Anda di halaman 1dari 71

Referat

GAMBARAN LUKA KARENA SENJATA TAJAM

Oleh :

Mutiah Mutmainnah, S. Ked (712019081)


Fildzah Sharfina, S. Ked (712019085)
Siti Syarifah Jasmin Vivienka, S. Ked (712019068)
Aisyah Putri Indah Lestari, S. Ked (712019073)

Pembimbing :
Kompol dr. Mansuri, Sp. KF

SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul:
Gambaran Luka Karena Senjata Tajam

Oleh:
Mutiah Mutmainnah, S. Ked (712019081)
Fildzah Sharfina, S. Ked (712019085)
Siti Syarifah Jasmin Vivienka, S. Ked (712019068)
Aisyah Putri Indah Lestari, S. Ked (712019073)

Telah dilaksanakan pada bulan September 2020 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, September 2020


Pembimbing

dr. Mansuri, Sp. KF.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Gambaran Luka Karena Senjata Tajam” sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Mansuri, Sp. KF. selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
bagian Ilmu Kedokteran Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian referat
ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, September 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Forensik Kulit ...................................................... 3
2.2 Deskripsi Luka .................................................................... 4
2.3 Luka Akibat Benda Tajam .................................................. 10
2.3.1 Definisi ....................................................................... 10
2.3.2 Jenis Luka Akibat Benda Tajam ................................ 11
2.4 Aspek Medikolegal .............................................................. 47

BAB III. KESIMPULAN ........................................................................... 50


DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 51

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tindak kejahatan yang masih marak ditemukan di
Indonesia yaitu aksi kekerasan dengan menggunakan senjata tajam.
Masalah ini masih menjadi topik perbincangan yang hangat diseluruh
lapisan masyarakat. Kekerasan seringkali menjadi bagian dari sebuah
perselisihan. Perilaku kekerasan pun sering menimbulkan bahaya bagi
individu itu sendiri maupun orang lain (Nerchan, Mallo, dan Mallo, 2015).
Tindakan kriminal yang disertai dengan kekerasan dengan senjata
tajam sering terjadi, hal ini berkaitan dengan mudahnya memperoleh senjata
tajam dimana-mana, karena senjata tajam ini banyak kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tindakan kriminal tersebut salah satunya yaitu
pencurian. Di Indonesia, kasus tersebut diketahui mengalami peningkatan
jumlah kasus yang cukup signifikan yaitu sebanyak 785 kasus pada tahun
2015 dan 1097 kasus pada tahun 2016. Tidak hanya itu, pada tahun 2014, di
setiap kecamatan di Surabaya, terdapat rata-rata 1-2 kasus kekerasan dengan
senjata tajam yang dilaporkan (Apuranto et al., 2012; Badan Pusat Statistik,
2017; Karimah, 2016).
Ditinjau dari sifat kekerasan, kekerasan tajam merupakan kekerasan
yang seringkali dilakukan dengan menggunakan benda-benda tajam seperti
pisau, kapak, silet, dan sebagainya. Benda-benda ini dapat mengakibatkan
luka bagi individu yang terlibat dalam proses kekerasan ini (Nerchan,
Mallo, dan Mallo, 2015).
Luka akibat kekerasan tajam dapat berupa: luka tusuk, luka iris, dan
luka bacok. Cara kematian luka akibat benda tajam pun dapat bermacam-
macam, yaitu pembunuhan, bunuh diri, dan atau kecelakaan. Ditinjau dari
aspek medikolegal pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan
kejelasan dari permasalahan seperti jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan
2

atau senjata yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka (Nerchan, Mallo,
dan Mallo, 2015; Apuranto et al., 2012).

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang kami angkat dalam refrat ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan luka akibat benda tajam?
2. Bagaimana cara membedakan luka akibat benda tajam?
3. Bagaimana gambaran luka karena senjata tajam?

1.3. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulisan referat ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan dokter muda dapat memahami gambaran luka karena senjata
tajam.
1. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang
didapat mengenai gambaran luka kareba senjata tajam selama menjalani
kepaniteraan klinik dan seterusnya.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Forensik Kulit


Kulit dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian superficial disebut

epidermis dan bagian profunda disebut dermis. Epidermis merupakan epitel

bertingkat yang sel-selnya berubah bentuk menjadi lebih pipih ketika matang dan

kemudiaan akan naik ke permukaan.  Epidermis dengan struktur mikroskopis

sangat tebal dapat ditemukan Pada telapak tangan dan telapak kaki. Hal ini

dimaksudkan untuk menahan robekan dan kerusakan yang sering kali terjadi

ataupun berpotensi terjadi pada daerah ini. Sedangkan bagian tubuh lainnva

cenderung  memiliki struktur ketebalan epidermis yang cenderung  tipis, misalnya

pada daerah permukaan anterior lengan atas dan lengan bawah (Snell, 2006).

Dermis terdiri dari jaringan ikat padat yang mengandung banyak pembuluh

darah, pembuluh limfe, dan saraf. Ketebalan dermis berbeda pada berbagai bagian

tubuh, struktur dermis yang cenderung lebih tipis lebih condong ditemukan pada

daerah permukaan anterior tubuh jika dibandingkan dengan daerah permukaan

posterior tubuh. Dermis lebih tipis pada wanita jika dibandingkan dengan pada

pria. Dermis pada kulit dihubungkan dengan fascia profunda atau tulang di baglan

dasarnya oleh fascia superficial, atau yang sering dlkenai sebagai jaringan

subkutan (Snell, 2006).

Kulit di atas sendi selalu terlipat pada tempat yang sama, disebut lipatan

kulit. Pada tempat ini, kulit lebih tipis dibandingkan tempat yang lain dan

terfiksasi dengan baik pada struktur di bawahnya oleh pita jaringan fibrosa yang
4

kuat. Struktur tambahan lain yang ada pada kulit adalah kuku, folikel rambut,

kelenjar sebasea, dan keienjar keringat (Snell, 2006).

Gambar 1. struktur kulit : epidermis, dermis, dan subkutan


(sumber: Snell RS, 2006)

2.2 Deskripsi Luka


Luka dibagi menjadi dua yaitu, luka terbuka dan luka tertutup. Dalam

mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, ukuran dan sifat

luka. Namun berbeda dengan cara mendeskripsikan luka tertutup dimana sifat

luka tidak perlu dicantumkan dalam mendeskripsikan luka. Untuk penulisan

deskripsi luka jumlah, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus

selalu diakhir kalimat (Dahan S, 2004). Deskripsi luka meliputi :

1. Jumlah Luka

2. Lokasi Luka, lokasi luka dibagi menjadi dua meliputi:

a. Lokasi berdasarkan regio anatomi


5

Gambar 2. Lokasi tubuh berdasarkan regio anatomi


Sumber: Dahlan S (2004)
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian bagian

tertentu dari tubuh.

Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka

regio yang luas seperti di dada, perut, dan punggug. Koordinat tubuh

dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi

dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting

susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal

mendatar yang melewati ujung tumit (Sjamsuhidayat, 2004).

Gambar 3. Penentuan lokasi luka berdasarkan garis aksis dan ordinat


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)
6

Untuk luka tembak, kita menentukan lokasi luka dengan cara

mengukurnya dari garis khayal mendatar tumit lalu kita ukur jaraknya

dari garis yang melalui tulang dada atau punggung pada sebelah kanan

atau kirinya (Sjamsuhidayat, 2004).

Gambar 4. Penentuan lokasi luka tembak


Sumber:Sjamsuhidayat (2004)

Letak luka pada dada kiri atas, yaitu :


- 4cm sebelah kiri garis tengah tubuh
- 120 cm diatas garis mendatar yang melewati ujung tumit

Luka dengan ukuran panjang

Gambar 5. Luka berdasarkan ukuran panjang


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)

Lokasi luka pada perut sebelah kanan atas, yaitu:


7

- Ujung I 3cm sebelah kanan garis tengah tubuh dan 14cm diatas

garis khayal mendatar yang melewati pusat

- Ujung II 15cm sebelah kanan garis tengah tubuh dan 5cm diatas

garis mendatar yang melewati pusat 4

Luka dengan ukuran lebar

Gambar 6. Lokasi luka berdasarkan ukuran lebar


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)

Lokasi luka pada daerah dada dan perut, yaitu :


- Batas teratas 17cm diatas garis mendatar yang melewati puting
susu dan batas terbawah 17cm dibawah garis mendatar yang
melewati puting susu
- Batas paling kanan 10cm sebelah kanan garis tegah tubuh dan
garis paling kiri 9cm sebelah kiri garis tubuh.

Luka degan ukuran kecil

Gambar 7. Lokasi luka berdasarkan ukuran kecil


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)

Lokasi luka pada dada kanan atas, yaitu :


8

- 16cm sebelah kanan garis tengah tubuh


- 12cm diatas garis mendatar melewati puting susu
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk sesudah dirapatkan
4. Ukuran Luka, meliputi:
a. Ukuran sebelum dirapatkan
b. Ukuran sesudah dirapatkan
Ukuran luka kita tentukan dengan mengukur panjang luka dan
kedalaman luka. Sebelum panjang luka kita ukur, kita mesti merapatkan
luka korban terlebih dahulu. Kita harus menyebutkan alat tubuh apa saja
yang di lalui luka tersebut saat kita melakukan pengukuran kedalaman
luka korban. Misalnya luka mengenai kulit dinding perut, otot perut dan
jaringan hati sejauh 5cm (Dahlan S, 2004).
5. Sifat-sifat luka, yaitu:
a. Garis – garis luka, meliputi:
 Bentuk (teratur atau tidak teratur)
 Tepi (rata atau tidak rata)
 Sudut luka ( ada atau tidak, jumlahnya berapa dan betuknya
runcing atau tidak)
b. Daerah didalam garis luka, meliputi:
 Tebing luka ( rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja)
 Antara dua tebing ada jembatan jaringan atau tidak
 Dasar luka (terdiri atas jaringan apa saja, warnanya, perabaannya,
ada apa diatasnya)
c. Daerah di sekitar garis luka, meliputi:
 Memar (ada atau tidak)
 Tatose (ada atau tidak)
 Jelaga (ada atau tidak)
 Bekuan darah (ada atau tidak)
9

Gambar 8. Bagian – bagian luka


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)

Gambar 9. Bagian – bagian pada luka tajam


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)

Gambar 10. Bagian – bagian pada luka tumpul


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)
10

Gambar 11. Bagian – bagian pada luka tembak masuk


Sumber: Sjamsuhidayat (2004)
Tebing cinci lecet tak begitu jelas, terdiri atas kulit. Dasar dinding

lecet tak rata, terdiri atas jaringan ikat. Tebing luka tak rata, berbentuk

silinder/corong dan terdiri atas jaringan ikat serta otot (Sjamsuhidayat,

2004).

