Anda di halaman 1dari 9

Acc-13/7/22

OUTLINE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PENULISAN HUKUM

MEKANISME PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK


KEPOLISIAN OLEH KOMISI KODE ETIK POLRI

KONSENTRASI HUKUM ACARA PIDANA

Disusun Oleh :

ATALLA BRILIAN SANTOSA

NIM. 11000119130682

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
I. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1
ayat (3) bahwa, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” 1 Dalam negara
hukum, negara berjalanan dengan adanya peraturan yang harus ditegakkan
sebagai satu keutamaan dibandingkan dengan politik dan ekonomi.
Peraturan tersebut berlaku bagi setiap warga negara tanpa pengecualian.
Penegakkan Hukum sendiri memiliki arti yaitu suatu upaya yang
dilakukan dalam menerapkan hukum baik secara formil ataupun materiel
sebagai suatu keutamaan dari warga negara sebagai subjek hukum dan
aparat negara sebagai penegak hukum, yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan untuk menjamin keberlangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara.2
Untuk berjalannya hukum dan peraturan dalam suatu negara
diperlukan adanya aparat penegak hukum sebagai pemegang barisan
paling depan dalam menegakkan hukum. Aparatur penegakan hukum
mencakup pada institut dan juga aparat penegak hukum. Dalam arti
sempit, aparat penegak hukum itu mencakup saksi, kepolisian, jaksa,
hakim, dan petugas sipir pewarga negaraan.3 Aparat penegak hukum dapat
dikatakan sebagai tonggak utama dari terjaminnya pelaksanaan
penegakkan hukum yang baik di Indonesia. Apabila aparatur penegak
hukumnya saja lemah, maka hukum akan berjalan secara tidak efektif. Di
negara hukum, puncak dari kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
keberhasilan penegakkan hukum, baik dimulai dari tahap perencanaan
hukum, proses pembuatan hukum, penegakkan hukum dan evaluasi
hukum. Maka dari itu peran dari aparat penegak hukum sangat penting
untuk menjamin kepastian hukum di Indonesia.

1
Pemerintah RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Lembar Negara
Republik Indonesia, No. 75, 1959.
2
Nurbadri, Penegakan Hukum, Makalah Hukum, 2016, Hlm 3.
3
Faizal, Liky, Perilaku Penegak Hukum menuju Penegakan Hukum Progresif dalam Persfektif
Pembangunan Hukum Nasional, Jurnal Hukum, Vol 5, No. 1, 2012, hlm 4.

2
Tidak sedikit kasus pelanggaran yang dilakukan oleh penegak
hukum, baik itu berada pada ranah kode etik atau bahkan telah merambah
ke arah pidana. Jumlah pelanggaran yang cukup tinggi yang datang dari
penegak hukum menjadikan krisis kepercayaan dari warga negara terhadap
penegakan hukum di Indonesia. Aparat penegak hukum yang seharusnya
dibentuk untuk dijadikan panutan dalam menegakkan hukum serta menjadi
pelindung bagi warga negara dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar
terpenuhi asas keamanan, kepastian hukum, serta keadilan. Pelanggaran
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dikarenakan rendahnya
integritas moral, kredibilitas, profesionalitas serta kesadaran dari aparat
penegak hukum.4
Salah satu aparat yang berada di tengah masyarakat dan memiliki
peran yang sangat penting dalam menegakkan hukum di Indonesia adalah
Kepolisian Republik Indonesia. Kepolisian merupakan alat negara yang
menjalankan fungsi pemerintahan pada bidang keamanan dan ketertiban
yang dilakukan dengan cara mengayomi warga negar. Polisi juga bertugas
dalam memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap warga negara,
terutama pada bidang penegakkan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal
4 Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.5
Dalam dunia kepolisian, bersinggungan dan berhadapan dengan
warga negara sudah menjadi hal biasa karena memang tugas utama dari
Polri itu melayani warga negara. Kedekatan ini menjadi rawan dalam hal
pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Polri selama menjalankan
tugasnya, karena meras memiliki kekusaan lebih dari pada warga negara
biasa. Padahal harusnya justru mereka yang menjadi pelindung keamanan
dan ketertiban warga negara, yang sudah jadi tugas utama untuk memberi
rasa aman kepada warga negara. Untuk mencegah tindak pelanggaran atau

4
Ibid, hlm 5.
5
Pemerintah RI. Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2002, Lembar Negara Republik
Indonesia, No 4168, Tahun 2002.

