Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Negara hukum adalah negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum dan Hak Asasi

Manusia (HAM), hal ini dikarenakan hukum dan HAM saling berkaitan satu sama lain.

Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal mengenai perlindungan terhadap

HAM. Indonesia menjunjung tinggi prinsip kesederajatan bagi setiap orang di hadapan

hukum.

Sehubungan dengan prinsip tersebut, dalam pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar

1945 diatur tentang hak setiap orang atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

Berdasarkan asas diatas, hukum acara pidana di Indonesia mengharuskan

pemerintah untuk memberikan hak perlindungan dan perlakuan yang sama dalam

hukum.

Pemenuhan hak tersebut dalam hal ini diwakilkan oleh aparat penegak hukum.

Setiap aparat penegak hukum di Indonesia, khususnya pihak kepolisian memiliki tugas

untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta berkewajiban untuk

menghormati, melindungi, dan menegakkan hak asasi manusia (selanjutnya disingkat

HAM).

HAM di Indonesia diatur dalam beberapa aturan, diantaranya adalah UUD 1945

Pasal 28 A-J, UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU Nomor 26

Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan Perkap Nomor 8 Tahun

Dalam Perkap Nomor 8 Tahun 2009 telah diatur prinsip-prinsip perlindungan

HAM, yaitu pada Pasal 3 disebutkan 12 macam prinsip perlindungan HAM, meluputi:2
a. Perlindungan minimal;

b. Melekat pada manusia;

c. Saling terkait;

d. Tidak dapat dipisahkan;

e. Tidak dapat dibagi;

f. Universal;

g. Fundamental;

h. Keadilan;

i. Kesetaraan/persamaan hak;

j. Kebebasan;

k. Non-diskriminasi; dan

l. Perlakuan khusus bagi kelompok yang memiliki kebutuhan khusus (affirmative

action).

Salah satu prinsip yang diatur dalam Pasal 3 tersebut adalah Prinsip Non-

diskriminasi.non-diskriminasi berarti tidak membedakan perlakuan dalam segala hal

ihwal yang berhubungan dengan warga.

Upaya paksa ini merupakan upaya yang dibenarkan oleh Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP).

Ini merupakan salah satu alasan lahirnya Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia juga mengatur

mengenai hal tersebut, yaitu pada Pasal 33 ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang

berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam, tidak

manusiawi atau merendahkan derajat dan martabat manusia.


Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka, Penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “PELAKSANAAN PERATURAN KEPALA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (PERKAP) NOMOR 8 TAHUN

2009 TENTANG IMPLEMENTASI PRINSIP DAN STANDAR HAK ASASI

MANUSIA DALAM PENYELENGGARAAN TUGAS KEPOLISIAN PADA TAHAP

PENYIDIKAN

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi

Prinsip Dan Standar HAM Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian pada tahap

penyidikan di Polresta Padang?

2. Bagaimana akibat hukum apabila penyidik melakukan pelanggaran terhadap

Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip Dan Standar HAM

Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian?

3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh penyidik dalam melaksanakan Perkap

Nomor 8 Tahun 2009 Implementasi Prinsip Dan Standar HAM pada tahap

penyidikan?

C. Tujuan Penelitian

1. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pelaksanaan dari Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Implementasi Prinsip Dan Standar HAM Dalam Penyelenggaraan Tugas

Kepolisian pada tahap penyidikan di Polresta Padang.

2. Untuk mengetahui akibat hukum apabila penyidik melakukan pelanggaran

terhadap Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip Dan Standar
HAM Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian.

3. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh penyidik dalam

melaksanakan Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip Dan

Standar HAM pada tahap penyidikan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

hukum pada umumnya dan Hukum Acara Pidana khususnya serta

tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan Perkap Nomor 8 Tahun

2009 tentang Implementasi Prinsip Dan Standar Hak Asasi Manusia

Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi aparat

penegak hukum dalam penegakan hukum pidana terkait pelaksaan

Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip Dan Standar

Hak Asasi Manusia Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian pada

tahap penyidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu hukum

Manusia sebagai mahluk sosial selalu mempunyai kecendrungan untuk

berkumpul dan bergaul dengan orang yang ada disekitarnya, manusia yang satu

(individu) dengan manusia yang lain jika bergaul dan berkelompok akan

membentuk komunitas masyarakat dalam masyarakat, manusia selalu

berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan interaksi atau

kontak.

Keadaan sosial pada hakekatnya merupakan perumusan suatu pandangan

mengenai perilaku atau sikap yang dianjurkan, lebih lanjut menurut Soedikno

Merto Kusumo, kaedah-kaedah sosial sanksinya tidak dirasakan secara langsung

dan cukup memuaskan sehingga dirasakan kurang cukup dalam memberikan

jaminan perlindungan bagi kepentingan manusia.

B. Sekilas mengenai HAM

Menurut Jack Donelly Hak Asasi Manusia itu melekat pada kodrat manusia

sendiri oleh karena itu landasan Hak Asasi Manusia adalah :

- Landasan yang langsung dan yang pertama adalah kodrat manusia

- Landasan yang kedua dan yang lebih dalam : Tuhan menciptakan manusia

yang menghendakinya supaya manusia yang diciptakannya itu mencapai

kesempurnaannya.
C. Bagaimana agar hukum dan ham bekerja dengan baik

Tawaran perubahan dan pembaharuan dalam bidang hukum terus bergema

dengan kondisi keterpurukan hukum, baik dilakukan oleh lembaga swadaya

masyarakat, organisasi-organisasi masa rakyat, akademis, dan politisi, yang

kesemuanya prihatin dengan sistem hukum yang ada. Reformasi sistem hukum

menjadi wacana hangat yang patut disambut baik demi perbaikan kondisi bangsa

ini.

Sebab semuanya sepakat hukum menjadi salah satu penetu perbaikan

bangsa di atas moralitas dan kepribadian masyarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai suatu negara hukum maka sudah selayaknya manusia menghormati

dan menerapkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara tetapi kenyataan yang terjadi adalah banyak terjadi diskriminasi dalam

penerpan prinsip-prinsip negara hukum yang dilakukan oleh aparat penegakan

hukum, hal ini menimbulkan ketidak puasan masyarakat terhadap kinerja aparat

penegak hukum, dan dari tumpukan kekecewaan tersebut, memunculkan sikap

main hakim sendiri didalam masyarakat dalam mewujudkan rasa keadilan

masyarakat.
Nama anggota kelompok 3:

1. Margareta.

2. Lastri

3. Yahupa

4. Dimas

5. Resdi

6. Nadia

7. Alberto

8. Yoris

9. Stevi

Tema:

Bagaimana permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam

rangka penegakan hukum dan HAM.

Anda mungkin juga menyukai