Anda di halaman 1dari 53

REFLEKSI KASUS

LUKA LECET DAN LUKA MEMAR


Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program
pendidikan profesi dokter

Oleh :

Andrianto Isnurrahman 30101306873


Grady Janitra Handoko 30101306954
Intan Christinasari 30101306968
Riries Dwi Wibawanti 30101307063
Risma Apriani Ruddin 30101307065

Pembimbing :

Prof. dr. Sofwan Dahlan, Sp.KF (K), SH

KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LUKA LECET DAN LUKA MEMAR

Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program
pendidikan profesi dokter

Disusun oleh :

Andrianto Isnurrahman 30101306873


Grady Janitra Handoko 30101306954
Intan Christinasari 30101306968
Riries Dwi Wibawanti 30101307063
Risma Apriani Ruddin 30101307065

Semarang, 26 November2018

Pembimbing,

Prof. dr. Sofwan Dahlan, Sp.KF(K), SH

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan izin-Nya, maka tugas pembuatan Refleksi Kasus dengan judul “Luka

Lecet dan Luka Memar” dapat selesai pada waktunya. Pembuatan laporan kasus

ini merupakan salah satu tugas wajib yang harus dikerjakan dalam rangka

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di

Rumah Sakit Bhayajngkara Semarang, periode 12 November – 8 Desember 2018.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Sofwan Dahlan, Sp. KF(K), SH

2. Dokter-dokter Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Rumah

Sakit Bhayangkara Semarang dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

3. Serta teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis

berharap agar apa yang disajikan dalam laporan kasus ini bermanfaat bagi kita

semua.

Semarang, 23 November 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


REFLEKSI KASUS.................................................................................................................. 1
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 7
2.12 Definisi Luka Lecet ................................................................................. 7
2.12 Mekanisme Luka Lecet ........................................................................... 8
2.12 Jenis Luka Lecet ...................................................................................... 8
2.12 Tahap Dalam Penyembuhan Luka Lecet ............................................ 10
2.12 Perbedaan luka lecet post mortem....................................................... 12
2.12 Definisi Luka memar ............................................................................ 14
2.12 Mekanisme luka memar ....................................................................... 14
2.11 Perubahan Warna dan Umur Luka Memar....................................... 29
2.12 Perbedaan Luka Memar dengan Lebam Mayat ................................ 37
LAPORAN KASUS ............................................................................................................... 38
3.1 Identitas Korban ................................................................................... 38
3.2 Kronologi Kejadian ............................................................................... 38
3.3 Visum et Repertum ............................................................................... 39
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 46
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 53

4
BAB I
PENDAHULUAN

Traumatologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari


tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh
serta cedera dan luka serta hubungannya dengan kekerasan. Traumatologi berasal
dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang
masih hidup (living tissue) sedangkan logos berarti ilmu. Sehingga pengertian
dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan
dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup.Sedangkan
yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan. Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan juga
dalam kepentingan forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak
hukum dalam rangka membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa
tubuh seseorang.
Trauma tumpul merupakan salah satu trauma mekanik yang dapat
menyebabkan kerusakan pada organ. Trauma tumpul dapat menimbulkan tiga
macam luka, yaitu luka memar (kontusi), luka lecet (abrasi), dan luka
robek/terbuka (vulnus laceratum). Akibat fatal yang disebabkan oleh benda
tumpul adalah patah tulang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa memar merupakan
salah satu proporsi terbesar dari luka yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas
yaitu sebesar 49%. Dari sebuah penelitian pada tahun 2012 menunjukan bahwa
dari 197 kasus kematian akibat kecelakaan lalu lintas, luka lecet menempati
prosentase luka yang paling banyak dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas
yaitu sebanyak 192 kasus (97,4%) lalu luka memar sebanyak 159 kasus (80,7%)
, luka terbuka 116 kasus (58.8%), kasus, patah tulang 98 kasus (49,7%).Korban
paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 146 kasus, kelompok usia
paling banyak adalah kelompok usia muda usia 20-30.

5
Selain luka memar, luka lecet dapat mengungkapkan peristiwa yang
sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet akibat jatuh ke aspal jalanan atau
tanah, terdapat aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. bila telah
dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata tidak dijumpai benda asing tersebut,
dapat dipikirkan bahwa penyebab luka tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke
aspal/tanah, tetapi akibat tindak kekerasan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.12 Definisi Luka Lecet


Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau
lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
 Bentuk luka tidak teratur
 Batas luka tidak teratur
 Tepi luka tidak rata
 Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
 Permukaan tertutup oleh krusta (serum yang telah mongering)
 Warna coklat kemerahan
 Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian
yang masih ditutupi epitel dan reaksi jaringan
Bentuk luka lecet kadang-kadang dapat memberi petunjuk tentang
benda penyebabnya; seperti misalnya kuku, ban mobil, tali atau ikat
pinggang. Luka lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia,
dengan tanda tanda sebagai berikut :
 Warna kulit mengkilat
 Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang
 Pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan adanya sisa-sia epitel
dan tidak ditemukan reaksi jaringan
Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang
terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi
sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari
lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi
perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan
luka.Dua tanda yang dapat digunakan yaitu diantaranyatanda yang pertama
adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah
hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda
yang mengenainya.

7
2.12 Mekanisme Luka Lecet
Lecet sering dihasilkan dari pergerakan permukaan epidermis kulit ke
permukaan yang lebih kasar atau runcing, contohnya pukulan tangensial dengan
arah horizontal vertikal atau diseret di atas permukaan yang kasar. Dengan
demikian luka epidermis superfisial yang mengerut pada salah satu ujung luka,
dapat menunjukkan arah perjalanan permukaaan epidermis dari permukaan lawan.

Gambar1. Mekanisme terjadinya abrasi.


Pola dari luka lecet lebih jelas daripada memar karena luka lecet sering
terlihat cukup jelas terhadap bentuk objek yang menyebabkan luka yang sekali
ditimbulkan.
2.12 Jenis Luka Lecet
Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibagimenjadi 3 jenis:
a. Luka lecet gores (scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser lapisan
permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet serut (graze)
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.

8
Gambar2.Road rash
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan
permukaan benda, tetapi masih mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab
yang mempunyai bentuk khas, misal kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dsb.

9
Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih
gelap dari sekitarnya.

Gambar 3.Luka lecet tekan pada sisi depanjari kaki kiri.


d. luka lecet geser (friction abrasion)
luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linear pada kulit disertai gerakan
bergeser, misalnya luka pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut.

2.12 Tahap Dalam Penyembuhan Luka Lecet


Pemeriksaan histologi luka lecet untuk menentukan usia luka
memungkinkan untuk dilakukan. Robertson dan Hodge menyediakan metode
pendekatan yang paling logikal. Mereka mengungkapkan empat tahap pada
penyembuhan luka lecet :

1. Pembentukan Keropeng
Serum, sel darah merah, dan fibrin didepositkan pada abrasi. Hal
ini tidak digunakan untuk menunjukkan penuaan, tetapi menunjukkan
kelangsungan hidupsetelah cedera. Infiltrasi sel polimorfonuklear pada
pembentukan perivaskular menandakan bahwa lamanya cederasekitar 4-6
jam. Waktu awal untuk setiap reaksi seluler adalah 2 jam, tetapi biasanya
tidak terlihat jelas sampai 4-6 jam. Setelah 8 jam, dasar dari keropeng

10
ditandai oleh zona infiltrasi sel polimorfonuklearyang mendasari daerah
epitel yang cedera. Setelah 12 jam, telah terbentuk tigalapisan: zona
permukaan terdiri dari fibrin dan sel darah merah (atau epitel hancur
dalamkasus lecet tubrukan), zona yang lebih dalam terdiri dari infiltrasi sel
polimorfonuklear, dan lapisan abnormal kolagen yang rusak. Setelah
12sampai 18 jam berikutnya, zona terakhir ini semakin disusupi oleh sel-
sel polimorfonuklear.
2. Regenerasi Epitel
Regenerasi sel epitel muncul di folikel rambut dan di tepi
abrasi.Pertumbuhan epitel dapat muncul pada 30 jam pertama pada luka
lecet superficial dan terlihat jelas setelah 72 jam pada kebanyakan luka
lecet.
3. Granulasi Subepitel dan hiperplasia epitel
Hal ini menjadi lebih jelas selama 5 sampai 8 hari. Hal ini terjadi
hanya setelah penutupan epitel dari sebuah abrasi.Infiltrasi perivascular
dan sel inflamasi kronis sekarang mulai muncul.Epitel atasnya menjadi
semakin hiperplastik, dengan pembentukankeratin. Tahap ini yang paling
menonjol selama 9 sampai 12 hari setelah cedera.
4. Regresi dari epitel dan granulasi jaringan
Tahap ini dimulai sekitar 12 hari. Selama fase ini,epitel
diremodelling dan menjadi lebih tipis dan bahkan atrofik. Serat kolagen,
yang mulai muncul di fase granulasi subepidermal terlambat, sekarang
mulai muncul.Mula-mula bekuan darah mengisi luka dan anyaman fibrin
terbentuk. Granulosit dan monosit fagositik mulai proses pembersihan.
Tunas kapiler dan fibroblast dengan cepat berproliferasi ke bekuan darah.
Tumas kapiler mengeluarkan enzim litik untuk memecah fibrin dan
memungkinkan pembentukan anyaman. Tunas itu kemudian mengalami
kanalisasi, membentuk lengkung vaskuler yang menghasilkan penyediaan
darah yang kaya zat gizi, oksigen, granulosit, dan monosit yang
dibutuhkan untuk menghilangkan jaringan mati dan bekuan darah. Sel
polimorfonuklear yang banyak dalam jaringan intersisiel menghasilkan

11
perlawanan primer terhadap infeksi dan juga ikut mengeluarkan nanah dari
jaringan granulasi pada saat sel mati dibersihkan. Fibroblast yang
berproliferasi menyertai pembuluh ini dan mulai menimbun kolagen.
Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi sehat berwarna merah muda membentuk
dasar untuk menyokong dan memberi makan epitelium yang meluas (atau
cangkokan kulit). Sejalan dengan waktu, fibroplasia akan terus berlangsung dan
terjadi ikatan. Banyak pembuluh darah yang atropi. Dengan adanya penyembuhan
akhir, akan terbentuk jaringan parut putih yang tertutup selapis tipis epitelium.

2.12 Perkiraan umur luka lecet


Memperkirakan umur luka lecet:
 Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan karena eksudasi darah
dan cairan lymphe
 Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram.
 Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
 Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

2.12 Perbedaan luka lecet post mortem


Luka lecet post mortem
- Warna kuning mengkilat
- Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang
- Pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan adanya sisa-sisa epitel
- Tidak ditemukan rekasi jaringan

12
Gambar4.Luka lecet berwarna merah-coklat gelap di dagu kiri danpipi. Penampilan
kemerahan dari cedera ini menunjukkan adanya luka antemortem dengan reaksi vital
yang terjadi pada trauma jaringan.

Gambar5. Seperti biasanya pada lecet peri-postmortem, tampak warna kuning-coklat


dan tekstur agak seperti perkamen. Tidak ada bukti adanya reaksi vital. Pada otopsi,
abrasi sama telah kering, berwarna merah-coklat.

13
2.12 Definisi Luka memar
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat
pecahnya kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai
oleh kerusakan jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi
ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan
menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15
hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi.
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita
kelainan darah, kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang
normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya
pukulan.
Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika
diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya:

Memar Lebam Mayat


- Lokasi - Bisa dimana saja - Pada bagian terendah
- Pembengkakan - Positif - Negatif
- Bila ditekan - Warna tetap - Memucat / hilang
- Mikroskopik - Reaksi jaringan (+) - Reaksi jaringan (-)

2.12 Mekanisme luka memar


Adapun proses terjadinya peradangan yaitu :
1. Perubahan diameter dan arus vaskuler
Pada awalnya terjadi vasokonstriksi arteriol yang terjadi dalam waktu
singkat. Kemudian terjadi vasodilatasi sehingga arus vascular bertambah, hal
ini menimbulkan manifestasi pada kulit berupa panas dan warna kemerahan.
Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler yang menyebabkan
edema. Dengan adanya perlambatan, terjadi marginasi leukosit, yang
merupakan awal dari peristiwa seluler.

14
2. Peningkatan Permeabilitas Vaskuler
Pertukaran cairan yang normal ditentukan oleh adanya hukum starling dan
adanya endotel yang utuh. Hukum starling menyatakan bahwa keseimbangan
cairan yang normal diatur terutama oleh dua gaya yang berlawanan, yaitu
tekanan hidrostatik yang menyebabkan cairan keluar dari sirkulasi, dan
tekanan osmotik koloid plasma yang menyebabkan cairan bergerak kedalam
kapiler. Pada reaksi inflamasi terjadi penurunan tekanan osmotic dan
permeabilitas vascular meningkat. Akibatnya terjadi kebocoran endotel yang
menghasilkan pengeluaran cairan yang banyak dan menimbulkan edema pada
lokasi luka.

Gambar 6. (A) Pembuluh darah yang normal. (B) Manifestasi utama pada radang
akut adalah vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan eritema dan hangat,
ekstravasasi cairan plasma dan protein yang menyebabkan edema,migrasi dan
akumulasi leukosit di tempat jejas.

Pada jejas yang ringan, pada tahap awal terjadi pertambahan volume
aliran darah (hiperemia) yang akan disusul oleh perlambatan aliran darah
(stasis), perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-
unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Mikrovaskular menjadi
lebih permeabel, mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke jaringan
ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi lebih
terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan viskositas darah dan
memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini digambarkan oleh
dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang berisikan banyak eritrosit.

15
Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak
tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit
setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit.23
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan
sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan
gambaran utama reaksi radang akut. Sedangkan cairan ekstravaskular yang
memiliki konsentrasi protein yang tinggi dan mengandung debris seluler
disebut eksudat. Keberadaan eksudat menandakan peningkatan permeabilitas
normal dari pembuluh darah pada daerah luka yang kemudian dilanjutkan
dengan inflamasi. Selain eksudat, juga ada yang disebut transudat yaitu cairan
ekstravaskular dengan konsentrasi protein yang rendah dan sedikit atau tidak
mengandung material seluler. Transudat ini adalah filtrat dari plasma darah
sebagai hasil dari osmosis melalui dinding pembuluh darah tanpa peningkatan
permeabilitas vaskular. Edema dapat menandakan berlebihnya cairan pada
jaringan interstisial atau rongga serosa. Hal ini dapat disebabkan oleh baik
eksudat maupun transudat. Pus atau eksudat inflamasi yang kaya akan
leukosit, debris sel yang mati, dan mikroba pada kebanyakan kasus.

Gambar 7. Transudat dan eksudat (a) Tekanan hidrostatik normal (b)


Transudat terbentuk akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan
tekanan osmotik
Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak
cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi
(Gambar 2). Hal ini dapat meningkatkan konsentrasi protein plasma dan
menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik

16
kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan
menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang
jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air,
garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton .

Gambar8. Pembentukan eksudat akibat peningkatan permeabilitas vaskular


sehingga terbentuk ruang interendotelial.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi
(di atas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah
putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat
peningkatan permeabilitas vaskuler (yang memungkinkan protein plasma
dengan molekul besar dapat terlepas), Dengan bertambahnya tekanan
hidrostatik intravaskular sebagai akibat aliran darahyang meningkat yang
menyebabkan terjadinya migrasi.
Sifat pembuluh darah semipermeable ini menimbulkan tekanan
osmotik cenderung menahan cairan dalam pembuluh darah. Kejadian ini
diimbangi oleh dorongan dari tekanan hidrostatik. Pergeseran cairan yang
terjadi secara bertahap pada rekasi peradangan berlangsung sangat cepat,
peristiwa penting pada peradangan akut adalah perubahan permeabilitas
pembuluh darah kecil didaerah peradangan tersebut yang mengakibatkan
kebocoran protein. Proses ini kemudian diikuti oleh pergeseran keseimbangan
osmotik dan air keluar bersama protein dan menimbulkan pembengkakan
jaringan. Dilatasi arterior yang menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan
menimbulkan peningkatan tekanan intravaskular lokal karena pembuluh darah
membengkak. Aksi ini juga mengakibatkan pergeseran cairan. Namun faktor
utama adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah terhadap protein. Sel

17
sel endotel yang melapisi pembuluh darah kecil mengakibatkan timbulnya sifat
semipermeabel yang biasa pada pembuluh darah dan sel sel ini yang mengubah
hubungannya antara satu dengan yang lain pada peradangan akut ,
menimbulkan kebocoran protein dan cairan.7
Ketika arteriol berdilatasi pada awal peradangan akut, aliran darah ke
daerah yang meradang meningkat. Akan tetapi aliran darah segera berubah.
Karena cairan keluar dari mikrosirkulasi dengan peningkatan permeabilitas,
unsur-unsur darah dalam jumlah banyak (eritrosit, leukosit, trombosit) tetap
tertinggal, dan viskositas darah meningkat. Sirkulasi didaerah yang terkena
kemudian melambat dan menyebabkan beberapa akibat penting. 7

Gambar9.Tahap dari proses migrasi leukosit didalam pembuluh darah,


Leukosit berputar lalu kemudian mengaktivasi dan melekat pada endotel dan
terjadi transmigrasi dan migrasi dari endotel.
Secara normal aliran terjadi secaralancar. Ketika viskositas darah
meningkat dan aliran lambat, leukosit mulai mengalami marginasi yaitu
bergerak ke bagian perifer arus, disepanjang lapisan pembuluh darah seiring
leukosit yang bermarginasi mulai melekat pada endotel. Marginasi dimulai
dari imigrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan disekelilingnya.
Leukosit bergerak secara ameboid, leukosit terlihat memiliki kemampuan
mengulurkan pseudopodia kedalam ruang yang mungkin ada diantara dua sel
endotel dan kemudian secara bertahap mendorong dan muncul disisi lain,

18
proses ini disebut imigrasi atau diapedesis yang memerlukan waktu beberapa
menit. Akibatnya karena kejadian ini terjadi berulang kali didalam venule
dalam jumlah yang tidak terhitung dan karena banyak leukosit yang
dikirimkan ke daerah tersebut melalui sirkulasi darah, maka sel-sel dalam
jumlah yang sangat banyak masuk kedalam ke daerah peradangan dalam
waktu yang singkat berjuta sel berimigrasi ke daerah peradangan yang bahkan
kecil dalam waktu beberapa jam.
Pergerakan leukosit di interstisial pada jaringan yang meradang
dipengaruhi faktor kimia yang disebut kemotaksis. Berbagai agen dapat
memberikan sinyal kemotaktik untuk menarik leukosit meliputi ageninfeksius,
jaringan rusak, dan zat yang diaktifkan dalam fraksi plasma yang bocor dari
aliran darah. Dengan demkian, kombinasiantara peningkatan pergerakan
leukosit kedaerah tersebut sebagai akibat hiperemia, perubahan dalam aliran
darah yang mengakibatkan marginasi, serta orientasi kemotaktik gerakan
leukosit menyebabkan akumulasi cepat komponen leukosit yang signifikan
didalam eksudat.

2.12 Biomolekuler Luka Memar


Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi dikarenakan trauma fisik benda
tumpul. Sel yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase unruk
beradaptasi agar dapat kembali homeosatis. Mekanisme jejas sel pada luka
memar merupakan suatu proses biomolekuler sel yang meliputi:
1. Ischemia.
Pada jejas reversible seperti luka memar, sel akan mengalami penurunan
aktifitas oksidasi fosforilasi karena sel mengalami iskemia (kekurangan suplai
nutrisi), sehingga terjadilah penurunan jumlah ATP (kalsium bebas dalam
sitosol meningkat) dan penurunan kemampuan pompa natrium. Penurunan
kemampuan pompa natrium ini berakibat ion natrium berakumulasi di dalam
sel, terjadi pembengkakan sel (peningkatan isoosmotik), dan difusi ion kalium
dari dalam sel.

19
Lain halnya dengan ion kalsium intra sel, pada kondisi ini terjadi
peningkatan ion kalsium dalam sitoplasma yang berasal dari mitokondria yang
fungsinya menurun, reticulum endoplasma, dan dari luar sel. Konsekuensi dari
kenaikan kadar ion kalsium intra sel ini adalah terjadinya aktivasi beberapa
enzim, antara lain:
a. Enzim ATP-ase (menurunkan kadar ATP).
b. Enzim Fosfoipase (menurunkan kadar fosfolipid).
c. Enzim Endonuklease (merusak inti kromatin).
d. Enzim Protease (merusal protein membrane dan sitoskeletal).
Efek dari iskemia tidak berhenti sampai disini, Jejas sel pada luka memar
juga memacu peningkatan glikolisis anaerob yang mengkibatkan :
a. Penipisan cadangan glikogen.
b. Akumulasi asam laktat.
c. Akumulasi fosfat anorganik.
d. Penurunan pH intrasel.
Pada ribosom juga terjadi penurunan sintesis protein, fungsi mitokondria
menjadi jelek, kenaikan permeabiltas membran, hingga kerusakan
sitoskeleton. Pada akhirnya mitokondria, reticulum endoplasma, dan sekitar
sel ikut membengkak.
2. Radikal Bebas (Activated Oxygen Species).
Jejas sel pada luka memar juga melibatkan radikal bebas, ini dapat dilihat
pada proses kerusakan oleh karena proses peradangan. Radikal bebas sendiri
ialah sejenis bahan kimia yang memiliki satu elektron tanpa pasangan pada
orbit luarnya. Sifat radikal bebas tidak mantap, sangat reaktif, dalam sel
mengadakan reaksi dengan bahan kimia anorganik dan organik, protein,
lemak, dan karbohidrat. Sumber radikal bebas berasal dari hidrolisis air
menjadi OH- dan H+ dengan ionisasi radiasi, raksi reduksi-oksidasi pada
fisiologi normal (respirasi, oksidasi intrasel, dan resksi logam transisi), dan
metabolism bahan kimia eksogen. Mekanisme jejas oleh karena radikal bebas
meliputi:

20
a.Peroksidasi lemak dalam selaput organel sampai merusak retikulum
endoplasma, mitokondria, dan komponen mikrosom lain.
b. Peroksidasi lipid pada membran.
c.Kerusakan pada DNA karena radikal bebas bereaksi dengan Thymine.
Karena termasuk dalam proses peradangan (inflamasi), maka luka memar
memiliki 5 tanda mayor dari peradangan, yaitu: Rubor (kemerahan), Kalor
(panas), Dolor (rasa sakit), Tumor (pembengkakan), dan Fungsio Laesa
(perubahan fungsi). Ketika luka timbul, beberapa efek kemungkinan akan
muncul, antara lain:
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Kehilangan seluruh atau
sebagain fungsi ini atau fungsio laesa, merupakan efek gabungan dari
bengkak, nyeri yang disertai sirkulasi abnormal, dan lingkungan kimiawi local
yang abnormal.
b. Respon stres simpatis. Akibat sensasi Dolor (rasa sakit) dari peradangan
disebabkan oleh perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung syaraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia
tertentu seperti histamine.
c. Perdarahan dan pembekuan darah.
d. Kontaminasi bakteri.
e. Kematian sel.

2.12 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Luka Memar


1. Kondisi dan Tipe Jaringan Luka.
Kulit memiliki dua lapisan. Epidermis merupakan lapisan non vaskular dan
mengandung lapisan epitel bertingkat. Lapisan ini sangat tebal, keras dan seperti
tanduk misalnya pada area telapak tangan dan telapak kaki dan sangat tipis pada
bagian lain seperti pada badan dan bagian dalam ekstremitas.
Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk yang hanya terdiri atas sel epitel, tidak mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfe, nutrisi didapatkan dari pembuluh kapiler pada lapisan dermis
yang berdifusi melalui cairan jaringan serta membrane basal. Pada kulit tebal dan

21
kulit tipis letak perbedaannya hanya terletak pada lapisan epidermisnya dan
keberadaan folikel rambut. Pada kulit tipis, stratum korneum jauh lebih tipis,
stratum lusidum tidak ada, stratum granulosum sering tidak ada atau hanya tidak
membentuk lapisan yang kontinu, dan mengandung folikel rambut pada lapisan
dermis.

(a) (b) (c)


Gambar 10.(a) Lapisan epidermis pada kulit tipis, yang melapisi sebagian besar
permukaan tubuh. (b) Perbandingan anatomi kulit tebal dan kulit tipis (c) Lapisan
epidermis pada kulit tebal, melapisi telapak tangan, kaki, dan jari jemari.
Epidermis tidak memiliki suplai darah dan saraf, jaringan ini diberi nutrisi
oleh limfe dari pembuluh darah pada lapisan dibawahnya. Korium adalah lapisan
elastis yang keras dan sangat tebal pada telapak tangan dan telapak kaki dan
sangat tipis pada kelopak mata. Memar akan lebih meluas dan mudah terjadi
didaerah yang lebih lentur seperti disekitar mata, skrotum dan vulva. Memar lebih
sedikit muncul didaerah yang suplai darahnya lebih sedikit seperti kulit kepala,
telapak tangan dan telapak kaki. Memar tidak kelihatan di daerah perut.

(a) (b) (c)


Gambar 11. (a) Memar pada kelopak mata bagian atas dan bawah dan daerah
infraorbital. Memar terjadi karena volume darah yang lebih besar di jaringan

22
adiposa dalam jaringan subkutan pada mereka yang mengalami obesitas. (b)
Memar superfisial pada pipi.(c) Memar pada telapak tangan.

Memar pada bagian superfisialadalah memar yang tidak hanya terbatas pada
dermis, tetapi juga pada jaringan subkutan dan kemungkinan sampai ke dalam
lapisan otot superfisial. Memar sebagian ditentukan oleh jumlah perdarahan
didalam jaringan subkutan dan seberapa dalam perdarahan yang terjadi,
ditentukan dari waktu pemeriksaan setelah trauma. Jumlah perdarahan adalah
sebagian ditentukan oleh berat ringannya trauma, kepadatan di bawah jaringan
vaskular, kerapuhan pembuluh darah, koagulasi darah, dan volume jaringan
subkutan. Apakah memar akan muncul, atau jika tidak, ukurannyadipengaruhi
oleh daerah anatomi yang terkena oleh kekuatan mekanik. Area tubuh jaringan
subkutan dan otot yang secara langsung menimpa tulang, seperti kepala, dada dan
permukaan anterior lutut, kaki, kaki dan permukaan posterior tangan mudah
menunjukkan memar akibat diatas tulang-tulang tersebut merupakan jaringan
lunak yang dapat memudahkan terjadinya dekompresi dengan trauma minimal,
sehingga menghasilkan memar. Berbeda dengan hal ini, bidang-bidang seperti
sebagai dinding perut, bokong dan aspek posterior paha kurang cenderung untuk
terjadinya memar, daerah yang mudah terjadinya memar adalah jaringan di atas
tulang kering. Memar jauh lebih mudah terjadipada jaringan longgar orbita dan
daerah infraorbital karena kurangnya kepadatan jaringan lunak. Berbeda dengan
melihat memar pada telapak tangan atau telapak kaki karena kepadatan jaringan
yang berserat di bawah epidermis.

2. Umur Penderita
Anak dan orang tua cenderung lebih mudah terkena memar. Pada anak yang
lebih muda, memar mudah terjadi karena kulit pada anak lebih lentur dan lembut,
serta terdapat jaringan longgar pada kulit mereka. Sedangkan pada orang dengan
usia lanjut, kulit menjadi kurang fleksibel dan lebih tipis karena terdapat sedikit
lemak di bawah kulit. Efek bantalan kulit menurun karena lemak di bawah kulit
berkurang dan menyebabkan atrofi dermal. Perubahan ini bersamaan dengan

23
kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari yang menyebabkan pembuluh darah
mudah pecah, ketika pembuluh darah mudah pecah akan menimbulkan memar.

Gambar 12. Memar pada berbagai usia. (a)Memar yang baru saja terjadi,
berwarna ungu kemerahan.(b) Tahappenyembuhan memar berwarna coklat.
(c)Memar yang hampir sembuh berwarna kekuningan.
3. Tekstur dan Warna Kulit
Kulit yang lebih terang lebih mudah terjadi memar dari pada seseorang
yang memiliki kulit gelap. Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen
menurut derajat yang bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan
akibat kandungan karoten. Adanya hemoglobin beroksigen dalam dasar kapiler
dari dermis memberinya warna kemerahan. Dan warna kecoklatan sampai
kehitaman akibat jumlah pigmen melanin yang bervariasi. Dari ketiga substansi
berwarna ini hanya melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin adalah produk dari
melanosit.

Gambar 13. Anatomi kulit, memperlihatkan bagian dari epidermis, dermis, dan
jaringan subkutan. Melanosit terletak pada lapisan sel basal dan terletak pada
bagian terdalam pada epidermis.

24
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase yang memainkan
peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat enzim tirosinase,
tiroksin yang diubah menjadi 3,4 dihidroksiferilalanin (DOPA) dan kemudian
menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi, setelah melalui beberapa tahap
transformasi menjadi melanin.
Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun sel-sel epitel atau
keratinositlah yang menjadi gudang dan berisi lebih banyak melanin, dibanding
dengan melanosit sendiri. Pada manusia, ratio dopa-positif melanosit terhadap
keratinosit pada stratum basah adalah konstan di dalam setiap area tubuh, tetapi
bervariasi dari satu regio ke regio yang lain. Sebagai contoh, ada sekitar 1000
melanosit/mm2 dikulit daerah paha dan 2000/mm2 dikulit skrotum. Jenis kelamin
dan ras tidak mempengaruhi jumlah melanosit/unit area. Perbedaan pada warna
kulit terutama karena perbedaan jumlah granula melanin pada keratinosit. Makin
gelapnya kulit setelah terpapar radiasi matahari adalah akibat proses reaksi fisik
dan kimiawi menggelapkan warna melanin yang belum muncul ke luar melanosit,
dan proses perangsangan yang secara cepat untuk masuk ke keratinosit serta
kecepatan sintesis melanin dalam melanosit mengalami akselerasi, sehingga
semakin meningkatnya jumlah pigmen melanin.

(a) (b)
Gambar 14. Pada bagian epidermis kulit terlihat sel melanosit (ungu) fibroblas
(biru), serat kolagen (hijau), butiran melanin (coklat). (a) Pada orang berkulit
hitam jumlah butiran melanin yang lebih banyak, sedangkan (b) Pada orang
berkulit putih jumlah butiran melanin yang lebih sedikit.

25
Melanin, karoten, dan hemoglobin merupakan tiga komponen yang
memberikan warna pada kulit, perbedaan warna tersebut tergantung pada variasi
ras, usia, dan bagian tubuh. Pada ras putih, warna kulit tergantung pada
vaskularisasi dari dermis dan ketebalan keratin. Jika vaskularisasi lebih menonjol
maka akan memberikan warna merah pada kulit dan apabila keratin lebih tebal
maka akan memberikan penampakan warna putih (pucat) pada kulit. Pada bibir,
lapisan keratin mempunyai lapisan lebih tipis sehingga warna bibir terlihat merah,
sementara di telapak tangan dan telapak kaki. lapisan keratin lebih tebal yang
tampak lebih berwarna berwarna putih Pada kasus luka memar, misalnya pada
memar yang ekstensif bisa terjadi pada mereka dengan adanya ganguan
pembekuan dan perdarahan. memar yang terjadi secara ekstensif dapat
sepenuhnya ditutupi oleh pigmen dalam kasus kulit hitam dan gelap-langsat.
4. Tekanan Pada Trauma
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau
kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika
dikenal dimana kekuatan = ½ massa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata
ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama
dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan. Faktor
lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. Kekuatan dari
massa dan kecepatan yang sama terjadi pada daerah yang lebih kecil
menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua
energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaan,
sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul
kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar. Efek dari kekuatan mekanis
yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan penekanan, penarikan,
perputaran, dan luka iris. Gaya dapat menyebabkan kulit terluka dan terbelah atau
terkikis selama cedera, hal ini dapat menyebabkan peningkatan resiko infeksi
karena penurunan aliran darah ke daerah yang cedera.Pengobatan medis
diperlukan untuk mencegah hilangnya fungsi, mengembalikan sirkulasi ke daerah
luka, dan mencegah infeksi.Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya pada
jenis penyebab mekanisnya tapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan

26
penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat
menyebabkan ruptur paru atau intestinal.
Pada bagian superfisial kulit, memar muncul dengan cepat. Sementara pada
area yang dalam membutuhkan waktu untuk muncul ke permukaan, memar dapat
bergerak mengikuti gaya gravitasi. Pada luka memar superfisial terjadi karena
tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada
jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit berwarna,
memar sulit dilihat. Jika tekanan terjadi mendadak dan luas pada jaringan
subkutan maka akan menyebabkan pecahnya sel–sel lemak, kemudian cairan
lemak akan memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak bersama aliran
darah yang dapat menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ
lain termasuk otak. Pada mayat berkulit gelap memar sulit dinilai. Sayatan pada
kulit untuk mengetahui resapan darah pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan
dilegalkan.
5. Penyakit Lainnya
Perdarahan dapat terjadi segera dan mungkin terus terjadi selama beberapa
menit atau bahkan sampai berjam-jam setelah cedera, durasinya tergantung atas
kekerasan yang dialami, jenis jaringan yang terluka, dan waktu pendarahan (untuk
menilai fungsi platelet) dan waktu pembekuan (untuk menilai konversi fibrinogen
dan fibrin). Setiap orang mempunyai beberapa variasi dalam kerentanan terhadap
terjadinya memar. Mereka yang mengalami obesitas atau menderita penyakit
kronis misalnya pecandu alkohol kronis, mempunyai jaringan subkutan yang lebih
luas.
Untuk membedakan memar karena penyakit perdarahan dan trauma yaitu
terletak pada anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis, khususnya ditanyakan apakah perdarahan selalu terjadi atau baru saja
terjadi. Pada memar yang berlangsung lama mengarahkan pada dugaan penyakit
herediter, Perdarahan baru menunjukkan penyakit yang didapat. Kelainan ini
biasanya berhubungan dengan masalah medis, baik yang tidak diketahui
(misalnya hipotiroidisme) atau jelas (misalnya septikemia atau koagulasi

27
intravaskular disseminata). Anamnesis lengkap mengenai riwayat pengobatan
harus selalu ditanyakan yaitu aspirin dan OAINS adalah penyebab tersering
disfungsi trombosit. Pada pemeriksaan fisis tujuan utamanya adalah untuk
menyingkirkan dugaan penyakit medis dasar (sepsis,leukemia,dan lain-lain) dan
menentukan akibat perdarahan (misalnya hemoartrosis, perdarahan saluran
pencernaan) yang tentunya membutuhkan terapi spesifik. Pola perdarahan harus
ditentukan karena berhubungan dengan kerusakan yang menyebabkannya. Pada
kerusakan trombosit (kuantitatif maupun kualitatif), sering dijumpai purpura atau
ptekie, manifestasi lain yang juga ada pada penyakit von willebrand adalah
epistaksis, dan menoragia pada wanita. Sebaliknya pada defisiensi faktor
pembekuan (misalnya hemofilia) perdarahan biasanya terjadi pada otot dan sendi.
Pada pemeriksaan penunjang lini pertama (skrining pembekuan dasar) di
antaranya adalah hitung darah lengkap terutama jumlah trombosit yaitu
hemoglobin dan leukosit penting untuk mengetahui adanya aplasia sum-sum
tulang atau leukemia. Skrining pembekuan yaitu waktu protrombin (PT)
memanjang pada defisiensi faktor I,II,V,X, atau VII, sedangkan APTT
memanjang pada defisiensi atau inhibisi faktor I,II,V,VIII,IX,X,XI, atau XII.
Aktivitas faktor VIII, faktor von Willebrand diperiksa antigen VWF bila ada
kecurigaan gangguan herediter. Waktu perdarahan setelah luka pada kulit sedalam
1 mm dan sepanjang 1 cm, waktu perdarahan memanjang bila ada defisiensi atau
defek pada trombosit, dan pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan adalah tes
agregasi trombosit in vitro. Jika sudah jelas ada perdarahan abnormal pada
pemeriksaan penunjang lini pertama tidak ditemukan apa-apa, lakukan
pemeriksaan penunjang lini kedua, yang terutama harus dicari adalah penyakit
von willebrand, karena pada penyakit ini hasil skrining dasarnya bisa normal.
Memar oleh karena trauma, kebanyakan terjadi karena alat atau senjata dalam
berbagai bentuk, alami dibuat oleh manusia. Benda tumpul yang sering
mengakibatkan luka memar yaitu benda yang tidak bermata tajam, konsistensi
keras atau kenyal, serta permukaan halus/kasar. Kekerasan tumpul dapat terjadi
karena dua sebab, yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang
relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak kearah objek atau alat yang

28
tidak bergerak. Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul yaitu benda tumpul
yang bergerak pada korban yang diam dan korban yang bergerak pada benda
tumpul yang diam.
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya
saja, tidak ada satu pun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat
kapan suatu kekerasan terjadi dilakukan (baik pada korban hidup maupun korban
mati) mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan
darah atau penyakit defisiensi) serta faktor kualitas dari kekerasan itu sendiri.
Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk memperkirakannya,
yaitu dengan melakukan pemeriksaan makroskopik yang bertujuan untuk
memperkirakan umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan terjadinya luka
dihitung pada saat trauma sampai saat luka tersebut di periksa. Pada korban mati,
perkiraan luka dihitung mulai dari saat trauma sampai saat kematiannya. Pada
pemeriksaan mikroskopik (histologi) bertujuan untuk menentukan umur luka
secara lebih teliti, caranya ialah dengan mengamati perubahan-perubahan
histologiknya. Perubahan-perubahan histologik dari luka ini sangat di pengaruhi
oleh ada tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa infeksi akan memperlambat
proses penyembuhan luka. Peningkatan aktivitas adenosine triphosphatase dan
amino peptidase dapat dilihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma.
Peningkatan aktivitas aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan
peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

2.11 Perubahan Warna dan Umur Luka Memar


Dalam kasus memar diperlukan waktu beberapa jam, bahkan dapat lebih
dari 24 jam, sebelum darah melakukan ekstravasasi ke permukaan, dan terlihat
sebagai memar. Hal ini untuk mengetahui mengapa memar menjadi lebih jelas
terlihat dengan berlalunya jam atau hari. Dikarenakan oleh keluarnya sel darah
merah dari jaringan yang lebih dalam kemudian menyebar ke bagian atas
epidermis. Beberapa orang menyebutkan bahwa fenomena ini merupakan hasil
dari hemolisis sel darah merah, sehingga dapat memproduksi hemoglobin bebas,
yang pada akhirnya dapat menyebar pada jaringan.

29
(a) (b)
Gambar15. (a) Kulit normal (b) Memar (kontusio) terjadi ketika pembuluh
darah di bawah kulit pecah, kebocoran pembuluh akan menyebabkan warna
biru kehitaman pada kulit yang sering berubah menjadi warna ungu, merah,
kuning, dan hijau yang ditandai sebagai proses penyembuhan.
Tidak hanya fenomena postmortem memar menjadi lebih jelas terlihat
setelah kematian, Dalam memar ringan sulit untuk melihat sel darah merah
bebas setelah 5 sampai 7 hari. Jika perdarahan terlalu berlebihan, membentuk
hematoma, sel darah merah dapat dilihat selama berminggu-minggu. Produk
awal yang dibebaskan dari disintegrasi sel darah merah adalah hemoglobin.
Namun, dalam beberapa jam hemoglobin yang mengalami fagositosis akan
memproduksi hemosiderin, dan akan menimbulkan warna kuning-coklat.
Perubahan warna dan memudarnya memar adalah waktu yang saling
berkaitan. Namun, perubahan warna tersebut tidak konstan. Urutan warna
biasanya adalah dari merah gelap, kemudian biru, biru tua-ungu, coklat,
kuning dan hijau kekuningan. Keseluruhan perubahan warna dapat terjadi
sempurna dalam waktu seminggu atau penyerapan mungkin terjadi begitu
cepat sehingga semua warna terlihat telah menghilang dalam beberapa hari.
Pada memar dengan warna kuning-hijau menandakan bahwa usianya lebih tua
dibandingkan warna biru-ungu. Warna kuning atau kuning-hijau biasanya
berarti bahwa memar telah terjadi dalam beberapa hari yang lalu setelah
cedera. Jika warna memar adalah warna hijau maka luka tersebut terjadi
selambat-lambatnya 18 jam sebelum kematian.

30
Dari berbagai macam luka pada kulit, memar adalah luka yang
bergantung dengan usia. Hemoglobin akan didegradasi oleh makrofag,
kemudian memar akan menjalani serangkaian perubahan warna, efek ini telah
digunakan untuk menentukan umur luka memar. Persepsi mengenai luka
memar dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu pigmentasi kulit, salah satunya
warna cahaya berpengaruh terhadap pengamatan. Warna memar dapat
diperkiraan dari waktu sejak cedera, karena banyak variabel yang terlibat.
Hemoglobin bebas tampak berwarna merah. Biliverdin dan bilirubin
memberikan warna hijau dan kuning. Warna gelap, seperti biru dan ungu,
mengindikasikan darah yang memantulkan cahaya pada berbagai kedalaman
kulit, warna hijau bisa menjadi kombinasi warna biru dan kuning. Umumnya,
merah, ungu, atau hitam merupakan perubahan warna yang terjadi secara
langsung yaitu dalam waktu periode-24 jam setelah cedera. Dalam waktu 24
sampai 72 jam menyebabkan luka memar menjadi biru, ungu tua, atau coklat.
Adanya luka berwarna kuning dapat dilihat pada tahap ini, dan berlangsung
selama berhari-hari. Dalam satu studi, memar yang berwarna kuning dikaitkan
dengan cedera lebih dari 18 jam. Warna hijau pada minggu pertama
berlangsung sampai hari ke-10 setelah trauma. Setelah 7 sampai 10 hari,
memar berubah menjadi kuning. Hilangnya warna dimulai pada 2 minggu atau
lebih.

31
Gambar 16. Mekanisme sitoproteksi pada kerusakan seluler. Hemoglobin
mengalami degradasi, terjadi katalisis mikrosomal yang menghasilkan CO, besi
bebas (Fe 2 +), dan biliverdin.
Memar timbul pada waktu yang sama di lokasi tubuh yang berbeda dan
dapat muncul secara berbeda tergantung pada kedalaman perdarahan, sifat
agen yang merugikan, dan respon individu untuk cedera. Tahap penyembuhan
dimulai dari pinggiran luka memar, reabsorpsi darah meningkat jika memar
terjadi di lokasi cedera sebelumnya. Penyembuhan luka memar lebih cepat
diamati pada orang muda. Munculnya luka dengan warna “fresh” (merah,
biru, ungu) bisa bertahan selama beberapa hari. Patolog tidak bisa
mengungkapkan pendapat tentang usia tertentu pada luka memar tetapi dapat
menyatakan bahwa berdasarkan warna tertentu yaitu (kuning, hijau, coklat)
diamati sebagai luka yang sudah berlangsung dalam waktu lama.

Tabel 1. Perubahan Warna Luka Memar Berdasarkan Waktu.


0–24 jam 1–3 hari 4–7 hari 1–2 lebih 2
minggu minggu
Camps merah, ungu, Hijau Kuning Resolusi
(1976) hitam
Glaister Biru tua Biru tua Hijau Kuning Resolusi

32
(1962)
Polson Merah, hitam hijau (hari ke- Kuning Resolusi
et al atau merah 7)
(1985)
Smith Merah, ungu/ kuning Kuning kuning/
& hitam (mulai) resolusi
Fiddes
Spitz Biru Ungu tua Ungu Coklat Resolusi
and terang/merah tua,hijau/kuning
Fisher
(1974)
Adelson merah/biru,ungu Biru/coklat kuning/hijau Resolusi Resolusi
(1974)

Dalam beberapa jam memar akan berubah menjadi warna biru atau ungu
tua setelah cedera. Perubahan warna ini disebabkan oleh kerusakan
hemoglobin yang ditemukan dalam darah, karena rusaknya komponen darah
ini menyebabkan perubahan warna yang berbeda-beda pada luka memar.
Dibawah ini dapat menunjukkan perubahan warna luka memar berdasarkan
urutan waktu. Memar berwarna kuning mulai dapat terlihat setelah 38 jam
setelah cedera. Selain itu, memar dengan warna merah biru hampir ada di
seluruh gambar.

Gambar 17. Memar terjadi 15 jam setelah cedera (15/10/98 pukul 09:30)

33
Gambar 18. Memar terjadi 20 jam setelah cedera (15/10/98 pukul 15:00)

Gambar 19. Memar terjadi 38 jam setelah cedera (16/10/98 pukul 09:15)

Gambar 20. Memar terjadi 73 jam setelah cedera (17/10/98 pukul 20:00)

Gambar 21. Memar terjadi 87 jam setelah cedera (18/10/98 pukul 10:45)

34
Gambar 22. Memar terjadi 92 jam atau 3 hari setelah cedera (18/10/98 pukul
03:45)

Gambar 23. Memar terjadi 111 jam atau 4 hari setelah cedera (19/10/98 pukul
11:00)

Gambar 24. Memar terjadi 137 jam atau 5 hari setelah cedera (20/10/98 pukul
01:15)

Gambar 25. Memar terjadi 6 hari setelah cedera (21/10/98 pukul 11:00)

35
Gambar 26. Memar terjadi 7 hari setelah cedera (22/10/98 pukul 16:00)

Gambar 27. Memar terjadi 8 hari setelah cedera (23/10/98 pukul 09:00)

Gambar 28. Setelah 12 hari memar di mata kanan hilang. Pada mata kiri masih
terlihat sedikit memar berwarna kuning (27/10/98 pukul 05:00)

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi
karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh
karena proses mekanis. Ekstravasasi darah dengan diameter lebih dari
beberapa millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang lebih kecil
disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut ptekie. Baik
ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan
kapiler hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan ptekie berasal dari

36
pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler. Kata memar mengacu pada lesi
yang dapat dilihat pada kulit atau yang terjadi pada subkutanea, sementara
kontusio dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja seperti limpa,
mesenterium atau otot.

2.12 Perbedaan Luka Memar dengan Lebam Mayat

LUKA MEMAR (Contusion,Bruise) LEBAM MAYAT (Livor Mortis)


Intravital Post Mortem
- Terjadi ekstravasasi darah maka Letaknya intravaskuler maka dalam
dalam jangka waktu kurang 7 jam, jangka waktu kurang 7 jam, warna
warna memar tidak hilang dengan memar akan hilang. Batas tidak
penekanan tegas karena hemoglobin yang
- Jika lebih 7 jam darah sudah berpindah ke jaringan.
berpindah ke jaringan sehingga
batasnya menjadi jelas
Daerah sekitarnya membentuk edema Daerah sekitarnya tidak terbentuk
edema
Tidak menghilang jika irisannya Menghilang jika dicuci
dibersihkan
Lokasinya tidak menentu Lokasinya pada bagian tubuh

37
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Korban


Nama : NF
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jalan Ngablak Kidul RT 04 RW 07 Kabupaten
Semarang
Pekerjaan : Karyawan Salon

3.2 Kronologi Kejadian


Tanggal 29 Juli 2019 pukul 01.00 WIB setelah korban melayat dari
rumah saudara pelaku, korban diajak ke rumah pelaku. Korban dan pelaku
terlibat pertengkaran karena pelaku tidak terima pekerjaan korban sebagai
karyawan salon dan menganggap bahwa pekerjaan itu menjadikan korban
dekat dengan pria lain.

Kemudian korban dipukul oleh pelaku dengan menggunakan palu


du bagian kepala kiri. Selain itu pelaku juga memukul korban dengan tang
pada tangan kanan kiri dan kaki kanan kiri serta punggung kiri. Setelah itu
korban kabur ke rumah atasannya untuk meminta pertolongan dan dibawa
ke IGD RS Bhayangkara.

38
3.3 Visum et Repertum
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
Jl. Majapahit No.140, Semarang

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
NOMOR : R/24/VER/VII/2019/RUMKIT

Atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Gayamsari melalui suratnya tanggal 29 Juli
2019 Nomor Polisi R/24/VER/VII/2019/RUMKIT yang ditandatangani oleh Arya Putra pangkat
AKP, NRP 0123456 dan diterima tanggal 29 Juli 2019 pukul 01.30 WIB, maka dengan ini saya,
dr. Fajar sebagai dokter yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa
pada tanggal 29 Juli 2019 pukul 02.00 WIB, di IGD Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, telah
memeriksa seorang perempuan, yang bernama Nn. Nur Fitriani, umur 23 tahun, pekerjaan
karyawan salon, alamat Jalan Ngablak Kidul RT/RW 004/007 Kota Semarang, Provinsi Jawa
Tengah yang diduga telah mengalami tindak kekerasan fisik.--------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN :------------------------------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut :-------------------

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS KORBAN -----------------------------


1. Identitas Umum :---------------------------------------------------------------------------------------------

a. Jenis Kelamin : perempuan.------------------------------------------------------------------------------


b. Umur : dua puluh tiga tahun.-----------------------------------------------------------------------------

39
c. Tinggi badan : seratus lima puluh empat sentimeter.-------------------------------------------------
d. Berat badan : empat puluh enam kilogram.-------------------------------------------------------------
e. Warna kulit : kuning langsat.-----------------------------------------------------------------------------
f. Ciri rambut : lurus, pendek, distribusi merata.---------------------------------------------------------
g. Keadaan gizi : status gizi cukup, (indeks massa tubuh sembilan belas koma delapan kilogram
per meter persegi).-----------------------------------------------------------------------------------------
2. Identitas Khusus:---------------------------------------------------------------------------------------------

a. Tato : tidak ada. --------------------------------------------------------------------------------------------


b. Jaringan parut : tidak ada.---------------------------------------------------------------------------------
c. Cacat fisik : tidak ada.-------------------------------------------------------------------------------------
d. Pakaian : ----------------------------------------------------------------------------------------------------
 Sebuah daster, bahan katun, warna kuning, dengan motif bunga mawar warna merah,
ukuran tidak diketahui, merek tidak diketahui ----------------------------------------------------
 Sepasang sandal, bahan karet, warna hitam, merek “CARVIL”, ukuran tidak diketahui ---
f. Perhiasan : tidak ada.-------------------------------------------------------------------------------------
B. KEADAANUMUM-----------------------------------------------------------------------------------------

a. Kesadaran : sadar penuh.---------------------------------------------------------------------------------


b. Denyut nadi : sembilan puluh dua kali per menit.----------------------------------------------------
c. Pernafasan : dua puluh kali per menit.-----------------------------------------------------------------
d. Tekanan darah : seratus sepuluh per delapan puluh milimeter air raksa.--------------------------
e. Suhu badan : tiga puluh lima koma dua derajat celsius.---------------------------------------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR :-------------------------------------
PERMUKAAN KULIT TUBUH :-----------------------------------------------------------------------
a. Kepala :-----------------------------------------------------------------------------------------------------
 Daerah berambut : terdapat sebuah luka terbuka di kepala kiri bagian atas, enam
sentimeter di kiri garis tengah tubuh, sembilan sentimeter diatas garis mendatar yang
melewati mata, bentuk menyerupai celah dengan ukuran panjang dua sentimeter, lebar
nol koma dua sentimeter, dalam nol koma dua sentimeter, setelah dirapatkan membentuk
garis dengan panjang tiga koma dua sentimeter, lebar nol koma satu sentimeter, batas
tegas, tepi rata, tebing rata, tebing terdiri dari kulit, jaringan ikat, otot, dasar otot, warna

40
kemerahan.-------------------------------------------------------------------------------------------
 Wajah :--------------------------------------------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka lecet di kelopak bawah mata kiri, dua sentimeter di kiri
garis tengah tubuh, tepat pada garis mendatar yang melewati mata, ukuran
panjang dua koma dua sentimeter dan lebar nol koma satu sentimeter, batas
tidak tegas, tepi tidak rata, warna kemarahan.------------------------------------------
b. Leher : tidak ada tanda kekerasan.----------------------------------------------------------------------
c. Bahu : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------------------------
d. Dada : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------------------------
e. Punggung : -------------------------------------------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka lecet terletak lima sentimeter dari bahu kiri, luka memiliki
bentuk menyerupai garis dengan panjang empat sentimeter dan lebar nol koma
satu sentimeter, luka memiliki batas tegas dan tepi teratur warna kemerahan.----
- Terdapat satu buah luka memar di punggung kiri, terletak sepuluh sentimeter
dari bahu kiri, luka memiliki bentuk tidak teratur, panjang tiga sentimeter dan
lebar nol koma lima sentimeter, luka memiliki batas tidak tegas dan tepi tidak
teratur, warna merah keunguan. ---------------------------------------------------------
f. Perut : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------------------------
g. Bokong : tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------------------------------
h. Anggota gerak :--------------------------------------------------------------------------------------------
 Anggota gerak atas :-----------------------------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka memar di lengan kanan atas, enam sentimeter dibawah garis
mendatar yang melewati bahu, bentuk tidak teratur dengan ukuran panjang tiga
sentimeter lebar dua sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak teratur, warna merah
keunguan. -------------------------------------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka memar di lengan kanan atas, enam belas sentimeter dibawah garis
mendatar yang melewati bahu, bentuk tidak teratur dengan ukuran panjang empat
sentimeter lebar tiga sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak teratur, warna merah
keunguan.-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka lecet di lengan kanan bawah, satu sentimeter di bawah siku, bentuk
menyerupai garis dengan ukuran panjang dua sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter,

41
batas tegas, tepi tidak rata, warna kemerahan. ----------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka lecet di lengan kiri atas, enam belas sentimeter dari bahu kiri,
bentuk menyerupai garis dengan ukuran panjang tiga sentimeter, lebar nol koma satu
sentimeter, batas tegas, tepi teratur, warna kemerahan.------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka memar di lengan kiri atas sisi dalam, dua puluh satu sentimeter
dibawah garis mendatar yang melewati bahu kiri, bentuk tidak teratur dengan ukuran
panjang empat sentimeter lebar lima sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak teratur,
warna merah keunguan. ------------------------------------------------------------------------------
 Anggota gerak bawah : -------------------------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka memar di paha kanan, tujuh sentimeter di atas lutut kanan, luka
memiliki bentuk tidak teratur, panjang delapan sentimeter lebar dua sentimeter, batas
tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah keunguan-----------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka memar di tungkai kanan bawah, empat belas sentimeter di bawah
lutut kanan, luka memiliki bentuk tidak teratur, panjang empat sentimeter lebar dua
sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah keunguan--------------------------
- Terdapat sebuah luka lecet tepat di lutut kanan, bentuk tidak teratur, panjang tiga
sentimeter lebar dua sentimeter, batas tegas, tepi rata, warna merah keunguan---------------
- Terdapat dua buah luka memar di paha kiri. ------------------------------------------------------
 Luka pertama terletak dua puluh sentimeter di atas lutut kiri, luka memiliki bentuk
tidak teratur, panjang tujuh sentimeter lebar tiga sentimeter, batas tidak tegas, tepi
tidak rata, warna merah keunguan--------------------------------------------------------------
 Luka kedua terletak lima belas sentimeter di atas lutut kiri, luka memiliki bentuk
tidak teratur, panjang tujuh sentimeter lebar dua sentimeter, batas tidak tegas, tepi
tidak rata, warna merah keunguan. ------------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka memar tepat di lutut kiri, bentuk tidak teratur dengan panjang tiga
sentimeter lebar empat sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah
keunguan.
- Terdapat dua buah luka memar di tungkai bawah kiri. ------------------------------------------
 Luka pertama terletak sembilan sentimeter di bawah lutut kiri, luka memiliki bentuk
tidak teratur, panjang enam sentimeter lebar satu sentimeter, batas tidak tegas, tepi
tidak rata, warna merah keunguan-------------------------------------------------------------

42
 Luka kedua terletak dua belas sentimeter di bawah lutut kiri, luka memiliki bentuk
tidak teratur, panjang lima sentimeter lebar tiga sentimeter, batas tidak tegas, tepi
tidak rata, warna merah keunguan. ------------------------------------------------------------
D. BAGIAN TUBUH TERTENTU:------------------------------------------------------------------------
1. Mata :-------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Alis mata : warna hitam, tidak ada tanda kekerasan.----------------------------------------------
 Bulu mata : warna hitam.-----------------------------------------------------------------------------
 Kelopak mata : Terdapat sebuah luka lecet di kelopak bawah mata kiri, dua sentimeter di
kiri garis tengah tubuh, tepat pada garis mendatar yang melewati mata, ukuran panjang
dua koma dua sentimeter dan lebar nol koma satu sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak
rata, warna kemerahan.--------------------------------------------------------------------------------
 Selaput kelopak mata :tidak ada tanda kekerasan.-------------------------------------------------
 Selaput biji mata : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------
 Selaput bening mata : tidak ada lingkaran penuaan.----------------------------------------------
 Manik mata : bentuk bundar, diameter tiga milimeter, kanan dan kiri sama.------------------
 Pelangi mata : warna hitam kecoklatan, tidak ada kelainan.-------------------------------------
2. Hidung :----------------------------------------------------------------------------------------------------
 Bentuk hidung : tidak ada kelainan.----------------------------------------------------------------
 Permukaan kulit hidung : tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------
 Lubang Hidung : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------
3. Telinga :----------------------------------------------------------------------------------------------------
 Bentuk telinga : tidak ada kelainan.----------------------------------------------------------------
 Permukaan daun telinga :tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------
 Lubang telinga : tidak ada tanda kekerasan.------------------------------------------------------
4. Mulut :------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Bibir: tidak ada tanda kekerasan.-------------------------------------------------------------------
 Selaput lendir mulut : tidak ada tanda kekerasan.------------------------------------------------
 Lidah : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------------------
 Gigi – geligi :------------------------------------------------------------------------------------------
-Rahang atas : Lengkap, jumlah enam belas gigi, gigi geraham belakang ketiga kanan

43
dan kiri sudah tumbuh.-------------------------------------------------------------------------------
-Rahang bawah : Lengkap, jumlah enam belas gigi, gigi geraham belakang ketiga kanan
dan kiri sudah tumbuh-------------------------------------------------------------------------------
 Langit – langit mulut : tidak ada kelainan.--------------------------------------------------------
5. Tulang - Tulang :-------------------------------------------------------------------------------------------
 Tulang Tengkorak : tidak ada tanda kekerasan.-------------------------------------------------
 Tulang Belakang : tidak ada tanda kekerasan.---------------------------------------------------
 Tulang Dada : tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------------------
 Tulang Punggung : tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------------
 Tulang Panggul : tidak ada tanda kekerasan.----------------------------------------------------
 Tulang Anggota Gerak: tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG :---------------------------------------------------

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.---------------------------------------------------------------------

44
KESIMPULAN :-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari fakta-fakta yang saya temukan dari pemeriksaan orang tersebut maka saya simpulkan bahwa
telah diperiksa seorang perempuan, umur dua puluh tiga tahun, warna kulit kuning langsat, status
gizi baik, sadar penuh. Didapatkan luka akibat kekerasan tumpul berupa luka memar pada lengan
kanan atas sisi luar, lengan kiri atas sisi dalam, paha kanan, lutut kanan, tungkai bawah kanan
bagian depan, punggung kiri, lutut kiri, tungkai bawah kiri bagian depan, luka robek pada kepala
bagian kiri, luka lecet pada bagian bawah mata kiri, lengan kanan bawah sisi luar, lengan kiri atas
bagian dalam, punggung kiri. Luka tersebut tidak mengakibatkan halangan dalam menjalankan
pekerjaan sebagai karyawan salon. Luka tersebut dapat sembuh dalam waktu kurang dua minggu.-

PENUTUP:--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
sewaktu menerima jabatan sebagai dokter.--------------------------------------------------------------------

Semarang, 29 Juli 2019

Dokter yang Memeriksa,

dr. Fajar

45
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini di temukan tanda – tanda kekerasan tumpul. Pada


kepala : terdapat sebuah luka terbuka di kepala kiri bagian atas, enam
sentimeter di kiri garis tengah tubuh, sembilan sentimeter diatas garis
mendatar yang melewati mata, bentuk menyerupai celah dengan ukuran
panjang dua sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter, dalam nol koma
dua sentimeter, setelah dirapatkan membentuk garis dengan panjang tiga
koma dua sentimeter, lebar nol koma satu sentimeter, batas tegas, tepi rata,
tebing rata, tebing terdiri dari kulit, jaringan ikat, otot, dasar otot, warna
kemerahan. Pada wajah terdapat sebuah luka lecet di kelopak bawah mata
kiri, dua sentimeter di kiri garis tengah tubuh, tepat pada garis mendatar
yang melewati mata, ukuran panjang dua koma dua sentimeter dan lebar
nol koma satu sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna
kemarahan. Pada kelopak mata terdapat sebuah luka lecet di kelopak
bawah mata kiri, dua sentimeter di kiri garis tengah tubuh, tepat pada garis
mendatar yang melewati mata, ukuran panjang dua koma dua sentimeter
dan lebar nol koma satu sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna
kemerahan
Pada punggung terdapat dua buah luka. Luka pertama berupa luka
lecet terletak lima sentimeter dari bahu kiri, luka memiliki bentuk
menyerupai garis dengan panjang empat sentimeter dan lebar nol koma
satu sentimeter, luka memiliki batas tegas dan tepi teratur warna
kemerahan. Luka kedua berupa luka memar di punggung kiri, terletak
sepuluh sentimeter dari bahu kiri, luka memiliki bentuk tidak teratur,
panjang tiga sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter, luka memiliki
batas tidak tegas dan tepi tidak teratur, warna merah keunguan.
Pada tangan kanan terdapat tiga luka. Luka pertama berupa luka
memar di lengan kanan atas, enam sentimeter dibawah garis mendatar

46
yang melewati bahu, bentuk tidak teratur dengan ukuran panjang tiga
sentimeter lebar dua sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak teratur, warna
merah keunguan. Luka kedua berupa luka memar di lengan kanan atas,
enam belas sentimeter dibawah garis mendatar yang melewati bahu,
bentuk tidak teratur dengan ukuran panjang empat sentimeter lebar tiga
sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak teratur, warna merah keunguan.
Luka ketiga berupa luka lecet di lengan kanan bawah, satu sentimeter di
bawah siku, bentuk menyerupai garis dengan ukuran panjang dua
sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter, batas tegas, tepi tidak rata,
warna kemerahan. Pada tangan kiri terdapat dua buah luka. Luka pertama
berupa luka lecet di lengan kiri atas, enam belas sentimeter dari bahu kiri,
bentuk menyerupai garis dengan ukuran panjang tiga sentimeter, lebar nol
koma satu sentimeter, batas tegas, tepi teratur, warna kemerahan. Luka
kedua berupa luka memar di lengan kiri atas sisi dalam, dua puluh satu
sentimeter dibawah garis mendatar yang melewati bahu kiri, bentuk tidak
teratur dengan ukuran panjang empat sentimeter lebar lima sentimeter,
batas tidak tegas, tepi tidak teratur, warna merah keunguan.
Pada kaki kanan terdapat tiga buah luka. Luka pertama berupa luka
memar di paha kanan, tujuh sentimeter di atas lutut kanan, luka memiliki
bentuk tidak teratur, panjang delapan sentimeter lebar dua sentimeter,
batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah keunguan. Luka kedua
berupa luka memar di tungkai kanan bawah, empat belas sentimeter di
bawah lutut kanan, luka memiliki bentuk tidak teratur, panjang empat
sentimeter lebar dua sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna
merah keunguan. Luka ketiga berupa luka lecet di lutut kanan, bentuk
tidak teratur, panjang tiga sentimeter lebar dua sentimeter, batas tegas, tepi
rata, warna merah keunguan. Pada kaki kiri terdapat lima buah luka. Luka
pertama berupa luka memar di paha kiri terletak dua puluh sentimeter di
atas lutut kiri, luka memiliki bentuk tidak teratur, panjang tujuh sentimeter
lebar tiga sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah
keunguan. Luka kedua berupa luka memar di paha kiri terletak lima belas

47
sentimeter di atas lutut kiri, luka memiliki bentuk tidak teratur, panjang
tujuh sentimeter lebar dua sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata,
warna merah keunguan. Luka ketiga berupa luka memar tepat di lutut kiri,
bentuk tidak teratur dengan panjang tiga sentimeter lebar empat
sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah keunguan. Luka
keempat berupa luka memar di tungkai bawah kiri terletak sembilan
sentimeter di bawah lutut kiri, luka memiliki bentuk tidak teratur, panjang
enam sentimeter lebar satu sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata,
warna merah keunguan. Luka kelima berupa luka memar di tungkai bawa
kiri terletak dua belas sentimeter di bawah lutut kiri, luka memiliki bentuk
tidak teratur, panjang lima sentimeter lebar tiga sentimeter, batas tidak
tegas, tepi tidak rata, warna merah keunguan

Luka memar pada wajah Luka lecet pada bagian punggung kiri

48
Luka terbuka pada kepala bagian kiri Luka memar pada tangan kanan

Luka memar pada paha kiri atas Luka memar pada paha kiri bawah

Luka memar pada lutut kiri Luka memar pada tungkai kiri

49
Luka memar pada tungkai kiri Luka memar pada lutut kanan

Luka memar pada tungkai kanan Luka memar pada paha kanan atas

Luka memar pada lengan atas kiri Luka memar pada lengan atas kiri

50
BAB V
KESIMPULAN

Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian


terpenting. Luka bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik dan
kekerasan kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu
akibat kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api,
akibat benda yang mudah pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik,
akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.
Luka lecet dan luka memar merupakan luka yang sering terjadi dalam kasus
forensik. Sebagai dokter perlu mempelajari luka tersebut untuk proses peradilan.
Untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, maupun persidangan. Sehingga
dapat memberikan keterangan akurat sesuai dengan keilmuan dan dapat di
pertanggungjawabkan sesuai hukum.
Luka lecet adalah hilangnya sebagian atau seluruh lapisan epidermis akibat
kekerasan benda yang memiliki permukaan yang kasar, dan dapat dinilai dari tepi
luka, kedalaman luka dan pola luka di tubuh korban, dan dapat menilai umur luka
serta dapat mengetahui benda yang menyebabkan luka tersebut sehingga dapat
menentukan derajat luka.
Luka memar (bruise/contusion) merupakan pecahnya pembuluh darah
kapiler dan vena dalam jaringan bawah kulit atau kutis sehinga menimbulkan
perdarahan yang dapat dikarenakan oleh oleh kekerasan benda tumpul (blunt force
injury), perdarahan yang terjadi menyebabkan darah meresap ke jaringan
sekitarnya, pada kasus ini dapat di ketahui lama luka tersebut setelah kejadian,
menilai derajat keparahan dari.
Berdasarkan temuan yang didapatkan dari pemeriksaanvisum et repertum
atas korban tersebut maka dapat disimpulkan bahwa korban adalah seorang
perempuan umur duapuluh satu tahun, kesan gizi kurang, didapatkan luka akibat
kekerasan tumpul berupaluka terbuka pada kepala bagian kiri. Pada bagian wajah
didapatkan luka lecet dan luka memar dikelopak bawah mata kiri. Pada bagian
punggung bagian kiri didapatkan sebuah luka memar dan luka lecet. Selain itu,

51
didapatkan luka memar dan luka lecet pada lengan atas kiri pasien. Terdapat pula
dua buah luka memar dan sebuah luka lecet pada lengan kanan atas. Pada kaki
kiri, terdapat tiga buah luka memar dan pada kaki kanan terdapat dua buah luka
memar dan sebuah luka lecet. Akibat hal tersebut pada pemerikasaan dapat di
simpulkan bahwa korban mengalami luka klasifikasi ringan karena tidak
mengganggu dari aktivitas korban sebagai karyawan salon.

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Apuranto, H dan Hoediyanto. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik Dan


Medikolegal, Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FK Unair.
2. A Joseph . Accidental Sharp Force Injury Fatalities, The American Journal
of Forensic Medicine and Pathology, 2001, hal 1-9.
3. Dahlan Sofwan. Petunjuk Praktikum Pembuatan Visum Et Repertum, Balai
Penerbit FK UNDIP.
4. Dahlan Sofwan. 2005. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
5. Erlando Nerchan, Johannis F. Mallo, Nola T. S. Mallo. Pola Luka Pada
Kematian Akibat Kekerasan Tajam Di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Dan Medikolegal Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2013.
Manado. 2013
6. Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo
Surabaya. Buku Register Jenazah 2014-2017. Surabaya. 2017
7. Kaushik, Vijay Kumar. Sheikh, M. Which is the Cause of Death? - A Case
Report. Ntl J of Community Med 2017.
8. Pal Singh V, Sharma B.R, Harish D, Vij Krishan. A Critical Analysis of
Stab Wound On The Chest A Case Report. JIAFM, 2004; 26(2).
9. Shkrum M.J. , Ramsay D.R. 2007. Forensic Pathology Of Trauma. Totowa
: Humana Press.

53

Anda mungkin juga menyukai