2.3 Luka Akibat Benda Tajam


2.3.1 Definisi
Luka yang diakibatkan oleh benda tajam dapat di bedakan dari luka
yang di sebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang
tenang, tidak ada luka lecet dan memar, tapi luka yaang rata dan dari sudut –
sudutnya yang runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta
tidak adanya jembatan jaringan (Idries, 1997).
Luka akibat benda tajam adalah kelainan pada tubuh yang disebabkan
persetuhan dengan benda atau alat bermata tajam dan/atau berujung runcing
sehingga komunitas jaringan rusak/hilang (Apuranto, 2015).
Benda tajam adalah benda atau alat yang bermata tajam dan atau
berujung runcing atau dapat juga berujung runcing tetapi tidak bermata
tajam. Bermata tajam artinya dapat mengiris, berujung runcing artinya dapat
untuk menusuk atau mengoyak. Contoh alat : pisau dapur, pecahan kaca,
silet, pedang, keris, clurit, kapak, belati, bayonet, dan lain lain (Apuranto,
2015).
Ciri – ciri luka akibat benda tajam adalah :
11

 Tepi luka rata


 Sudut luka lancip
 Rambut terpotong
 Tidak ditemukan jembatan jaringan
 Tidak ditemukan memar atau lecet di sekitarnya

2.3.2 Jenis – Jenis Luka Akibat Benda Tajam


a) Luka iris/Luka Sayat (Incissed Wound)

Luka iris/ luka sayat (incissed wound) merupakan luka yang lebar

tapi dangkal akibat kekerasan benda tajam yang sejajar dengan

kulit.5 Ciri utama luka iris di banding luka akibat benda tajam

lainnya adalah panjangnya melebihi kedalamannya, sebab terjadi

akibat tekanan ringan benda tajam sewaktu di geserkan pada

permukaan kulit. Dengan demikian panjang dan dalam luka iris

sama sekali tidak menginformasikan ukuran benda tajam

penyebab. Luka iris berukuran 3cm bisa saja disebabkan pisau

dapur sepanjang 6cm, pisau cukur 2cm atau bahkan sepotong

pecahan kaca (Nerchan et al, 2015).


12

Gambar 12. Luka iris pada wajah, tampak panjang luka melebihi

kedalamannya

Sumber: Nerchan et al (2015)

Ujung luka iris seringkali superfisial, kemudian agak dalam di

tengah, dan kembali superfisial pada ujung lainnya. Benda tajam

yang mengenai kulit secara oblik akan membentuk bevel luka. Jika

sudutnya jauh lebih ekstrim maka luka akan memiliki flap. Bila

irisan benda tajam mengenai permukaan kulit yang tidak rata maka

dengan sekali geser akan terbentuk banyak luka dengan tepi

terputus-putus disebut wrinkle wound (Gambar 13) (Nerchan et al,

2015).

Gambar13. Wrinkle wound, pisau tergeser pada permukaan kulit

yang tidak rata


13

Sumber: Nerchan et al (2015)


Luka iris menyerupai laserasi (luka robek) sehingga kerap

sulit dibedakan. Luka robek yang merupakan luka akibat kekerasan

benda tumpul umumnya bertepi tidak rata dan memiliki jembatan

jaringan disertai abrasi atau kontusio di sekitarnya. Sebaliknya,

luka iris tepinya teratur, sekelilingnya bersih dan tidak memiliki

jembatan jaringan. Akan tetapi luka iris oleh permukaan yang tidak

terlalu tajam dan ireguler kadang menghasilkan luka yang juga

disertai abrasi dan kontusio, walaupun memang tidak ditemukan

jembatan jaringan (Gambar 14) (Nerchan et al, 2015).

Gambar 14. Bandingkan luka iris (A) dan (B). Adanya jembatan
jaringan membantu membedakan keduanya
Sumber: Kanto (2013)

Luka iris umumnya terjadi pada bagian tubuh yang mudah

terpapar misalnya kepala, leher, dan lengan. Pada kasus bunuh diri

atau percobaan bunuh diri, luka iris umumnya ditemukan pada area

fatal dan mudah dijangkau misalnya permukaan radial pergelangan

tangan kontralateral. Sedangkan pada kasus pembunuhan umumnya

di daerah leher (Kanto, 2013).


14

Luka iris pada leher umumnya merupakan akibat upaya

pembunuhan. Sangat jarang akibat kecelakaan atau bunuh diri. Ada

dua gambaran luka iris pada kasus pembunuhan, bergantung dari

arah mana pelaku melukai. Umumnya, leher korban diiris dari arah

belakang, kepala dipegang, leher dipaparkan, lalu pisau diiriskan

melintang hingga mencapai tenggorokan (Gambar 15). Luka iris

bisa mencapai tepi bawah telinga hingga ke sisi sebelah (patologi)

(Kanto, 2013).

Gambar 11. Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari
arah belakang. A. Irisan bermula dari tepi bawah telinga menuju ke
bawah hingga mencapai midline leher, lalu kembali ke sisi leher
sebelah. B. Tepi terminal luka terletak lebih rendah dibanding tepi
awal.
Sumber: Kanto (2013)
15

Luka iris pada kasus pembunuhan dari arah depan umumnya

pendek dan membentuk sudut tertentu (Gambar 16). Bila pelaku

menggunakan tangan kanan maka luka iris umumnya di sisi kiri

leher korban, bila luka juga terjadi pada sisi kanan maka biasanya

jumlahnya lebih sedikit. Luka melintang cenderung teletak medial

dan mengalami sedikit perluasan ke kiri atau ke kanan (Kanto,

2013).

Gambar 12. Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari
arah depan.
Sumber: Kanto (2015)

Luka Iris Khusus

Hesitation wound (luka percobaan) merupakan luka iris yang

mengawali perlukaan yang lebih fatal pada upaya bunuh diri,

biasanya akibat rangsangan nyeri atau timbul keraguan selama


16

upaya tersebut. Luka percobaan sangat superfisial bahkan

menyerupai ketebalan selembar kertas (Gambar 17) (Kanto, 2013).

Gambar 13. Tampak luka percobaan di sekeliling luka iris utama


pada upaya bunuh diri.
Sumber: Kanto (2013)

Defense wound (luka tangkis) adalah luka iris akibat upaya

perlawanan korban terhadap pelaku bersenjata tajam. Luka tangkis

umumnya berlokasi di telapak tangan akibat upaya memegang dan

menahan senjata pelaku, di lengan atas dan sisi ulnar lengan bawah

akibat menangkis serangan pelaku (Gambar 18). Pada kasus

tertentu, luka tangkis dapat ditemukan di kaki atau tungkai akibat

upaya korban menendang. Tangkisan dilakukan korban untuk

melindingi area vitalnya (Kanto, 2013).


17

Gambar 14. Luka tangkis pada telapak tangan akibat upaya


menggenggam senjata tajam
Sumber: Kanto (2013)

Ada terdapat 3 bentuk luka iris/ luka sayat (incissed wound),

yaitu :

1) Bentuk celah yaitu luka iris/ luka sayat (incissed wound) yang

arah datangnya sejajar dengan arah serat elastis/otot

2) Bentuk menganga yaitu luka iris/ luka sayat (incissed wound)

yang arah datangnya tegak lurus terhadap arah serat elastis/otot

3) Bentuk asimetris yaitu luka iris/ luka sayat (incissed wound)

yang arah datangnya miring terhadap arah serat elastis/otot

(Alghozali, 2004).

Ada 8 ciri-ciri luka iris/ luka sayat (incissed wound), yaitu :


18

1) Tepi dan sudut luka tajam

2) Jembatan jaringan tidak ada

3) Rambut terpotong

4) Permukaan luka rata

5) Sekitar luka tidak ada memar (contussion) atau luka lecet

(abrasion)

6) Luka tidak mengenai tulang

7) Panjang luka lebih besar dari pada dalam luka

8) Semua senjata tajam bermata tajam berpotensi sebagai

penyebab luka iris/ luka sayat (incissed wound) sehingga

identifikasi alat tidak berguna (Dahlan, 2004).

Ciri-ciri luka iris/ luka sayat (incissed wound) pada Bunuh Diri,
yaitu;
1) Lokasi luka pada daerah tubuh yang mematikan dan dapat

dicapai tangan korban sendiri, misalnya : leher, pergelangan

tagan, lekuk siku, lekuk lutut, pelipatan paha.

2) Ditemukan luka iris/ luka sayat (incissed wound) percobaan

disekitas luka iris yang fatal kurang lebih sejajar satu dengan

yang lain, kedalaman luka tidak sama, hal ini disebabkan

karena korban mula-mula belum cukup keberaniannya untuk

mengiris tubuhnya

3) Tidak ditemukannya luka tangkisan dibagian tubuh yang lain

4) Pakaian disingkirkan dahulu pada daerah dimana terdapat luka

(Apuranto, 2015).
19

Ciri- ciri luka iris/ luka sayat (incissed wound) pada pembunuhan
sebenarnya sulit untuk membunuh seseorang dengan irisan, kecuali
kalau fisik korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam
keadaan/dibuat tidak berdaya. Ciri-ciri luka iris/ luka sayat (incissed
wound) pembunuhan, yaitu:
1) Luka dapat disembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang

tak mungkin dicapai tangan korban sendiri

2) Luka-luka tangkisan pada anggota gerak korban karena korban

melakukan perlawanan

3) Tidak ditemukan luka iris percobaan

4) Pakaian ikut terkoyak akibat benda tajam tersebut (Alghozali,

2004).

Sebab kematian pada luka luka iris/ luka sayat (incissed

wound), yaitu sebagai berikut:

1) Penyebab kematian langsung :

a) pendarahan

b) emboli paru

c) aspirasi darah bila luka iris mengenai saluran nafas

2) Penyebab kematian tidak langsung:

a) Infeksi atau sepsis


20

Luka yang
fatal/mematikan.
Dilakukan dengan
tangan kanan.
Kasus bunuh diri.

Gambar 19. luka iris/ luka sayat (incissed wound)

Perbedaan antara luka iris/ luka sayat (incissed wound)

dengan Luka retak sebagai berikut :


21

b) Luka Tusuk (Stab Wound)

Luka tusuk (stab wound) adalah luka akibat benda/alat yang

berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi

dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan

tubuh (Alghozali, 2004). Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit

dapat sama, lebih kecil ataupun lebih besar di bandingkan dengan

lebar pisau. Kebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena

sifat benda yang masuk tetapi sebagai akibat elasitas dari kulit.

Pada bagian tubuh tertentu dimana terdapat dasar berupa tulang

atau serat otot, sehingga luka itu mungkin terlihat seperti kurva

(Nerchan et al, 2015).

Pajang luka pada luka tusuk penting untuk diukur dengan

cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan mewakili lebar alat.

Panjang luka di pernukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar alat,

apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila luka masuk dan

keluar melalui jalur alur yang sama maka lebar luka sama dengan
22

lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat

karena tarikan ke samping waktu menusuk dan waktu menarik.

Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan posisi

yang miring (Nerchan et al, 2015).

Bentuk dan ukuran dari luka tusuk dikulit tergantung pada

jenis pisau, arah dorong, gerakan pisau saat menusuk, pergerakan

korban saat di tusuk, dan ke elasitas kulit. Ketajaman alat dapat

menentukan batas luka, tepinya dapat tajam dan teratur, kulit

terkelupas, memar ataupun bergerigi (Nerchan et al, 2015).

Alat yang digunakan pada luka tusuk kebanyakan adalah

pisau, yang juga dapat membuat luka irisan. Alat atau senjata lain

yang membuat luka yaitu pedang, pisau dapur, pisau lipat, belati,

bayonet, keris, benda-benda berujung runcing dengan penampang

bulat/persegi empat/segitiga (kikir, tanduk kerbau, dan lain lain),

penggaris, obeng, pecahan gelas, garpu, bolpoin dan pensil pun

dapat membuat luka tusukan (Apuranto, 2012).

Gambar 20. Obeng dapat menyebabkan luka tusuk


23

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka

tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat di tusuk atau saat

pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi

tidak begitu khas. Atau manipulasi yang di lakukan pada saat

penusukan juga akan mempengaruhi, beberapa pola luka yang

dapat di temukan:

1) Tusukan masuk, yang kemudian di keluarkan sebagian dan

kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda.

Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran

biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada

jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.

2) Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan

kearah salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih

lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor

3) Tusukan masuk kemudian saat masih didalam ditusukkan

kearah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar

yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata

yang digunakan

4) Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan

menggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran

luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian

superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan senjata

yang digunakan
24

5) Tusukan diputar saat masuk, keluar maupun keduanya,

sehingga sudut luka terlihat irreguler dan besar.

Bentuk luka tusuk tergantung dengan lokasi luka dan

bentuk penampang alat penyebab luka, yaitu sebagai berikut:

1) Pada alat – alat tubuh parenkim dan tulang, bentuk luka tusuk

sesuai penampang alat penyebabnya

2) Pada kulit atau otot:

a. Alat pisau :

(1) Arah sejajar serat elastis/otot: bentuk luka seperti celah

(2) Arah tegak lurus serat elastis/otot: bentuk luka seperti

menganga

(3) Arah miring terhadap serat elastis/otot: bentuk luka

asimetris

b. Alat Ganco/lembing: bentuk luka seperti celah bila luka di

daerah pertemuan serat elastis/otot, maka bentuk luka bulat

(sesuai dengan penampang alat)

c. Alat penampang segitiga atau segiempat: bentuk luka

bintang berkaki tiga atau empat.

Bentuk dan ukuran dari luka tusuk di kulit juga tergantung

pada jenis pisau, arah dorong, gerakan pisau saat menusuk,

pergerakan korban saat ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit.

Ketajaman alat dapat menentukan batas luka, tepinya dapat tajam


25

dan teratur, kulit terkelupas, memar ataupun bergerigi (Apuranto,

2012).

Bagian-bagian pisau (Gambar 2.10):

 Grip

 Guard

 Ricasso

 Back

 Spine

 Edge

 Point

Gambar 21. Bagian-bagian Pisau

Terbentuknya luka tusukan dapat dipengaruhi oleh seberapa

dalam pisau yang ditusukkan dan apa ada bagian dari poros atau

kontak kulit yang tertembus. Jika pisau ditusukan dengan kuat ke

dalam tubuh sampai bagian guard pada pisau, maka bentuk guard pada

pisau dapat terlihat di kulit. Jika pisau ditusukan sampai Ricasso , luka

dapat membentuk persegi pada kedua ujungnya (Fani, 2016).


26

Bentuk tusukan luka di kulit tidak hanya dapat ditentukan oleh

bentuk pisau, tetapi juga ditentukan oleh sifat-sifat kulit. Luka tusuk

berbentuk panjang dan tipis saat kulit dalam keadaan tegang, dan

dapat lebih luas lagi saat kulit berelaksasi (Fani, 2016).

Garis Langer juga dapat mempengaruhi bentuk luka (Gambar

23). Garis Langer adalah pola dari serat elastis dalam lapisan dermis

kulit, yang kira-kira sama antara individu satu dan individu yang

lainya. Ahli bedah plastik memanfaatkan dari pola serat ini untuk

menghilangkan bekas luka. Jika seseorang ditusuk di garis ini, yaitu

tegak lurus dengan serat, serat akan memisahkan tepi luka,

menciptakan luka yang terbuka. Luka tusukan yang sejajar dengan

garis Langer akan menghasilkan luka seperti celah sempit. Antara dua

ekstrem luka miring (Fani, 2016).

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk luka yaitu

bentuk dan ukuran senjata yang digunakan, arah dorongan, gerakan

senjata pada luka, gerakan korban yang ditusuk, dan keadaan

elastisitas kulit. Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari

luka tusuk karena hal itu akan sangat membantu dalam membedakan

berbagai jenis senjata yang mungkin telah dikumpulkan oleh polisi

dan dibawa untuk diperiksa. Daerah tepi luka dapat memberikan

informasi ketajaman senjata yang digunakan. Senjata yang tumpul

misalnya akan membuat tepi luka mengalami abrasi. Pinggir luka

dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut
27

tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi

tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam (Fani, 2016).

Bentuk luka juga tergantung seberapa banyak bagian pisau

(senjata) yang masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu penting

mengetahui berbagai kemungkinan bentuk senjata yang digunakan

(Fani, 2016).

Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh,

seperti pahat, obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan

bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi empat atau, yang

lebih jarang, berbentuk satelit (Fani, 2016).

Selain kekhususan senjata yang digunakan, sifat keelastisan kulit

dan arah tusukan terhadap serabut elastis juga mempengaruhi bentuk

luka. Apabila arah tusukan membentuk sudut yang tegak lurus dengan

distribusi serabut elastis tubuh yang sesuai dengan Langer’s line. Hal

ini akan menyebabkan tepi luka akan melebar dan cetakan luka tidak

sesuai dengan senjata yang digunakan (Fani, 2016).


28

Gambar 22. Luka Tusuk

Gambar 22 menunjukan luka tusuk pada beberapa tempat,

menggunakan pisau yang sama tetapi memiliki variasi ukuran luka

yang berbeda (Fani, 2016).

Gambar 23. Luka terhadap Garis Langer. Gambar B

menunjukkan luka yang tegak lurus dengan garis Langer, dan gambar

C menujukkan luka yang searah dengan garis Langer

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka

tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau
29

ditarik keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak

begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan

juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan

kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada

keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan

lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam

maupun pada organ.

2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan

ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan

memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.

3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan

ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang

terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang

digunakan.

4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan

mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka

sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial.

Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang

digunakan.

5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya.

Sudut luka berbentuk ireguler dan besar (Fani, 2016).


30

CIRI LUKA TUSUK

Ciri – Ciri luka tusuk, sebagai berikut :


Tergantung alatnya bermata tajam atau tidak. Bila alat berujung

runcing dan bermata tajam:

1) Tepi luka rata

2) Sudut lukat tajam, pada sisi tumpul dari alat, sudut luka kurang

tajam

3) Pada sisi tajam dari alat, rambut ikut terpotong

4) Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau, kadang-kadang

ditemukan memar disekitar luka

5) Ukuran dalam luka lebih besar daripada panjang luka

Ciri-ciri luka tusuk pada pembunuhan:

1) Lokasi disembarang tempat, juga didaerah yang tak mungkin

dijangkau tangan sendiri

2) Jumlah luka dapat satu atau lebih

3) Adanya tanda-tanda perlawanan dari korban yang

menyebabkan luka tangkisan

4) Tidak ditemukan luka tusuk percobaan (tentative stabs)

Ciri-ciri luka pada bunuh diri :

1) Lokasi pada daerah yang ada alat tubuh penting dan dapat

dicapai oleh tangan korban sendiri, misalnya dada, perut.

2) Jumlah luka yang mematikan biasanya satu.


31

3) Ditemukan luka tusuk percobaan disekitar luka utama,

bergerombol, dan dengan kedalaman yang berbeda-beda.

4) Tidak ditemukan luka tangkisan

5) Bila pada daerah yang ada pakaian, maka pakaian akan

disingkirkan lebih dahulu

6) Kadang-kaadang tangan yang memegang senjata mengalami

cadaveric spasm.

Gambar 24. Luka tusuk


Dibutuhkan sebuah kekuatan dalam menusuk untuk menembus

kulit, semakin lancip maka semakin mudah akan menembus. Saat

ujung pisau sudah menembus kulit, maka bagian lainnya akan

mengiris bagian tubuh dengan mudah. Selama tidak bersentuhan

dengan tulang, pisau mudah masuk kedalam tanpa kekuatan yang

berlebih (Fani, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi berapa besar kekuatan yang

dibutuhkan senjata untuk penetrasi ke dalam tubuh, yaitu:


32

 Ketajaman ujung senjata: ujung senjata yang tajam akan semakin

mudah menembus kulit.

 Kecepatan tusukan: semakin cepat tusukan, besar gaya yang didorong

akan semakin lebih mudah untuk menembus kulit.

 Apakah pakaian masih dipakai: pakaian dapat meningkatkan tahanan

terhadap penetrasi.

 Apakah tulang telah terluka: kulit melakukan sedikit perlawanan

terhadap penusukan oleh pisau yang tajam, tapi penetrasi pada

jaringan-jaringan yang lebih padat akan membutuhkan kekuatan yang

lebih besar (Fani, 2016).

Gambar 25. Luka Tusuk. Panah merah merupakan sisi tumpul pisau dan
panah biru merupakan sisi lancip pisau

Alat yang memiliki titik atau ujung dapat menyebabkan luka

tusuk. Tidak harus memiliki tepi pisau yang tajam. Tetapi dibutuhkan

kekuatan yang cukup untuk menembus elastisitas kulit (Sheperd,

2003).
33

Ukuran Luka Tusuk

Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil

ataupun lebih besar dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan

luka tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk

tetapi sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada

tubuh, dimana terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu

mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Panjang luka penting

diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan

mewakili lebar alat. Panjang luka di permukaan kulit tampak lebih

kecil dari lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila

luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama

dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar

alat kerena tarikan ke samping waktu menusuk dan waktu menarik.

Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan posisi

yang miring (Fani, 2016).

Pada kasus tertentu hasil pemeriksaan luka tusuk kadang-kadang

dapat membantu menentukan alat atau benda penyebab luka yaitu bila

luka tusuk dibagian tubuh yang bentuknya stabil, misalnya dada dan

ditemukan beberapa alat yang dicurigai sebagai penyebab luka,

ditemukan patahan ujung senjata penyebab luka. Pedoman yang biasa

digunakan:

a. Panjang luka adalah ukuran maksimal dari lebar senjata.

b. Dalam luka adalah ukuran maksimal dari panjang luka.


34

Luka Tusuk pada Beberapa Bagian Tubuh

a. Luka Tusuk pada Kepala dan Leher

Luka tusukan pada kepala jarang terjadi, namun biasanya:

1) Hampir selalu karena pembunuhan

2) Kematian sering disebabkan karena perdarahan, rusaknya

organ vital, yaitu jaringan otak

3) Bentuk luka kepala dapat membantu untuk menentukan

identifikasi senjata yang dipakai (Apuranto, 2012).

Luka tusuk pada otak juga jarang ditemui. Sebagian besar

tusukan terjadi pada mata atau daerah temporal karena tulang pada

daerah tersebut sangat tipis dibandingkan tulang kepala yang lain.

Luka tusukan pada otak tidak terlalu membahayakan, korban masih

dapat berlari dan menghindar dari pelaku. Kematian dalam kasus

seperti itu terjadi karena perdarahan intrakranial atau infeksi. Pada

hasil otopsi, ukuran luka tengkorak yang dihasilkan oleh senjata yang

ditusukkan, hasilnya sama dengan ukuran senjata yang digunakan.

Perdarahan yang terjadi pada luka tusukan otak mungkin dapat

mengenai subdural, subarachnoid, intraserebral, atau kombinasi dari

ketiganya (Fani, 2016).

Luka tusukan pada leher jarang terjadi. Luka tusuk pada leher

dapat menyebabkan kematian yang cepat oleh karena perdarahan,

emboli udara atau asfiksia yang disebabkan karena perdarahan


35

jaringan lunak yang hebat dengan tekanan kompresi di trakea dan

pembuluh darah di leher (Fani, 2016).

Korban dapat meninggal karena terpotongnya arteri karotis,

vena jugularis, faring, dan trakhea. Terpotongnya arteri karotis dapat

menyebabkan perdarahan yang banyak atau dapat menyebabkan

thrombus yang menyumbat arteri cerebralis. Terpotongnya vena

jugularis dapat menimbulkan emboli udara yang dapat menyumbat

arteri pulmonalis. Terpotongnya trachea dapat menyebabkan aspirasi

darah kedalam paru-paru (Apuranto, 2012).

Gambar 26. Luka Tusukan pada Trakea

Kematian jangka panjang mungkin terjadi karena selulitis, atau

terjadi akibat trombosis pada arteri dengan emboli dan infark pada

serebral. Jika ada kasus dimana ada luka tusuk pada kepala dan leher,

maka wajib dilakukan untuk foto sinar-X untuk melihat apakah ada
36

emboli udara. Dalam luka tusuk pada leher, pisau tidak hanya melukai

pembuluh darah besar, tetapi juga trakhea, dengan tampak hasil

perdarahan hebat sampai ke bronkus (Fani, 2016).

b. Luka Tusuk di Dada

Luka tusuk di dada dapat menimbulkan kerusakan jantung, paru-

paru, vena, atau arteri besar, yan dapat menimbulkan kematian. Luka

tusuk di dada dapat menimbulkan kerusakan jantung, paru-paru, vena,

atau arteri besar, yan dapat menimbulkan kematian.Luka tusukan yang

paling bahaya terletak di daerah dada kiri. Seseorang akan cenderung

menusuk dada sebelah kiri. Selain itu, jika seseorang berniat untuk

membunuh maka orang tersebut akan menusuk pada dada sebelah kiri,

hal ini karena sebagian besar jantung terletak di dada sebelah kiri

sehingga orang tersebut berpikir korban akan lebih cepat mati (Fani,

2016).
37

Gambar 27 Bunuh Diri dengan Luka Tusuk pada Dada Kiri

Luka tusukan pada dada akan mengakibatkan cedera pada

jantung yang sangat mengancam jiwa. Jarang sekali kematian

disebabkan oleh luka pada tusukan di paru-paru. Luka tusukan pada

dada kanan biasanya melukai ventrikel kanan, aorta, ataupun atrium

kanan. Dan pada dada kiri biasanya melukai ventrikel kanan. Sebagian

besar kematian disebabkan kombinasi dari hematothorax, perdarahan

eksternal, dan hemoperikardium. Luka tusuk yang mengenai arteri

koroner dapat sangat cepat menimbulkan kematian. Pada luka tusuk,

kerusakan pada atrium dapat lebih serius dibandingkan kerusakan dari

ventrikel karena otot ventrikel masih dapat berkontraksi, sehingga

dapat memperlambat atau mengakhiri pendarahan. Luka tusuk jantung

biasanya ditemukan di depan dada dan menembus ke belakang.


38

Sebagian besar luka tusuk pada dada kiri juga dapat melubangi paru-

paru. Beberapa orang masih dapat bertahan pada luka tusukan jantung

(Fani, 2016).

Luka tusukan dari paru-paru, menyerupai seperti tusukan pada

jantung, biasanya tertusuk pada bagian depan dada, jarang dari sisi

samping, dan hanya sesekali dari sisi belakang. Kebanyakan luka

tersebut berkaitan dengan luka tusuk pada jantung. Kematian pada

luka tusukan paru-paru biasanya terjadi perdarahan besar karena

hematothoraks. Pneumotoraks pun juga dapat terjadi tetapi tidak

secepat hematothoraks.Luka tusuk pada bagian dada yang lebih

rendah dapat menimbulkan cedera tidak hanya pada jantung dan paru-

paru, tetapi juga dapat melukai organ perut. Luka tusukan fatal pada

perut biasanya melukai hepar ataupun pembuluh darah utama, seperti

aorta, vena cava, iliaka, atau pembuluh mesenterika. Kadang-kadang

pada luka perut kematian tidak terjadi secara langsung tetapi korban

biasanya mati karena robeknya usus sehingga terjadi peritonitis (Fani,

2016).

c. Luka Tusuk Pada Tulang Belakang

Luka tusukan pada tulang belakang juga jarang ditemui. Seperti

pada luka tusukan kepala, pisau yang digunakan dapat pecah dan

ditemukan pecahannya di tulang belakang. Cedera pada medula

spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan (Fani, 2016).

d. Luka Tusuk Pada Abdomen


39

Dapat menimbulkan kerusakan pada hepar, lien, gaster,

pankreas, renal, vesika urinaria, usus sehingga dapat menimbulkan

perdarahan yang cukup banyak. Luka tusuk lebih sering terjadi pada

kuadran atas dari abdomen dibandingkan dengan kuadran bawah.

Kematian tidak terjadi secara langsung pada luka tusuk di abdomen.

Faktanya baru beberapa hari bahkan sampai beberapa minggu luka

tusuk dapat menyebabkan kematian.14

Gambar 28. Luka Tusuk pada Abdomen

e. Luka Tusukan Pada Ekstremitas

Luka tusuk pada ekstremitas dapat menyebabkan kematian juga.

Tusukan dapat mengenai pembuluh darah ekstremitas seperti arteri

femoralis. Dalam hampir semua kasus ini, korban ditikam saat

mengkonsumsi alkohol dan tidak sadar kalau sedang mengalami luka

tusukan. Sehingga, mereka terus berjalan walaupun perdarahan hebat


40

sedang terjadi dan pada akhirnya korban kehabisan darah dan mati.

Luka tusukan pada ekstremitas atas seringkali terjadi karena korban

mencoba menangkis tusukan dari lawan yang apabila jumlahnya

banyak dapat menimbulkan kematian akibat perdarahan. Jarang sekali

menangkis menggunakan ekstremitas bawah (Fani, 2016).

Cara Kematian

1. Pembunuhan

Sebagian besar kematian akibat luka tusuk terjadi karena

pembunuhan. Dalam pembunuhan tersebut , beberapa luka biasanya

banyak tersebar di tubuh. Luka tusuk sering gagal untuk menembus

ke dalam organ dan tidak terlalu mengancam jiwa. Luka yang

melibatkan dada dan perut dapat mengancam jiwa (Fani, 2016).

Ciri luka tusuk pada pembunuhan :

 Lokasi disembarang tempat, juga di darah – daerah yang

tidak mungkin dijangkau tangan sendiri

 Jumlah luka dapat satu atau lebih

 Adanya tanda – tanda perlawanan dari korban yang

mengakibatkan luka tangkis

 Tidak ditemukan luka tusuk percobaan ( tentative stabs ) .16

2. Bunuh diri

Bunuh diri dengan metode menusuk diri jarang ditemukan.

Ketika seseorang memutuskan untuk menusuk diri mereka sendiri,

orang tersebut biasanya akan membuka kancing atau membuka


41

pakaian di mana daerah tersebut akan ditusuk. Luka tusuk yang

paling sering melibatkan dada bagian tengah dan kiri dan jumlahnya

menyebar, dengan banyak luka dengan penetrasi minimal. Luka

tusukan bunuh diri mempunyai variasi dalam ukuran dan

kedalamannya, dan berakhir dengan satu atau dua luka tusukan di

dinding dada maupun ke organ internal (Fani, 2016).

Ciri luka tusuk pada bunuh diri :

 Lokasi pada daerah-daerah yang ada alat tubuh penting dan

dapat dicapai oleh tangan korban sendiri , misalnya dada, perut

 Jumlah luka yang mematikan biasanya satu

 Ditemukan luka tusuk percobaan disekitar luka utama,

bergerombol dan dengan kedalaman yang berbeda – beda

 Tidak ditemukan luka tangkis

 Bila pada daerah yang ada pakaiannya, maka pakaian akan

disingkirkan lebih dahulu

 Kadang-kadang tangan yang memegang senjata mengalami

cadaveric spasm (Apuranto, 2012).

3. Kecelakaan

Penyebab Kematian

Sebab-sebab kematian pada luka tusuk dibagi menjadi dua, yaitu

langsung dan tidak langsung. Pada kematian langsung biasanya terjadi

perdarahan, kerusakan organ tubuh yang penting (jantung, hepar,

pembuluh darah besar, dan sebagainya), dan emboli udara. Pada


42

kematian tidak langsung biasanya terjadi karena sepsis atau infeksi

(Fani, 2016).

Penyebab kematian paling sering pada kasus pembunuhan yang

disebabkan oleh luka tusuk adalah perdarahan hebat pada pembuluh

darah besar. Cepat atau tidaknya kematian tergantung pada jumlah

pembuluh darah yang terluka, dan juga jenis pembuluh darah apa saja

yang terkena (arteri atau vena). Perdarahan arteri dari pembuluh darah

besar bisa mengakibatkan kematian yang relatif cepat. Kehilangan

darah lebih dari 1 liter dari pembuluh darah besar dapat berakibat

fatal. Namun beberapa liter darah mungkin juga dapat hilang dari

pembuluh vena yang lebih kecil sebelum kematian terjadi. Dalam luka

tusuk pada bronkus, dapat terjadi perdarahan kecil yang terakumulasi

pada rongga dada dan rongga perut (Fani, 2016).

Ketika terjadi tusukan pada leher, juga harus dipertimbangkan

penyebab kematian seperti aspirasi darah dan emboli udara.

Terpotongnya trakhea dapat menyebabkan aspirasi darah ke dalam

paru-paru. Kehilangan darah dari pembuluh darah yang kecil(misalnya

pada pembuluh darah pada kelenjar tiroid) mungkin cukup untuk

menyebabkan aspirasi. Dalam luka terbuka pada pembuluh darah vena

jugularis, udara dapat masuk ke pembuluh darah ketika tubuh berada

dalam posisi tegak. Terpotongnya vena jugularis dapat menimbulkan

emboli udara yang dapat menyumbat arteria pulmonalis. Jika ada


43

udara yang terangkut ke ventrikel kanan melalui aliran darah, emboli

udara dapat terjadi, yang dapat menyebabkan kematian (Fani, 2016).

Kematian karena tamponade jantung dan kegagalan proses

regulasi sentral jarang terjadi. Tamponade jantung terjadi setelah

darah mengalir dari jantung atau pembuluh darah besar yang

berdekatan tidak dapat keluar dari pericardium (Fani, 2016).

Singkatnya, sebab-sebab kematian pada luka tusuk:

a. Penyebab kematian langsung:

 Perdarahan

 Emboli udara

 Kerusakan alat tubuh yang penting

b. Penyebab kematian tidak langsung: infeksi atau sepsis

(Apuranto, 2012).

c) Luka Bacok (Chop Wound)

Luka bacok (Chop Wound) merupakan luka dengan

kedalaman luka kurang lebih sama dengan panjang luka akibat

kekerasan yang arahnya miring terhadap kulit. Luka bacok (Chop

Wound) merupakan luka akibat benda atau alat yang berat dengan

mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan

disertai tenaga agak besar (Malarante,2015).

Sebagai contoh alat yang digunakan untuk luka bacok


adalah seperti pedang, celurit, kapak, dan baling balik kapal. Ada 6
ciri-ciri Luka bacok (Chop Wound) adalah sebagai berikut :
44

1) Ukuran Luka bacok (Chop Wound) biasanya besar

2) Tepi Luka bacok (Chop Wound) tergantung pada mata

senjata

3) Sudut Luka bacok (Chop Wound) tergantung pada mata

senjata

4) Hampir selalu mengakibatkan luka pada tulang

5) Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena

bacokan

6) Disekitar luka dapat ditemukan luka memar

(contussion) atau luka lecet (abrasion) atau abrasi

Ciri-ciri luka bacok

1 Luka bacok diakibatkan oleh tusukan benda atau senjata tajam yang re

latif berat seperti kapak, parang, pedang (Gambar 29).

2 Bagian tepi luka tidak begitu rata dan sering didapatkan memar atau le

cet.

3 Lukanya relatif lebih lebar dan lebih dalam dibanding luka iris

4 Berat senjata bertindak sebagai kekuatan yang penting untuk menemb

us jauh ke dalam jaringan.

5 Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, kadang-kadang b

agian tubuh yang mengalami bacokan ikut terputus. Luka bacok terdiri

dari luka iris yang memiliki alur atau potongan pada dasar tulang.

6 Jika lukanya membengkak miring, tepi mungkin terlihat timbul


45

7 Adanya jaringan lunak yang disertai hemoragik dengan luka bacok ata

u luka iris secara umum dianggap sebagai bukti yang baik, bahwa luka

timbul sebelum kematian. Tubuh yang terendam lebih lama didalam ai

r bisa menyebabkan hemoragik yang pada awalnya ada di luka lebih

memudar, dan menyebabkan tampilan penyebab kematian yang sulit d

itemukan.

8 Sudut luka tergantung mata senjata yang digunakan. Dua bagian pada

luka bacok dapat diidentifikasi. Bagian dari luka yang lebih dekat ke p

enyerang, yang dikenal sebagai ujung tumit dari luka bacok, bagian ya

ng lebih dalam dari bagian distal penyerang dikenal sebagai ujung kak

i luka bacok. Maka identifikasi ujung kaki dan tumit dapat membantu

untuk mengetahui posisi relatif si penyerang dan korban (Auranto,

2012).

Gambar 29. Luka Bacok


46

Aspek Penting Medikolegal Luka Bacok

1 Luka bacok biasanya merupakan pembunuhan namun luka kecelakaan

dapat dialami oleh orang yang bekerja di pabrik, dan lain-lain

2 Dari ujung tumit atau ujung kaki, posisi relatif dari penyerang dan kor

ban bisa diketahui.

3 Jenis senjata yang digunakan dapat diketahui.

4 Usia cedera bisa diketahui (Bardale, 2016).

Sebab Kematian

a. Penyebab kematian langsung:

- Perdarahan

- Kerusakan organ vital

- Emboli udara

b. Penyebab kematian tidak langsung: sepsis/infeks (Bardale, 2016).


47

Gambar 30. Luka bacok (Chop Wound)

Contoh Deskripsi Luka akibat Trauma Benda Tajam

Pada pemeriksaan ditemukan luka :


Jumlah : Satu
Lokasi : Didada bagian atas, sepuluh sentimeter sebalah kanan
garis tengah tubuh dan tujuh sentimeter diatas garis
mendatar yang melewati puting susu.
Bentuknya :Berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan
rapat serta membentuk garis lurus yang arahnya mendatar.
Ukurannya : Sebelum dirapatkan panjangnya 2,5cm, lebar 0,6 cm dan
dalamnya belum dapat ditemukan pada pemeriksaan luar
sebab luka menembus dinding dada. Ketika dirapatkan
panjangnya 2,7cm.
Sifatnya : Garis batas luka bentuknya teratur dan simetris, tepinya
rata serta kedua sudutnya runcing. Tebing luka rata terdiri
atas kulit, jaringan ikat, jaringan lemak dan otot. Tidak
ditemukannya jembatan jaringan dan dasar luka tidak
terlihat pada pemeriksaan luar. Disekitar batas luka tidak
ada memar.