3
kesewenang-wenangan dari Kepolisian, disusunlah kumpulan norma
aturan yang biasa disebut dengan etika profesi.
Kode Etik Profesi Kepolisian diatur dalam Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol 7 Tahun 2006 tentang
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dengan
dibentuknya kode etik profesi kepolisian, maka Polisi dalam menjalankan
tugasnya tidak hanya mengedepankan keahlian yang dimiliki, tetapi juga
memperhatikan perilaku dan sikap diri dalam berhadapan langsung dengan
warga negara. Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
memiliki tugas untuk mengatasi tindak kejahatan untuk melindungi warga
negara dari keadaan berbahaya. Oleh karena itu Polisi diizinkan untuk
bertindak keras kepada pelaku kejahatan jika diperlukan, demi melindungi
warga negara. Hal tersebut juga tentunya dengan tetap memperhatikan
prosedur yang ada, tidak semata-mata segala tindakan harus diselesaikan
dengan kekerasan. Misalnya menembak bagian tertentu untuk mencegah
kaburnya pelaku tindak pidana. Jadi dapat disimpulkan segala tindakan
yang dilakukan Kepolisian sebagai aparat penegak hukum, harus tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta juga
berpedoman pada kode etik profesi kepolisian.6
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, aparat penegak hukum
sangat mudah untuk melakukan pelanggaran dikarenakan perilakunya
dalam mengayomi warga negara. Oleh Karena itu dibuatlah peraturan
yang mengatur tata cara berperilaku dari Kepolisian yang diatur dalam
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol 7 Tahun
2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tetapi hadirnya Kode Etik Profesi ini belum serta merta dapat mereda
tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Kepolisian. Maka dari
itu, penulis mengangkat tema penelitian dengan judul “MEKANISME

6
Situmorang, Lindu Harapan, Fungsi Kode Etik Kepolisian dalam Mencegah Penyalahgunaan
Wewenang sebagai Aparat Penegak Hukum, Jurnal Hukum, 2016, hlm 2.

4
PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK KEPOLISIAN
OLEH KOMISI KODE ETIK POLRI.”
II. Permasalahan
Dari uraian latar belakang yang sudah penulis jabarkan, ditemukan
beberapa permasalahan yang akan penulis bahas, antara lain :
1. Bagaimana cara menerapkan sanksi atas pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh Kepolisian ?
2. Bagaimana peran Komisi Kode Etik Polri dalam menyelesaikan
pelanggaran kode etik kepolisian ?
III. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
menggunakan metode penelitian hukum empiris dimana penulis
melakukan penelitian langsung di lapangan, yaitu dengan mencari
bukti-bukti dan fakta-fakta yang ada pada objek penelitian di lapangan.
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum empiris, maka data yang digunakan adalah
data primer yang diperoleh dari masyarakat sebagai data utama dan
juga data sekunder dari bahan hukum yang digunakan sebagai bahan
pendukung.
a) Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langung di lapangan. Dalam memperoleh data primer, penulis
melakukan pengamatan langsung di lapangan dan juga wawancara
terhadap responden dan/atau narasumber yang menjadi sumber
informasi di lapangan.
b) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh
melalui studi kepustakaan yaitu yang mengikat dan memiliki
kekuatan hukum. Dalam penelitian empiris, data sekunder
digunakan untuk pendukung data primer. Adapun data sekunder
terdiri dari bahan primer, sekunder, dan tersier :
● Bahan Primer

5
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana;
4) Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2002.
5) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
No. Pol 7 Tahun 2006.
● Bahan sekunder, yang memberi penjelasan tentang bahan
hukum primer yaitu buku yang berkaitan dengan penelitian
artikel dan jurnal hukum, skripsi, tesis, serta disertasi hukum.
● Bahan tersier, yang memberi petunjuk pada penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Bahasa
Inggris.
3. Metode Pengumpulan Data
a) Pengamatan. Metode pengamatan biasa juga disebut dengan
observasi. Pada metode ini, pengumpulan data menggunakan cara
mengamati secara langsung dilapangan terhadap objek yang sedang
diteliti guna mendapatkan fakta dan bukti sehingga data yang
digunakan valid.
b) Wawancara. Metode wawancara memerlukan responden dan/atau
narasumber yang berkaitan dengan tema yang diusung. Wawancara
yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yang
memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang dapat
terus dikembangkan secara langsung pada saat wawancara.
c) Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dalam
memperoleh data sekunder yang digunakan sebagai data
pendukung. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara menguji
peraturan perundang-undangan yang terkait seperti undang-

6
undang, peraturan menteri, putusan hakim, dan peraturan-peraturan
lainnya yang menunjang tercapainya penelitian.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh baik dari pengamatan, wawancara, dan studi
kepustakaan akan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Metode ini dilakukan dengan melakukan seleksi terhadap data yang
diperoleh dari penilitian berdasarkan pada kualitas dan kebenaran data,
yang dikaji menggunakan peraturan perundang-undnagan yang terkait
dengan tema pembahasan. Dalam metode kualitatif, tidak ada data
yang disajikan melalui statistika atau tidak ada data yang disajikan
dalam bentuk angka.
IV. Daftar Pustaka Sementara
Buku dan Jurnal
Nurbadri, Penegakan Hukum, Makalah Hukum, 2016, Hlm 3.
Faizal, Liky, Perilaku Penegak Hukum menuju Penegakan Hukum
Progresif dalam Persfektif Pembangunan Hukum Nasional, Jurnal
Hukum, Vol 5, No. 1, 2012, hlm 4.
Situmorang, Lindu Harapan, Fungsi Kode Etik Kepolisian dalam
Mencegah Penyalahgunaan Wewenang sebagai Aparat Penegak
Hukum, Jurnal Hukum, 2016, hlm 2.
Siallagan, Haposan, Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia, Jurnal
Hukum, Vol. 18, No. 2, 2016, hlm. 136.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

7
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol 7 Tahun
2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai