Anda di halaman 1dari 28

PEMBERDAYAAN POLISI PARIWISATA POLDA X

GUNA TERCIPTANYA IKLIM WISATA YANG AMAN DAN NYAMAN


DALAM RANGKA MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI POLRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat, Kapolri sebagai pimpinan
Polri telah mengambil kebijakan dan menindak lanjuti dengan mendesain
melalui grand strategi tahun 2005 2025.

Seiring dengan grand strategi Polri

tersebut Kapolri telah menentapkan langkah-langkah melalui transformasi


perubahan kultur Polri yaitu melalui 9 (sembilan) pilar reformasi birokrasi Polri
dan menjadi acuan bagi perwujudan Reformasi Birokrasi di jajaran wilayah
hukum yang ada di Indonesia dalam hal ini Polda sebagai satuan induk penuh.
Reformasi di tubuh Polri telah membawa beberapa perubahan terutama
pada bidang struktural sebagaimana diatur dalam peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang susunan organisasi
dan tata kerja pada tingkat kepolisian daerah (Polda), dimana beberapa fungsi
operasional mengalami likwidasi menjadi satuan kerja tersendiri salah satunya
adalah Direktorat Pengamanan Obyek Vital yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan
fasilitas, materiil logistik, kegiatan didalam fasilitas lembaga Negara, perwakilan
Negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang
memerlukan pengamanan khusus.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Republik
Indonesia menyatakan bahwa Tugas Pokok Polri adalah memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat"..
Tugas pokok Polri tersebut dilaksanakan melalui kegiatan pre-emtif,
preventif dan penegakan hukum untuk mewujudkan situasi keamanan dan

2
ketertiban masyarakat dalam rangka menunjang seluruh proses pembangunan
nasional agar dapat berjalan aman dan lancar.
Pesatnya perkembangan industri pariwisata membawa konsekuensi
bahwa keamanan dan pengamanan wisatawan menjadi salah satu prioritas bagi
aparat kepolisian, artinya predikat Banten sebagai kota tujuan wisata harus
diimbangi dengan stabilitas keamanan yang kondusif. Hal tersebut menjadi salah
satu Tupoksi Direktorat Pamobvit dalam hal ini Subditwisata.
Dalam rangka mewujudkan keamanan dibidang kepariwisataan, perlu
suatu managemen keamanan yang baik dan efektif guna pemenuhan rasa aman
dan nyaman pada kawasan/obyek wisata, kepada pengunjung (wisatawan
nusantara dan wisatawan mancanegara), terhadap otoritas pengelola industri
pariwisata, pedagang, serta masyarakat sekitar objek wisata. Oleh karena itu
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki
kompetensi atau kualifikasi khusus dibidang Pamobvit sehingga pemberdayaan
polisi pariwisata dalam pelaksanaan Tupoksi dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien.

2.

Pokok Permasalahan.
Dari judul dan latar belakang di atas maka pokok permasalahannya
adalah: Bagaimana pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam mendukung
iklim pariwisata yang aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan
Reformasi Birokrasi Polri ?.

3.

Pokok-pokok Persoalan.
Dari permasalahan tersebut di atas maka yang menjadi pokok persoalan
adalah :
a.

Bagaimana Pengamanan obyek wisata oleh Polisi Pariwisata saat ini?

b.

Bagaimana kondisi Pengamanan obyek wisata oleh Polri yang


diharapkan?

c.

Pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam mendukung iklim pariwisata yang


aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi Polri?

3
4.

Ruang Lingkup.
Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan naskah karya perorangan
(NKP) ini dibatasi pada pembahasan tentang bagaimana pemberdayaa Polisi
pariwisata terhadap pengamanan obyek wisata serta aktifitas wisatawan dalam
rangka mewujudkan reformasi birokrasi Polri di wilayah hukum Polda Banten.

5.

Maksud dan Tujuan.


a.

Maksud.
Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
pemberdayaan polisi pariwisata dalam mendukung iklim priwisata yang
aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan

Reformasi Birokrasi

Polri.
b.

Tujuan.
1)

Penulisan NKP ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada


pimpinan Polri dalam menentukan kebijakan lebih lanjut tentang
pemberdayaan polisi

pariwisata dalam mendukung iklim

pariwisata yang aman dan nyaman.


2)

Penulisan NKP ini untuk memenuhi persyaratan test mengikuti


pendidikan Sespimmen Polri Dikreg ke 52 T.P. 2012.

6.

Metode dan Pendekatan.


a.

Metode.
Penulisan NKP ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu
metode yang menggambarkan, mencatat dan menganalisa serta
menginterprestasikan kondisi yang terjadi, untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan saat ini dan melibatkan kaitan-kaitan antara variabel
yang ada.

b.

Pendekatan.
Pendekatan dalam NKP ini adalah menggunakan pendekatan
interdisipliner dan cross disipliner.

Pendekatan interdisipliner adalah

pendekatan dalam pemecahan masalah dengan menggunakan sudut


pandang ilmu serumpun yang relevan dan terpadu, sedangkan cross

4
disipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan dua atau lebih, rumpun ilmu yang relevan.
7.

Tata Urut.
BAB I

: PENDAHULUAN

BAB II : LANDASAN TEORI


BAB III : KONDISI POLISI PARIWISATA SAAT INI
BAB IV : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BAB V : KONDISI
PENGAMANAN
DIHARAPKAN.
BAB VI : PEMBERDAYAAN

POLISI

OBYEK

WISATA

PARIWISATA

YANG

DALAM

KAMTIBMAS GUNA TERCIPTANYA IKLIM WISATA


YANG

AMAN

DAN

NYAMAN DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI POLRI


BAB VII : PENUTUP

8.

Pengertian-pengertian
a.

Pemberdayaan
Kata Pemberdayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara
harfiah berasal dari kata daya yang mendapat awalan ber yang menjadi
kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan.

b.

Polisi Pariwisata (Police Tourism)


Polisi Pariwisata adalah anggota Polri yang bertugas mengamankan
orang, fisik/benda, dokumen/informasi dan kegiatan dalam usaha
pariwisata

c.

Kepariwisataan
adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang
bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan

5
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Pengusaha
d.

Kamtibmas
Pengertian Kamtibmas menurut Dr. Bibit Samad Rianto dalam
bukunya Transofrmasi Polri menuju Polri yang professional, mandiri,
berwibawa dan dicintai rakyatnya, Kamtibmas diartikan suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai satu persyaratan terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang
ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, tegaknya hukum, serta
terbinanya ketentraman masyarakat.

e.

Reformasi Birokrasi Polri


Dalam Road Map Reformasi Birokrasi Polri (RBP), RBP merupakan
transformasi di semua aspek dalam manajemen pemerintahan menuju good
governance dan clean government yang dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah termasuk Institusi Polri

6
BAB II
LANDASAN TEORI

1.

Teori Manajemen SDM


Judul karya tulis diawali dengan kata "pemberdayaan", yang pada intinya
merupakan bagian dari kegiatan manajemen untuk meningkatkan kompetensi
sumber daya rnanusia. Dengan kata lain, pemberdayaan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan demikian
teori ini digunakan untuk menganalisis proses pemberdayaan fungsi dan peran
Polisi Pariwisata (sebagai SDM yang menjadi obyek bahasan dalam karya tulis
ini),
Prof. DR. Awaloedin Djamin (1995: 9) mendefinisikan bahwa
manajemen

personil

(SDM)

merupakan

"Pendayagunaan,

pembinaan,

pengaturan, dan pengembangan pegawai baik yang berstatus sebagai buruh,


karyawan maupun pegawai dengan segala aktivitasnya dalam usaha mencapai
efisiensi dan efektivitas yang maksimum sesuai dengan harapan dan sistem yang
mengikatnya".
Pemberdayaan fungsi dan peran terhadap satuan tugas tertentu, dengan
demikian merupakan bagian dari proses manajemen SDM yang berorientasi agar
kinerja satuan tugas tersebut mengalami peningkatan dan akhirnya mampu
memberikan dukungan maksimal bagi organsasi. Dengan demikian, manajamen
SDM adalah penerapan ilmu manajemen yang berorientasi pada faktor manusia
sebagai obyeknya.
2.

Konsep tentang Industri Pariwisata dan Segmentasi Pariwisata


Setelah pengertian tentang pariwisala, penulis memandang perlu untuk
memberikan pemahaman secara garis besar mengenai kepariwisataan, terutama
industri pariwisata dan segmentasi pariwisata yang ada relevansinya dengan
peran dan tungsi Polisi Pariwisata.
Nyoman S Pendit (1987: 5) berpendapat bahwa :
Pariwisata sebagai lndustri makin berkembang, dibuktikan dengan makin
banyaknya hotel dibangun dan makin banyaknya orang terampil dididik untuk
keperluan tersebut, makin banyaknya pesawat udara, gerbong kereta api, bis dan
taksi untuk keperluan wisatawan. Pariwisata sebagai ilmu akan bertumbuh
apabila is dikembangkan dan dipelihara.

Lebih lanjut Nyoman S Pendit (1987:9) menyatakan ada 10 unsur yang


berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata, yaitu : "Politik pemerintah,
perasaan ingin tahu, sitat ramah tamah, jarak dan waktu, atraksi, akomodasi,
pengangkutan,

harga-harga,

publisitas

dan

promosi

serta

kesempatan

berbelanja".
3.

Konsep aman dan tertib


Aman dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai bebas dari
bahaya; bebas dari gangguan; terlindung atau tersembunyi; tidak dapat diambil
orang; tidak meragukan; tidak mengandung resiko; tidak merasa takut atau
khawatir
Tertib dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu keteraturan
menurut aturan; rapi. Tertib dapat diartikan juga situasi yang berjalan secara
teratur sesuai dan menurut norma-norma serta hukum yang berlaku.

4.

Analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada logika

yang memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat


meminimalkan kelemahan dan ancaman (Freddy Rangkuti, 2005:16).
Analisis

ini sangat relevan

untuk digunakan dalam menganalisa

kekuatan dan kelemahan organisasi dalam upaya mengetahui hakekat ancaman


dan peluang dalam upaya pimpinan menentukan langkah pengambilan
keputusan.

Adapun penggunaan teori ini pada tulisan NKP adalah dititik

beratkan pada kondisi Polisi Pariwisata dari berbagai aspek sehingga setiap
pimpinan akan dapat dengan mudah melaksanakan audit kesehatan organisasi
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada di dalam kesatuannya
sehingga memudahkan dalam mencari solusi dan membuat suatu kebijakan
tersebut.

Metode

Analisa SWOT adalah analisis kekuatan (strengths),

kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan analisis ancaman (threats).

8
BAB III
KONDISI POLISI PARIWISATA SAAT INI

1.

Gambaran Umum Industri Pariwisata di Propinsi Banten.


Provinsi Banten terdiri dari Kawasan Wisata Pantai Barat, Kawasan
Wisata Ziarah, Kawasan Wisata Pantai Selatan dan Kawasan Wisata Taman
Nasional Ujung Kulon (TNUK). Dalam Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Provinsi Banten telah ditetapkan 18 (delapan belas) kawasan
pengembangan pariwisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota berdasarkan
hasil pengelompokan (clustering) obyek-obyek wisata yang ada.
Dari 18 (delapan belas) kawasan pengembangan pariwisata yang
ditetapkan tersebut, sebagian telah bertumbuh menjadi obyek wisata nasional
maupun internasional, seperti Kawasan Pantai Anyer-Carita-Tanjung Lesung,
Living Culture Baduy, dan TNUK. Namun bertumbuhkembangnya kawasan
wisata secara umum masih terkonsentrasi pada wilayah utara dan barat Provinsi
Banten.
Gambaran hotel dan obyek wisata lainya berdasarkan data Dinas
Pariwisata Propinsi X adalah:
a.

Hotel berbintang

26 buah.

b.

Hotel non bintang

: 205 buah.

c.

Biro Perjalanan

84 buah

d.

Obyek wisata

56 lokasi

e.

Restaurant/rumah makan

: 102 lokasi

f.

Mall/Pusat perbelanjaan oleh-oleh

11 lokasi

Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan usaha kepariwisataan


yang mempunyai nilai strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan
budaya diharapkan dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan
investasi dan pelestarian budaya bangsa, maka diperlukan penanganan yang
serius dan terkoordinir untuk pembinaan dan pengendalian yang terarah dan
berkesinambungan terhadap usaha kepariwisataan diwilayah Banten;
Sementara itu wisatawan baik wisatawan Mancanegara (Wisman)
maupun wisatawan nusantara (Wisnus) yang berkunjung ke kawasan wisata
yang ada di wilayah Banten cukup fluktuatif peningkatannya, dengan data total

9
kunjungan wisatawan tahun 2011 seProvinsi Banten wisatawan Nusantara
23.959.057 dan wisatawan mancanegara 160.555 total 24.119.612 (data
Disporabudpar)
Pada bidang Pariwisata sendiri ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu faktor keamanan,
karena kunjungan tamu-tamu manca negara maupun domestik tersebut dapat
terlaksana dengan baik apabila terdapat suasana yang aman dan tertib melalui
partisipasi masyarakat dan petugas yang secara aktif menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat di kawasan pariwisata;
2.

Gambaran Umum Polisi Pariwisata (Subditwisata) dan jajaran


a.

Tugas, Fungsi dan Peran Polisi Pariwisata


Secara struktural, Subditwisata berada dibawah Dirpamobvit
Polda X sebagaimana Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tentang
susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polda, yang bertugas
menyelenggarakan pengamanan obyek wisata termasuk mobilitas
wisatawan yang memerlukan pengamanan khusus.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas,
Subditwisata menyelenggarakan fungsi :
1).

Pengamanan obyek wisata; dan

2).

Pengamanan mobilitas wisatawan.


Eksistensi Polisi Pariwisata diwadahi dalam suatu organisasi

yaitu Satuan Operasional Pengamanan Pariwisata. Sesuai dengan Skep


Kapolri No. Pol. Skep/248/IV/2004 tanggal 21 April 2004 menyatakan
bahwa Polisi Pariwisata adalah anggota Polri yang disiapkan, ditugaskan
untuk memberikan pengamanan kegiatan wisata besereta sarana
pendukungnya.
b.

Kemampuan Subditwisata Polda X.


Kemampuan Subditwisata Polda Banten menyangkut beberapa
aspek atau bagian yang diantaranya adalah masalah sumber daya
manusia Polri baik kuantitas dan kualitas, dukungan anggaran yang
dibutuhkan, dukungan sarana prasarana yang dimiliki serta teknis/sistem

10
dan metode yang digunakan. Secara umum, kemampuan Subditwisata
Ditpamobvit Polda X dapat digambarkan sebagai berikut:
1)

Sumber Daya Manusia Polri baik Polda maupun Satwil


a)

Secara kuantitas
Jumlah

Riil

personel

Polisi

Pariwisata/

Subditwisata adalah 8 (delapan) orang dari jumlah DSP


sebanyak 20 (dua puluh) orang sebagaimana Perkap
Nomor 22 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan
tata kerja tingkat Polda. Yang artinya baru terpenuhi
sekitar 40% atau mengalami kekurangan sebanyak 60%.
Sementara itu, pada tingkat satwil sebagaimana
Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tentang susunan
organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian Resort
(Polres), maka Satuan pengamanan Obvit tergambar pada
struktur organisasi Polres masih tergambar kotak struktur
organisasi yang putus-putus, artinya bahwa Satpamobvit
pada tingkat Polres/kewilayahan masih menyesuaikan
dengan kebutuhan dari wilayah hukumnya tersebut
melalui mekanisme telaahan staf, apakah perlu atau tidak
dibentuk Satpamobvit Polres.
Pada Polda X, dari 4(empat) Polres jajaran yang
baru terbentuk Satpamobvit hanya pada Polres Cilegon
yang sudah terbentuk sejak Tahun 2004 berdasarkan pada
Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/28/VI/2004 tanggal 30
Juni 2004 tentang pembentukan Satpamobvit pada 16
(enambelas)

Polres,

yang

salah

satunya

adalah

Satpamobvit Polres Cilegon. Untuk itu, 3 (tiga) Polres


lainnya yaitu Polres Serang, Pandeglang dan Lebak belum
memiliki Satpamobvit namun demikian pengemban
fungsi Obvit masih melekat pada Satsabhara Polres.
Dari data kuantitas tersebut diatas, dapat dilihat
bahwa masih terdapat kekurangan

personel khususnya

Polisi Pariwisata bila dibandingkan dengan luas wilayah


hukum Polda Banten serta jumlah Objek wisata yang

11
banyak dan strategis sebagai suatu daerah tujuan wisata
yang ada di Indonesia. Selain itu faktor struktur organisasi
yang

belum

jelas

pembentukannya

pada

tingkat

kewilayahan mengingat kewilayahan dalam hal ini Polres


sebagai Komando Operasional Dasar (KOD) yang
mengutamakan pelayanan prima

guna mewujudkan

Reformasi Birokrasi di tubuh Polri pada umumnya dan


Polda Banten pada khususnya.
b)

Secara kualitas
Dilihat dari sisi pendidikan (Dikum Formal dan
Dikjur/Dikbangspes) dan pelatihannya, keberadaan Polisi
Pariwisata. Rata-rata anggota Polisi Pariwisata memiliki
latarbelakang

pendidikan

umum

SLA/SMU

yaitu

sebanyak 93,75% dari latar belakang pendidikan Sarjana


maupun Pasca sarjana.
Sementara

itu,

dari

sisi

pendidikan

kejuruan/Dikbangspes fungsi Pamobvit dapat dilihat


dalam sbb jumlah anggota 7 yang sudah mengikuti
kejuruan bahasa asing 3 anggota.

2)

Penggunaan kekuatan
Dalam

hal

penggunaan

kekuatan,

pengamanan

terhadap

Obvit/Obvitnas berpedoman juga pada Skep Kapolri No. Pol.:


Skep/738/X/2004 Tentang pedoman pengamanan Objek Vital Nasional,
yang fokusnya adalah penegasan adanya alih kodal Pamobvitnas
diserahkan kepada pengelola Obvitnas yang dibantu oleh institusi Polri,
serta pedoman yang mengatur pelibatan penggunaan kekuatan Polisi
Pariwisata denga mengacu Skep Kapolri No. Pol.: Skep/248/IV/2004
tanggal 21 April 2004 menyatakan bahwa Polisi Pariwisata adalah
anggota

Polri

yang

disiapkan,

ditugaskan

untuk

pengamanan kegiatan wisata beserta sarana pendukungnya.

memberikan

12
3)

Pembinaan kekuatan
a)

Subditwisata Polda X
Belum terpenuhinya sejumlah Jabatan untuk memenuhi
DSP pada Ditpamobvit, khususnya Subditwisata yang masih
belum terisi Jabatan, 1 (satu) orang Kanit dan 1 (satu) orang
Panit, sehingga menjadi kendala atau kesulitan rentang kendali
terhadap efektifitas pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan
maupun operasional.

b)

Satuan Kewilayahan/Polres jajaran Polda X


Dari 4 (empat) Polres,

baru terbentuk

1 (satu)

Satpamobvit yaitu pada Polres X, sementara pada 3 (tiga) Polres


lainnya fungsi pengemban Pamobvit menyatu pada Satsabhara
Polres, sehingga pembinaan kekuatan di kesatuan kewilayahan
belum secara fokus pada fungsi operasional Pamobvit dan
penyelenggaraan pengamanan terhadap Obvit/Obvitnas belum
optimal terlaksana.

4)

Penyelenggaraan operasionalisasi fungsi tekhnis


a)

Penentuan
SOP/Standar

jalur

kunjungan/patroli

pelayanan

Pariwisata

wisata
yang

sebagaimana
disusun

oleh

Subditwisata Polda X, meliputi 2 (dua) Zona/jalur, antara lain:

b)

1)

Jalur I, meliputi wilayah Pandeglang dan Lebak

2)

Jalur II, meliputi wilayah Serang dan Cilegon

Penunjukan Perwira Pengawas yang diemban langsung oleh


Kanit Subditwisata, bertanggung jawab atas kelancaran serta
ketertiban pelaksanaan tugas. Dalam menjalankan tugasnya,
Perwira Pengawas melakukan pengecekan secara rutin maupun
periodik terhadap sernua unsur pengamanan Unit Wisata yang
sedang bertugas.

c)

Beberapa instansi terkait dengan Tupoksi Subditwisata antara


lain: Departemen Luar Negeri, Sekretariat Negara, Dinas

13
Pariwisata Provinsi Banten dan Suku-suku Dinasnya, PHRI,
Satpol PP dan Aspehindo Banten.
d)

Beberapa Tupoksi yang telah dilaksanakan oleh Subditwisata


Ditpamobvit Polda Banten pada Tahun 2011 belum terlaksana
secara optimal, dikarenakan sebagai Satker baru Ditpamobvit
masih melakukan terobosan pengenalan Tupoksi baik secara
Internal maupun Eksternal dengan cara sosialisasi melalui
beberapa

kegiatan

sebagai

undangan

pada

acara

PHRI,

silaturahmi pada Dinas kebudayaan dan pariwisata Provinsi


Banten, sosialisasi melaui produk administrasi maupun upaya
pengenalan dengan Turjawali yang terbatas, hal ini dikarenakan
belum terdukungnya sarana prasarana dan anggaran yang
memadai. Namun demikian beberapa kegiatan yang dilaksanakan
Subditwisata Ditpamobvit Polda Banten Tahun 2012 mencapai
hasil antara lain :

Patroli kawasan wisata

: 32 kali,

Pengawalan wisatawan

: 2 kali,

Rapat koordinasi instansi

: 11kali,

Pengamanan insidentil

: 46 kali.

Sementara untuk kewilayahan, Satpamobvit Polres X


dengan

terobosan

memperdayakan

kreatifnya

personel

di

bidang

Satpamobvit

wisata

yang

ada

adalah
untuk

dijadwalkan melaksanakan patroli bersepeda dengan sasaran


kawasan wisata dan pengunjung/wisatawan.
3.

Situasi Kamtibmas Sektor Pariwisata


Keamanan adalah suatu kebutuhan manusia dalam beraktifitas yang
terlindungi dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang dapat mempengaruhi
penyelanggara kegiatan pariwisata
Data gangguan Kamtibmas pada objek wisata di wilayah jajaran hukum Polda
Banten TA 2012 dengan total kasus sebanyak 99 kasus.

14
a. Polres Pandeglang, orang tenggelam 4 kasus, curanmor 20 kasus, pencurian
15 kasus. Total 39 kasus
b. Polres Serang, orang tenggelam 2 kasus, curanmor 9 kasus, pencurian 11
kasus. Total 22 kasus
c. Polres Cilegon, orang tenggelam 5 kasus, curanmor 13 kasus, pencurian 5
kasus. Total 23 kasus
d. Polres Lebak, orang tenggelam kasus, curanmor 10 kasus, pencurian 5
kasus. Total 15 kasus
Berdasarkan data diatas di evaluasi Polres Pandeglang Menduduki
peringkat pertama diikuti Polres Cilegon, Serang dan Lebak. Sehingga perlu
anggota untuk ditempatkan personel pariwisata di tempat-tempat objek
wisata.
4.

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Subditwisata Ditpamobvit


Reformasi Birokrasi Polri Gelombang pertama yaitu Tahun 2004-2009
terhadap 4 unsur pokok area perubahan yaitu Quick Wins, kelembagaan,
ketatalaksanaan dan sumber daya manusia telah dianalisa dan dievaluasi oleh
Tim independen reformasi birokrasi nasional dimana Ditpamobvit sendiri secara
struktural belum terbentuk Satuan Kerja tersendiri namun secara fungsional
diselenggarakan oleh Direktorat Samapta hingga pada saat Restrukturisasi di
tubuh Polri dengan terbitnya Peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2010
Tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada
tingkat Kepolisian Daerah (Polda), secara Struktural maupun fungsional
Ditpamobvit Polda Banten merupakan pelaksana Tugas Pokok pada Polda
Banten secara aktif sejak Januari 2011.
Oleh karena itu pada Reformasi Birokrasi Polri Gelombang kedua
Tahun 2011-2014 Ditpamobvit turut serta dalam melaksanakan reformasi
birokrasi terhadap Program Pelayanan Publik dengan memetakan program dan
kegiatan melalui pencapaian, perencanaan, penerapan standar pelayanan
minimal di bidang Pamobvit pada tingkat Polres, Kriteria keberhasilan yang
diaplikasikan dalam rencana aksi, Agenda prioritas tahap II (Tahun 2010-2014),
dukungan anggaran dan pelaporan.
Dari pemetaan yang disusun oleh Ditpamobvit Polda Banten, tergambar
bahwa prioritas pada Program peningkatan pelayanan publik pada fungsi

15
Pariwisata dalam rencana aksi adalah penyusunan standar pelayanan dan atau
SOP, penerapan SOP tersebut oleh Subditwisata dan Satpamobvit jajaran Polres
serta dalam rencana aksinya merencanakan penyelenggaraan pos-pos keamanan
pada lokasi-lokasi pariwisata yang menjadi prioritas serta peningkatan
sinergitas yang polisionil dengan organisasi pemerintah (Disbudpar Provinsi
Banten) dan organisasi non pemerintah (PHRI, dll).

16
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam hal ini Subditwisata Polda Banten dalam
rangka Kamtibmas guna perwujudan reformasi birokrasi,

tidaklah terlepas dari

beberapa kendala yang mendasar sehingga belum optimalnya pelaksanaan tugas


sebagaimana Tupoksi Subditwisata. Faktor-faktor yang mempengaruhi memiliki
keterkaitan satu dengan lainnya yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Hal
ini dapat dikaji dengan analisa SWOT sebagaimana dikemukakan oleh Rangkuti, bahwa
validitas dan kegunaan hasil analisa sangat tergantung pada akurasi data yang
digunakan dalam menganalisa suatu permasalahan.
1.

Faktor Internal
Pengaruh faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam lingkungan
organisasi kepolisian dapat dibedakan menjadi beberapa hal, yang pada intinya
dapat digali dari teori manajemen SDM, baik menyangkut penerapan fungsifungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, motivasi, pengawasan dan
penilaian). Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut menurut penulis dapat
berupa faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat/menjadi kendala,
dan dianalisa melalui analisa SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunies,
Treath), sbb:
a.

Strenght (Kekuatan)
1).

Reformasi Birokrasi Polri yang menghendaki pengarusutamaan


pelayanan prima kepada masyarakat yang transparan dan akuntabel
serta mudahnya birokrasi dalam penyelenggaraan penegakan hukum
dan pelayanan public;

2)

Restrukturisasi struktur organisasi dimana dengan Perkap Nomor 22


Tahun 2010 tentang susunan dan tata kerja pada tingkat kepolisian
daerah (Polda) telah terbentuk fungsi pengamanan terhadap Obyek
vital/Obsus yaitu Ditpamobvit Polda Banten sebagai suatu satuan
kerja yang terintegral dalam lingkungan Polda Banten sebagai
pelaksana tugas pokok;

3)

Regulasi aturan yang cukup jelas, yakni dengan ditetapkannya


berbagai peraturan, keputusan-keputusan, SOP/standar pelayanan

17
maupun kebijakan-kebijakan pimpinan Polri dalam bidang pariwisata
yang dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman oleh Polisi
Pariwisata

dalam

menyelenggarakan

pelayanan

di

bidang

kepariwisatan;

b.

Weaknesses (Kelemahan)
1).

SDM yang masih belum tercukupi baik dari segi kuantitas yakni
jumlah riil personel Polri yang masih jauh mengalami kekurangan
dibandingkan dengan jumlah DSP,

2).

Pada tingkat satwil sebagaimana Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun


2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat
Kepolisian Resort (Polres), maka Satuan pengamanan Obvit
tergambar pada struktur organisasi Polres masih tergambar kotak
struktur organisasi yang putus-putus, artinya bahwa Satpamobvit
pada tingkat Polres/kewilayahan masih menyesuaikan dengan
kebutuhan dari wilayah hukumnya tersebut melalui mekanisme
telaahan staf, apakah perlu atau tidak dibentuk Satpamobvit Polres.

3).

Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh para Kanit maupun


Kasubdit terhadap pelaksanaan tugas yang terkesan adanya
pembiaran apabila ada personel Polisi pariwisata yang melakukan
penyimpangan dalam melaksanakan tugas

4)

Dukungan sarana prasarana dan anggaran yang belum memadai


sehingga belum dapat mengakomodir seluruh kegiatan Subditwisata
dan jajaran.

2.

Faktor Eksternal
Pengaruh faktor eksternal, yaitu pengaruh yang berasal dari luar
lingkungan organisasi kepolisian khususnya Polisi Pariwisata dan Polda
Banten, yang dapat digali dari tantangan tugas yang dihadapi sebagai
institusi pengamanan pariwisata, dan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa hal di bawah ini :
a).

Opportunies (Peluang)
1).

Reformasi birokrasi (mengikutsertakan masyarakat turut bagian


dalam mengontrol kerja Polisi) dimana masyarakat merupakan

18
external control (pengawasan eksternal) terhadap kinerja polisi
dan berhak melaporkan setiap penyimpangan langsung kepada
institusi Polri.
2).

Adanya dukungan kerjasama yang parsipatif baik dengan


organisasi

pemerintah

maupun

dengan

organisasi

non

pemerintah seperti PHRI yang telah melakukan MoU dalam


rangka kerjasama pengamanan pada obyek pariwisata

b).

Treath (Ancaman)
1).

Kualitas personel Polri yang rendah terhadap tugas dan


tanggungjawabnya. Hal ini perlu dikaji kembali melalui
berbagai rekruitmen Polri maupun penempatan personel yang
sesuai dengan kualifikasi dan bukan mengutamakan kuantitas
tetapi lebih kepada kualitas;

2).

Maraknya aksi terror disegala bidang, temasuk pada objek


wisata dengan maksud timbulnya kekacauan dan stabilitas
keamanan sehingga dapat menghambat masuknya investor
maupun wisatawan mancanegara yang akan berkunjung dan
berlibur di wilayah hukum Polda Banten.

19
BAB V
KONDISI POLISI PARIWISATA YANG DIHARAPKAN
1.

Kemampuan personil yang diharapkan guna mendukung iklim pariwisata


yang aman dan nyaman
a.

Kemampuan yang maksimal dalam memberdayakan Polisi Pariwisata


adalah sebagai berikut:
1)

Kemampuan penanggulangan Kamtibmas dalam terciptanya iklim


pariwisata yang aman dan nyaman dilakukan secara maksimal,
apabila adanya penambahan jumlah personil Polisi Pariwisata,
sehingga sehingga permberdayaan Polisi Pariwisata berjalan
optimal.

2)

Personil Polisi Pariwisata memiliki kejuruan dasar dan lanjutan


sehingga tehnis dan taktis kepolisian guna terciptanya iklim
wisata yang aman dan nyaman masih belum dipahami dengan
baik.

3)

Kemampuan bahasa asing sebagian besar personil polisi


pariwisata meningkat sehingga dapat mendukung terwujudnya
iklim wisata yang aman dan nyaman.

b.

Penggunaan anggaran guna mendukung iklim pariwisata yang aman dan


nyaman yang berorientasi pada hasil (outcome).
Dukungan anggaran dalam pemberdayaan polisi pariwisata dalam
mendukung iklim wisata yang aman dan nyaman, diharapkan
penggunaannya

disesuaikan

dengan

tujuan

yang

ingin

dicapai

disesuaikan dengan indikator keberhasilan tugas.


c.

Sarana dan Prasarana yang mampu mendukung pelaksanaan tugas.


Diharapkan adanya penambahan sarana prasarana khusus yang
digunakan dalam pemberdayaan polisi pariwisata disesuaikan dengan
tingkat kerawanan serta beban pekerjaan yang harus dihadapi dan
disesuaikan dengan jumlah personil pengemban tugas.

20
2.

Kontribusi dari kemampuan personil yang semakin optimal terhadap


Kamtibmas bidang Pariwisata.
Dengan adanya kemampuan personil Polisi Pariwisata guna mendukung
iklim wisata yang aman dan nyaman semakin meningkat serta diimbangi dengan
peningkatan pada sumber daya organisasi sebagaimana yang teruraikan di atas,
maka hal tersebut diharapkan :
a.

Penanggulangan

gangguan

Kamtibmas

di

obyek

wisata

dapat

diminimalisir sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada


para wisatawan.
b.

Semakin meningkatnya kunjungan wisata ke wilayah Banten yang dapat


meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) pada sector wisata,
sehingga secara tidak langsung Polisi Pariwisata memberikan kontribusi
yang besar dalam pelaksanaannya.

3.

Kontribusi dari pemberdayaan Polisi Pariwisata sebagai perwujudan RBP


pada Polda Banten
a.

Meningkatnya rasa percaya masyarakat terhadap kinerja Polisi sehingga


dapat menciptakan rasa tanggungjawab bersama dalam menjaga dan
memelihara Kamtibmas sebagai perwujudan dari grand strategi Polri
Tahap II yaitu Patnership Building.

b.

Meningkatnya pelayanan public yang diselenggarakan oleh satuan-satuan


operasional kepolisian seperti Ditpamobvit, khususnya Subditwisata yang
dengan

rencana

aksinya

dapat

diimplementasikan

sehingga

pemberdayaan Polisi Pariwisata di tengah-tengah masyarakat dapat


dirasakan nyata dalam rangka Kamtibmas yang kondusif

21
BAB VI
PEMBERDAYAAN POLISI PARIWISATA
GUNA TERCIPTANYA IKLIM WISATA YANG AMAN DAN NYAMAN
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI POLRI

Untuk dapat menata Polisi Pariwisata agar guna terciptanya iklim wisata yang
aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi Polri diperlukan
manajemen strategis yang merupakan suatu upaya untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan kompetitif organisasi

dengan memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi organisasi baik secara internal dan eksternal. Secara umum manajemen
strategis terdiri dari visi, misi, dan implementasi strategi (Action Plan).

1.

Visi dan Misi.


a.

Visi.
Terwujudnya Postur Polisi Pariwisata yang profesional, bermoral,
modern dan, mampu melaksanakan tugas sebagai pelindung, pengayom
dan pelayan masyarakat yang terpercaya dalam memelihara Kamtibmas
guna perwujudan Reformasi Birokrasi Polri di wilayah hukum Provinsi
Banten.

b.

Misi.
1)

Menyelenggarakan pengamanan dengan kegiatan Turjawali pada


objek-objek wisata yang ada di wilayah hukum Polda Banten
yang merupakan Obvit/Obvitnas.

2)

Mengembangkan perpolisian masyarakat (Polmas) yang berbasis


pada masyarakat sekitar Obvit yang patuh hukum (Law Abiding
Citizen) ditengah-tengah wisatawan agar tercipta masyarakat
sebagai basis informasi dalam upaya penciptaan daya tangkal
terhadap gangguan keamanan yang ada.

3)

Menyelenggarakan penegakan hukum terbatas dan melakukan


kerjasama dengan fungsi lain dalam hal ini fungsi Reskrim guna
proses hokum lebih lanjut.

22
4)

Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuan


bagi personil Polisi Pariwisata yang dipersiapkan menghadapi
tantangan tugas di lapangan.

5)

Pengajuan personel dalam rangka pemenuhan kebutuhan sesuai


DSP dan secara kualitas dengan Dikjur maupun Dikbangspes
bagi personel Pariwisata.

6)

Melengkapi sarana prasarana yang berbasis computer/teknologi


dalam membantu tugas-tugas pariwisata

7)

Mengajukan penelaahan pembentukan Satpamobvit pada tingkat


kewilayahan/Polres

8)

Menyusun dan melaksanakan rencana aksi (action plan) Tahap II


(Tahun 2010-2014) dalam rangka perwujudan reformasi birokrasi
di tubuh Polri pada umumnya dan Polda Banten pada khususnya

2.

Tujuan.
a.

Keberhasilan tugas pokok Polisi Pariwisata dalam mewujudkan perannya


sebagai aparat Pemelihara Kamtibmas, Pelindung, Pengayom dan
Pelayan Masyarakat serta sebagai aparat Penegakan Hukum dalam upaya
mewujudkan reformasi birokrasi di wilayah hokum Polda Banten;

b.

Pemberian rasa aman, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat


terutama terhadap wisatawan yang berkunjung atau berlibur di wilayah
hukum Polda Banten;

c.

Terciptanya kondisi Keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif


demi terselenggaranya proses pemerintahan yang dinamis dan suksesnya
pembangunan nasional khususnya di wilayah Provinsi Banten.

d.

Terwujudnya penyelenggaraan Reformasi Birokrasi dilingkungan Polda


Banten terutama pada keberhasilan program peningkatan kualitas
pelayanan publik.

3.

Sasaran.
a.

Pembangunan kekuatan difokuskan pada pengadaan personil untuk


pemenuhan kebutuhan pada satuan-satuan operasional sampai dengan
tingkat Polsek secara bertahap.

b.

Pembangunan kemampuan difokuskan pada pembinaan kwalitas


profesionalisme anggota Polisi Pariwisata.

23
c.

Pembangunan penggelaran dalam organisasi difokuskan pada perbaikan


sistem dan manajemen siklus operasional.

d.

Pembangunan sarana dan prasarana difokuskan pada alsus, dan alat


pendukung operasional tugas Polisi Pariwisata

e.

Pembangunan sistem anggaran difokuskan pada prioritas masalah


nasional dan penanggulangan empat jenis kejahatan prioritas penanganan
Polri.

4.

Kebijakan
a.

Pembangunan personil Polri diprioritaskan kepada peningkatan kwalitas


dengan spesifikasi keahlian fungsi Polisi Pariwisata yang dibutuhkan.

b.

Prioritas pemanfaatan anggaran ditujukan kepada pemberdayaan polisi


pariwisata guna mendukung iklim wisata yang aman dan nyaman.

c.

Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia Polisi Pariwisata


melalui pendidikan kejuruan dan peningkatan kompetensi.

d.

Pengadaan alat khusus yang diprioritaskan pada kebutuhan lapangan


sesuai perkembangan tehnologi yang memberi kemudahan

dalam

mendukung operasional polisi pariwisata


e.

Pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai dalam rangka


peningkatan pelayanan pengamanan kegiatan masyarakat.

f.

5.

Mengembangkan kerjasama dengan instansi dan unsur terkait.

Action Plan/Implementasi
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan
polisi pariwisata adalah sebagai berikut :
a.

Peningkatan kemampuan

personil dalam penanggulangan kejahatan

kekerasan bersenjata.
1)

Mengajukan penambahan personil Polisi Pariwisata disesuaikan


dengan jumlah obyek wisata yang ada di Provinsi Banten
sehingga penanganan penanggulangan gangguan Kamtibmas
dapat dilaksanakan secara optimal.

2)

Mengajukan personil Polres Puncak untuk mengikuti pendidikan


kejuruan sehingga kemampuan tehnis dan taktis yang memiliki
korelasi terhadap kepariwisataan

24
3)

Mengadakan peningkatan kemampuan melalui latihan mandiri


baik melalui VCD fungsi maupun tutorial.

b.

Penggunaan anggaran pemberdayaan polisi pariwisata yang berorientasi


pada hasil (outcome).
Peningkatan anggaran baik ditingkat Polres maupun Polsek
diharapan dibarengi penyaluran sesuai prosedur pencairan dana ke
subsatker ataupun Polsek dengan upaya-upaya sebagai berikut :
1)

Mengajukan dana penanggulangan Kamtibmas di tempat wisata


kepada Kapolda telah ditentukan dalam satu Tahun.

2)

Merealisasikan anggaran DIPA yang telah tersedia serta


menyalurkannya kepada seluruh Subsatker dan Polsek.

3)

Mengajukan anggaran tambahan ke pemerintah Daerah Banten


dalam mendukung iklim wisata yang aman dan nyaman di
wilayah Banten.

c.

Sarana dan Prasarana yang mampu mendukung pelaksanaan tugas.


1)

Mengusulkan penambahan Kendaraan Roda empat sebagai


kendaraan patroli, dan Kendaraan roda dua sebagai pendukung
kegiatan personil dalam rangka mobilitas dan menunjang iklim
wisata yang aman dan nyaman.

2)

Mengusulkan dan mengajukan peralatan khusus yan berbasis


computer/teknologi berupa Close circuit television (CCTV)
autdor dan indoor pada Objek-Objek wisata yang rawan atau
yang jadi prioritas pengamanan.

3)

Menyediakan sarana komunikasi bagi personil Polisi Pariwisata


sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai alat penyampaian
informasi Kamtibmas yang efektif dan tepat sasaran.

5)

Melaksanakan pemeliharan dan perawatan terhadap alat utama


dan alat khusus yang telah diberikan dari satuan atas/Polda guna
meningkatkan usia pakai.

d.

Pengawasan dan pengendalian.


Melaksanakan pengawasan dan pengendalian secara rutin dalam
pemberdayaan

polisi

pariwisata

guna

menghindari

terjadinya

pelanggaran anggota Polpar terhadap masyarakat serta penyalahgunaan

25
anggaran dan sarana prasarana yang digunakan guna mendukung iklim
wisata yang aman dan nyaman dalam rangka Reformasi Birokrasi Polri.

e.

Membangun sinergitas yang polisionil dengan pihak-pihak terkait baik


organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah, dalam rangka
akselerasi perwujudan Kamtibmas pada sektor kepariwisataan.

26
BAB VII
PENUTUP

1.

Kesimpulan
a.

Kemampuan Subditwisata Polda X dalam melaksanakan tugas


pengamanan pada obyek wisata, kegiatan wisatawan maupun terhadap
wisatawan sendiri masih belum optimal. Hal ini disebabkan keterbatasan
dari segi pemberdayaan SDM baik secara kuantitas yaitu kekurangan
personel yang belum mencukupi sesuai DSP maupun secara kualitas
yaitu personel yang belum memiliki kwalifikasi sesuai Tupoksi
Subditwisata Ditpamobvit Polda Banten;

b.

Selain kemampuan baik dari kuantitas maupun kualitas SDM polisi


pariwisata yang ada di Polda X, masih belum terdukungnya sarana
prasarana dan anggaran yang mengakomodir pelaksanaan tugas dan
fungsi Subditwisata dan jajaran kewilayahan;

c.

Pelaksanaan Tupoksi juga belum optimal, sejalan dengan beberapa faktor


yang memperngaruhi baik yang mendukung maupun menghambat yaitu
faktor internal dan faktor eksternal yang dikaji dengan analisis SWOT;

d.

Satuan kewilayahan sebagai KOD yang memprioritaskan pelayanan


prima terhadap masyarakat, belum memiliki Satpamobvit tersendiri
dimana kendala utamanya adalah pada pengaturan struktur organisasi
pada Perkap Nomor 22 Tahun 2010 adalah masih tergambar kotak
struktur yang terputus-putus, artinya dibentuk sesuai dengan kebutuhan
dari wilayah tersebut, sementara Wilayah hukum Polda Banten beberapa
diantaranya adalah wilayah yang strategis sebagai objek wisata yang
berpeluang besar mendatangkan wisatawan asing sehingga dengan
sendirinya akan menyumbang pemasukan Devisa bagi Daerah maupun
Negara;

e.

Penjabaran reformasi birokrasi yang belum dipahami oleh personel Polri


dapat mengakibatkan terhambatnya percepatan pelaksanaan RBP di
tubuh Polri sesuai target.

27
2.

Rekomendasi
Dari penyajian data riil dibandingkan dengan idealnya kondisi yang
seharusnya serta beberapa faktor yang mempengaruhi, penulis mengemukakan
beberapa rekomendasi, sbb:
a.

Perlu kebijakan pimpinan dalam rangka perwujudan RBP di wilayah


hukum Polda Banten, seperti:

Mengalokasikan tersendiri anggaran yang diakomodir dalam DIPA


Satker/Polda guna melaksanakan rencana aksi yang dianggap
prioritas terutama dalam hal program peningkatan kualitas pelayanan
publik.

Pembentukan tim khusus yang secara rutin setiap bulannya


mengaven pelaksanaan RBP terutama terhadap fungsi-fungsi
operasional yang memprioritaskan program peningkatan pelayanan
publik.

b.

Perlunya

kebijakan-kebijakan

pimpinan

Polda

terhadap

satuan

operasional dalam hal pemberdayaan personel terutama dalam hal


pelayanan bidang pariwisata yaitu Perlu dan pentingnya pembentukan
Satpamobvit pada 3 (tiga) Polres (Polres Pandeglang, Serang dan Lebak)
guna efektifitas dan optimalisasi pelayanan di bidang Pamobvit,
mengingat Banten adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi
cukup besar baik dari segi Migas/Non Migas, Objek wisata yang kaya
dan beragam serta letaknya yang sangat strategis.

28
DAFTAR PUSTAKA

1.

Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia (Polri), Jakarta, Mabes Polri, 2002.

2.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 2010


tanggal 28 September 2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Daerah (Polda), Jakarta, Mabes Polri, 2010.

3.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 2010,


tentang Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort (Polres) dan
Polsek, Jakarta, Mabes Polri, 2010.

4.

Awaloedin Djamin, manajemen personil (SDM), Jakarta, 1995.

5.

Nyoman S Pendit, Konsep tentang Industri Pariwisata dan Segmentasi Pariwisata,


Jakarta, 1987.

6.

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

7.

Surat keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.


Skep/248/IV/2004 tentang Buku petunjuk Pengamanan Pariwisata, Jakarta, Mabes
Polri, 2004.

8.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta, 1998.

9.

Road Map Reformasi Birokrasi Polri (RBP) Gelombang II Tahun 2011-2014.

Anda mungkin juga menyukai