Anda di halaman 1dari 3

SOAL UJIAN AKHIR

MATA KULIAH : KEBIJAKAN KRIMINAL


DOSEN : 1. Dr. Moh Hatta, SH
2. JS. Murdomo, SH., M.Hum
HARI/TANGGAL : 15 Januari 2014
WAKTU : 90 MENIT
SIFAT : TERTUTUP
Soal :
1. Kebijakan Hukum Pidana adalah bagaimana pemerintah dalam menggunakan hukum
pidana sebagai alat untuk mengatur masyarakat. Menurut saudara apakah dalam
memberantas tindak pidana korupsi pemerintah sudah menggunakan instrumen hukum
dengan baik.
Jawab :
Menurut saya dalam memberantas tindak pidana korupsi pemerintah sudah menggunakan
instrumen hukum sudah dengan baik walaupun pada perkembangannnya dan
perjalananya ada unsur politik.

2. Social Policy terdiri dari kebijakan antara upaya untuk kesejahteraan sosial dan
kebijakan perlindungan masyarakat. Apakah kebijakan pemerintah sudah menuju
kearah kesejahteraan sosial dan perlindungan masyarakat. Mohon jawaban anda
dikaitkan dengan masalah konflik aliran agama di Indonesia.
Jawab :
kebijakan pemerintah sudah menuju kearah kesejahteraan sosial dan perlindungan
masyarakat. Mohon jawaban anda dikaitkan dengan masalah konflik aliran agama di
Dalam konteks Indonesia, modernisasi politik ini sebenarnya sudah dicanangkan sejak
awal kemerdekaan, sebagaimana dapat dilihat dalam perdebatan-perdebatan pada rapat-
rapat persiapan kemerdekaan. Namun hal ini mengalami pasang surut sejalan dengan
kecenderungan politik pemerintah.Modernisasi politik secara demokratis baru terjadi
pada era reformasi ini, terutama melalui amandemen UUD 1945 yang melahirkan
pembatasan kekuasaan presiden, penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas,
pembangunan sistem multi partai, jaminan kebebasan yang lebih besar untuk berekspresi
dan sebagainya. Hanya saja, sebagian dari ekspresi kebebasan itu melahirkan sejumlah
aspirasi dan sikap yangpotensial dapat mengancam harmoni sosial dan integrasi nasional,
termasuk yang berkaitan dengan aspirasi dan ekspresi keagamaan.
Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama dan negara
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni integrated (penyatuan antara agama
dan negara), intersectional (persinggungan antara agama dan negara), dan sekularistik
(pemisahan antara agama dan negara.Bentuk hubungan antara agama dan negara di
negara-negara Barat dianggap sudah selesai dengan sekularismenya atau pemisahan
antara agama dan negara. Paham ini menurut The Encyclopedia of Religion adalah
sebuah ideologi, dimana para pendukungnya dengan sadar mengecam segala bentuk
supernaturalisme dan lembaga yang dikhususkan untuk itu, dengan mendukung prinsip-
prinsip non-agama atau anti-agama sebagai dasar bagi moralitas pribadi dan organisasi
sosial.
3. Apa yang dimaksud dengan penanggulangan kejahatan melalui sarana Penal dan
melalui sarana Non Penal. Menurut saudara diantara dua sarana tersebut mana yang
lebih strategis.
Jawab :
Penyelenggaraan peradilan pidana adalah merupakan salah satu aspek saja yaitu usaha
masyarakat dalam menang- gulangi kejahatan masyarakat menggunakan sara hukum
pidana (penal), di samping itu masih dikenal usaha masyarakat menaggu- langi kejahatan
melalui sarana non hukum pidana (non penal). Usaha-usaha non hukum pidana ini sangat
menunjang penyelenggara- an peradilan pidana dalam mencapai tujuannya. Dalam hal
usaha non hukum pidana (non penal) menurut Barda Nawawi Arief Usaha-usaha yang
rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik kriminal)sudah
barang tentu tidak hanya dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), tetapi dapat
juga dengan menggunakan sarana non penal. Usahausaha non penal antara lain misalnya
penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka pengembangan tanggung jawab sosial
warga masyarakat, penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral,
agama dan sebagainya. Peningkatan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja, kegiatan
patroli dan pengawasan lainnya secara kontinu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya
dan sebagainya. Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi bidang yang sangat luas sekali
di seluruh sector kebijakan sosial.

4. Mengapa sarana Penal mempunyai kelemahan yang bersifat Frahmentaris dan bersifat
Represif.
Jawab :
Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan
termasuk bidang “criminal policy (kebijakan kriminal)“.Kebijakan kriminal pun tidak
terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” (social policy) yang
terdiri dari “kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial” (social welfare policy)
dan “kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat” (social defence policy)
(Arief N. B, 2010). Kebijakan legislatif merupakan tahap yang paling strategis dari upaya
pencegahan dan penanggulangan kejahatan melalui penal policy.Oleh karena itu
kelemahan dalam tahap ini dapat mengganggu tahap berikutnya yaitu aplikasi dan
eksekusi.Criminal Policy pemerintah Indonesia adalah ingin mengembangkan hukum
yang modern dimana hukum tersebut mempunyai substansi yang sesuai dengan nilai-nilai
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat (Aswanto, 2012). Hukum pidana juga
memerlukan pendekatan yuridis faktual yang dapat berupa pendekatan sosiologis, historis
dan komparatif, bahkan memerlukan pula pendekatan komprehensif dari berbagai disiplin
sosial lainnya, dan pendekatan yang integral dengan kebijakan sosial dan pembangunan
pada umumnya. Kebijakan paling strategis melalui sarana “non penal” karena lebih
bersifat preventif dan karena kebijakan “penal” mempunyai keterbatasan / kelemahan
(yaitu bersifat fragmentaris,simplistis / tidak struktural fungsional; simtomatik / tidak
kausatif / tidak eliminative;individualistic atau “offender-oriented/tidak victim-oriented”;
lebih bersifat represif / tidak preventif; harus didukung oleh infrastruktur dengan biaya
tinggi)
5. Ada tiga tahap dalam pembuatan Penal Policy. Dan mengapa tahap Formulasi
dianggap sebagai tahap yang paling penting.
Jawab :
Operasionalisasi kebijakan hukum pidana dengan sarana penal (pidana) dapat dilakukan
melalui proses yang terdiri atas tiga tahap, yakni : 1. Tahap formulasi (kebijakan
legislatif); 2. Tahap aplikasi (kebijakan yudikatif/yudisial); 3. Tahap eksekusi
(kebijakan eksekutif/administratif). Penting dikarenakan Sebagai bagian dari kebijakan
sosial, pembaruan hukum pidana pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya untuk
mengatasi masalahmasalah sosial (termasuk masalah kemanusiaan) dalam rangka
mencapai/menunjang tujuan nasional (kesejahteraan masyarakat dan sebagainya).

6. Menurut saudara apakah upaya penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana


korupsi sudah sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan criminal yang harus dilakukan
dengan pendekatan integral yaitu keseimbangan antara penal dan non penal.
Jawab :
Menurut saya upaya penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan criminal yang harus dilakukan dengan
pendekatan integral yaitu keseimbangan antara penal dan non penal upaya penegakan
hukum ini melihat pada unsur dan legalitas peraturan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai