Anda di halaman 1dari 6

Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No.

1, Desember 2012

PRINSIP PERJANJIAN CAMPURAN DALAM


PERJANJIAN LISENSI DAN PERJANJIAN
WARALABA
Andyna Susiawaty Achmad, S.H., M.Kn., M.H
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pelita Harapan
Surabaya, Indonesia

Abstrak—Perjanjian lisensi dan perjanjian Pertumbuhan ekonomi terasa semakin


waralaba(franchise)adalah merupakan jenis perjanjian yang meningkat dan kompleks, termasuk pula didalamnya
serupa tapi tak sama. Sekilas masyarakat awam akan mengenai bentuk kerjasama bisnis internasional. Dalam
menganggap bahwa jenis perjanjian ini sama saja, dan era globalisasi sekarang ini, sudah banyak cara untuk
masyarakat seringkali membuat perjanjian lisensi dengan
konsep waralaba demikian pula sebaliknya. Padahala dari segi
memajukan dunia bisnis, di mana dalam perkembangan
hukum kedua jenis perjanjian ini jelas mempunyai perbedaan, dan pengaruh globalisasi, orang tidak lagi menggunakan
dan terlebih lagi perbedaan diantara keduanya ini membawa cara-cara konvensional namun menggunakan cara-cara
konsekuensi hukum yang berbeda pula, sehingga seharusnya yang modern yang lebih efektif dan efisien seperti
kedua perjanjian ini tidak dapat dicampuradukan perjanjian waralaba (franchise) dan perjanjian lisensi.
penggunaannya. Konsep hukum dan Asas hukum adalah Istilah perjanjian sudah tidak asing bagi kita
merupakan pegangan dalam menyelesaikan setiap konflik karena hampir sebagian besar aktivitas kita menjadikan
hukum yang tidak dapat dipecahkan melalui peraturan hukum. perjanjian sebagai suatu sarana untuk berbisnis atau
Dalam hukum dikenal adanya asas kebebsan berkontrak yang bertransaksi. Untuk lebih jelasnya memahami apa
terdapat dalam pasal 1338 Burgerlijk Wetboek (BW) / Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer). Hukum mengenal
sesungguhnya perjanjian itu, perjanjian adalah suatu
pula adanya konsep perjanjian campuran. Asas kebebsan peristiwa dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya
berkontrak dan konsep perjanjian campuran dapat dipakai kepada pihak lainnya untuk melaksanakan sesuatu,
sebagai solusi penyelesaian terjadinya kekacauan penggunaan dengan kata lain perjanjian merupakan salah satu sumber
jenis perjanjian lisensi dan perjanjian waralaba tersebut. Ada yang paling banyak menimbulkan perikatan karena
beberapa penyesuaian yang harus dilakukan agar kedua jenis hukum perjanjian menganut sistem terbuka sehingga
perjanjian ini dapat digabungkan kedalam bentuk perjanjian anggota masyarakat bebas untuk mengadakan perjanjian
campuran. Dan ada beberapa konsekuensi hukum yang harus dan undang-undang hanya berfungsi untuk melengkapi
ditaati dan dijadikan acuan, agar penyelesaian sengketa pada perjanjian yang dibuat oleh masyarakat.
jenis perjanjian campuran ini dapat terelesaikan dengan baik.
Sistem terbuka dalam perjanjian mensyaratkan
Kata kunci – Franchise, Lisensi, asas kebebasan berkontrak, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara “sah” akan
perjanjian campuran. mengikat bagi siapapun yang membuatnya. Kata semua
perjanjian yang sah ini berarti mengacu pada syarat
sahnya perjanjian 1320 Burgerlijk Wetboek (selanjutnya
I. PENDAHULUAN disebut BW). Hal ini berimplikasi pula pada beberapa
jenis perjanjian. Salah satu contohnya adalah pada
Pada era globaliasasi dewasa ini, sebagian besar perjanjian franchise dan perjanjian lisensi. Seringkali
negara di dunia mencoba untuk membangun perjanjian lisensi mengandung unsur-unsur perjanjian
perekonomiannya dan melakukan ekspansi kegiatan franchise, demikian pula sebaliknya. Padahal kedua
ekonomi ke berbagai negara, khususnya ke negara perjanjian tersebut tunduk pada berbagai peraturan yang
berkembang. Terjadinya globalisasi ditandai dengan berbeda. Misalnya perbedaan paling mencolok dari keduanya
semakin transparannya kegiatan perekonomian di dunia. adalah, lisensi tunduk pada pengaturan undang-undang
Seolah-olah negara berdaulat menjadi tanpa batas dengan dibidang hak kekayaan intelektual, sementara franchise
negara berdaulat yang lain di dunia ini, telah mengubah tunduk pada Peraturan Pemerintah tersendiri yang mengatur
wajah kehidupan perekonomian di seluruh dunia 1 , mengenai sistem format bisnis waralaba. Kompetensi
termasuk Indonesia. pengadilannya pun berbeda. Sengketa perjanjian lisensi jika
1
mengacu pada undang-undang hak kekayaan intelektual akan
Nindyo Pramono, Bunga Rampai hukum bisnis Aktual, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, h 150.
1
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

diselesaikan melalui pengadilan niaga, sementara franchise tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang No 32 Tahun
akan diselesaikan pada pengadilan umum. 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
Dalam ilmu hukum apabila ada konflik norma, Undang-Undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten,
maupun konflik-konflik persoalan hukum, maka harus dapat Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merk,
diselesaikan melalui asas-asas hukum. Asas kebebasan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 42 Tahun 2007
berkontrak adalah merupakan asas hukum yang ada dinegara tentang Waralaba.
manapun. Asas kebebasan berkontrak membawa Bahan/sumber hukum
konsekuensi bahwa perjanjian itu dimungkinkan untuk bebas Bahan/sumber hukum yang digunakan dalam
bentuk, bebas isi, dan bebas pihak. Penulis mencoba penelitian ini dapat dibedakan sebagai berikut:
menyelesaikan persoalan ketidak sinkronan penggunaan  Bahan hukum primer, yang merupakan bahan
perjanjian franchise dengan perjanjian lisensi ini melalui hukum yang sifatnya mengikat, berupa
sebuah asas yaitu asas kebebasan berkontrak yang kemudian peraturan perundang-undangan, dalam hal ini
terwujud melalui mekanisme hukum yaitu yakni peraturan perundang-undangan yang
mengakomodasikannya ke dalam sebuah perjanjian yang berkaitan lisensi dan waralaba
dikenal secara hukum yaitu perjanjian campuran. Perjanjian  Bahan hukum sekunder berupa buku yang
campuran mempunyai konsep tersendiri, sehingga apabila berkaitan dengan tindak pidana korupsi dan
perjanjian franchise dan perjanjian lisensi digabungkan ajaran sifat melawan hukum, literatur-literatur,
disini, maka seharusnya ada beberapa penyesuaian- hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel,
penyesuaian guna dapat menjamin bekerjanya perjanjian hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah
campuran ini. lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang yang penulis Langkah penelitian
uraikan di atas, maka rumusan masalah yang Penulisan ini dilakukan dengan cara
dikemukakan adalah Apakah perjanjian campuran mengumpulkan bahan hukum yang didapatkan dengan
dapatmengakmodir kepentingan penggabungan cara membaca, mempelajari peraturan-peraturan yang
perjanjian lisensi dan perjanjian waralaba? berlaku, literatur-literatur yang berhubungan dengan
Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah permasalahan penulisan ini. Kemudian
untuk memperkenalkan perjanjian campuran kepada menginventarisasi bahan-bahan hukum tersebut, dan
masyarakat sebagai suatu alternative pilihan dalam akhirnya disusun secara sistematis. Pembahasan masalah
penggabungan perjanjian lisensi dan perjanjian dengan menggunakan metode deduksi yaitu metode
waralaba. yang menggunakan pemikiran yang berawal dari
Manfaat dari penelitian ini adalah guna pengetahuan yang bersifat umum yang diperoleh dari
memberikan pedoman dan masukan kepada masyarakat peraturan perundang-undangan yang ada, lalu kemudian
mengenai perjanjian campuran sebagai salah-satu pilihan diimplementasikan pada permasalahan yang bersifat
dalam penggabungan dua konstruksi hukum perjanjian khusus yang terjadi, sehingga diperoleh jawaban atas
khususnya permbuatan perjanjian lisensi dan perjanjian permasalahan yang dikemukan.
waralaba.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian "franchise" berasal dari bahasa Perancis
II. METODOLOGI PENELITIAN abad pertengahan, diambil dari kata "franch" (bebas) atau
Tipe penelitian "francher" (membebaskan), yang secara umum diartikan
Penelitian ini adalah merupakan Penelitian sebagai pemberian hak istimewa 2. Dengan demikian di
bidang hukum, sehingga menggunakan penelitian yuridis dalam franchise terkandung makna, bahwa seseorang
normatif yaitu penelitian kepustakaan dalam rangka memberikan kebebasan untuk menggunakan atau
memperoleh bahan hukum, dan menganalisanya. membuat atau menjual sesuatu. Pengertian franchise dalam
Penelitian yuridis normatif akan menggunakan tipe Peraturan Pemerintah tentang Waralaba terdapat dalam
penelitian sendiri yang berbeda dengan tipe-tipe Pasal 1 angka 1 “ waralaba adalah hak khusus yang
penelitian empiris maupun tipe penelitian dari bidang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap
ilmu lainnya. sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
Pendekatan masalah memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti
Pendekatan masalah dalam penelitian ini berhasil dan dapat dimamfaatkan dan atau digunakan oleh
menggunakan Conseptual Approach dan Statute pihak lain berdasarkan perjanjanjian waralaba3.
Approach. Conseptual Approach adalah pendekatan Dilihat dari perspektif bisnis, istilah waralaba
berdasarkan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin juga dapat dipahami sebagai salah satu bentuk aktivitas
yang berkembang dalam ilmu hukum yang berkaitan pemasaran dan distribusi di mana perusahaan yang besar
denga ajaran sifat melawan hukum, yakni literatur dan memberikan hak-hak istimewa kepada perusahaan kecil
doktrin-doktrin yang membahas ajaran sifat melawan atau individu untuk menjalankan bisnis waralaba tersebut
hukum. Statute Approach adalah pendekatan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang 2
M. Udin Silalahi, Perjanjian Franchise berdasarkan Hukum
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang Persaingan Eropa, Jurnal Hukum Bisnis, Vol l6, 1999, h 59.
3
ditangani, yaitu Undang-Undang No 30 Tahun 2000 Lihat Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang
Waralaba Pasal 1 angka 1.
2
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

di suatu tempat dan waktu tertentu. Waralaba juga dapat 4. izin dapat diberikan untuk keseluruhan
dipahami sebagai salah satu bentuk metode produksi dan maupun sebagian;
distribusi barang atau jasa kepada konsumen dengan 5. izin tersebut dalam jangka waktu tertentu
menggunakan satu standar dan sistem eksplotasi tertentu. dan syarat tertentu;
Definisi dari standar dan sistem ekspolitasi tersebut
meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, Kedua bentuk perjanjian ini dapat dikatakan
merek, sistem produksi, tata cara pengemasan, penyajian serupa tapi tak sama. Keduanya memiliki persamaan-
dan distribusinya4. Jika dilihat dari segi hukum, menurut persamaan tertentu. Persamaan diantara keduanya adalah
Bryan A. Garner franchise bermakna: " The sole right sebagai berikut :
granted by the owner of a trademark or tradename to engage 1. bentuk dasarnya adalah perjanjian, sebagai
in business or to sell a good or service in a certain area “5. bentuk perjanjian maka baik lisensi
Sementara Perjanjian lisensi adalah merupakan maupun waralaba tunduk pada ketentuan
embrio dari perjanjian waralaba. Semua perjanjian yang diatur secara umum mengenai
waralaba pasti di dalamnya mengandung perjanjian perjanjian, sehingga tunduk pada perjanjian
lisensi. Namun sebaliknya, tidak semua perjanjian secara umum sebagaimana yang diatur
lisensi mengandung waralaba di dalamnya. Lisensi dalam buku III KUHPerdata. Tunduk pada
pengertianya secara umum yaitu memberikan ijin, syarat-syarat sah perjanjian yang diatur
misalnya memberikan ijin menggunakan nama. dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan di
Pengertian lisensi dalam Black’s law Dictionary. “ A dalamnya pula terdapat asas-asas umum
Personal privilege to do some pacticular act or series of perjanjian, misalnya asas kebebasan
acts…atau “ The permission by competent authority to berkontrak, sebagaimana yang diatur dalam
do an act which, without such permission would be Pasal 1337 KUHPerdata, jadi baik dalam
illegal, a trespass, a tort, or otherwise would not lisensi maupun waralaba para pihak bebas
allowable ”, dimana artinya lisensi adalah suatu bentuk untuk mengaturnya selama dan sepanjang
hak untuk melakukan satu atau serangkaian tindakan tida bertentangan dengan syarat sahnya
atau perbuatan yang diberikan oleh mereka yang perjanjian dan berbagai peraturan yang
berwenang dalam bentuk izin. Tanpa adanya izin mengaturnya.
tersebut, maka tindakan atau perbuatan tersebut 2. Kedua, baik lisensi maupun waralaba
merupakan suatu yang terlarang, yang tidak sah, yang berangkat dari suatu sistem pemberian hak
merupakan perbuatan yang melawan hukum6. untuk melaksanakan hak kekayaan
Perjanjian waralaba memiliki karakter utama, intelektual dalam arti luas termasuk di
yaitu dalam perjanjiannya, harus mengandung unsur- dalamnya penemuan, sistem usaha, dan ciri
unsur7 : khas lainnya. Disamping itu keduanya juga
1. adanya konsep bisnis yang menyeluruh sama-sama memperoleh keuntungan dari
dari pemberi waralaba; pembiayaan fee atas royalti dan izin
2. adanya proses permulaan dan pelatihan penggunaan tersebut dan keduanya
atas seluruh aspek pengolahan bisnis, bergerak dalam rana bisnis. Persamaan
sesuai dengan konsep pemberi waaralaba; selanjutnya adalah baik perjanjian lisensi
3. adanya proses bantuan dan bimbingan yang maupun perjanjian waralaba harus
terus menerus dari pihak pemberi waralaba didaftarkan sebagai bentuk /adanya
Karateristik pperjanjian lisensi, misalnya lisensi publikasi atas adaya pemberian izin
merek akan mengandung unsur-unsur sebagaimana tersebut kepada pihak lain.
tersebut dibawah ini8 :
1. adanya izin yang diberikan oleh pemegang Perbedaan pokok dalam perjanjian waralaba
merek; dan perjanjian lisensi yaitu, dalam perjanjian waralaba,
2. izin tersebut diberikan dalam bentuk melibatkan suatu kewajiban untuk menggunakan suatu
perjanjian; sistem dan metode yang ditetapkan oleh pemberi
3. izin hanya merupakan pemberian hak waralaba. Pada franchise keterlibatan seorang franchisor
untuk menggunakan merek tersebut bukan lebih banyak, tidak sebatas memberikan izin penggunaan
pengalihan hak; hak atas HAKI tersebut tapi juga bisnis itu harus survive.
Franchisor harus memonitor, memandu, memberi
4 pelatihan, menyelengarakan marketing programnya dan
Ridwan Khairandy, Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih
Teknologi, Insan Budi Maulana, et.al. ad., Kapita Selekta Hak bantuan-bantuan lain yang berkesinambungan.
Kekayaan Intelektual I, Yayasan Klinik HAKI Jakarta-PSH Fakultas Apabila diperinci maka perbedaan dari
Hukum UII, Yogyakarta, 2000, h 133. keduanya, sebagai berikut :
5
Bryan A. Garner et.al (ed), Black’s Law Dictionary, Eight 1. Lisensi merupakan suatu bentuk pemberian izin
Edition, Thomson West, 2004, h 683.
6
Gunawan Widjaya, Lisensi atau Waralaba Suatu Panduan untuk memamfaatkan atau mempergunakan hak
Praktis, Raja Grafindo, Jakarta, 2001, h 3. (selanjutnya disebut kekayaan interlektual, yang dapat diberikan
Gunawan II).
7
oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi
Ibid, h 44 agar penerima lisensi dapat melakukan suatu
8
Ibid, h 30
3
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

bentuk kegaiatan usaha baik dalam bentuk Dalam prakteknya/ kenyataannya sering kali
tekonoli maupun pengetahuan (know/how) terjadi kesalahan dalam penerapan ke dua jenis
yang dapat digunakan memproduksi, perjanjian tersebut di atas. Kadang sebuah perjanjian
menghasilkan, memasarkan barang tertentu lisensi namun jika ditelusuri lebih lanjut isinya
maupun yang akan dipergunakan untuk mengandung hal-hal atau karateristik perjanjian
melaksanakan kegiatan jasa tertentu, dengan waralaba dan sebaliknya sebuah perjanjian waralaba tapi
menggunakan hak atas kekayaan intelektual sebenarnya lebih mengarah kepada perjanjian lisensinya
yang dilisensikan. Sedangkan pada waralaba saja. Contoh kasusnya :
melibatkan tidak hanya penggunaan atas 1. Apple’s multitouch gestures — seperti pada
kekayaan hak intelektual melainkan juga iPhone yang bisa menggunakan dua jari atau
penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lebih untuk melakukan operasi tertentu. Multi
lain dengan suatu imbalan berdasarkan Touch ini telah dipatenkan oleh Apple,
persyaratan dan atau penjualan atas barang dan sehingga tidak bisa dipakai diperangkat lain
jasa atau dengan kata lain waralaba melibatkan seperti Android dan Apple sendiri mempunyai
pemamfaatan hak atas hak kekayaan intelektual hak merek atas iPhone, tidak ada produk lain
dalam arti luas. yang boleh menggunakan merek iPhone selain
2. Pengaturan lisensi di Indonesia dapat Apple kecuali atas izin Apple. Dalam hal ini
ditemukan dalam berbagai macam peraturan Vicariya selaku pengusaha handphone
perundang-undangan yang mengatur tentang mengadakan kerjasama/ perjanjian lisensi
hak kekayaan intelektual : dengan Apple untuk penggunaan merek iPhone
a. Undang-Undang No 30 Tahun dan paten Multi Touch tersebut pada
2000 tentang Rahasia Dagang handphone produksi perusahaannya. Jika
b. Undang-Undang No 32 Tahun ditelusuri ternyata dalam pelaksanaan
2000 tentang Desain Tata Letak perjanjian tersebut mengandung karateristik
Sirkuit Terpadu perjanjian waralaba, bukan hanya sekedar
c. Undang-Undang No 14 Tahun pemamfaatan hak atas merek iPhone dan paten
2001 tentang Paten Multi Touch tersebut tetapi isi perjanjiannya
d. Undang-Undang No 15 Tahun juga mengatur tentang bagaimana adanya
2001 tentang Merk konsep bisnis yang menyeluruh dari pemilik
Secara khusus dalam undang-undang tersebut perusahaan Apple serta adanya proses
di atas terdapat aturan khusus mengenai permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek
perjanjian lisensi. Sedangkan perjanjian pengolahan bisnis, sesuai dengan konsep Apple
waralaba dalam Peraturan Pemerintah kepada semua penerima perjanjian
Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralabanya.
Waralaba, Peraturan Menteri Perdagangan 2. Tuan X membuat perjanjian waralaba dengan
Republik Indonesia Nomor 12/M- perusahaan Coca cola. Dalam perjanjian
DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan dan tata tersebut ternyata hanya mengatur tentang
cara penerbitan surat tanda pendaftaran usaha pemberian izin penggunaan/pemamfaatan dari
waralaba dan juga Peraturan Menteri merek coca cola tersebut dan tidak mengatur
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 14/M- lebih lanjut mengenai sistem bisnis dan konsep
DAG/PER/3/2007 tentang Standarisasi coca cola secara keseluruhan.
Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Keadaan di atas menunjukkan bahwa adanya
Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan kerancuan dalam masyarakat mengenai pengertian dan
Jasa diperdagangkan serta juga tunduk pada penerapan dari perjanjian lisensi dan perjanjian
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M- waralaba. Hal ini akan membawa dampak yang negatif
DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan terhadap dunia bisnis pada umumnya dan hukum pada
Waralaba. khususnya.
3. Dalam perjanjian lisensi dikenal royalty fee Dalam ilmu hukum khususnya bidang hukum
sedangkan dalam perjanjian waralaba perdata di kenal adanya perjanjian campuran. Perjanjian
disamping royalty fee akan ada biaya-biaya campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai
awal pelatihan, biaya produk dan sebagainya. unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang
4. Pendaftaran perjanjian lisensi didaftarkan pada menyewakan kamar (sewa-menyewa), tetapi
Dirjen Hak Kekayaan Inteklektual dan jika menyajikan makanan (jual-beli) dan juga memberikan
terjadi sengketa itu berada dalam kompetensi pelayanan.
absolut pengadilan niaga sedangkan perjanjian Melalui perjanjian campuran ini beberapa jenis
waralaba di daftarkan pada Departeman perjanjian dapat digabungkan menjadi satu perjanjian,
Perdagangan dan Industri, jika terjadi sengketa misalnya : perjanjian sewa kos, memberikan pelayanan
dalam perjanjian waralaba maka itu berada katering makanan dan laundry baju. Jika diteliti ada 3
dalam kompetensi absolut Pengadilan Negeri bentuk perjanjian yaitu sewa menyewa kos, perjanjian
katering makanan dan perjanjian laundry baju, namun
4
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

dengan adanya perjanjian campuran, dapat digabungkan Pasal 1338 KUHPERDATA. Perjanjian lisensi dan
menjadi satu sehingga pengaturannya tidak berbelit-belit perjanjian waralaba boleh untuk digabungkan dalam
dan konsekuensinya adalah berlakunya Pasal 1338 perjanjian campuran. KUHPerdata bersifat terbuka dan
KUHPerdata “ segala sesuatu perjanjian dibuat secara memang membuka peluang terjadinya perjanjian
sah oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi campuran.
mereka yang membuatnya “ . Konsep perjanjian Bila terjadi sengketa dalam perjajian campuran
campuran sendiri dalam sistem hukum Indonesia belum hukum yang pertama yang diacu para pihak adalah
begitu banyak di gunakan, pada penerapannya biasanya hukum yang telah dipilih para pihak dalam perjanjian
perjanjian campuran di pakai hakim sebagai solusi untuk tersebut, apabila dalam perjanjian tersebut tidak ada
menyelesaikan sengketa perjanjian yang di dalamnya choice of law maka hukum yang diacu adalah hukum
tunduk pada berbagai macam aturan perundang- yang terdekat dengan Pokok sengketa yang terjadi.
undangan. Saran dalam penelitian ini adalah :
Apabila kedua bentuk perjanjian ini 1. Saran dalam penelitian ini Kalau perjanjian itu
digabungkan ke dalam bentuk perjanjian campuran, adalah perjanjian campuran hendaklah nama
maka permasalahannya kemudian adalah manakala ada dari perjanjian tersebut dibuat berbeda dengan
sengketa terhadap perjanjian campuran ini, peraturan perjanjian bernama yang merupakan bagian
hukum yang manakah yang dapat dipakai untuk dari perjanjian itu.
menyelesaikannya. Sejumlah terori diajukan berkenaan 2. Hakim dalam memutus perkara terkait dengan
dengan persoalan di atas, teori-teori tersebut diantaranya perjanjian campuran hendaklah kembali pada
adalah teori absorpsi, teori kumulasi, teori sui generis. aturan dasar yang mengatur tentang perjanjian,
Dapat dijabarkan sebagai berikut : jadi hakim pertamakali harus berpegang teguh
1. Paham pertama, mengatakan bahwa ketentuan- pada ketentuan yang telah disepakati para pihak
ketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan dalam perjanjian tersebut.
secara analogis, sehingga setiap unsur dari
perjanjian khusus tetap ada (contractus sui REFERENSI
generis). [1] Badrulzaman, Mariam Darus et al, 2001, Kompilasi Hukum
2. Paham kedua, mengatakan bahwa ketentuan- Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
ketentuan yang dipakai adalah ketentuan-
ketentuan dari perjanjian yang paling menentukan [2] Black, Henry Campbell, 1991, Black Law Dictionary, West
Publishing Co, St. Paul Minn.
(teori absorbsi).
3. Paham Ketiga, mengatakan bahwa ketentuan-
[3] Cheesman, Henry R., 1995, Business Law : The Legal, Ethical,
ketentuan undang-undang yang diterapkan and International Environment, Edisi Kedua, New Jersey,
terhadap perjanjian campuran itu adalah Engelewood Cliffs.
ketentuan undang-undang yang berlaku untuk itu
(teori kombinasi). [4] Fuady, Munir, 2002, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis
Jadi dapat disimpulkan Dalam teori absorpsi , Moderen di Era Global, Citra Aditya Bhakti, Bandung,
maka satu tipe perjanjian paling dominan akan
menentukan, dengan akibat ketentuan-ketentuan dari [5] Garner, Bryan A. et.al (ed), 2004, Black’s Law Dictionary, Eight
perjanjian yang paling dominan akan berlaku. Menurut Edition, Thomson West.
teori kumulasi atau kombinasi adalah semua ketentuan
dari perjanjian yang ada akan dikombinasikan. Berbeda [6] Hernoko, Agus Yudha, 2008, Hukum Perjanjian: Azas
Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Laks Bang
dengan kedua teori di atas maka teori sui generis Mediatama, Yogyakarta.
menganggap perjanjian campuran sebagai perjanjian
tidak bernama. Kosekuensinya, untuk perjanjian [7] Ismail, Yustian, 1997, Pengembangan Franchise dan larangan
campuran dianggap berlaku beberapa ketentuan umum Ritel besar masuk Kabupaten, Business News.
perjanjian dan ketentuan-ketentuan dari perjanjian
bernama di dalamnya yang diterapkan secara analogis. [8] Khairandy, Ridwan, 2000, Perjanjian Franchise Sebagai Sarana
Alih Teknologi, Insan Budi Maulana, et.al. ad., Kapita Selekta
Hak Kekayaan Intelektual I, Yayasan Klinik HAKI Jakarta-PSH
IV. KESIMPULAN Fakultas Hukum UII, Yogyakarta.
[9] Khairandy, Ridwan, 1997, Franchise dan Kaitannya Sebagai
Perjanjian lisensi dan perjanjian waralaba Sarana Alih Teknologi: Suatu Tinjaun Hukum, Jurnal Hukum,
mempunyai karateristik yang hampir sama tetapi No. 7, Vol 4, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia,
mempunyai pengaturan normatif yang berbeda. Yogyakarta.
Perjanjian lisensi lahir karena merupakan salah satu [10] Lindsey, Tim at. al, 2003, Hak Kekayaan Intelektual Suatu
Pengantar, Asian Law Group Ltd bekerjasama dengan Alumni,
bagian dari ijin penggunaan Hak Kekayaan Intelektual Bandung.
sementara perjanjian waralaba merupakan konsep
peralihan system bisnis yang ruang lingkupnya lebih [11] Muhammad, Abdulkadir, 1982, Hukum Perikatan, Alumni,
luas dari perjanjian lisensi. Bandung,
Perjanjian campuran dapat dan boleh dilakukan
sepanjang para pihak sepakat demikian berdasarkan
5
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

[12] Pramono , Nindyo, 2006 , Bunga Rampai hukum bisnis Aktual, [19] Surmardi, Juanjir, 1995, Aspek-Aspek Hukum Franchise Dan
PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Perusahaan Transnasional, Citra Aditya Bakti, Bandung.

[13] Queen, Dougalas J, 1993, Pedoman membeli dan menjalankan [20] UNTCT, 1978, Transnational Corporation and Tecnology
Franchise :Tuntunan langkah demi langkah menuju keberhasilan Transfer Effect dan Policy Issues, United Nations, New York.
suatu Franchise, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
[21] V. Winarto, Pengembangan Waralaba (Franchise) di Indonesia,
[14] Saheroji Hari, 1980, Pokok-pokok Hukum Perdata, Aksara baru aspek Hukum dan Non Hukum, Makalah dalam Seminar Aspek-
, Jakarta. aspek hukum tentang Franchising oleh Ikadin cabang Surabaya,
23 oktober 1993
[15] Silalahi, M. Udin, 1999, Perjanjian Franchise berdasarkan
Hukum Persaingan Eropa, Jurnal Hukum Bisnis, Vol l6. [22] Widjaya , Gunawan, 2001, Waralaba, Sinar Grafindo, Jakarta.

[16] Saidin, O.K., 2003, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual [23] Widjaya, Gunawan, 2001, Lisensi atau Waralaba Suatu
(Intellectual Property Rights) Rajawali, Pers, Jakarta. Panduan Praktis, Raja Grafindo, Jakarta.

[17] Subekti, 2005, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta. [24] Widjaya, Gunawan, 2003, Lisensi, Rawali Pers, Jakarta.

[18] Suherman , Ade Maman, 2004, Pengantar Perbandingan Sistem [25] Widjaya, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia,
Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. PT. Puja Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai