Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KEMATIAN AKIBAT TRAUMA BENDA TUMPUL

DISUSUN OLEH :

VERONIKA PUTRI RAMADHINI

20710034

DOKTER MUDA ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL

(Periode 22 November 2021 - 19 Desember 2021)

Pembimbing

dr. Abdul Aziz, Sp.FM

DEPARTEMAN / INSTALASI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LUKA TUSUK PADA KORBAN PEMBUNUHAN

SMF ILMU FORENSIK

LEMBAR PENGESAHAN

LUKA TUSUK PADA KORBAN PEMBUNUHAN

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

dr. ABDUL AZIZ, Sp. F.M

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga referat yang berjudul
luka tajam dan luka tumpul ini dapat diselesaikan meskipun jauh dari sempurna. Pembuatan
referat ini merupakan salah satu tugas dalam menempuh masa dokter muda di Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya - RSUD Dr.Soetomo
Surabaya. Ucapan terima kasih karena bimbingan, dukungan dan bantuan dalam pembuatan
makalah ini disampaikan kepada :

1. dr. H. Edy Suyanto, Sp.F, SH, MH Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK Universitas Airlangga,
2. dr. Abdul Aziz, Sp.FM selaku Kepala Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan sebagai dosen pembimbing referat ini
3. dr. Nily Sulistyorini, Sp.F selaku Koordinator Pendidikan Dokter Muda Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
Universitas Airlangga
5. Orang tua yang senantiasa memberikan doa untuk kesuksesan putranya dalam
menuntut ilmu
6. Kepada seluruh teman-teman sejawat, khususnya kepada teman-teman sejawat dalam
Stase Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Besar harapan penulis agar referat ini bisa memperluas wawasan dan menambah
pengetahuan khususnya pada para praktisi ilmu kedokteran forensik dan medikolegal serta
pembaca pada umumnya.

Surabaya, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................i

iii
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii

Kata Pengantar........................................................................................................iii

Daftar Isi.................................................................................................................iv

Daftar Gambar........................................................... .........................................1


BAB I Pedahuluan....................................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka.........................................................................................4

A. Definisi........................................................................................................4

B. Bentuk Luka................................................................................................6

C. Ciri-Ciri Luka Tusuk...................................................................................6

D. Sebab Kematian Pada Luka tusuk...............................................................6

E Cara Kematian pada Luka Tusuk................................................................6

F. Karakteristik Luka......................................................................................7

G. Penyembuhan Luka......................................................................................8

H. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka........................................10

I. Penentuan derajat luka.................................................................................10

BAB III RANGKUMAN......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar I.1 Obeng dapat menyebabkan luka tusuk ……………………………4
Gambar II. 2 Luka Tusuk……………………………………………………… 5

1
BAB I

PENDAHULUAN

Kekerasan seringkali menjadi bagian dari sebuah perselisihan. Perilaku kekerasan


sering menimbulkan bahaya bagi individu itu sendiri maupun orang lain1
Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda tajam. Ditinjau dari sifatnya,
kekerasan tajam seringkali dilakukan dengan menggunakan benda-benda tajam
seperti pisau, kapak, silet dan lainnya. Benda-benda ini kemudian mengakibatkan
luka bahkan kematian bagi individu yang terlibat dalam proses kekerasan.1

Berdasarkan penyebabnya, luka akibat kekerasan tajam disebut juga


trauma tajam. Luka akibat kekerasan tajam umumnya mudah dibedakan dari luka
yang disebabkan oleh benda tumpul dan luka tembak. Insiden trauma tajam
tercatat 500-1500 kasus pertahunnya di Kota Manado dan sekitarnya berdasarkan
laporan Polresta Manado tahun 2014. Trauma menjadi penyebab kematian nomor
4 di dunia. 1

Pada akhir tahun 2012 disebutkan oleh wakil kepala Badan Reserse
Kriminal Polri Inspektur Jendral Polisi Saud Usmat, setiap 91 detik terjadi suatu
kejahatan di Indonesia sepanjang tahun 2012. Bahkan pada tahun 2014 yang lalu
laporan aksi kekerasan dengan menggunakan senjata tajam (sajam) yang masuk di
Polresta Manado tercatat sebanyak 72 kasus. Hingga periode semester pertama
pada tahun 2015 saja sudah tercatat 73 kasus terjadinya tindakan kriminal yang
disertai dengan senjata tajam berkaitan dengan mudahnya memperoleh barang
berbahaya tersebut dimana-mana. 1

Ditinjau dari sifat kekerasan, kekerasan tajam merupakan kekerasan yang


seringkali dilakukan dengan menggunakan bendabenda tajam seperti pisau, kapak,
silet, dll. Benda-benda ini dapat mengakibatkan luka bagi individu yang terlibat
dalam proses kekerasan ini. 2

Luka akibat kekerasan tajam dapat berupa: luka tusuk, luka iris, dan luka
bacok. Ditinjau dari aspek medikolegal pemeriksaan terhadap orang yang
menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat

2
memberikan kejelasan dari permasalahan seperti jenis luka yang terjadi, jenis
kekerasan atau senjata yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka. 2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Luka

Luka tusuk merupakan luka yang diakibatkan oleh benda atau alat berujung
runcing dan bermata tajam atau tumpul.1 Luka tusuk terjadi oleh alat yang
memiliki ujung. Kedalaman luka tusuk di dalam tubuh dapat lebih besar daripada
ukuran luka di kulit. Akhir dari tusukan pada kulit biasanya lancip, tanpa memar
dan abrasi. Alat yang digunakan pada luka tusuk kebanyakan adalah pisau, yang
juga dapat membuat luka irisan. Alat atau senjata lain yang membuat luka yaitu
pedang, pisau dapur, pisau lipat. Penggaris, obeng, pecahan gelas, garpu, bolpoin
dan pensil pun dapat membuat luka tusukan.2

Gambar 1.1 Obeng dapat menyebabkan luka tusuk


Dibutuhkan sebuah kekuatan dalam menusuk untuk menembus kulit, semakin
lancip maka semakin mudah akan menembus. Saat ujung pisau sudah menembus
kulit, maka bagian lainnya akan mengiris bagian tubuh dengan mudah. Selama
tidak bersentuhan dengan tulang, pisau mudah masuk kedalam tanpa kekuatan
yang berlebih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berapa besar kekuatan yang dibutuhkan
senjata untuk penetrasi ke dalam tubuh, yaitu :
 Ketajaman ujung senjata: ujung senjata yang tajam akan semakin mudah
menembus kulit.
 Kecepatan tusukan: semakin cepat tusukan, besar gaya yang didorong
akan semakin lebih mudah untuk menembus kulit.

4
 Apakah pakaian masih dipakai: pakaian dapat meningkatkan tahanan
terhadap penetrasi.
 Apakah tulang telah terluka: kulit melakukan sedikit perlawanan terhadap
penusukan oleh pisau yang tajam, tapi penetrasi pada jaringan-jaringan
yang lebih padat akan membutuhkan kekuatan yang lebih besar.3

Gambar 1.2 Luka Tusuk

Panah merah merupakan sisi tumpul


pisau dan panah biru merupakan sisi
lancip pisau

Alat yang memiliki titik atau ujung dapat menyebabkan luka tusuk. Tidak
harus memiliki tepi pisau yang tajam. Tetapi dibutuhkan kekuatan yang cukup
untuk menembus elastisitas kulit.3

5
B. Bentuk luka
Bentuk luka akan tergantung dari lokasi luka dan bentuk penampang
alat penyebab luka;5
1. Alat pisau
 Arah sejajar serat elastis/otot ; bentuk luka seperti celah
 Arah tegak lurus serat elastis/ otot bentuk luka sepert
menganga
 Arah miring terhadap serat elastis/otot; bentuk luka asimetris
2. Alat ganco/lembing ; bentuk luka seperti luka seperti celah bila
luka di daerah pertemuan serat elastis/otot, maka bentuk luka bulat
(sesuai dengan penampang alat )
3. Alat penampang segitiga atau segiempat; bentuk luka bintang
berkaki tiga atau empat.
C. Ciri-Ciri Luka Tusuk
Tergantung alatnya bermata tajam atau tidak. Bila alat berujung runcing
dan bermata tajam. 5
1. Tepi luka rata
2. Sudut luka tajam, pada sisi tumpul dari alat, sudut luka kurang
tajam
3. Pada sisi tajam dari alat, rambut ikut terpotong
4. Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau. Kadang-kadang
ditemukan memar di sekitar luka
5. Ukuran dalam luka lebih besar daripada Panjang luka
D. Sebab Kematian pada Luka Tusuk
1. Penyebab kematian langsung 5
a. Perdarahan
b. Kerusakan alat tubuh yang penting
c. Emboli udara
2. Penyebab kematian tidak langsung 5
a. Sepsis atau infeksi
E. Cara kematian pada Luka Tusuk
1. Pembunuhan

6
2. Bunuh diri
3. kecelakaan
F. Karakteristik Luka
1. Luka Tusuk
Pada luka tusuk, panjang luka di kulit bisa sama, lebih kecil
atau lebih besar dibandingkan dengan lebar bilah. Kebanyakan
luka tusuk akan menganga bukan karena sifat dari hal-hal yang
masuk tapi akibat elastisitas kulit. Padabagian tubuh tertentu, di
mana ada dasar tulang atau serat otot, luka mungkin tampak seperti
kurva. Panjang luka yang penting diukur dengan menutup kedua
tepi luka karena akan mewakili lebar alat. Panjang luka dalam
permukaan kulit terlihat lebih kecil dari lebar alat, terutama jika
lukanya melintang melawan otot. Saat luka masuk dan keluar
melalui alur yang sama maka lebar luka sama lebar alat. Tapi
sering lebar luka melebihi lebar alat karena tarik ke samping
menusuk dan waktu yang menarik. Begitu juga jika alat / pisau
yang masuk ke jaringan dengan posisi miring. 2
Bentuk dan ukuran luka tusuk kulit tergantung pada jenis
bilah, arah dorong, gerakan pisau saat menusuk, pergerakan korban
saat ditikam, dan keadaan elastisitas kulit. Ketajaman alat dapat
menentukan batas-batas luka, ujung-ujungnya dapat tajam dan
teratur, kulit mengelupas, memartau bergerigi. 2
Pada kasus tertentu hasil pemeriksaan luka tusuk kadang-
kadang dapat membantu menentukan alat atau benda bentiuknya
stabil, misalnya dada dan ditemukan beberapa alat yang dicuriga
sebagai penyebab luka, ditemukan patahan ujung senjata penyebab
luka.
Pedoman : 4
a. Panjang luka adalah ukuran maksimal dari lebar senjata
b. Dalam luka adalah ukuran minimal dari Panjang senjata
 Contoh : korban mengalami luka dengan ukuran
Panjang 7 cm dan dalam 22 cm. disekitar korban

7
ditemukan tiga pisau. Pisau I Panjang 2cm dan lebar 7
cm, pisau II Panjang 25 cm dan lebar 3 cm, dan pisau
III Panjang 15 cm dan ebar 3 cm
Kesimpulan : pisau II lah yang paling mungkin
menyebabkan luka tusuk pada korban.

Luka tusuk di kepala dan leher jarang terjadi. Luka tusuk di


leher bias menyebabkan kematian yang cepat dengan karena
perdarahan, emboli udara atau asfiksia yang disebabkan oleh
perdarahan jaringan lunak yang parah dengan tekanan kompresi di
trakea dan pembuluh darah di leher. 2

Luka tusuk paling berbahaya terletak di area dada kiri.


Seseorang akan cenderung menembus dada kiri. Apa lagi, jika
seseorang berniat untuk bunuh maka orang itu akan ditikam di
dada kiri, benda ini karena sebagian besar pusat terletak di dada
kiri jadi orang itu pikir korban akan mati lebih cepat. 2

Luka tusuk di tulang belakang juga langka. Seperti lukanya


tusuk kepala, pisau yang digunakan dapat dipecah dan ditemukan
ditemukan di tulang belakang. sakit di medulla sumsum tulang
belakang dapat menyebabkan kelumpuhan. 2

Luka tusuk di perut dapat menyebabkan kerusakan hati


limpa, lambung, pankreas, ginjal, vesika saluran kemih, sehingga
dapat menyebabkan perdarahan yang cukup banyak. Luka tusuk
lebih sering terjadi di kuadran atas perut dibandingkan dengan
kuadran lebih rendah. Kematian tidak terjadi secara spontan
langsung pada pada luka tusuk di perut Faktanya baru beberapa
hari bahkan sampai beberapa minggu luka tusuk dapat
menyebabkan kematian luka tusuk di perut. Bahkan baru beberapa
hari sampai beberapa minggu luka tusuk biasa menyebabkan
kematian. 2

8
G. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu runtutan mekanisme tubuh
dari mulai luka terjadi akibat suatu proses patologis hingga
mengembalikan jaringan yang rusak kembali seperti semula. Dari mulai
terjadinya luka hingga luka menjadi sembuh sempurna dibutuhkan 4 fase.
Fase tersebut adalah hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling. 3
1. Hemostasis
Hemostais merupakan fase paling awal yang terjadi sesaat
setelah luka timbul. Sebagaimana jika seorang tukang ledeng ingin
memperbaiki kerusakan di rumah anda, ia akan terlebih dahulu
menutup semua pipa sebelum ia mulai memperbaiki. Seperti itulah
mekanisme hemostasis terjadi, sesaat setelah luka terjadi,
pembuluh darah di sekitar luka akan mengerucut dan
memperlambat aliran darah ke daerah luka. Trombosit memiliki
peran yang sangat penting, yaitu mengeluarkan zat vasokontriksi
dan membentuk gumpalan penyumbat untuk menutup pembuluh
darah yang rusak. Beberapa zat lain yang berperan dalam fase
hemostasis adal ADP (Adhenosine Diphospate), fibrin, fbrinogen
serta growth factors. Fase hemostasis terjadi dalam beberapa menit
setelah luka terjadi, kecuali jika penderita memiliki kelainan dalam
pembekuan darah. 3
2. Fase Inflamasi
Fase inflamasi dapat terjadi dari beberapa menit setelah luka
hingga mencapai 2 atau 5 hari setelahnya. Fase ini ditandai dengan
adanya gejala-gejala khas inflamasi, yaitu rubor (memerah), kalor
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (membengkak). Setelah
pembuluh darah bervasokonstriksi, beberapa saat kemudian ia akan
kembali bervasodilatasi yang akan difasilitasi oleh histamin,
serotonin dan sitokin. Selain membuat vasodilatasi histamin juga
akan meningkatkan permeabilitas vena, sehingga cairan dari
pembuluh darah akan masuk ke daerah luka atau yang disebut
dengan eksudasi. 3

9
10
3. Fase Proliferasi
Proliferasi terjadi dari hari keempat hingga ke 21 setelah
terjadinya luka. Fase proliferasi merupakan fase pembentukan
jaringan baru menggantikan jaringan yang rusak. Fibroblas
merupakan faktor yang paling penting di fase ini. Fibroblas akan
mulai memperbaiki sel yang rusak dengan mulai menghasilkan
gikosaminoglikans dan diakhiri dengan 12 pembentukan fibrilar
kolagen. Fase ini ditandai dengan adanya angiogenesis, deposisi
kolagen, pembentukan jaringan granulasi, kontraksi luka dan
epitelisasi. Secara klinis, proliferasi ditandai dengan adanya
jaringan kasar berwarna merah atau kolagen di dasar luka dan
melibatkan penggantian jaringan. 3
4. Fase Remodelling
Fase ini merupakan fase terlama yaitu sekitar 8 hari hingga
2 tahun dari terjadinya luka. Lama fase ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Fase ini ditandai dengan
adanya deposit kolagen dalam jaringan yang rapi dan pembentukan
kembali jaringan serta penarikan dari bekas luka. 3
Pada 3 minggu pertama, kekuatan kulit pada bekas luka
hanya sekitar 20% hingga 30%. Kekuatan kulit akan mencapai 705
hingga 80% pada masa akhir fase remodeling. Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara
kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Sebuah bekas
luka atrofi dapat menjadi hasil akhir setelah penyelesaian fase
pematangan. Sebaliknya, ketika degradasi kolagen terganggu atau
sintesis berlebihan, jaringan parut dapat menjadi luka
hyperthrophic atau bahkan keloid. Kondisi yang ideal akan
menjadi keseimbangan antara degradasi dan sintesis atau deposisi
kolagen untuk menghasilkan jaringan parut yang normal. 3

11
H. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Beberapa faktor yang dapat memperngaruhi waktu penyembuhan
luka adalah sebagai berikut: 3
1. Faktor Local
Suplai pembuluh darah yang kurang, denervasi, hematoma,
infeksi, iradiasi, mechanical stress, dressing material, tehnik bedah,
irigasi, elektrokoagulasi, suture materials, antibiotik, tipe jaringan,
dan facilitious wounds.
2. Faktor Umum
Usia, anemia, anti inflammatory drugs, cytotoxic and
metabolic drugs, diabetes mellitus, hormon, infeksi sistemik,
jaundice, penyakit menular, malnutrisi, obesitas, temperatur,
trauma, hipovolemia, hipoksia, uremia, vitamin C, vitamin A, dan
trace metals.
I. Penentuan Derajat Luka
Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan ebuah VeR
perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum,VeR
dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat
memenuhi delik rumusan dalam KUHP. Penentuan derajat luka sangat
tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman,
keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan
dan sebagainya. 4
Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi
fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka
pendek, ataupun jangka panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang
peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana
yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. 4
Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang
terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu
penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan
(pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang
menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan

12
penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk
penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal
352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat. Setiap
kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga pasal tersebut. Untuk hal
tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera harus menyimpulkan
dengan menggunakan bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan
korban yang bersangkutan. 4
Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur
dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa “penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan”. Jadi bila
luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak
menimbulkan penyakit atau kompli- kasinya, maka luka tersebut
dimasukkan ke dalam kategori tersebut. 4
Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang)
sebagaimana diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun
tentang penyakit. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan
didapati “penyakit” akibat kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan
ke dalam kategori tersebut. 4
Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan yang
menimbulkan luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang
menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”. Luka
berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif.
Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka
sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut
dimasukkan dalam kategori tersebut. Luka berat menurut pasal 90 KUHP
adalah : 4
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian

13
3. Kehilangan salah satu panca indera
4. Mendapat cacat berat
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

14
BAB III

RANGKUMAN

Luka tusuk merupakan jejas pada tubuh yang diakibatkan oleh penusukan
benda yang memiliki ujung tajam tajam pada tubuh. Luka tusuk memiliki arti
medikolegal yang penting, karena berdasarkan data yang ada sebagian besar kasus
luka tusuk merupakan kasus percobaan pembunuhan. Oleh karena itu, seorang
dokter yang baik tidak hanya memberi pengobatan terhadap luka namun
melakukan pemeriksaan secara teliti untuk antisipasi adanya aspek medikolegal
yang akan timbul dan jika diperlukan dokter harus membuat Visum et Repertum
(VeR). Dokter memeriksa dan merekam dengan teliti semua penemuan dan yang
didapatinya dan memberikan pendapat tentang hubungan sebab akibat, dalam
pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh
dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga karena akan menentukan proses
hukum dipengadilan nanti.
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban hidup atau meninggal yang
menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/senjata
atau benda yang menyebabkan luka, dan derajat luka.
Ciri-Ciri Luka Tusuk yaitu Tepi luka rata, sudut luka tajam, pada sisi
tumpul dari alat, sudut luka kurang tajam, pada sisi tajam dari alat, rambut ikut
terpotong, bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau. Kadang-kadang
ditemukan memar di sekitar luka, ukuran dalam luka lebih besar daripada Panjang
luka.

Sebab Kematian pada Luka Tusuk dapat dibagi menjadi penyebab


kematian langsung dan tidak langsung. Penyebab kematian langsung seperti
Kerusakan alat tubuh yang penting, Emboli udara. Penyebab kematian tidak
langsung seperti sepsis atau infeksi. Cara kematian pada Luka Tusuk meliputi
Pembunuhan, Bunuh diri, kecelakaan.

15
Karakteristik Luka Tusuk yaitu, pada luka tusuk, panjang luka di kulit bisa
sama, lebih kecil atau lebih besar dibandingkan dengan lebar bilah. Panjang luka
yang penting diukur dengan menutup kedua tepi luka karena akan mewakili lebar
alat. Bentuk dan ukuran luka tusuk kulit tergantung pada jenis bilah, arah dorong,
gerakan pisau saat menusuk, pergerakan korban saat ditikam, dan keadaan
elastisitas kulit. Panjang luka adalah ukuran maksimal dari lebar senjata Dalam
luka adalah ukuran minimal dari Panjang senjata.

Penyembuhan luka merupakan suatu runtutan mekanisme tubuh dari mulai


luka terjadi akibat suatu proses patologis hingga mengembalikan jaringan yang
rusak kembali seperti semula. Dari mulai terjadinya luka hingga luka menjadi
sembuh sempurna dibutuhkan 4 fase. Fase tersebut adalah hemostasis, inflamasi,
proliferasi dan remodeling.

Beberapa faktor yang dapat memperngaruhi waktu penyembuhan luka


seperti Faktor Local yaitu Suplai pembuluh darah yang kurang, denervasi,
hematoma, infeksi, iradiasi, mechanical stress, dressing material, tehnik bedah,
irigasi, elektrokoagulasi, suture materials, antibiotik, tipe jaringan, dan facilitious
wounds. Faktor Umum yaitu Usia, anemia, anti inflammatory drugs, cytotoxic and
metabolic drugs, diabetes mellitus, hormon, infeksi sistemik, jaundice, penyakit
menular, malnutrisi, obesitas, temperatur, trauma, hipovolemia, hipoksia, uremia,
vitamin C, vitamin A, dan trace metals. 2

16
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Brenda karwur. Et.all. 2014. Pola luka pada korban meninggal akibat
kekerasan tajam yang diautopsi di rsup prof. Dr. R. D. Kandou. Medical
scope journal (msj).
2. Erlando nerchan. 2013. Pola luka pada kematian akibat kekerasan tajam di
bagian ilmu kedokteran forensik dan medikolegal rsup prof. Dr. R. D.
Kandou manado. Jurnal e-clinic (ecl), volume 3, nomor 2
3. Muhammad ridho anso. 2015. Talas (colocasia esculenta [l.] Schott)
sebagai obat herbal untuk mempercepat penyembuhan luka. J agromed
unila | volume 2, nomor 2
4. Dedi afand. 2010. Visum et repertum perlukaan: aspek medikolegal dan
penentuan derajat luka. Maj kedokt indon, volum: 60, nomor: 4.
5. Agus moch Algozi. 2015. Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
Falkultas kedokteran wijaya kusuma surabaya. Halm 47-52.

17

Anda mungkin juga menyukai