Bangsa
landen volk. abdi utama daripada nusa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan
2. De Politie is de dan bangsa. Yang Maha Esa.
eerste burger van 2. Polisi itu Nagara • Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan
den staat. Yanottama. Polisi itu dan kemanusiaan dalam menegakkan
3. De Politie is het warga negara utama dari hukum negara Kesatuan Republik
self discipline pada negara. Indonesia yang berdasarkan Pancasila
organ van het 3. Polisi itu Yana Anucasana dan UUD 1945.
volk De Politieis Dharma. Polisi itu wajib • Senantiasa melindungi, mengayomi &
het geueten van menjaga ketertiban melayani masyarakat dengan
het volk. pribadi dari pada rakyat. keihlasan untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban.
DIUBAH
Polisi adalah
• Rastra Sewakottama, abdi utama dari pada nusa dan bangsa.
• Nagara Yanottama, warga negara teladan dari pada negara.
• Yana Anucasana Dharma wajib menjaga ketertiban pribadi dari pada rakyat.
7
TRI BRATA ADALAH KAUL/IKRAR YANG MERUPAKAN SUATU PERNYATAAN YANG LUHUR DARI
JIWA SENDIRI KARENA TIDAK DAPAT MENYATAKAN LAIN DARI ITU. KAUL BUKAN SUMPAH
KARENA SUMPAH MENGANDUNG UNSUR PAKSAAN DARI LUAR.
MENURUT MAYJEN POL. SOEPARNO SOERIA ATMADJA LATAR BELAKANG TRI BRATA USAHA
MENCARI PEDOMAN BAGI POLRI DALAM :
MENGHADAPI PERUBAHAN MASYARAKAT INDONESIA DARI JAMAN PENJAJAHAN MENJADI NEGARA MERDE
PERUBAHAN JAMAN MODERN YANG MENUNJUKKAN ADANYA PERUBAHAN DARI
MASYARAKAT LAISER FAIRE KEPADA MASYARAKAT BERENCANA YANG DEMOKRATIS.
7
HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN NEGARA HUKUM MATERIAL
CORAK POKOK NEGARA HUKUM MATERIAL
HAK UNTUK MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI NEGARA DAN MENDAPAT LINGKUNGAN KEBEBASAN PERORANGAN TERTE
PEMERINTAH MENYAJIKAN JASA- JASA B
ADANYA PERADILAN
ADMINISTRASI PERUBAHAN BUDAYA
7
TRI BRATA
7
PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN SEJALAN DENGAN
PERKEMBANGAN TYPE NEGARA
2. RAPAT DEWAN GURU BESAR PTIK TAHUN 1953 YANG AKAN MEWISUDA MAHASISWA
PTIK ANGKATAN II YANG MEMBUTUHKAN KAUL UNTUK DIUCAPKAN.
3. PERMINTAAN DARI KEPALA POLISI PROPINSI PADA KONFERENSI DI AULA PTIK MEMINTA
KEPADA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA AGAR SUPAYA TRI BRATA ITU TIDAK HANYA DIPAKAI
SEBAGAI IKRAR DAN PEDOMAN HIDUP DARI KELUARGA PTIK SAJA TETAPI SUPAYA TRI
BRATA DIPAKAI PULA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP DARI JAWATAN KEPOLISIAN NEGARA.
4. DIIKRARKAN TRI BRATA PADA 1 JULI 1955 SEBAGAI PEDOMAN HIDUP KEPOLISIAN NEGARA
7
1. TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG BERGUNA SEBAGAI BATU UJIAN DALAM
MEMPERKEMBANGKAN NORMA-NORMA, TETAPI TIDAK DAPAT DITERAPKAN KEPADA
PERBUATAN DALAM KENYATAAN PRAKTEK YANG KONKRIT KARENA SIFATNYA TERLALU
UMUM.
2. TRI BRATA ITU TIDAK MEMBERIKAN SUATU NORMA TETAPI DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA
KEPOLISIAN NEGARA, UNTUK MENJELMAKAN SENDIRI. KALAU KITA BERHADAPAN DENGAN
SUATU MASALAH BAGAIMANA TINDAKAN KITA, KALAU KITA MEMAHAMI SEBAGAI PEDOMAN,
SEBAGAI CITA-CITA IALAH TRI BRATA MAKA CITA MENJADI BEGINSEL DAN BEGINSEL
MENJADI GENERALE NORMA DAN GENERALE NORMA MENJADI CASUS ATAU
CONCRETENORM. INI DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA KEPOLISIAN.
3. TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN LUAS DENGAN SELURUH
KEHIDUPAN KEPOLISIAN SEHARI-HARI.
79
2. SEBAGAI MITHOS
TRI BRATA SEBAGAI MITHOS BERBEDA DENGAN MITHOS PADA UMUMNYA YANG TIDAK
BERDASARKAN KENYATAAN, SEDANGKAN TRI BRATA ADALAH SUATU MITHOS YANG
BERDASARKAN SUATU LOGOS, BERDASARKAN LOGISITERING SERTA RASIONALISATIE DARI
PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI. KARENA ITU PADA UMUMNYA MITHOS DIPERCAYA
KEBENARANNYA YANG TIDAK USAH DIUJI LAGI TETAPI TRI BRATA DIPERCAYA KEBENARANNYA
KARENA BERDASARKAN KENYATAAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ILMIAH DAN MENDALAM
TENTANG PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN.
TRI BRATA SEBAGAI JALAN YANG MERUPAKAN CAKUPAN TYPE IDEAL PERKEMBANGAN FUNGSI
POLISI MAKA DARI LOGOS MENJADI MITHOS SERTA PEDOMAN HIDUP YANG BAIK, DARI
KENYATAAN DAS SEIN MENJADI DAS SOLLEN. MITHOS BERTUJUAN UNTUK MENGGERAKKAN
HINGGA ANGGOTA POLRI TERDORONG UNTUK BERTINDAK SEBAGAI APA YANG TELAH
DITUNJUKKAN OLEH TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP ITU.
8
3. SEBAGAI ETHOS
LOGOS SEPERTI YANG TELAH DIJELASKAN MENJADI SUATU MITHOS YANG MENJADI / MERUPAKAN
PEDOMAN HIDUP DARI SELURUH ANGGOTA POLRI YANG HARUS DITEPATI, MAKA MITHOS ITU
MEMPENGARUHI LEVENSHOULDING DARI MANUSIA DAN DISINI JALAN MEMPENGARUHI DARI
ANGGOTA POLRI LANTAS MENJADI SUATU ETHOS DARI KEPOLISIAN NEGARA. DARI ETHOS ITU
MEMBERIKAN INSPIRASI DAN MEMBERIKAN SUATU ARHEIDSUREUGLE MENJAMIN BAHWA
ANGGOTA POLISI MERASA BANGGA TERHADAP BEROEPSETHIEEKNYA SEBAGAIMANA
TERCANTUM DALAM TRI BRATA.
81
POLISI SEBAGAI ORGAN DARI PADA NEGARA BERTUGAS UNTUK MELAYANI KEPENTINGAN
MASYARAKAT, MENYANGKUT KETERTIBAN DAN KEAMANAN UMUM.
POLISI ADALAH ABDI UTAMA NUSA DAN BANGSA (UTAMA KARENA POLISI ADALAH APARATUR
NEGARA YANG PALING PERTAMA/MEMPUNYAI HUBUNGAN YANG PALING ERAT DENGAN
MASYARAKAT, INGAT AZAS SUBSIDIARITAS).
MELAYANI, MENGAYOMI, MELINDUNGI, PATRIOTISME, CINTA TANAH AIR, CINTA NEGARA KESATUAN REPUBLI
CATATAN
2. PENJELASAN PROF. DJOKO SOETONO, SH DALAM KULIAH DI PTIK “TRI BRATA” SEBAGAI
LOGOS, MITHOS DAN ETHOS MENYATAKAN : “MAKA POLISI SEBAGAI ORGAN DARI PADA
RAKYAT, SEBAGAI HATI NURANI SELALU MEMPERINGATKAN RAKYAT, INI TINDAKAN
KAMU SALAH, TETAPI KAMI ADALAH TIDAK DI ATAS KAMU, KAMI ADALAH SOCIALE
INSTITUT KAMI ADALAH SEBAGAI WARGA NEGARA DARI PADA REPUBLIK INDONESIA.
8
BUKTI SEJAK AWAL TELAH DILETAKKAN LANDASAN DALAM TRI BRATA BAHWA POLRI
HARUS PERTAMA-TAMA MENGUTAMAKAN ORIENTASI PELAKSANAAN TUGASNYA
ADALAH PELAYANAN, PERLINDUNGAN DAN PENGAYOMAN KEPADA MASYARAKAT.
8
ARTI BRATA II
NAGARA YANOTTAMA : WARGA NEGARA TELADAN DARI PADA NEGARA
NEGARA DILIHAT DARI PENGERTIAN GESELLSCHAFT YANG BERSIFAT RASIONAL DIMANA NEGARA
SEBAGAI ORGANISASI YANG TERSUSUN SECARA RASIONAL DIMANA ANGGOTA MASYARAKAT
BERKEDUDUKAN SEBAGAI WARGA NEGARA YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN.
SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK MAKA SENANTIASA MENJUNJUNG TINGGI KAEDAH-KAEDAH
NEGARA.
POLISI ADALAH WARGA NEGARA TELADAN DARI PADA NEGARA : POLISI ADALAH ORANG YANG
DIPERCAYA MENGEMBAN TUGAS UNTUK MENEGAKKAN HUKUM SUPAYA TIDAK TERJADI KRISIS
KEWIBAWAAN MAKA PERTAMA-TAMA DITUNTUT PADA DIRINYA HARUS BERSIH TERLEBIH DAHULU
DAN HARUS MENTAATI SEMUA KEWAJIBANNYA SEBAGAI WARGA NEGARA. KARENA ITU POLISI
HARUS PERTAMA-TAMA MEMBERI CONTOH DAHULU, DIA DITUNTUT UNTUK MENJADI WARGA
NEGARA UTAMA YANG BISA DIJADIKAN TELADAN OLEH MASYARAKAT.
JADI PENGERTIAN TELADAN / UTAMA DISINI BUKAN MERUPAKAN WARGA NEGARA KELAS SATU
YANG MEMPUNYAI HAK LEBIH TINGGI DARI PADA WARGA NEGARA LAINNYA TETAPI WARGA NEGARA
YANG HARUS BISA MEMBERIKAN TELADAN / CONTOH BAGI MASYARAKAT, SEHINGGA MENDORONG
MASYARAKAT UNTUK MEMATUHI HUKUM.
8
PROF. DR. HOTMAN R. SIAHAAN PADA ORASI ILMIAH DIES NATALIS KE-59 PTIK YANG BERJUDUL
PARADIGMA PERPOLISIAN KOMUNITAS MENGANTISIPASI KONFLIK SOSIAL PILKADA PADA HAL
41 MENYATAKAN :
JADI BUKAN HANYA TELADAN DALAM MENTAATI HUKUM SAJA TETAPI LEBIH DARI PADA ITU ADALAH
TELADAN MORALITAS YANG TERCERMIN PADA PERILAKU ANGGOTA POLRI DALAM PELAKSANAAN
FUNGSI DAN TUGAS POLRI SEBAGAI PELINDUNG, PELAYAN, PENGAYOM MASYARAKAT, SEBAGAI
PENEGAK HUKUM DAN MEMELIHARA KAMTIBMAS.
TUGAS POLISI
TUGAS DAPAT DICAPAI KALAU ADA SELF DISIPLIN DARI MASYARAKAT, ADANYA
KESADARAN BERKAIDAH DARI MASYARAKAT.
ADANYA KETERTIBAN PRIBADI DARI MASYARAKAT UNTUK MEMATUHI DAN MENTAATI HUKUM
YANG PADA HAKEKATNYA TERGANTUNG DARI PADA HATI NURANI DARI PADA MASYARAKAT.
TUGAS POLISI ADALAH MENJAGA KETERTIBAN PRIBADI DARI PADA RAKYAT / MENJAGA HATI
NURANI DARI PADA RAKYAT (POLISI ADALAH SELF DISIPLIN MASYARAKAT, POLISI ADALAH HATI
NURANI DARI PADA MASYARAKAT)
TRI BRATA
BRATA I BRATA II BRATA III
(Bhakti) (Dharma) (Waspada)
PREVENTIF,LANGKAH
HANYA KALAU DIPERLUKAN
RELA BERKORBAN, IHKLAS, PATUH PADA HUKUM, MENJUNJUNG TINGGIHAM,MEMBELA KEBENARAN/KEADILAN, KEBA
SENANTIASA SIAP SIAGA,
TIDAK PAMRIH, SETIA, PANTANG PREVENTIF
MENYERAH, MENGUTAMAKAN
PENCEGAHAN
CATUR PRASETYA
CATUR PRASETYA CATUR PRASETYA
INDONESIA
KEDAULATAN POLRI
NEGARA
BENTUK NEGARA KEDAULATAN PASUKAN ADA DI BERDIRI
KESATUAN
KERAJAAN ADA PADA RAJA BHAYANGKARA TANGAN SENDIRI
YANG
RAKYAT/NEGA LEPAS
BERBENTU
RA DARI
K REPUBLIK
DEMOKRATIS TNI
YANG
POLISI/ MENJAGA KETENTRAMAN, BERDASARKAN
BHAYANGKARA KETERTIBAN,
ALAT PENEGAKAN PERATURAN
PENGUASA/ POLRI ADALAH ALAT NEGARA FUNGSI
SEKALIGUS PENGAWAL
RAJA ABDI NUSA & BANGSA YANG POLRI
PRIBADI RAJA DAN
BERTUGAS MELAYANI, FUNGSI
NEGARA MAJAPAHIT
MELINDUNGI, MENGAYOMI, KEAMAN
MEMELIHARA KEAMANAN & AN
KETERTIBAN SERTA
MENEGAKKAN HUKUM
HARUS ADA PENYESUAIAN DALAM MEMBERI ARTI
DARI PRASETYA-PRASETYA DARI CATUR PRASETYA
8
T RABDI
I UTAMA ADALAH GOTONG ROYONG DALAM ARTI SOLIDARISME
JADI MENURUT PROF. DJOKO SOETONO, SH., MELIHAT HUBUNGAN PANCASILA DAN TRI
BRATA SECARA UMUM YANG MENDASAR YAITU GOTONG ROYONG.
JIKA DIADAKAN TINJAUAN TENTANG ISI DARI PADA TRI BRATA MAKA DIDALAMNYA TERSIMPUL
PULA SENDI-SENDI YANG TERDAPAT PADA PANCA SILA SEHINGGA TRI BRATA SEOLAH-OLAH
MENDAPAT SINAR DARI PADA PANCA SILA
DALAM
DALAM MENILAI MUSUH HARUS SELALU HANYAKEN
WASPADA MUSUH TRI
SEHINGGA BRATA
DAPAT MEMBE
DIAMBIL TIN
TRI BRATA TIDAK BOLEH DICERAIKAN DARI CATUR PRASETYA :
BATHIN YANG
MEMBERI JIWAPOTENSIAL
OLEH KARENA SAKING BHAKTINYA, TERLALU DHARMANYA, TERLALU WASPADANYA MAKA TERJADIDANGEMBLENGAN
MEMBAJA TIDAK HANYAKEN MUSUH
SEBALIKNYA JIKA HANYAKEN MUSUH DENGAN MENINGGALKAN TRI BRATA AKANYANG
TERJADI EKSES / DARI
MEMANCAR PELIARAN DI DALAM
KELUHURAN MELAK
JIWA, PA
LAMBANG POLRI
RASTRA SEWAKOTAMA : Abdi utama daripada Nusa dan Bangsa (Brata pertama dari Tri Brata) →
sekalugus pelindung dan pengayom rakyat.
Tidak bertindak dan bersikap sebagai penguasa.
New Modern Police Philosopy “Vigilat Quiescant” (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
PERISAI : Pelindung
TIANG dan OBOR : Penerang, penyadaran hati nurani masyarakat
PANCARAN OBOR : 17 – 8 – 1945 : Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sebagai
pernyataan tidak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
TANGKAI PADI dan KAPAS : Cita-cita bangsa masyarakat adil dan makmur, 20 september 1945
pelantikan Kepala Kepolisian Negara yang pertama.
PERLINDUNGAN
TUNTUTAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI YANG LEBIH PROFESIONAL
TUNTUTAN HAM
REFORMASI
SUPREMASI
HUKUM
LANGKAH PERUBAHAN
DASAR PEMIKIRAN
DIRUMUSKAN SULIT DIMENGERTI
DALAM BAHASA / DIPAHAMI
SANSEKERTA
TRI BRATA
SARAT DENGAN
DIPERLUKAN RUMUSAN DALAM BAHASA INDONESIA YANG LEBIH SEDERHANA DAN MUDAH
FILSAFAT
SEBAGAIMANA TRI BRATA SIFAT CATUR PRASETYA YANG DITULIS DALAM BAHASA
SANSEKERTA MENGUNDANG BANYAK PERTANYAAN TERMASUK PENGERTIANNYA
DALAM BAHASA INDONESIA YANG SELAMA INI DAPAT MENIMBULKAN BANYAK
MAKNA DAN INTERPRETASI
TANPA MENGURANGI MAKNA DARI NASKAH ASLINYA DI SUSUNLAH PERUMUSAN DAN PEMAKNAAN
PEDOMAN LANJUTAN TRI BRATA 7 MEI 58 EMBRIO DARI KODE ETIK POLRI
1 JULI 1960 CATUR PRASETYA
PERKAP NO 14 / 2011
PERUBAHAN/PENYESUAIAN
KODE ETIKA PROFESI
KODE ETIK TIDAK STATIS DISESUAIKAN/DISELARASKAN DENGAN
PERUBAHAN/PERKEMBANGAN JAMAN DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN TUNTUTAN
MASYARAKAT.
EMBANGAN JAMAN/TUNTUTAN MASYARAKAT TERHADAP POLRI
BAGAIMANA PERUBAHANNYA
DIMENGERTI
DIPAHAMI
DISOSIALISASIKAN
DIHAYATI
DIAMALKAN
AIK UNTUK MENSOSIALISASIKAN KODE ETIK PROFESI INI SEHINGGA BETUL-BETUL DAPAT DIMENGERTI, DIPAHAMI
CITRA POLRI
PARTISIPASI MASYARAKAT
10
INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
MASYARAKAT SEMAKIN MAJU DEKLARASI UNIVERSAL TENTANG HAM (THE
SEMAKIN MAJU TATA CARA INTERNATIONAL BILL OF HUMAN RIGHTS)
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEJAHATAN
STANDAR ATURAN MINIMAL PERLAKUAN
TERHADAP NARA PIDANA / STANDAR MINIMUM
SEMAKIN MANUSIAWI DALAM RULES FOR THE TREATMENT OF PRISIONER)
MEMPERLAKUKAN PELAKU
DAN KORBAN KEJAHATAN DEKLARASI ANTI PENYIKSAAN DAN TINDAKAN
ATAU HUKUMAN KEJAM, TIDAK MANUSIAWI ATAU
POLRI HARUS MENGERTI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA
MEMAHAMI STANDAR, (DECLARATION AGINST TURTUNE AND OTHER
PEDOMAN DAN INSTRUMEN- CRUEL, IN HUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR
INSTRUMEN PBB YANG PUNISHMENT)
BERKAITAN DENGAN TUGAS
POLRI BAIK YANG SUDAH PEDOMAN TINDAK TANDUK UNTUK PARA PENEGAK
DIRATIFIKASI/BELUM HUKUM (CODE OF CONDUCT FOR LAW ENFORCEMENT
OFFICIALS)
DENGAN MENGADAKAN DAN MENINGKATKAN KERJASAMA NEGARA-NEGARA DI DUNIA
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGGUNAAN KEKERASAN
DAN SENJATA API OLEH PETUGAS PENEGAK HUKUM
(BASIC PRINCIPLES ON THE USE OF FORCE AND FIRE
ARMS BY LAW ENFORCEMENT OFFICIALS)