2.4 Identifikasi Forensik


• Definisi
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan
tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.
Identitas personal merupakan masalah dalam kasus pidana maupun
perdata.
• Metode Identifikasi
48

– Primer: DNA, Sidik Jari, Gigi


– Sekunder: Pakaian, perhiasan, bekas luka, tanda lahir dan tattoo.
• Identifikasi
– Pemeriksaan Luar: pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis,
perlukaan.
– Pemeriksaan dalam: dilakukan dengan membuka rongga kepala,
leher, dada dan panggul.
– Pemeriksaan tambahan: pemeriksaan histopatologi, toksikologi,
serologi dan DNA, parasitologi, mikrobiologi dll.
Pemeriksaan Luar
• Pemeriksaan ini dilakukan dari ujung rambut kepala sampai ujung
kuku sampai kaki. Dilakukan dengan cermat (yang terlihat,
tercium, teraba) baik pada asesoris atau pada tubuh jenazah.
• Dimulai dengan memeriksa:
– Identitas jenazah
– Memastikan keamanan pengelolaan jenazah (ada/tidaknya label)
– Memeriksa benda-benda disekitar jenazah baik yg menutupi,
melekat atau yang dikenakan korban (pakaian, perhiasan)
– Menilai keadaan umum jenazah (utuh atau tercerai-berai)
– Tanda kematian sekunder untuk memperkirakan saat kematian
– Tanda-tanda kekerasan serta kalinan yang mungkin berhubungan
dengan kematian korban
• Identifikasi Umum
Tanda-tanda umum yang menunjukkan identitas mayat (jenis
kelamin, kewarganegaraan, kulit, gizi, TB/BB, penis (pada laki-laki),
striae abican (wanita)
• Identifikasi Khusus
– Tatto
– Jaringan parut
– Kapalan (callus)
– Kelainan-kelainan
49

– Anomali & cacat tubuh


• Penentuan Jenis Kelamin
– Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang
panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta scapula dan
metacarpal.
– Pada panggul, indeksi isio-pubis (panjang pubis dikali 100 dibagi
isium) merupakan ukuran yang paling sering digunakan (Laki-laki
sekitar 83,6 & wanita sekitar 99,5)
– Tulang panjang laki-laki lebih panjang dibandingkan tulang wanita
dg perbandingan 100:90. Pada sudut antara kaput femoris terhadap
batangnya lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa olekrani
menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch
pada laki-laki.
• Penentuan Umur
– BAYI : Tinggi badan diukur dari puncak kepala ke tumit (crown-
heel), dapat digunakan untuk perkiraan umur menurut HAASE. Cara
pengukuran lain yaitu dari puncak kepala ke tulang ekor (Crown-
rup) dipergunakan oleh STREETER.
– Perkiraan umur pada anak-anak dan dewasa di bawah 30 tahun
dengan cara menilai unifikasi diaphysis. Persambungan speno-
occipital terjadi pada usia 17-25 tahun. Tulang selangka
merupakan tulang panjang yang terakhir mengalami unifikasi.
Unifikasi dimulai pada umur 18-25 tahun dan mungkin lengkap pada
umur 25-30 tahun. Dalam usia 31 tahun ke atas,
unifikasi telah lengkap. Os vertebrae pada usia sebelum 30 tahun
menununjukkan alur-alur dalam yang berjalan radier pada
permukaan atas dan bawah corpus vertebrae.
– Perkiraan umur 30 tahun ke atas dilakukan dengan penilaian
penutupan sutura tengkorak. Sutura sagitallis,
coronaries, dan sutura lambdoides mulai menutup pada usia 20-30
tahun. Lima tahun berikutnya terjadi penutupan sutura parieto-
50

mastoid dan sutura squameus. Sutura sphenoparietal umumnya tidak


akan menutup pada usia 70 tahun.
• Penentuan Tinggi Badan
Perkiraan tinggi badan badan dapat diketahui dari panjang bagian
tubuh tertentu yaitu dengan cara sebagai berikut:
– Dua kali panjang vertex hingga symphisis pubic sama dengan
tinggi badan seseorang
– Dua kali panjang symphisis pubic hingga heel sama dengan tinggi
badan seseorang
– Tinggi badan : panjang dari sterna notch hingga symphisis pubic x
3.3
– Tinggi badan : Panjang forearm (Panjang dari ujung jari hingga
olecranon) x 3,7
– Tinggi badan : panjang vertebral column x 35/100
– Tinggi badan : 127.97 +2,06 x panjang tangan
– Tinggi badan : panjang dari ujung kepala hingga ujung dagu x 7
Rumus antropologi ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa) dalam
satuan milimeter:2
– Tinggi badan : 897 +1,74 y (Femur kanan)
– Tinggi badan : 822 +1,90y (Femur kiri)
– Tinggi badan : 879 + 2,12 (tibia kanan)
– Tinggi badan : 847 + 2,22 y (tibia kiri)
– Tinggi badan : 867 +2,19 y (fibula kanan)
– Tinggi badan : 863 + 2,14 y (fibula kiri)
– Tinggi badan : 847 + 2,60 y (humerus kanan)
– Tinggi badan : 805 + 2,74 y (humerus kiri)
– Tinggi badan : 842 + 3,45 y (radius kanan)
– Tinggi badan : 862 + 3,40 y (radius kiri)
– Tinggi badan : 819 + 3,15 y (ulna kanan)
– Tinggi badan : 847 +3,06 y (ulna kiri)
• Pemeriksaan Rambut
51

– Distribusi, warna, keadaan tumbuh sifat rambut (halus/kasar,


lurus/ikal)
– Bila padatubuh mayat ditemukan rambut yang bukan dari rambut
mayat: ambil, simpan, beli label -> pemeriksaan laboratirum lanjutan
• Pemeriksaan Mata
– Kelopak mata terbuka/tertutup, perhatikan tanda-tanda kekerasan
serta kelainan lainnya
– Selaput lendir kelopak mata, warna, pembuluh darah yang melebar,
bintik perdarahan/bercak perdarahan
– Bola mata, periksa tanda-tanda kekerasan,kelainan-kelainan pthysis
bulbi, mata palsu
– Selaput lendir bola mata, pelebaran pembuuh darah, bintik
perdarahan, kelainan lain
– Kornea (selaput bening), jernih, kelainan fisiologis/patologis
– Iris (tirai mata) warna -> identifikasi
– Pupil (teleng mata) -> catat ukurannya
• Pemeriksaan Daun Telinga dan Hidung
– Bentuk daun telinga dan hidung
– Kelainan-kelainan serta tanda kekerasan yang ditemukan
• Pemeriksaan Rongga Mulut
– Kemungkinan ada benda asing (kasus penyumbatan)
– Periksa gigi geligi, periksa dan catat : jumlah, gigi geligi yang
hilang/patah/tambalan/bungkus logam, gigi palsu, kelainan letak,
pewarnaan dll
– Fungsi identifikasi bila terdapat data pembanding
• Pemeriksaan Alat Kelamin dan Lubang Pelepasan
– Kelainan-kelainan atau tanda kekerasan
– Mayat laki-laki, periksa :alat kelamin sudah di sirkumsisi atau
belum, adakah kelaianan bawaan (epispadia, hipospadia,
phymosis atau paraphymosis).
52

– Mayat wanita, periksa : selaput dara dan komisura posterior ada


atau tidaknya tanda kekerasan.
• Pemeriksaan Tanda Kekerasan/Luka
– Letak luka : regio anatomis
– Jenis luka : lecet/ memar/ robek
– Bentuk luka : bulat/ persegi/ oval
– Arah luka : melintang/ membujur/ miring
– Tepi luka : rata/ teratur/ tidak beraturan
– Sudut luka : runcing/ membulat/ bentuk lain
– Dasar luka : jaringan bawah kulit/ otot/ rongga tubuh
– Sekitar luka : kotor/ bersih, luka/ tanda kekerasan
– Ukuran luka : ukur dengan teliti,
– Saluran luka : pada luka tembakan/ tusukan
• Pemeriksaan Patah Tulang
– Tentukan letak patah tulang yang ditemukan, catat sifat/jenis
masing-masing patah tulang
• Lain-lain
– Tanda-tanda ikterik, warna kebiruan pada ujung jari dan edema
– Tanda-tanda bekas trakeotomi,suntikan, pungsi lumbal, dll

Pemeriksaan Dalam/Pembedahan Mayat


• Persiapan Alat dan Sarana
– Kamar otopsi;
– meja otopsi (terdapat penampungan darah dan tersedianya air
untuk pencucian);
– peralatan otopsi;
– pisau, untuk memotong kulit, organ dalam dan otak,
– gunting dan pinset bergigi, untuk pemeriksaan alat dalam tubuh,
– gergaji, untuk menggergaji tulang tengkorak,
– pahat T-chisel
53

– jarum jahit kulit dan benang kasar, untuk merapikan kembali mayat
yang telah diotopsi,
– gelas ukur, untuk mengukur volume cairan atau darah yang
ditemukan pada otopsi,
– spuit dan jarum, untuk pengambilan darah.
– peralatan untuk pemeriksaan tambahan;
– botol kecil berisi formalin 10% atau alkohol 70─80% sebagai
pengawet jaringan, untuk pemeriksaan histopatologi,
– botol lebih besar, untuk pemeriksaan toksikologi yang berisi bahan
pengawet tertentu
– Peralatan tulis dan fotografi.
• Posisi Mayat
– Posisi mayat yang akan dibedah diletakkan terlentang dengan
bagian bahu ditinggikan (diganjal) dengan balok,
sehingga kepala dalam keadaan fleksi maksimal
dan daerah leher terlihat lebih jelas.
• Insisi Kulit
– Irisan Lurus (I)
Dilakukan pada jenazah pria pemeluk agama Islam. Irisan dimulai
setinggi kartilago tiroid (jakun). Pisau ditekan hingga terasa
mengenai kartilago tiroid kemudian ditarik lurus ke bawah
mengikuti linea mediana dan ketika sampai dekat umbilikus (1cm di
atas umbilikus) irisan dibelokkan ke kiri membentuk setengah
lingkaran mengelilingi umbilikus di sebelah kiri kemudian ke bawah
lagi lurus mengikuti linea mediana sampai simphisis pubis.
– Irisan Berbentuk Huruf 'Y'
Dilakukan pada jenazah pria pemeluk agama non Islam. Irisan
dimulai dari midklavikula (baik kanan maupun kiri) menuju ke
prosesus xiphoideus kemudian dilanjutkan ke bawah mengikuti linea
mediana hingga simphisis pubis seperti irisan I.  
– Irisan Berbentuk Huruf 'Y' Modifikasi
54

Dilakukan pada jenazah wanita. Irisan dimulai dari setinggi


akromion kanan maupun kiri ke arah bawah mengikuti linea axillaris
anterior. Kemudian membelok ke medial melingkari bagian lateral
bawah glandula mammae hingga ke prosessus xiphoideus.
Kemudian dilanjutkan lagi ke bawah mengikuti linea mediana
sampai ke simphisis pubis seperti irisan I.
• Pembukaan Rongga Tubuh
– Rongga Abdomen
Pada irisan kulit yang sudah ada, dibuat lubang setinggi prosessus
xiphoideus atau epigastrium selebar 2 jari sampai ke peritoneum. Jari
telunjuk dan jari tengah tangan kiri yang dimasukkan kedalam
lubang insisi, dan dinding perut dapat diangkat atau ditarik keatas.
Pisau diselipkan diantara dua jari dan insisi diteruskan samapi
simfisis pubis.
– Rongga Dada
Dinding perut bagian atas dipegang dan lakukan pemuntiran dinding
perut kearah luar dengan menggunakan tangan kiri (posisi ibu jari di
dalam, 4 jari lain diluar)
Dinding dada dilepaskan dengan memulai irisan otot-otot sepanjang
arcus costa, pengirisan otot dilakukan dengan posisi pisau tegak
lurus terhadap otot.
Pelepasan dinding dada dilanjutkan ke arah dada bagian atas sampai
daerah tulang selangka dan ke samping sampai garis ketiak depan
Potong tulang rawan kosta 0.5-1 cm dari medial batas tulang rawan
kosta, mulai dari costa ke-2. Perut pisang dan bidang pisau diletakan
tegak lurus dengan tulang rawan kosta. Teruskan irisan ke arah
kranial untukmemotong costa ke-1
Potong sendi sternoclavicularis
Potong insersi otot diafragma yang melekat pada dinding dada
bagian bawah, sternum bisa dilepaskan dengan pericardium
– Rongga Panggul
55

Pengirisan dimulai dengan memotong diafragma dekat insersinya.


Pengirisan dilakukan ke kaudal sampai memotong arteri iliaca
communis.
Lepaskan peritoneum daerah simfisis pubis
Pada laki-laki: pemotongan dilakukan setinggi prostat, Pada wanita:
pemotongan dilakukan setingga 1/3 proksimal vagina.
– Tengkorak
Buat irisan kulit kepala mulai dari prosesus mastoideus  vertex 
prosesus mastoideus sebelahnya.
Pengelupasan kulit kepala ke arah depan 1-2 cm diatas batas orbita,
ke belakang sampai sejauh protuberan oksipital eksterna
Penggergajian tengkorak melingkar di daerah frontal 2 cm diatas
orbita, kemudian didaerah temporal 2 cm diatas daun telinga
melingkar ke belakang 2 cm di atas protuberan oksipital eksterna
(bentuk sudut 120 derajat dari potongan awal)
• Pemeriksaan Organ Dalam
Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari lidah,
esophagus, trachea, dan seterusnya sampai meliputi seluruh alat
tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.
– Lidah
Perhatikan permukaan lidah, adakah kelainan bekas gigitan, baik
yang baru maupun lama. Pengirisan lidah sebaiknya tidak sampai
teriris putus.
– Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput,
gambaran infeksi, nanah dan sebagainya. Tonsilektomi kadang-
kadang membantu dalam identifikasi.
– Kelenjar Gondok
Untuk melihat kelenjar gondok dengan baik, otot-otot leher terlebih
dahulu dilepaskan dari perlekatannya di sebelah belakang.
56

Perhatikan ukuran, beratnya, permukaan , catat warnanya,


perdarahan berbintik, resapan darah.
– Kerongkongan (esofagus)
sEsofagus dilepas dengan cara menggunting sepanjang dindig
belakang. Perhatikan adanya benda asing, keadaan selaput lendir
serta kelainan yang mungkin ditemukan (striktur, varices)
– Batang tenggorok (trachea)
Pemeriksaan dimulai pada mulut atas batang tenggorok, dimulai dari
epiglottis. Perhatikan apakah ada edema, benda asing, perdarahan
dan kelainan lainnya. Perhatikan pita dan kotak suara. Pelepasan
trachea dilakukan dengan cara melakukan pengguntingan di dinding
belakang sampai mencapai cabang bronkus kanan dan kiri.
Perhatikan apakah ada benda asing, busa, darah, serta keadaan
selaput lendirnya.
– Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilage thyroidea),
dan rawan cincin (cartilage cricoidea).
Tulang lidah dilepaskan dengan menggunakan pinse dan gunting,
perhatikan adanya patah tulang dan resapan darah. Rawan gondok
dan rawan cincin yang menunjukkan adanya resapan darah pada
kekerasan di daerah leher.
– Arteri carotis interna
Melekat pada permukaan depan ruas tulang leher. Biasanya
ditemukan resapan darah dan kerusakan pada daerah intima jika
mengenai arteri ini
– Kelenjar kacangan (Thymus)
Kelenjar kacangan biasanya telah berganti Thymic fat body pada
dewasa. Kelenjar kacangan terdapat melekat disebelah atas kandung
jantung. Perhatikan permukannya apakah ada perdarahan berbintik
dan kelainan lainnya.
– Paru-paru
57

Tentukan permukaaan paru-paru. Pada paru yang mengalami


emfisema dapat ditemukan cekungan bekas penekanan iga.
Perhatikan warnanya, serta bintik perdarahan, bercak perdarahan
akibat aspirasi darah ke alveoli (tampak pada permukaan paru
sebagai bercak berwarna merah hitam dengan batas tegas), resapan
darah, luka, bulla dan sebagainya.
– Jantung
Jantung dilepaskan dari pembuluh darah besar yang keluar/ masuk
ke jantung denan memegang apex jantung dan mengangkatnya serta
menggunting pembuluh tadi sejauh mungkin dari jantung.
Perhatikan besarnya jantung, bandingkan dengan kepalan tangan
kanan mayat, apakah ada resapan darah, luka atau bintik-bintik
perdarahan. Pemotongan dinding jantung mengikuti arah aliran
darah di dalam jantung.

• Pengeluaran Organ Dalam


Pada dasarnya pengeluaran organ dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu
1. per organ (satu-demi-satu),
2. per-sistem (misalnya sistem-traktus digestivus dulu,dst)
3. in toto (sekaligus bersama-sama).
 Pengeluaran organ rongga dada:
Pada kasus infantisid pengeluaran organ-organ rongga dada
dilakukan secara in toto, di mana trakea dan esofagus diikat di dua
tempat, lalu dipotong di antara kedua ikatan kemudian pengeluaran
dilakukan sekaligus dengan pengangkatan jantung dan thimus serta
lambung dan usus.
– Pengangkatan paru-paru
Caranya : trakea dipotong 1-2 cm di kranial bifurkasi trakea, maka
terlepaslah paru-paru. Lalu periksa paru-paru, berat normalnya
antara 350 – 450 gr dengan ukuran rata-rata 20 cm x 15 cm x 5 cm,
58

warna merah kecoklatan dengan bintik-bintik hitam pigmen karbon,


konsistensi seperti spon
– Pengangkatan jantung
Perhatikan, cairan perikardium, normalnya berwarna kuning jernih
dengan volume antara 10-20ml. Setelah cairan perikardium diambil,
kemudian jantung diambil dengan cara:
• Tanpa melukai jantung
• Dengan melukai jantung
 Pengeluaran isi rongga perut
– Lambung. Pengambilannya dengan cara : dilakukan pengikatan
esofagus diatas diafragma pada dua tempat, lalu potong esofagus
diantara dua ikatan tersebut. Lakukan juga pengikatan pilorus di dua
tempat, lalu potong pilorus diantara dua ikatan tersebut. Kemudian
lambung ditarik dan dibebaskan dari perlekatan dengan sekitarnya
(ada perlekatan menunjukan proses peradangan). Perhatikan apakah
ada hematom, perlukaan akibat trauma dari luar.
– Pengambilan usus. Dimulai dari ujung pilorus yang sudah
dipotong pada saat pengambilan lambung. Pehatikan bagian luarnya,
apakah ada hiperemi, nekrosis, ulkus, invaginasi, torsi, perforasi,
tanda-tanda infeksi (amubiasis), tanda kekerasan dari luar.
– Hepar. Caranya potong ligamentum teres hepatis pars umbilikalis
dan pars diafragmatika lalu siangi peritoneumnya.perhatikan
warnanya (normal merah kecoklatan), hematom, permukaan (nomal
licin), tepi (normal tajam), konsistensi (normal kenyal), beratnya
rata-rata 1000gr – 1250 gr dengan ukuran 23cm x 16cm x 12cm.
– Pankreas. Perhatikan warnanya (normal merah muda) pada
pankreatitis merah tua, konsistensinya kenyal normalnya, pada tumor
keras dan rapuh. Iris pankreasnya pada salah satu sisinya, perhatikan
jika ada bagian yang mengeras dan agak keputih-putihan berarti ada
proses pengapuran.
59

– Lien. Perhatikan warnanya (coklat tua keabu-abuan),


konsistensinya kenyal (tumor lien sifatnya rapuh), tepinya
(normalnya tumpul), permukaannya (normalnya berkerut-kerut),
berat rata-rata 100gr – 150gr, ukuran 10cm x 7cm x 2cm. Pada
penderita malaria dan dekompensasi kordis lien tampak membesar
dan penuh serta permukaannya licin.
– Renal dan glandula supra renal. Ukuran rata-rata renal 10cm x
6cm x 2 cm, beratnya rata-rata 125gr. Pada keadaan normal kapsula
mudah dilepas, jika sulit maka maka terdapat radang atau hematom
akibat trauma.
– Vesika urinaria. Pada kasus keracunan urin diambil untuk
pemeriksaan toksikologis. Vesika urinaria di buka, perhatikan
adakah batu ? bagaimana mukosanya ? plika-plikanya ? adakah
tumor ?
 Pengeluaran dan pemeriksaan isi rongga pelvis
– Organ Ovarium. Organ ovarium dipisahkan dari alat fiksasi
disekitarnya yaitu ligamentum suspensori ovarii dan dingkat. Setelah
lepas perhatikan ukuran organ, konsistensi dan kelainan organ.
Lakukan juga hal yang sama pada organ sisi sebelahnya. Ukuran,
warna, konsistensi dan permukaan harus diperhatikan. Jika
berbenjol-benjol mgkn ada kista. Ovarium kemudia diiris dan dilihat
folikelnya (folikel primordial, folikel de graff), corpusnya (corpus
luteum, corpus rubrum, corpus albikan). Perhatikan pula apakah ada
tanda pendarahan, inflamasi dan teratoma.
– Organ Tube Uterina. Organ ini biasanya diperiksa jika ada
kecurigaan kematian mendadak yang diperkirakan disebabkan oleh
KET. Perhatikan rongga saluran apakah ada penyumbatan atau tidak
serta tanda-tanda rupture. Ambillah sampel utk dilakukan patologi
anatomi.
– Organ Uterus. Uterus diambil dengan meisahkannya dari adnexa
terlebih dahulu.Periksa ukurannya, konsistensi. Jika terasa keras
60

maka ada petunjuk mioma pada uterus. Pada abortus kriminalis


periksa tanda trauma seperti luka tembus, hematom dan tanda
kekerasan lainnya yang mungkin timbul dan berkaitan dengan
indakan aborsi tersebut.Kemudian buka uterus lihat korpus, mukosa
adakah tanda pendarahan, produk kehamilan.
– Organ prostat. Organ diangkat bersama-sama dengan vesika
urinaria. Periksa adanya pembesaran prostat. Pada orang tua sering
ditemukan hipertropi prostat. Kemudia prostat dibuka, tampak
melintas urethra di bagian tengahnya. Periksa adanya penyempitan
urethra dan adanya tumor.
– Organ testis. Terdapat didalam skrotum dan dalam otopsi diambil
melalui pelvis tanpa melukai skrotum. Testis dikeluarkan satu
persatu dengan mendorongnya kearah foramen inguinalis menuju
rongga pelvis. Setelah mencapai rongga pelvis maka testis tampak
sebagai tonjolan yang tertutup jaringan ikat sub kutis. Tonjolan ini
diiris dengan hati-hati sampai testis keluar. Kemudian potong vas
deferens. Periksa ukuran, hematoma, warnanya. Kemudian potong
jadi dua. Lihat bagian dalamya apakah tampak ada berambut yg
menunjukkan adanya teratoma atau kista dermoid. Warna merah
didalam menujukkan adanya peradangan. Pijat pad abagian irisan
yang tempak cembung. Jika keluar cairan ambil dan lihat dibawah
mikroskop untuk pemeriksaan patlogi anatomi.
• Teknik Seksi Kepala dan Otak
– Pengirisan Kulit Kepala
– Pemotongan tulang atap tengkorak
– Pengangkatan Otak
– Pengangkatan selaput Otak dari Dasar Tengkorak
– Seksi Trachea – esophagus
61

2.5. Aspek Medikolegal


Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka

akibat kekerasan pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat

memberikan kejelasan dari permasalahan sebagai berikut :

1) Jenis luka apa yang terjadi.

2) Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka.

3) Bagaimana kualifikasi luka itu.

Karena deskripsi luka bersifat obyektif maka tidak boleh dikemukakan

hal –hal yang bersifat interpretatif. Jika misalnya ditemukan luka tusuk

atau luka tembak maka kata-kata luka tusuk atau luka tembak tidak boleh

di utarakan.

Pembuatan Visum et Repertum cukup menyatakan “ditemukan luka” dan

kemudian diceritakan tentang jumlah, lokasi, bentuk, ukuran dan sifatnya.

Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri, sukar sekali untuk

dapat dipastikan secara objektif, maka kewajiban dokter didalam membuat

Visum Et Repertum hanyalah menentukan secara objektif adanya luka ,

dan bila ada luka dokter harus menentukan derajatnya.

1 Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam,
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama
62

tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya,
atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

2 Luka Sedang
Luka yang dapat menimbulkan penyakit, atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan/pekerjaan mata pencaharian untuk sementara
waktu saja, maka luka ini dinamakan luka derajat kedua.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana .

3 Luka Berat
Apabila penganiayaan mengakibatkan luka berat, seperti yang dimaksud
dalam pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat ketiga, dengan
kriteria :
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
c. Rintangan tetap menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencaharian.
d. Kehilangan salah satu panca indera.
63

e. Cacat besar atau kudung.


f. Mengakibatkan kelumpuhan.
g. Mengakibatkan gangguan daya pikir 4 minggu lamanya atau lebih.
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan.

Pasal 90
Luka berat berarti:
 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
 Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
 Kehilangan salah satu pancaindera;
 Mendapat cacat berat;
 Menderita sakit lumpuh;
 Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
50

BAB III
KESIMPULAN

Luka akibat benda tajam merupakan suatu kekerasan berupa luka atau
cedera yang disebabkan trauma mekanik benda tajam. Dalam pemeriksaan
luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara teliti, karena dari
pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis senjata yang digunakan, jenis
dan sifat luka, motif trauma tersebut, derajat luka, serta waktu kejadian. Hal
tersebut dapat digunakan baik untuk penilaian medik, juga untuk penilaian
dan kepentingan peradilan.
Macam kelainan akibat persentuhan dengan benda tajam terdiri dari luka
iris, luka tusuk dan luka bacok. Untuk membedakan setiap jenis luka akibat
benda tajam tersebut dapat dilihat dari tepi luka, sudut luka, terpotongnya
rambut, ada atau tidaknya jembatan jaringan, bentuk luka, ada atau tidaknya
luka memar atau lecet, mengenai tulang atau tidak, dan dari ukuran lukanya.
Diagnosis luka akibat benda tajam dalam ilmu kedokteran forensik dapat
menentukan alat yang digunakan, cara menggunakan alat tersebut sehingga
dapat menyebabkan luka, cara kematian, dan sebab kematian.
Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu untuk
mengetahui dasar-dasar traumalogi yang baik, serta mampu
mengaplikasikannya kedalam praktek sehari-hari dengan tetap berpegang
pada hukum dan undang – undang yang berlaku di Indonesia.
51
52

DAFTAR PUSTAKA

1. Nerchan, E., Mallo, J. F., Mallo, N. T. S. (2015). Pola Luka pada Kematian
Akibat Kekerasan Tajam di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2013’, Jurnal e-
Clinic (eCl), 3(2)
2. Apuranto, H. (2012) ‘Luka Akibat Benda Tajam’, dalam M. S. E., Solichin,
S., Hoediyanto, Yudianto, A., Mutahal, Algozi, A. M., Sudjana, P.,
Atmodirono, A. H., Apuranto, H., Lutviandari, W., Suyanto, E., Aziz, A.,
Wilianto, W. (2012) Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Edisi Ke-8. Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
3. Badan Pusat Statistik (2017) Statistik Kriminal 2017. Jakarta
4. Karimah, P. A. S. (2016) Pemetaan Wilayah berdasarkan Tindak Kriminalitas
dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
5. UUD Repiblik Indonesia 1945 pasal 28 tentang Hak Asasi manusia
6. United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC), 2015; International
Classification of Crimes for Stastical Purposes version 1.0
7. Abdussalam HR, Desasfuyanto A.;Buku Pintar Forensik.
Jakarta;PTIK.PRESS 2014
8. Snell RS;Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; Ed. 6. Sugiharto L.
Penerjemah; Hartono et al., editor:jakarta;EGC.2006
9. Dahlan Sofwan, 2004; Traumatologi dalam;Ilmu Kedokteran Forensik;
Dalam Referat Universitas Diponegoro Semarang; Hal 67-91
10. Sjamsuhidayat., Win de jong., 2004;dalam Buku Ajar Bedah; Ed. 2; Jakarta
Penerbit Buka Kedokteran; EGC., 2014.
11. Idries., Abdul Mun’im, 1997;Pedoman ilmu kedokteran Forensik; Binarupa
Aksara; Jakarta 1997; Hal 81-129
53

12. Apuranto Riandi;Luka Akibat Benda Tajam; Departemen Ilmu Kedokteran


Forensik dan Medikolegal; Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; ED.
7; Hal 30-36
13. Nerchan., Erlando et al., 2015;Pola Luka Pada Kematian Akibat Kekerasan
benda Tajam dibagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Menado; Jurnal e-Clinic (eCL); Vol. 3 No. 2
14. Algozali Agus.,; Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal; Fakultas
kedokteran universitas wijaya kusuma surabaya.
15. Malarante Andrew et al;Angka kejadian luka bacok di RSUP DR. R. D
Kandou manado; Jurnal e-Biomedik (eBM); Vol. 1 No 1 hal 135-139
16. Bardale, R. (2016) Principles of Forensic Medicine and Toxicology. New
Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers.
17. Sheperd, Richard (2003) Simpson’s Forensic Medicine. Edisi ke-12.London :
Arnold.
18. Fani, F.,S. (2016) Internal Bleeding e.c. Susp. Ruptur Organ Padat e.c. Luk
a Tusuk  Abdomen  dengan Peritonitis dan Hemodinamik Unstable
19. Kanto, K. (2013) Luka Iris dan Luka Tusuk.
20. Apuranto, H. (2012) ‘Luka Akibat Benda Tajam’, dalam M. S. E., Solichin,
S., Hoediyanto, Yudianto, A., Mutahal, Algozi, A. M., Sudjana, P.,
Atmodirono, A. H., Apuranto, H., Lutviandari, W., Suyanto, E., Aziz, A.,
Wilianto, W. (2012) Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Edisi Ke-8. Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai