Anda di halaman 1dari 12

Erwin Kusnul Kotimah, Urgensi Tanda Tangan dan Materai...

115

URGENSI TANDA TANGAN DAN MATERAI DALAM MEMBERIKAN KEPASTIAN


HUKUM TERHADAP KONTRAK WARALABA (FRANCHISE)

Erwin Kusnul Kotimah


Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Ponorogo
Email: erwincusma@gmail.com

Lukman Santoso
Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Ponorogo
Email: lukmansantoso4@gmail.com

Abstract
This article explanes about urgency of signatures and stamp duty in giving legal certainty to the franchise
contract. This theme departs from the rise of business model franchise today in Indonesia. This business
is considered to minimize the risk of failure, as well as to provide various facilities. This research is a
descriptive analytical research. In franchise contract are still many things that can happen in the future
that might be detrimental to the parties. Therefore we need the legal umbrella to shade and protect with
the aim to create a sense of fairness and legal certainty for the parties, not just for profit (profit oriented),
but there is accountability for the impact of the overall business operations. To provide legal certainty
every contract franchise must be in writing and include the signature and the stamp in order to obtain a
force of law and can be evidence, so the purpose of legal certainty can be realized.
Keywords: Signature, Stamp, Rule of Law, franchise

Abstrak
Artikel ini mengkaji tertang urgensi tanda tangan dan materai dalam memberikan kepastian hukum
terhadap kontrak waralaba. Tema ini berangkat dari maraknya bisnis dengan model franchise dewasa ini
di Indonesia. Bisnis ini dianggap dapat meminimalisir resiko kegagalan, selain juga dapat memberikan
berbagai kemudahan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitis. Dalam kontrak franchise
masih banyak hal-hal yang dapat terjadi di masa yang akan datang yang mungkin dapat merugikan para
pihak. Oleh karena itu diperlukan adanya payung hukum untuk menaungi dan melindungi dengan
tujuan untuk mewujudkan rasa keadilan dan kepastian hukum bagi para pihak, bukan hanya sekedar
mencari keuntungan (profit oriented) tetapi ada pertanggungjawaban terhadap dampak yang ditimbulkan
dari operasional bisnis secara menyeluruh tersebut. Untuk memberikan kepastian hukum setiap kontrak
franchise harus dibuat secara tertulis dan dilengkapi dengan tanda tangan serta materai agar diperoleh
suatu kekuatan hukum dan dapat menjadi alat bukti, sehingga tujuan kepastian hukum dapat terwujud.
Keywords: Tanda Tangan, Materai, Kepastian Hukum, franchise

Pendahuluan dilakukan di bidang hak kekayaan intelektual seperti


Dewasa ini, dampak dari perkembangan Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri dan
zaman yang begitu pesat nampak terlihat pada lain sebagainya yang bertujuan komersial.1
sektor perekonomian, dimana pada sektor ekonomi Bisnis model ini tumbuh subur di Indonesia,
ini terjadi bermacam-macam persaingan yang baik yang ber merek asing maupun merek lokal
bahkan tidak lagi mengenal batas-batas wilayah. atau dalam negeri. Cepatnya perkembangan dan
Salah satu sistem bisnis yang saat ini tengah marak 1
Lannemey, “Akibat Hukum Pemutusan Perjanjian
berkembang di masyarakat adalah bisnis franchise.
Franchise Secara Sepihak Oleh Franchisor Sebelum
Franchise atau waralaba adalah sebuah sistem Berakhirnya Kontrak”, Lex Privatum, Vol. III, No. 1
bisnis alih teknologi (transfer of technology) yang (Jan-Mar 2015), h. 163.
116 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 115-126

suksesnya bisnis franchise ini disebabkan oleh hak dan kewajiban masing-masing pihak serta
beberapa faktor. Faktor yang paling mendasar akibat hukum yang harus dipatuhi oleh para
adalah bahwa franchise merupakan kombinasi dari pihak. Dalam kesepakatan tertulis tersebut, para
pengetahuan dan kekuatan satu usaha bisnis yang pihak baik franchisor maupun franchisee menyatakan
sudah ada atau mapan. kesepakatannya dalam bentuk penulisan atau
Sistem usaha franchise atau waralaba dilakukan pencantuman tanda tangan. Hal ini penting adanya
dengan melibatkan dua pihak, yaitu pemberi agar kontrak tersebut dinyatakan sah. Karena salah
waralaba (franchisor) dan penerima waralaba satu asas dalam perikatan adalah adanya konsensus
(franchisee). Di satu sisi franchisor memberikan lisensi atau kesepakatan. Namun suatu realitas yang
menggunakan suatu Hak Kekayaan Intelektual tidak dapat dipungkiri bahwa dalam masyarakat
seperti Hak Cipta, Merek, Paten, Rahasia Dagang Indonesia sampai saat ini belum bebas dari buta
kepada franchisee. Di sisi lain franchisee berkewajiban huruf, yang dengan kondisi demikian masih sering
untuk membayar royalty fee terhadap franchisor atas ditemukan dalam praktek perjanjian/kontrak
lisensi yang diberikan. terdapat para pihak yang tidak bisa membaca dan
Hubungan hukum antara franchisor dan menulis sehingga mereka membubuhkan cap
franchisee ini kemudian diwujudkan dalam suatu jempol/ibu jari sebagai pengganti tanda tangannya.
perjanjian franchise yang mana antara kedua pihak Lazimnya dalam praktik keseharian, selain
tersebut mempunyai kedudukan hukum yang tanda tangan setiap surat perjanjian selalu
setara dan terhadap mereka berlaku hukum menyertakan materai. Pembubuhan tanda tangan
Indonesia. Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan materai tersebut tidak lain adalah untuk
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia memberikan kepastian hukum dalam surat
Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012 tentang perjanjian tersebut. Agar apabila suatu saat terjadi
Penyelenggaraan Waralaba.2 perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan isi
Pemerintah telah mengatur sistem waralaba perjanjian waralaba tersebut, masing-masing pihak
secara khusus dalam Peraturan Pemerintah Nomor dapat menuntut haknya yang telah dilanggar oleh
42 tahun 2007 tentang Waralaba (Franchise) yang pihak lain tersebut.
telah diundangkan pada tanggal 23 Juli 2007 dalam Namun dalam masyarakat seringkali terjadi
rangka untuk memberikan kepastian hukum dan kesalahpahaman tentang esensi materai dalam
perlindungan hukum dalam menjalankan usaha sebuah surat perjanjian/kontrak. Alasannya
franchise. Hal itu dilakukan karena Pemerintah penggunaan materai dalam surat kontrak tersebut
beranggapan bahwa sistem franchise ini merupakan tiada lain adalah untuk keabsahan dari surat kontrak
salah satu cara yang efektif untuk memacu itu. Masyarakat cenderung menggunakan materai
pertumbuhan kegiatan ekonomi negara dan sebagai indikator dalam menentukan sah atau
memberikan kesempatan kepada masyarakat tidaknya suatu surat perjanjian.3
khususnya golongan ekonomi lemah untuk Saat ini banyak masyarakat yang beranggapan
berusaha menjalankan bisnis dengan resiko yang bahwa perjanjian/kontrak yang hanya ditandatangani
relatif kecil. saja tanpa meterai, maka perjanjian/kontrak yang
Pengaturan franchise atau waralaba melalui dibuat tidak sah. Dan karena keyakinan masyarakat
peraturan pemerintah saja tidaklah cukup untuk akan hal tersebut, tidak sedikit masyarakat yang
memberikan perlindungan hukum bagi kedua rela membuat ulang perjanjian mereka hanya
belah pihak antara franchisor (pemberi waralaba) karena kelupaan dalam pemberian atau pelunasan
dan franchisee (penerima waralaba), mengingat meterai dalam kontrak yang dibuat. Selain itu ada
perkembangan franchise di Indonesia yang menjadi juga masyarakat yang tidak mau memenuhi janjinya
suatu usaha yang sangat menarik perhatian bagi sebagaimana yang dituangkan dalam perjanjian yang
pelaku usaha, sehingga perlu dibuat suatu undang- telah dibuat dengan alasan perjanjian yang dibuat
undang tentang waralaba. itu tidak sah karena tidak ada meterainya.4
Perjanjian franchise merupakan kesepakatan
yang dibuat oleh kedua belah pihak antara 3
Mega Tumilaar, “Fungsi Meterai Dalam Memberikan
pemberi waralaba (franchisor) dan penerima
Kepastian Hukum Terhadap Surat Perjanjian”, Lex
waralaba (franchisee), secara tertulis yang memuat Privatum, Vol. III, No. 1 (Jan-Mar 2015), h. 60.
Ibid., h. 162.
2
4
Ibid., h. 58.
Erwin Kusnul Kotimah, Urgensi Tanda Tangan dan Materai... 117

Perlu diketahui dan dipahami oleh masyarakat Penandatanganan suatu dokumen secara
bahwa ada atau tidaknya meterai dalam sebuah umum mempunyai tujuan sebagai berikut:7
perjanjian bukanlah suatu syarat yang menjadi 1. Sebagai bukti (evidence)
parameter untuk mengatakan suatu perjanjian itu Suatu tanda tangan mengidentifikasikan
menjadi sah atau tidak sah. penandatanganan dokumen yang ditandatanganinya.
Terkait realita di atas penting kiranya Pada saat penandatanganan membubuhkan tanda
memahami kedudukan tanda tangan dan materai tangan dengan bentuk yang khusus, tulisan tersebut
dalam kontrak franchise, maka penulis melalui artikel akan mempunyai hubungan (attribute) dengan
berupaya mengelaborasi secara komprehensif penandatanganan.
dengan perspektif analisa yuridis dengan 2. Sebagai ceremony
tema “Fungsi Tanda Tangan dan Meterai dalam Penandatanganan suatu dokumen akan
Memberikan Kepastian Hukum Terhadap Kontrak berakibat bahwa si penandatangan tahu dan
Waralaba”. mengerti bahwa ia melakukan perbuatan hukum,
sehingga akan mengeliminasi adanya inconsiderate
Pembahasan engagement.
Konsepsi Tanda Tangan dan Materai 3. Sebagai persetujuan
Dalam Bahasa Belanda tanda tangan berasal Tanda tang an melambangkan adanya
dari kata ondertekenen yang berarti “membuat persetujuan atau otoritasi terhadap suatu tulisan.
tanda di bawah”. Arti kata “menandatangani” Pengertian tanda tangan dalam arti umum,
(ondertekenen) secara etimologis mudah ditemui, yaitu adalah tanda tangan yang dapat didefinisikan
memberi tanda (teken) dibawah sesuatu.5 sebagai suatu susunan (huruf) tanda berupa tulisan
Tanda tangan adalah suatu pernyataan dari yang menandatangani, yang mana orang yang
kemauan pembuat tanda tangan (penandatanganan), membuat pernyataan/keterangan tersebut dapat
bahwa ia dengan membubuhkan tanda tangannya diindividualisasikan.8
di bawah suatu tulisan menghendaki agar tulisan itu Keharusan adanya tanda tangan tidak lain
dalam hukum dianggap sebagai tulisannya sendiri. bertujuan untuk membedakan akta yang satu dari
Definisi tersebut mencakup suatu anggapan, bahwa akta yang lain atau dari akta yang dibuat orang lain.
pada pernyataan yang dibuat secara tertulis harus Jadi fungsi tanda tangan tidak lain adalah untuk
dibubuhkan tanda tangan dari yang bersangkutan. memberi ciri atau untuk mengindividualisir sebuah
Arrest Hoge Raad tanggal 16 Mei 1846, akta karena identifikasi dapat dilihat dari tanda
memutus bahwa persyaratan penandatanganan tangan yang dibubuhkan pada akta tersebut. Yang
hanya terpenuhi dengan membubuhkan “nama dimaksudkan dengan penandatangan dalam akta ini
yang dipakai oleh penandatangan”, dengan atau adalah membubuhkan nama dari si penandatangan,
tanpa menambahkan nama kecilnya. Sedang dari sehingga membubuhkan paraf, yaitu singkatan
beberapa pasal Notaris Reglement yang memuat tanda tangan saja dianggap belum cukup, nama
tentang ketentuan syarat penandatanganan akta, tersebut harus ditulis tangan oleh si penandatangan
dapat ditemukan petunjuk, bahwa yang dimaksud sendiri atas kehendaknya sendiri.9
“tanda tangan” adalah tanda tangan nama. Oleh Sementara itu, bagi orang yang buta huruf
karena itu, seharusnya dari suatu tanda tangan dapat dan karena itu tidak dapat menuliskan namanya
diketahui atau dibaca siapa nama pemilik tanda sendiri (dalam bentuk tanda tangan), menurut
tangan tersebut. Tetapi mengenai syarat bahwa
tanda tangan dapat dibaca, tidak terdapat dalam (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2007), h. 134.
ketentuan perundang-undangan. Konsekuensinya
7
Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan (Malang: Setara
adalah bahwa tanda tangan yang tidak dapat dibaca/ Press, 2016), h. 114.
8
Tutwuri Handayani, “Pengakuan Tanda Tangan Pada
diketahui nama pemiliknya tetap memenuhi syarat
Suatu Dokumen Elektronik Di Dalam Pembuktian
sebagai tanda tangan.6 Hukum Acara Perdata Di Indonesia”, Tesis Universitas
5
Hadi Suwignyo, “Keabsahan Cap Jempol Sebagai Diponegoro Semarang (2009), h. 35.
Pengganti Tanda Tangan Dalam Pembuatan Akta
9
Hadi Suwignyo, “Keabsahan Cap Jempol Sebagai
Otentik”, Jurnal Studi Kenotariatan NOTARIUS, Vol. 1, Pengganti Tanda Tangan Dalam Pembuatan Akta
No. 1 (2009), h. 5. Otentik”, Jurnal Studi Kenotariatan Notarius, Vol. 1, No.
6
Paulus J. Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak 1, (200), h. 2.
118 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 115-126

Pasal 1 dari Ordonasi tanggal 14 Maret 1867, dalam pengertian akta, maka surat itu harus
pembubuhan suatu “teraan ibu jari” (cap jempol), ditandatangani, keharusan tanda tangan ini tersirat
dapat dipersamakan dengan penandatanganan surat dalam Pasal 1869 KUHPerdata, yang berbunyi :
di bawah tangan, asal diikuti dengan legalisasi oleh Suatu akta yang tidak dapat diperlakukan
seorang notaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh sebagai akta otentik, baik karena tidak berwenang
undang-undang. Bunyi ketentuan pasal itu sesuai atau tidak cakapnya pejabat umum yang bersangkutan
dengan ketentuan Pasal 1874 ayat (2) KUHPerdata maupun karena cacat dalam bentuknya, mempunyai
serta Pasal 286 ayat (2) RBg.10 kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan bila
Tetapi penggunaan cap jempol tidak semudah ditandatangani oleh para pihak.12
dalam penggunaan penandatangan untuk suatu Jadi, suatu dokumen atau akta yang telah
akta/surat. Oleh karena untuk sah dan sempurnanya ditandatangani dan diakui kebenarannya mempunyai
cap jempol harus memenuhi beberapa syarat antara kekuatan pembuktian yang sama seperti akta
lain:11 otentik. Keharusan adanya tanda tangan tidak lain
1. dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; bertujuan untuk membedakan antara akta yang satu
2. dilegalisasi diberi tanggal; dengan akta yang lain, jadi fungsi tanda tangan pada
3. pernyataan dari pejabat yang melegalisasi, bahwa suatu akta adalah untuk memberi ciri sebuah akta13
orang yang membubuhkan cap jempol dikenal karena identifikasi dapat dilihat dari tanda tangan
atau diperkenalkan kepadanya; yang dibubuhkan pada akta tersebut.
Tanda tangan pada suatu akta sesungguhnya
4. isi akta telah dijelaskan kepada yang bersangkutan; mempunyai dua fungsi hukum dasar, yaitu :
5. pembubuhan cap jempol dilakukan di hadapan 1. Tanda identitas penandatangan
pejabat tersebut. 2. Sebagai tanda persetujuan dari penandatangan
Kekuatan cap jempol rupanya lebih rumit terhadap kewajiban-kewajiban yang melekat
agar mendapat kekuatan hukum yang sempurna. pada akta.
Padahal dari segi kepastian hukum cap jempol lebih Berdasarkan kedua fungsi hukum ini maka
kuat kepastian hukumnya dibandingkan dengan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanda tangan
tanda tangan. Bukankah banyak hasil penelitian adalah sebuah identitas yang berfungsi sebagai
mengatakan bahwa sidik jari yang dimiliki setiap tanda persetujuan terhadap kewajiban-kewajiban
orang berbeda dengan yang dipunyai oleh orang yang melekat pada akta.14
lain. Artinya niat jahat dari seseorang untuk Dalam putusan HR yang dikemukakan oleh
memalsukannya tidak gampang. Beda halnya Pitlo terdapat berbagai bentuk tanda tangan yang
dengan tanda tangan yang dengan begitu mudah dibenarkan oleh hukum antara lain:15
dipalsukan. Oleh sebab itu kurang tepat kiranya 1. menuliskan nama penandatangan dengan atau
jika ada yang mengatakan bahwa kekutan hukum tanpa menambah nama kecil;
cap jempol tidak dapat disamakan dengan kekutan
hukum yang melekat dalam sebuah tanda tangan. 2. tanda tangan dengan cara menuliskan nama kecil
Bukti tertulis ber upa surat perjanjian saja dianggap cukup;
merupakan salah satu alat bukti yang dapat 3. ditulis tangan oleh penandatangan, tidak
digunakan pada saat persidangan dalam perkara dibenarkan dengan stempel huruf cetak;
perdata terutama mengenai perjanjian. Surat 4. dibenarkan mencantumkan kopi tanda tangan
perjanjian tersebut dapat dikategorikan dalam 12
Pasal 1869 KUHPerdata,
pengertian akta. Akta adalah surat yang dibuat dan 13
Ayu Riskiana Dinaryanti, “Tinjauan Yuridis Legalisasi
ditandatangani serta memuat peristiwa-peristiwa Akta Di Bawah Tangan Oleh Notaris”, Jurnal Ilmu Hukum
yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan Legal Opinion, Vol. 1, No. 3 (2013), 5.
yang sejak semula memang sengaja dimaksudkan 14
Hatta Isnaini Wahyu Utomo, “Penggunaan Surrogate
untuk pembuktian. Jadi untuk dapat digolongkan Sebagai Pengganti Tanda Tangan Dalam Akta Notaris
Dan Implikasinya Terhadap Kedudukan Akta”, dalam
10
Paulus J. Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, www.m-notariat.narotama.ac.id diakses tanggal 22
h. 135-136. Desember 2016 pukul 09:36.
11
Damang Averroes Al-Khawarizmi, “Tujuan Tanda 15
Damang Averroes Al-Khawarizmi, “Tujuan Tanda
Tangan” dalam www.negarahukum.com diakses tanggal Tangan” dalam www.negarahukum.com diakses tanggal
22 Desember 2016. 22 Desember 2016.
Erwin Kusnul Kotimah, Urgensi Tanda Tangan dan Materai... 119

si penandatangan dengan syarat: Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat


a) orang yang mencantumkan kopi itu, syarat sahnya perjanjian yaitu:17
berwenang untuk itu dalam hal ini orang itu 1. Kesepakatan
sendiri; atau Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini
b) orang yang mendapat kuasa atau mandat dari adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan
pemilik tanda tangan. menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang
5. dapat juga mencantumkan tanda tangan dengan membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak
mempergunakan karbon. ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan,
penipuan atau kekhilafan.
Sedangkan penggunaan meterai atas surat 2. Kecakapan
perjanjian telah dikenal di Indonesia sejak zaman
penjajahan Belanda. Di zaman penjajahan Belanda, Kecakapan di sini artinya para pihak yang
ada banyak demang (jabatan setingkat lurah) yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang
dipecat oleh Pemerintah Belanda karena lalai oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum.
menjalankan tugasnya memungut Bea Meterai atas Pada dasarnya semua orang menurut hukum
dokumen yang terhutang. Sebelum dipecat oleh cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap
pihak penjajah ia (demang) diarak mengelilingi pasar adalah orang-orang yang ditentukan hukum, yaitu
dengan tangan terborgol sehingga menjadi bahan anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan di
tontonan masyarakat. Kejadian ini menjadi bahan bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa.
pembelajaran yang efektif kepada masyarakat yang Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang
secara mayoritas masih buta huruf, tidak memiliki menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
ataupun tanpa perlu membaca staatsblad 1817 tentang Perkawinan belum berumur 18 (delapan
No. 50 (Pemungutan Bea Meterai 1817) ataupun belas) tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan
staatsblad 1885 No. 131 (ordonansi pemungutan Bea belas) tahun, apabila seseorang telah atau pernah
Meterai di Hindia-Belanda) ataupun staatsblad 1921 kawin dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk
No. 498 (aturan Bea Meterai 1921/zegelverordening membuat perjanjian.
1921).16 3. Hal tertentu
Dengan kejadian tersebut, masyarakat menjadi Hal tertentu maksudnya objek yang diatur
sadar bahwa surat perjanjian ataupun pernyataan kontrak tersebut harus jelas, setidak-tidaknya dapat
harus dimeteraikan. Masyarakatpun membuat ditentukan. Jadi tidak boleh samar-samar. Hal ini
kesimpulan sendiri (anggapan) bahwa suatu penting untuk memberikan jaminan atau kepastian
dokumen atau surat perjanjian tanpa meterai kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya
adalah tidak sah, sehingga menjadi suatu anggapan kontrak fiktif. Misalnya jual beli sebuah mobil, harus
yang turun-temurun sampai hari ini masyarakat jelas merk apa, buatan tahun berapa, warna apa,
menganggap bahwa suatu dokumen atau surat nomor mesinnya berapa, dan sebagainya. Semakin
perjanjian tanpa meterai adalah tidak kuat atau jelas semakin baik. Tidak boleh misalnya jual beli
tidak sah. sebuah mobil saja, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Salah satu budaya yang tumbuh di masyarakat 4. Sebab yang dibolehkan
adalah anggapan/persepsi bahwa surat perjanjian Maksudnya isi kontrak tidak boleh
adalah sah jika surat perjanjian tersebut lunas Bea bertentangan dengan perundang-undangan yang
Meterai. Budaya tersebut baik jika dihubungkan sifatnya memaksa, ketertiban umum, dan/atau
dengan kepatuhan pajak, akan tetapi jika kesusilaan. Misalnya jual beli bayi adalah tidak
dihubungkan dengan kesadaran hukum maka sah karena bertentangan dengan norma-norma
budaya tersebut kurang bagus. Sah atau tidaknya tersebut.
suatu perjanjian ditentukan oleh Pasal 1320 KUH Bea materai adalah pajak yang dikenakan
Perdata tidak ditentukan oleh pelunasan Bea terhadap dokumen yang menurut undang-undang
Meterai. bea materai menjadi objek bea materai. Dokumen
yang menjadi objek bea materai harus sudah

Meria Utama, Hukum Ekonomi Internasional (Jakarta: PT.


17
16
Mega Tumilaar, “Fungsi Meterai Dalam Memberikan Fikahati Aneska, 2012), h. 70.
Kepastian Hukum Terhadap Surat Perjanjian”, h. 61.
120 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 115-126

dibubuhi benda materai atau pelunasan bea materai Meterai dikenakan atas dokumen yang berbentuk :
sebelum dokumen itu digunakan.18 1. surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
Tahun 2000 dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan
4 dapat diketahui bahwa ada 2 macam nilai bea atau keadaan yang bersifat perdata;
materai, yaitu Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah) dan 2. akta-akta notaris termasuk salinannya;
Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah). Dalam Pasal 3. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
2 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1985 Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya;
disebutkan bahwa suatu dokumen atau surat yang
isinya mengandung nilai uang atau harga nominal 4. surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp.
sampai dengan Rp 250.000,00 (dua ratus lima 1.000.000 (satu juta rupiah):
puluh ribu rupiah) tidak dikenakan bea materai. a) yang menyebutkan penerimaan uang;
Akan tetapi apabila lebih dari Rp 250.000,00 (dua b) yang menyatakan pembukuan uang atau
ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp penyimpanan uang dalam rekening di bank;
1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan bea c) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di
materai dengan tarif Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah). bank;
Selanjutnya Pasal tersebut menyatakan bahwa
d) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang
dokumen yang mempunyai harga nominal lebih
seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan
atau diperhitungkan;
bea materai dengan tarif Rp 6.000,00 (enam ribu
rupiah).19 5. surat berharga seperti wesel, promes, aksep,
Bea Meterai menurut UU Bea Meterai 1985 dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp.
tidak bersifat sebagai penggantian jasa. Pemerintah 1.000.000,- (satu juta rupiah);
mengenakan Bea Meterai atas dokumen tidak 6. efek dengan nama dan dalam bentuk apapun,
ada imbalan secara langsung yang diberikan oleh sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp.
Pemerintah kepada pembayar Bea Meterai. Dalam 1.000.000,- (satu juta rupiah).
melakukan suatu perbuatan, adanya suatu keadaan Dengan demikian maka tiadanya materai
atau kenyataan (peristiwa) tidak diharuskan dalam suatu surat perjanjian maka tidak berarti
seseorang membuat suatu dokumen untuk itu. perbuatan hukumnya tidak sah, melainkan hanya
Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan surat perjanjiannya tidak memenuhi persyaratan
bahwa jika tidak dibuat dokumen tidak ada masalah sebagai alat pembuktian.
pengenaan Bea Meterai atau disingkat: tiada Apabila dokumen kontrak yang dibuat tanpa
dokumen, tiada Bea Meterai. Objek Bea Meterai dibubuhi materai, atau dibuat dikertas biasa bukan
bukanlah perbuatan hukumnya sendiri, seperti kertas materai akan dipergunakan sebagai alat
perbuatan jual beli, menerima uang, melakukan bukti di pengadilan, harus lebih dahulu dilakukan
perborongan pekerjaan dan sebagainya melainkan pemateraian atau nachzageling (Pasal 8 UU No. 13
dokumen yang dibuat untuk membuktikan adanya Tahun 1985).20 Bea materai dapat juga dilunaskan
perbuatan itu seperti surat perjanjian. Sebagaimana dengan cara lain yang ditetapkan oleh Meneteri
diutarakan di atas bahwa Objek Bea Meterai adalah Keuangan. Dengan Keputusan Nomor : 104/
dokumen, tetapi tidak semua dokumen dikenakan KMK.04/1986 tanggal 22 Februari 1986, oleh
Bea Meterai. Yang dikenakan Bea Meterai hanya Menteri Keuangan telah ditetapkan, bahwa bea
dokumen yang disebut dalam Undang-undang saja, materai dapat juga dilunaskan dengan menggunakan
yaitu terbatas pada dokumen yang disebut dalam “mesin teraan materai” (taxograph) atau “alat lain”
Pasal 2 UU Bea Materai 1985. dengan teknologi tertentu.
Dalam Pasal 2 Undang-undang No. 13 Tahun Menurut ketentuan Pasal 7 UU Bea Materai,
1985 tentang Bea Meterai disebutkan bahwa Bea pembubuhan tanda tangan dilakukan sedemikian
18
Aswin Wahyu Ramadhan,. dkk, “Potensi Pajak rupa, sehingga sebagian dari tanda tangan berada
Penerangan Jalan Dan Kontribusinya Pada Pajak Daerah di atas materai tempel. Perlu diketahui, bahwa atas
Kota Malang Periode 2011-2013”, Jurnal Perpajakan suatu lembar materai hanya boleh terlintas satu tanda
(JEJAK), Vol. 8, No. 1 (2016), 3. tangan. Pemateraian dengan menggunakan kertas
19
F.X. Suhardana, Contract Drafting (Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya, 2009), 148. Ibid., h. 149.
20
Erwin Kusnul Kotimah, Urgensi Tanda Tangan dan Materai... 121

materai (kertas zegel) cukup dengan menggunakan usaha franchise yang berkembang di negara tersebut.
kertas zegel tersebut sebagai dokumen. Apabila Jumlah unit usaha franchise yang berkembang di
nilai pajak yang tertera dalam kertas materai itu Amerika Serikat sebanyak 368.458 unit usaha.
kurang dari besarnya bea materai yang terutang, Di negara lain juga telah berkembang unit usaha
kekurangan tersebut dapat dilunaskan dengan cara franchise, seperti di Australia sebanyak 10.303 unit
menambahkan materai tempel secukupnya.21 usaha, Kanada sebanyak 45.000 unit usaha, Jepang
Surat perjanjian diperlukan syarat bahwa surat sebanyak 102.397 unit usaha, dan Inggris sebanyak
atau dokumen itu dibuat dengan tujuan untuk 16.600 unit usaha.
dipakai sebagai alat bukti. Jika surat dibuat tidak Di Indonesia, sistem bisnis dengan franchise
untuk tujuan itu sekalipun mempunyai daya bukti, mulai berkembang sejak tahun 1980-an. Pada saat
maka tidak langsung harus dikenakan Bea Meterai. ini sudah banyak franchise asing yang masuk ke
Yang perlu dibuktikan ialah perbuatan, kenyataan Indonesia, baik dalam perdagangan barang maupun
atau keadaan yang bersifat perdata. Dengan jasa. Selain itu beberapa pengusaha Indonesia
perkataan lain dokumen itu adalah dokumen juga telah mulai mengembangkan domestic franchise,
perdata. seperti Es Teler 77, Salon Rudi Hadisuwarno,
Ny. Tanzil Fried Chiken dan Steak, Kios Modern
Eksistensi Kontrak Franchise (Waralaba) (Kimo), dan lain-lain.24
Lembaga franchise pertama kali dikenal di Franchise berasal dari bahasa Latin, yaitu
Amerika Serikat, yaitu kurang lebih satu abad Francorum rex yang artinya “bebas dari ikatan”,
yang lalu ketika perusahaan bir memberikan yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak
lisensi kepada perusahaan-perusahaan kecil usaha. Sedangkan pengertian franchise berasal dari
untuk mendistribusikan bir produksi pabrik yang bahasa Perancis abad pertengahan, diambil dari
bersangkutan, serta distribusi mobil dan bensin. kata “franc” (bebas) atau “francher” (membebaskan),
Franchise pada saat itu dilakukan pada tingkat yang secara umum diartikan sebagai pemberian
distributor.22 hak istimewa.
Kemudian, di Prancis pada tahun 1200- Dalam praktiknya, istilah franchise dipopulerkan
an, penguasa negara dan penguasa gereja oleh Amerika Serikat. Sedangkan dalam bahasa
mendelegasikan kekuasaan mereka kepada para Indonesia, franchise diterjemahkan sebagai
pedagang dan ahli pertukangan melalui apa yang ”waralaba” yang berarti ”lebih untung”. ”Wara”
dinamakan "diartes de franchise", yaitu hak untuk berarti ”lebih” sedangkan ”laba” berarti ”untung”
menggunakan atau mengolah hutan yang berada istilah waralaba atau franchise berakar dari sejarah
di bawah kekuasaan negara atau gereja. Sebagai masa silam praktik bisnis di Eropa. Pada masa
imbalannya, penguasa negara atau penguasa gereja lalu bangsawan di Eropa diberikan wewenang
menuntut jasa tertentu atau uang. Pemberian hak oleh raja untuk menjadi tuan tanah di daerah-
tersebut diberikan juga kepada para pedagang dan daerah tertentu. Di daerah tersebut, bangsawan
ahli pertukangan untuk penyelenggaraan pasar dan dapat memanfaatkan tanah yang akan dikuasainya
pameran,dengan imbalan sejumlah uang.23 asalkan membayar imbalan pajak/upeti yang harus
Zaman franchise modern baru dimulai pada dikembalikan kepada kerajaan. Sistem tersebut
akhir 1940-an dan awal 1950-an. Hal ini terlihat menyerupai royalty seperti layaknya waralaba pada
dari berkembangnya Mc Donald’s (1955), Carvel saat ini.25
Ice Cream (1945), Jhon Robert Power (1955), Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Kentucky Fried Chicken (1952), dan lain-lain. Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 waralaba diartikan
Sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1988, usaha sebagai sebuah perikatan di mana salah satu pihak
franchise mengalami peningkatan yang sangat besar diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
di Amerika Serikat, hal ini tampak dari banyaknya menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
21
Paulus J. Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak
h. 134-135.
22
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di
24
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di
Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 166. Indonesia, h. 167.
23
Adesia Adilman, “Perlindungan Hukum Haki Dalam
25
Tami Rusli, “Analisis Terhadap Perjanjian Waralaba
Perjanjian Waralaba”, Tesis Universitas Diponegoro Semarang (Franchise) Usaha Toko Alfa Mart”, Keadilan Progresif, Vol.
(2010), h. 26. 6, No. 1 (Maret 2015), h. 64.
122 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 115-126

lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan East Asian Executive Report pada tahun 1983
yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka menggolongkan franchise menjadi 3 macam, yaitu
penyediaan dan/atau penjualan barang dan jasa. sebagai berikut:30
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah 1. Product franchise, di sini penerima franchise hanya
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 bertindak mendistribusikan saja produk dari
waralaba diartikan sebagai hak khusus yang dimiliki partnernya dengan pembatasan areal, seperti
oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap pengecer bahan bakar Shell atau British
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka Pertroleum;
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah 2. Processing franchise or manufacturing franchise, di
terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau sini pemberi franchise hanya memegang peranan
digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian memberi know-how, dari suatu proses produksi
waralaba.26 seperti minuman Coca Cola atau Fanta;
Franchise sebagai suatu cara melakukan 3. Bussiness format/system franchise, di sini pemberi
kerjasama di bidang bisnis antara dua atau lebih franchise sudah memiliki cara yang unik dalam
perusahaan, satu pihak bertindak sebagai franchisor menyajikan produk dalam satu paket, kepada
dan pihak lain sebagai franchisee, dimana di dalamnya konsumen. Seperti Dunkin Donuts, KFC, Pizza
diatur bahwa pihak franchisor sebagai pemilik Hut, dan lain-lain.
suatu merek dan teknologi, memberikan haknya
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis Secara umum ada beberapa keuntungan yang
berdasarkan merek dan teknologi tersebut.27 dapat diperoleh franchisee dalam sistem waralaba,
Franchise merupakan sistem usaha yang yaitu sebagai berikut:31
memiliki ciri khas tertentu berupa jenis produk 1. Modal yang diperlukan untuk usaha waralaba
dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan lebih sedikit dibandingkan dengan usaha
(logo, desain, merek bahkan termasuk pakaian mandiri yang independen.
dan penampilan karyawan perusahaan), rencana 2. Acapkali tidak harus memiliki pengetahuan
pemasaran dan bantuan operasional.28 tentang bisnis yang akan digeluti karena
Pietra Sarosa, salah seorang pengamat franchisor melakukan pelatihan.
waralaba mengatakan keunggulan utama waralaba 3. Resiko bisnis berkurang karena nama dan
adalah karena sistem yang disediakan. “Dengan produk franchisor sudah dikenal dan memiliki
demikian seorang pemodal yang akan menjalankan goodwill. Hal ini karena adanya bantuan dan
investasi tidak harus memulai lagi dari nol”. Banyak dukungan usaha terus menerus yang diberikan
penelitian yang memperlihatkan bahwa 90% usaha oleh franchisor.
bisnis itu gagal dalam tiga tahun pertama. Dalam 4. Adanya hak untuk mengelola bisnis yang sudah
menjalankan bisnis yang sudah memiliki sistem mapan dan memiliki identitas atau merek
tertentu, seperti yang disediakan waralaba para dagang yang legal dan populer sehingga tidak
pebisnis atau investor bebas dari risiko trial and harus mengembangkan ide dan citra produk
error. Mungkin karena itu seorang penulis, Bob yang memerlukan waktu dan tenaga.
Brooke mengatakan keuntungan utama dalam
5. Franchisee hanya memerlukan proses belajar
bisnis waralaba adalah karena risikonya yang sangat
yang singkat, tujuan yang terarah, serta
minimal.29
kekuatan dalam kegiatan promosi yang efisien.
26
Djarot Pribadi, “Akibat Hukum Perjanjian Waralaba yang
dilakukan saat Proses Pendaftaran Merek,” Jurnal Fakultas
6. Produk atau jasa yang sudah terkenal serta
Hukum Universitas Narotama Surabaya, Vol. XX, No. 20 merek dagang yang sudah besar.
(2011), h. 88. 7. Memperoleh dukungan managemen dan
27
Giri Prasadha, “Kajian Yuridis Pelaksanaan Pelaksanaan dukungan promosi.
Waralaba Pada Texas Chicken Padang,” dalam www.
jurnal.unitas-pdg.ac.id diakses tanggal 22 Desember 8. Memperoleh pelatihan managemen (pemasaran,
2016. produksi, keuangan, dan SDM).
28
Adesia Adilman, “Perlindungan Hukum Haki Dalam 30
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di
Perjanjian Waralaba”, h. 22.
Indonesia, 168-169.
29
Camelia Malik, “Implikasi Hukum Adanya Globalisasi 31
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba (Bogor: Ghalia
Bisnis Franchise”, Jurnal Hukum Vol. 14, No. 1 (Januari
Indonesia, 2008), 131-132.
2007), h. 105.
Erwin Kusnul Kotimah, Urgensi Tanda Tangan dan Materai... 123

9. Adanya kemudahan dalam memperoleh 4. Gagal membayar royalti;


pinjaman kepada pihak ketiga bila waralabanya 5. Melakukan tindakan di luar standar kualitas
sudah teruji di pasar. dan jasa.
10. Memiliki sistem pemasaran yang telah teruji. Salah satu resiko dalam kontrak waralaba
11. Resiko kegagalan bisnis yang relatif rendah. adalah bentuk kontrak yang merupakan kontrak
Dengan berbagai keuntungan yang telah baku yang dibuat oleh franchisor dengan menetapkan
dijelaskan, tidak mengherankan waralaba syarat-syarat dan standar yang harus diikuti
menjadi lirikan pengusaha-pengusaha baru untuk oleh franchisee yang memungkinkan franchisor
mengembangkan ladang bisnisnya. dapat membatalkan perjanjian. Franchisor dapat
Sedangkan kerugian bagi franchisee ialah memanfaatkan kedudukan franchisee untuk menguji
sebagai berikut:32 pasar, setelah mengetahui bahwa kondisi pasar
1. Meski memiliki usaha sendiri, kebijakan menguntungkan, maka franchisor dapat memutuskan
umumnya masih ditentukan oleh franchisor perjanjian dan membuka tempat usaha sendiri di
sehingga untuk memperoleh sistem yang baku wilayah franchisee.33
memerlukan proses yang birokratis. Lebih lanjut dalam hal franchisee menyatakan
2. Biasanya franchisor mengontrol berbagai aspek dirinya bangkrut atau dinyatakan bersalah
pengelolaan bisnis, terkadang malah terkesan karena adanya masalah kriminal, franchisor dapat
terlalu membatasi. memutuskan perjanjian waralaba tanpa harus
memberikan catatan kepada franchisee.34
3. Untuk mendapatkan hak waralaba, franchisee Keuntungan bagi franchisor untuk
harus mempertimbangkan sumber dana untuk mewaralabakan bisnisnya antara lain sebagai
pembayaran royalti yang tinggi. berikut:35
4. Kebijakan franchisor tidak selalu disampaikan 1. Modal sepenuhnya berasal dari franchisee, yang
kepada franchisee secara kontinyu serta perlu juga dipakai untuk menjalankan bisnis tersebut.
kreativitas dan pemahaman sendiri dalam segi 2. Franchisor menerima persentase dari penghasilan
managemen usaha. kotor dan tidak memiliki keuntungan dan
5. Pihak franchisor memiliki kedudukan yang lebih kerugian dari franchisee.
tinggi daripada franchise, hal ini disebabkan 3. Franchisee atau orang yang ditunjuk franchisee
karena franchisor sebagai pemilik usaha yang terjun sendiri untuk menangani operasional
menyewakan usahanya tersebut kepada usahanya.
franchisee dengan ketentuan bahwa pihak
franchisee tidak akan menyewakannya kepada 4. Franchisee membayar biaya pelatihan.
pihak lain. Kedudukan ini membuat franchisor 5. Usahanya dapat cepat berkembang, tetapi
dapat menentukan isi perjanjian bahkan dengan menggunakan modal dan motivasi
memutuskan perjanjian secara sepihak. dari franchisee.
Pemutusan kontrak dapat disebabkan karena 6. Mengurangi biaya untuk mengelola merek,
wanprestasi atau kealpaan dari pihak franchisor karena merek adalah time consume to develop, dan
maupun wanprestasi atau kealpaan dari pihak sebagainya.
franchisee. Biasanya alasan franchisor memutuskan Sedangkan kerugian bagi franchisor dalam bisnis
perjanjian karena pihak franchisee melanggar isi waralaba ialah sebagai berikut:36
perjanjian yang telah dibuat. Misalnya jika franchisee 1. Franchisor tidak mudah mengontrol franchisee
tidak memenuhi sales quota minimum yang telah sehingga sulit bagi franchisor untuk mengadakan
disepakati, franchisor dapat memutuskan perjanjian inovasi baru.
tersebut. Hal lain yang mungkin juga terjadi
misalnya: 33
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata (Jakarta: PT.
1. Franchisee menjadi terutang atau tidak mampu RajaGrafindo Persada, 2004), h. 85-86.
membayar utang kepada franchisor (insolven);
34
Lannemey, “Akibat Hukum Pemutusan Perjanjian
Franchise Secara Sepihak Oleh Franchisor Sebelum
2. Terlambat melakukan laporan royalty; Berakhirnya Kontrak”, h. 166.
3. Melakukan pelanggaran atau kerahasiaan; 35
Ibid., h. 133.
36
Ibid., h. 134.
32
Ibid., 132.
124 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 115-126

2. Timbul kesulitan bagi franchisor karena biasanya ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Apabila
timbul harapan yang terlalu tinggi dari franchisee franchisee menuntut ganti rugi, maka franchisor harus
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar- membayar kerugian tersebut. Demikian sebaliknya
besarnya dalam waktu sesingkat-singkatnya. apabila wanprestasi atau kealpaan disebabkan oleh
3. Jika da kenaikan dari segi biaya, biasanya franchisee maka franchisor juga dapat menuntut ganti
franchisor tidak mudah untuk meyakinkan rugi.39
franchisee. Perjanjian waralaba merupakan salah satu
4. Bisa menghancurkan reputasi franchisor jika aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari
ternyata franchisee yang dipilih tidak tepat. perbuatan merugikan pihak lain. Hal ini dikarenakan
perjanjian tersebut dapat menjadi dasar hukum yang
5. Mengingat ikatan waralaba biasanya untuk kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi
jangka waktu yang lama, maka apabila franchisor para pihak yang terlibat dalam sistem waralaba. Jika
ingin mengakhiri perjanjian waralaba secara salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka
sepihak, tidak mudah untuk mengakhirinya pihak lain dapat menuntut pihak yang melanggar
tanpa alasan-alasan yang sah. tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.40
Agar kontrak waralaba tersebut dapat
Urgensi Tanda Tangan dan Materai Dalam dijadikan bukti maka kontrak tersebut harus
Memberikan Kepastian Hukum Terhadap mencantumkan konsensus dari kedua belah pihak,
Kontrak Waralaba yaitu franchisor dan franchisee, yang dalam hal ini
Salah satu fungsi kontrak waralaba yaitu bentuk persetujuan tersebut dinyatakan dengan
memiliki fungsi yuridis. Fungsi yuridis kontrak pembubuhan tanda tangan dalam kontrak tersebut.
waralaba adalah dapat memberikan kepastian Dengan pembubuhan tanda tangan tersebut, maka
hukum bagi para pihak. Sama seperti perjanjian para pihak dianggap mengetahui dan menyetujui
lainnya, dalam pelaksanaan perjanjian franchise sangat baik tempat dan waktu serta isi perjanjian yang
terbuka lebar kemungkinan terjadi permasalahan dibuat tersebut. Tanda tangan juga menunjukkan
atau perselisihan. Wanprestasi dalam kontrak kesengajaan para pihak untuk membuat suatu
waralaba dapat dilakukan oleh pihak pemberi kontrak sebagai suatu bukti atas suatu peristiwa.
waralaba (franchisor) maupun pihak penerima Tanda tang an saja belum memenuhi
waralaba (franchisee). Wanprestasi yang dilakukan persyaratan agar kontrak yang dibuat tesebut
oleh pihak franchisor antara lain: tidak melakukan dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
pembinaan manajemen kepada pihak franchisee, Alat bukti tertulis yang diajukan dalam acara
sedangkan wanprestasi dari pihak franchisee dapat perdata harus dibubuhi meterai.41 Oleh karena itu
berupa tidak membayar fee, melakukan pelayanan untuk menjamin kepastian hukum dari kontrak
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur waralaba, sebaiknya saat penandatanganan dibubuhi
dalam perjanjian waralaba.37 materai, agar sewaktu-waktu franchisor atau franchisee
Walaupun dalam perjanjian tersebut telah ingin mempergunakan kontrak itu sebagai alat
disebutkan hak dan kewajiban masing-masing pembuktian maka dokumen kontrak waralaba
pihak, namun salah satu pihak seringkali tidak dapat tersebut telah memenuhi syarat sebagai alat
melaksanakan isi perjanjian yang telah disepakati pembuktian.
seperti pemutusan secara sepihak sebuah kontrak
perjanjian (franchiseagreement) antara pihak franchisor Penutup
dengan pihak franchisee.38 Berdasarkan analisis kajian diatas, maka dapat
Dampak dari pemutusan perjanjian atau disimpulkan bahwa fungsi tanda tangan dan meterai
kontrak secara sepihak oleh franchisor pastinya dalam kontrak waralaba adalah sebagai pemberi
sangat merugikan franchisee. Sehingga tidak
menutup kemungkinan franchisee untuk menuntut 39
Ibid., h. 166.
40
Lathifah Hanim, “Perlindungan Hukum Haki Dalam
37
Tulus Prijanto, “Waralaba Dan Hukum”, Jurisprudence, Perjanjian Waralaba Di Indonesia,” Jurnal Hukum, Vol.
Vol. 1, No. 1 (Juli 2012), h. 194. XXVI, No. 2 (Agustus 2011), 580.
38
Merry T. J. Ruauw, “Perlindungan Hukum Terhadap 41
Komang Kusdi Wartanaya dan Nyoman A. Martana,
Franchishor Dan Franchisee Dalam Perjanjian “Kekuatan Yuridis Meterai Dalam Surat Perjanjian”,
Franchise”, Jurnal Vol. 1, No.1 (April-Juni 2013), h. 110. Jurnal Hukum, Vol. 01, No. 09 (September 2013), 4.
Erwin Kusnul Kotimah, Urgensi Tanda Tangan dan Materai... 125

kepastian hukum di depan pengadilan. Tanda J. Soepratignja, Paulus. Teknik Pembuatan Akta
tangan merupakan bentuk konsensus/kesepakatan Kontrak, Yogyakarta: Universitas Atma
sekaligus kesengajaan antara kedua belah pihak dan Jaya, 2007.
dengan pembubuhan tanda tangan tersebut, maka Kusdi Wartanaya, Komang, dan Nyoman A.
para pihak dianggap mengetahui dan menyetujui Martana. “Kekuatan Yuridis Meterai Dalam
isi kontrak yang dibuat tersebut. Agar kontrak yang Surat Perjanjian”, Jurnal Hukum, Vol. 01,
dibuat tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti No. 09, September 2013.
di pengadilan, selain membubuhkan tanda tangan, Lannemey, “Akibat Hukum Pemutusan Perjanjian
kontrak waralaba tersebut juga harus dibubuhi Franchise Secara Sepihak Oleh Franchisor
meterai. Sebelum Berakhirnya Kontrak”, Lex
Namun dalam hal ini harus ditegaskan Privatum, Vol. III, No. 1, Jan-Mar 2015.
bahwa sah tidaknya suatu surat perjanjian tidak
ditentukan oleh ada tidaknya meterai namun oleh Malik, Camelia. “Implikasi Hukum Adanya
Pasal 1320 KUH Perdata. Persepsi dan kebiasaan Globalisasi Bisnis Franchise”, Jurnal Hukum,
yang keliru dari masyarakat selama ini mengenai Vol. 14, No. 1, Januari 2007.
penggunaan meterai untuk syarat sahnya suatu surat Prasadha, Giri. “Kajian Yuridis Pelaksanaan
perjanjian perlu dirubah dan diluruskan. Peran serta Waralaba Pada Texas Chicken Padang,”
Pemerintah maupun semua pihak yang memiliki dalam www.jurnal.unitas-pdg.ac.id diakses
pengetahuan hukum sangat diperlukan dalam tanggal 22 Desember 2016.
mengatasi hal ini untuk mencegah kekeliruan yang Pribadi, Djarot. “Akibat Hukum Perjanjian
sama pada generasi berikutnya. Waralaba yang dilakukan saat Proses
Pendaftaran Merek,” Jurnal Fakultas Hukum
Daftar Pustaka Universitas Narotama Surabaya, Vol. XX, No.
Adilman, Adesia. “Perlindungan Hukum Haki 20, 2011.
Dalam Per janjian Waralaba”, Tesis, Prijanto, Tulus. “Waralaba Dan Hukum”,
Semarang: Universitas Diponegoro, 2010. Jurisprudence, Vol. 1, No. 1, Juli 2012.
Averroes Al-Khawarizmi, Damang. “Tujuan Tanda Riskiana Dinaryanti, Ayu. “Tinjauan Yuridis
Tangan” dalam www.negarahukum.com Legalisasi Akta Di Bawah Tangan Oleh
diakses tanggal 22 Desember 2016. Notaris”, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion,
Fuady, Munir. Konsep Hukum Perdata, Jakarta: PT. Vol. 1, No. 3, 2013.
RajaGrafindo Persada, 2004. Rusli, Tami. “Analisis Terhadap Perjanjian Waralaba
Handayani, Tutwuri. “Pengakuan Tanda Tangan (Franchise) Usaha Toko Alfa Mart”, Keadilan
Pada Suatu Dokumen Elektronik Di Progresif, Vol. 6, No. 1, Maret 2015.
Dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata Santoso AZ, Lukman. Hukum Perikatan, Malang:
Di Indonesia”, Tesis Universitas Diponegoro Setara Press, 2016.
Semarang, 2009.
Suhardana, F.X. Contract Drafting, Yogyakarta:
Hanim, Lathifah. “Perlindungan Hukum Haki Universitas Atma Jaya, 2009.
Dalam Perjanjian Waralaba Di Indonesia,”
Sutedi, Adrian. Hukum Waralaba, Bogor: Ghalia
Jurnal Hukum, Vol. XXVI, No. 2, Agustus
Indonesia, 2008.
2011.
Suwignyo, Hadi. “Keabsahan Cap Jempol Sebagai
H.S., Salim. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat
Pengganti Tanda Tangan Dalam Pembuatan
di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Akta Otentik”, Jurnal Studi Kenotariatan
Isnaini Wahyu Utomo, Hatta. “Penggunaan NOTARIUS, Vol. 1, No. 1, 2009.
Surrogate Sebagai Pengganti Tanda Tangan
Tumilaar, Meg a. “Fungsi Meterai Dalam
Dalam Akta Notaris Dan Implikasinya
Memberikan Kepastian Hukum Terhadap
Terhadap Kedudukan Akta” dalam www.m-
Surat Perjanjian”, Lex Privatum, Vol. III, No.
notariat.narotama.ac.id diakses tanggal 22
1, Jan-Mar 2015.
Desember 2016.
T. J. Ruauw, Merry. “Perlindungan Hukum
Terhadap Franchishor Dan Franchisee
126 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 115-126

Dalam Perjanjian Franchise”, Jurnal Vol. 1,


No.1, April-Juni 2013.
Utama, Meria. Hukum Ekonomi Internasional, Jakarta:
PT. Fikahati Aneska, 2012.
Wahyu Ramadhan,. Aswin, dkk. “Potensi Pajak
Penerangan Jalan Dan Kontribusinya Pada
Pajak Daerah Kota Malang Periode 2011-
2013”, Jurnal Perpajakan (JEJAK), Vol. 8,
No. 1, 2016.

Anda mungkin juga menyukai